Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu bentuk perusahaan yang sangat mudah untuk di jumpai serta

memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap kehidupan perekonomian

sebuah daerah atau negara adalah perusahaan dagang. Secara umum

perusahaan dagang dapat di defenisikan sebagai organisasi yang melakukan

kegiatan usaha dengan membeli barang dari para produsen atau perusahaan

lain kemudian menyalurkan kembali kepada para konsumen tanpa

memberikan nilai tamba pada produk tersebut. Contoh perusahaan dagang

antara lain: Indomaret, Alfa-mart, Carrefour, Gramedia,UDdan sebagainya.

Dalam aktifitas operasionalnya, suatu perusahaan selalu menghendaki laba

yang optimal guna menjaga eksistensi, meningkatkan persaingan dengan

para kompetitor serta mengembangkan usahanya ke jenjang yang lebih

tinggi.

,sebuah perusahaan akan mendayakan segala sumber daya dan aset-aset

yang dimilikinya seoptimal mungkin. Salah satu sumber daya yang paling

aktif, dan memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pendapatan

adalah persediaan. hal ini dikarenakan, persediaan merupakan salah satu

elemen terbesar dalam aktifitas operasional sebuah perusahaan dagang.

1
2

Menurut Hamizar dan Muhamad Nuh, intermediate accounting

(2009:81) menyatakan bahwa persediaan adalah barang-barang yang dibeli

dan dijual oleh perusahaan yang bersangkutan tanpa mengadakan perubahan

yang berarti terhadap barang-barangnya tersebut.

Menurut kieso, weygandt dan Warfield, intermediate accounting

(2012:408) mendefenisikan persediaan sebagai aset yang dimiliki oleh

perusahaan dan tersedia untuk di jual dalam kepentingan bisnis atau

merupakan barang yang akan digunakan untuk memproduksi barang yang

tersedia untuk dijual.

Persediaan merupakan salah satu elemen aktifa yang memiliki nilai

dan pengaruh yang cukup besar bagi entitas usaha dagang. Pada perusahaan

dagang, akun persediaan lebih dikenal dengan istilah persediaan barang

dagangan (merchandise inventory). Mengingat aktifa ini merupakan salah

satu syarat pokok dalam menjamin kelancaran operasioanal perusahaan

serta memiliki nilai infestasi yang cukup besar, maka pihak internal

perusahaan perlu menerapakan suatu sistem pengendalian persediaan yang

optimal. Menurut Hery, akuntansi dasar 1 dan 2 (2015:236), terdapat dua

tujuan penerapan pengendalian terhadap persediaan oleh internal perusahaan

antara lain:

1. Untuk mencegah atau mengamankan aset perusahaan ini dari tindakan

pencuriaan, penyelewengan maupun resikkerusakan.


3

2. Menjamin keakuratan atau ketepatan penyajian informasi persediaan

dalam laporan keuangan, termasuk pengendalian terhadap keabsahan

transaksi pembelian maupun penjualan.

Seorang akuntan bagi sebuah perusahaan dagang, hendaklah berhati-

hati jika sedang berurusan dengan pencatatan dan penilaian terhadap

persediaan. Sebuah kesalahan yang terjadi dalam pencatatan dan penilaian

atas persediaan akan berakibat fatal, baik pada neraca maupun laporan laba

rugi. Dalam neraca dari sebuah perusahaan dagang, nilai persediaan sering

kali merupakan komponen yang sangat signifikan (material) dibandingkan

dengan nilai keseluruhan aset lancar. Sedangkan dalam laporan laba rugi,

besarnya harga pokok persediaan (yang dijual) merupakan komponen utama

penentu kinerja atas hasil kegiatan operasional perusahaan selam satu

periode.

Dalam menentukan nilai persediaan akhir, pihak internal perusahaan

dapat menerapkan metode-metode penilaian persediaan dengan

mempertimbangkan beberapa faktor seperti: jenis perusahaan, keragaman

produk yang ditawarkan, jumlah produk dan tehnik penjualan (penjualan

secara partai atau secara eceran). Salah satu metode yang dapat

diaplikasikan pada perusahaan dagang adalah metode taksiran (estimate

method).

Menurut Hery, akuntansi dasar 1 dan 2 (2015:260) terdapat dua metode


4

dalam teknik estimasi persediaan yaitu: metode laba kotor (gross profit

method) dan metode harga ecer (retail inventori method).

Metode laba kotor mengestimasi nilai persediaan berdasarkan

observasi bahwa hubungan antara penjualan bersih dengan harga pokok

penjualan biasanya cukup stabil dari satu periode ke periode berikutnya.

Jadi besarnya prosentase laba kotor untuk periode berjalan sama dengan

besarnya prosentase laba kotor untuk periode-periode sebelumnya.

Sedangkan metode harga eceran mengestimasi nilai persediaan berdasarkan

hubungan antara harga pokok barang yang tersedia dengan harga eceran

untuk barang yang sama.

Tehnik estimasi persediaan digunakan untuk menentukan nilai

persediaan ketika catatan persediaan perpetual tidak diselenggarakan dan

penghitungan fisik atas persediaan dirasakan tidak praktis atau tidak

memungkinkan untuk di lakukan. Metode ini sangat tepat juga diterapkan

pada perusahaan yang mengalami musibah seperti kebakaran atau bencana

alam lainnya yang dimana perhitungan fisik sudah tidak memungkinkan

untuk dilakukan. Kelebihan dari kedua metode ini terletak pada keefisienan,

yaitu tidak memerlukan waktu, biaya dan tenaga manusia yang besar.
5

UD.ARMANDO merupakan salah satu perusahaan dagang yang

beroperasi di kota maumere, perusahaan ini menawarkan beragam produk

kebutuhan ruma tangga mulai dari sembako, makanan ringan, perlengkapan

sekolah, perlengkapan ATK, jasa foto kopi dan usaha penjualan pakayan

dengan harga yang terjangkau. Selain menawarkan produk kepada

masyarakat umum, UD.ARMANDO juga telah membina kemitraan dengan

beberapa dinas dikabupaten sikka dalam hal penyediaan produk-produk

ATK dan pelayanan jasa foto kopi.

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh penulis,

penulis menemukan bahwa UD ARMANDO belum menyelenggarakan

metode penilaian persediaan, penghitungan terhadap nilai persediaan

dilakukan secara manual yaitu : perhitungan dengan pendekatan secara fisik

terhadap semua produk guna mengetahui jumlah persediaan akhir dalam

fisik dan rupiah. Perhitungan dengan metode ini sangatlah tidak efektif

mengingat begitu beragamnya produk yang ditawarkan serta akan sangat

membebankan pegawai jika manager mengharuskan untuk menyediakan

laporan keuangan secara mingguan, bulanan, triwulan maupun kwartalan.

Berkaiatan dengan uraian diatas dan dengan memperhatikan

permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul:

“ ANALISIS PENILAIAN PERSEDIAAN MENGGUNAKAN

METODE TAKSIRAN PADA UD. ARMANDO”


6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, penulis mencoba merumuskan

masalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan mencapai hasil

yang diharapkan.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mekanisme penilaian persediaan secara manual yang

diselenggarakan oleh managemen UD. ARMANDO ?

2. Berapa besar nilai persediaan akhir jika dihitung dengan metode

taksiran pada UD. ARMANDO ?

3. Berapa besar perbandingan nilai persediaan akhir antara metode

manual dengan metode taksiran penilaian persediaan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dilakukannya sebuah penelitian tidak terlepas dari tujuan penelitian itu

sendiri, tujuan merupakan suatu target dari setiap kegiatan yang dilakukan

oleh setiap manusia. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk:


7

1. Untuk mengetahui mekanisme penilaian persediaan secara manual

pada UD. ARMANDO

2. Seberapa besar nilai persediaan akhir apabila di hitung menggunakan

metode taksiran pada UD. ARMANDO.

3. Untuk mengukur seberapa besar tingkat perbandingan nilai persediaan

akhir yang dihitung secara manual dan dihitung menggunakan metode

taksiran

1.4 Kegunaan Penelitian

Suatu penelitian harus mampu memberikan manfaat, baik bagi dirinya

sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari

penelitian ini yaitu :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan

wawasan peneliti mengenai perhitungan atau penilaian terhadap akuntansi

persediaan pada sebuah perusahaan dagang, sekaligus penerapan ilmu yang

telah dipelajari bagi pelaku-pelaku usaha disekitar.

1.4.2 Kegunaan Praktis


8

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau

masukan terhadap pelaku usaha untuk menerapkan metode penilaian

persediaan, sekaligus dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk

penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Sistimatika Penulisan

Sistimatika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari: latar belekang,rumusan masalah,tujuan penelitian,kegunaan

penelitian dan sistimatika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Terdiri dari: pengertian persediaan, arti penting persediaan, penggolngan

persediaan,jenis-jenis persediaan,biaya persediaan, fungsi persediaan, faktor-

faktor yang mempengarui persediaan,metode penilaian persediaan, kerangka

pemikiran dan penelitian terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Terdiri dari: rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian,populasi dan

sampel, tempat dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, variabel dan

devenisi operasional, instrumen penelitian dan analisis data.


9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan

Persediaan merupakan salah satu elemen yang paling penting bagi

sebuah perusahaan baik perusahaan dagang maupun perusahaan industri.

Tanpa persediaan, perusahaan tidak dapat memenuhi permitaan atau

kebutuhan pelanggan. Jumlah persediaan yang tinggi memang dapat

membantu perusahaan dalam memberikan pelayanan yang maksimal karena

setiap permintaan atau kebutuhan dari konsumen dapat terlayani dengan baik.

Namun disisi lain jumlah persediaan yang terlalu besar juga akan secara

signifikan mempengarui beban biaya operasional perusahaan antara lain:

biaya penyimpanan, biaya perawatan serta kemungkinan adanya persediaan

yang rusak dan usang.

Pada prinsinya persediaan merupakan salah satu aktifa yang akan

mempermudah dan memperlancar jalannya operasional sebuah entitas usaha

seperti: memperlancar proses produksi, dapat memenuhi permintaan atau

10
11

kebutuhan konsumen secara maksimal dan pada akhirnya akan mempengarui

omset dari perusahaan tersebut.

2.1.1 Pengertian Persediaan

Pengertian persediaan dalam beberapa kepustakaan umumnya

mengemukakan defenisi atau pengertian yang berbeda, meski maksud yang

terkandung didalamnya hampir sama. Untuk memperoleh pemahaman yang

lebih mengenai defenisi atau pengertian persediaan, berikut ini akan

dikemukakan beberapa pendapat dari beberapa literatur yang diperoleh.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 (Ikatan

Akuntan Indonesia, 2015:14.2) persediaan adalah aset yang tersedia untuk

dijual dalam kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi penjualan tersebut

atau dalam bentuk bahan atau dalam bentuk perlengkapan untuk digunakan

dalam proses produksi atau pembelian jasa. Persediaan termasuk dalam aktiva

lancer dikarenakan jumlah kas akan bertambah seiring dengan penjualan

barang secara tunai.

“Menurut Hamizar dan Muhamad Nuh (2009:81) menyatakan

bahwa persediaan adalah barang-barang yang dibeli dan dijual oleh

perusahaan yang bersangkutan tanpa mengadakan perubahan yang berarti

terhadap barang-barangnya tersebut.”


12

“Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2012:408) mendefenisikan

persediaan sebagai aset yang dimiliki oleh perusahaan dan tersedia untuk di

jual dalam kepentingan bisnis atau merupakan barang yang akan digunakan

untuk memproduksi barang yang tersedia untuk dijual.”

“Menurut Jusup Al-Haryono (2011:333) mendefenisikan persediaan

perusahaan dagang adalah persediaan yang terdiri atas barang-barang yang

disediakan untuk dijual kepada para konsumen selama periode normal

kegiatan perusahaan.”

Menurut Soemarso (2010:389) mendefenisikan persediaan dalam

beberapa pengertian sebagai berikut:

Persediaan adalah bagian aktifa lancar yang paling tidak likuid. Disamping

itu, persediaan adalah aktifa dimana kemungkinan kerugian atau kehilangan

paling sering terjadi. Persediaan barang dagangan

(merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki untuk dijual

kembali sedangkan untuk perusahaan pabrik, yang termasuk persediaan

adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produsi selanjutnya.

“Menurut Rangkuti ( 2009:2 ) bahwa persediaan merupakan bahan-

bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat

dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau


13

produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau

pelanggan setiap waktu. “

“Menurut Mardianso (2009,99) mendefenisikan persediaan sebagai

barang-barang yang dibeli perusahaan dengan maksud untuk dijual kembali

(barang dagangan), atau masih dalam proses produksi yang akan diolah lebih

lanjut menjadi barang jadi kemudian dijual (barang dalam proses) produksi

barang jadi yang kemudian dijual (bahan baku pembantu)”.

Menurut Dwi martani (2012:246) mendefenisikan persediaan

berdasarkan jenis perusahaan yaitu:

Entitas perdagangan baik perusahaan ritel maupun perusahaan grosir

mencatat persediaan dengan akun persediaan barang dagangan (merchandise

inventory), persediaan barang dagang ini merupakan barang yang dibeli

perusahaan untuk dijual kembali dalam kegitan usaha normal. Sedangkan

bagi entitas manufaktur, klasifikasi persediaan relatif beragam. Persediaan

mencakup persediaan barang jadi (finished goods inventory) yang merupakan

barang yang telah siap untuk dijual, persediaan barang dalam penyelesaian

(work in process inventory) yang merupakan barang setangah jadi, dam

persediaan bahan baku (raw materialinventory) yang merupakan bahan atau

perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.

Dari beberapa konsep yang di kemukakan oleh para ahli tentang

pengertian persediaan, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan barang

merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi organisasi dan
14

perusahaan yang menggunakannya. Oleh karena itu sebuah perusahaan harus

mampu menerapkan suatu sistem pengendalian persediaan dengan tingkat

efektif dan efektifitas yang maksimal, ketepatan dari sistem pengendalian

persediaan juga akan menghindarakan perusahaan dari pemborosan atau

inefisiensi, keterlambatan dari penyelesaian pekerjaan, pembatalan pekerjaan

dan pada akhirnya akan mempengarui omset dari perusahaan itu sendiri.

2.1.2 Arti Penting Persediaan

Menurut Jusup al Haryono (2005:184) menyatakan bahwa arti

penting persediaan barang dagangan adalah :

Persediaan barang dagangan merupakan elemen aktifa yang sangat aktif

dala operasi perusahaan-perusahaan dagang, karena pembelian dan

penjualan barang dagangan merupakan aktivitas atau transaksi yang paling

sering terjadi. Persediaan barang dagangan pada umumnya dinilai pada

harga terendah anatara harga perolehan dan harga pasar atau nilai yang

diharapkan dapat direalisasikan.

Persediaan pada umumnya dipisahkan berdasarkan pokok pikiran

meliputi jenis barang yang cukup banyak dan merupakan bagian yang cukup

berarti dari seluruh aktifa perusahaan. Disamping itu transaksi yang

berhubungan dengan persediaan merupakan aktifitas yang paling sering

terjadi. Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang paling


15

penting karena baik laporan laba rugi maupun neraca perusahaan dagang

atau perusahaan industri, persediaan seringkali merupakan bagian yang

terbesar dari keseluruhan aktifva lancar yang dimiliki perusahaan. Laporan

laba rugi maupun neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai

persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat

kesalahan dalam laporan laba rugi maupun neraca. Dalam perhitungan laba

rugi nilai persediaan (awal dan akhir) mempengarui besarnya harag pokok

penjualan (HPP).

Menurut Soemarso (2004:384) menyatakan bahwa arti penting dari

persediaan adalah :

Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagang disajikan baik pada

neraca maupun laba rugi. Persediaan barang dagang yang tercantum di

neraca mencerminkan nilai barang dagang yang pada akuntansi. Di laporan

laba rugi, persediaan barang dagang muncul harag pokok penjualan. Ada

saling berhubungan antara persediaan dineraca dengan laporan laba rugi,

bahkan ada saling berhubungan antara persediaan barang pada tahun

berjalaan dengan tahun sebelumnya maupun tahun-tahun yang akan datang.

Dari adanya saling berhubungan, terlihat betapa pentingnya pos ini dalam

menetukan laba rugi dalam posisi keuangan perusahaan, tidak saja pada

tahun berjalan tapi juga pada tahun sebelumnya dan tahun yang akan

datang. Kesalahan dalam menentukan nilai persediaan barang akan

mempengarui tidak saja mempengarui laporan laba rugi dan neraca tahun

berjalan tetapi juga laporan laba rugi dan neraca tahun-tahun yang akan

datang.
16

2.1.3 Penggolongan Persediaan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2011:14) menytakan bahwa :

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual

kembali, misalnya barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk

dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijuala

kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang diproduksi, oleh

entitas serta termusuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan

dalam proses produksi.

Penggolongan persediaan tergantung pada karakteristik

perusahaan itu sendiri, yaitu apakah perusahaan tersebut termasuk

perusahaan dagang atau perusahaan industri, persediaan dapat

digolongkan antara lain :

1. Persediaan bahan baku atau bahan mentah (row material)

Bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh dalam

keadaan yang harus dikembangkanagar menjadi bagian utama dari

barang jadi. Misalnya untuk membuat mobil bahan bakunya adalah

besi baja. Bahan baku dalam proses produksi dikelompokan

menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung

(bahan penolong).
17

a. Bahan baku langsung (direct material)

Adalah semua bahan baku yang merupakan bagian dari barang

jadi yang dihasilkan.

a. Bahan baku tidak langsung (indirect material) atau bahan

penolong adalah bahan baku yang ikut berperan dalam

proses produksi tetapi tidak secara langsung tampak pada

barang yang dihasilkan.

1. Persediaan bahan dalam proses (work in process)

Persediaan bahan dalam proses adalah

persediaan barang-barang yang belum selesai

dikerjakan dalam proses produksi sehingga belum

menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Adapun

unsur-unsur biaya yang terkandung dalam persediaan

ini meliputi :

a. Biaya bahan langsung (direct material)

Biaya bahan yang secara langsung dikaitkan dengan

barang-barang dalam produksi.

b. Biaya upah langsung (direct labour)

Seluruh biaya karyawan yang secara langsung ikut

serta memproduksi sampai menjadi produk jadi yang

jasanya dapat diusut secara langsung pada produk dan

upahnya merupakan bagian yang besar dalam

memproduksi produk.
18

c. Biaya overhead pabrik (factory overhead expense)

Terdiri dari seluruh biaya yang dikeluarkan

perusahaan untuk memproduksi barang-barang, selain

bahan langsung dan upah langsung, biaya-biaya yang

termasuk biaya overhead pabrik antara lain:

1. Bahan penolong

2. Upah tidak langsung

3. Biaya penyusutan pabrik, mesin atau peralatan pabrik

4. Pemeliharaan (maintenance)

5. Perbaiakan (reparation)

6. Pajak kekayaan (property taxes)

7. Biaya asuransi (insurance expense)

8. Biaya penerangan, pemanasan dan pembangkit tenaga

9. Biaya administrasi atau menejemen yang ada kolerasinya

dengan kegitan produksi.

2. Barang jadi (finished good)

Barang jadi adalah barang yang sudah selesai dikerjakan

dalam proses produksi dan siap untuk dijual ke konsumen.

Selain itu baraang jadi yang merupakan hasil produksi suatu

perusahaan industri baik sebagai hasil produk selesai, juga

merupakan barang yang digunakan pada proses produksi

yang lebih lanjut, pada saat produk selesai biaya

diakumulasikan dalam proses produksi yang ditransfer dari

barang dalam proses perkiraan barang jadi.


19

2.1.4 Jenis-Jenis Persediaan

Menurut Iman Santoso (2006:143) berbagai jenis persediaan

dalam material (cost) perusahaan dagang maupun industri dapat

dikelompokan sebagai berikut :

1. Persediaan bahan baku (raw material) yaitu bahan baku yang

akan diproses lebih lanjut dalam proses produksi

2. Persediaan barang dalam proses (work in process/good in

process) yaitu bahan baku yang sedang diproses dimana nilainya

merupakan akumulasi biaya bahan baku (raw materyal cost),

biaya tenaga kerja (direct labor cost) dan biaya overhead

(factory overhead cost)

3. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu barang jadi yang

berasal dari barang telah selesai diproses telah siap untuk dijual

sesuaia dengan tujuanya.

4. Persediaan bahan pembantu (factory/manufacturing supplies)

yaitu bahan pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi

namun tidak secara langsung dapat dilihat secara fisik pada

produk yang dihasilkan.

5. Persediaan baraang dagangan (merchandise inventory) yaitu

barang yang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses

produksi.
20

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan yang

dimiliki oleh setiap perusahaan umunya berbeda-beda tergantung sifat dan

jenisnya yaitu persediaan barang dagangan untuk perusahaan dagaang dan

pada perusahaan manufaktur persediaan terdiri dari: persediaan bahan baku,

persediaan barang dalm proses, persediaan barang jadi dan persediaan

barang penolong.

2.1.5 Biaya-Biaya Persediaan

PSAK No 14 Tahun 2009 mengatur bahwa persediaan harus

diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah.

Dengan demikian, dalam menentukan persediaan, baik “biaya” maupun

“nilai realisasi neto” harus ditentukan terlebih dahulu. Setelah itu dibuat

perbandingan,nilai terendah dari keduanya digunakan sebagai nilai

persediaan.

Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya pembelian

meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya kecuali yang dapat

ditagih kembali kepada kantor pajak.Biaya konversi, meliputi biaya yang

secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead

produksi tetap serta biaya variabel yang dialokasikan secara berkala.

Menurut soemarso (2004:336) persediaan merupakan salah satu

modal kerja yang cukup penting karena kebanyakan modal usaha

perusahaan terdapat dalam persediaan”. Kelebihan atau kekurangan

persediaan merupakan gejala yang kurang baik, dimana kekurangan dapat


21

mengakibatkan perginya para konsumen dan kelebihan persediaan dapat

berakibat pemborosan dalam hal biaya dimana perusahaan harus

mengeluarkan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu menejemen perusahaan

berusaha agar jumlah persediaan yang da dapat menjamin operasional

perusahaan.

Biaya-biaya variabel yang harus dipertimbangkan oleh menegemen

perusahaan antara lain:

1) Biaya penyimpanan (holding cost/carrying cost)

Adalah biaya yang timbul karna perusahaan menyimpan persediaan,

yang terdiri atas biaya-biaya yang berhubungan secara langsung

dengan kuantitas persediaan. Biaya-biayanya seperti: biaya modal,

biaya keuangan, biaya asuransi persediaan, biaya perhitungan fisik

dan biaya kerusakan.

2) Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost/ procurement cost)

Adalah biaya yang berhubungan dengan pemesanan dan pengadaan

bahan seperti: biaya ekspedisi dan pemrosenan pesanan, upah, biaya

telepon,biaya pengepakan dan biaya pengiriman kegudang. Pada

umumnya, biaya pemesanan total perperiode adalah sama dengan

jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang

harus dikeluarkan setiap kali pesan.

3) Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (stock-out cost)

Adalah biaya yang timbul akibat perusahaan kehabisan atau

kekurangan persediaan seperti: biaya ekspedisi, kehilangan penjualan,

kehilangan langganan, selisih harga terganggu operasi tambahan


22

pengeluaran kegiatan menejerial dan sebagainya. Biaya inisulit

diperkirakan secara obyektif karena sering merupakan opportunity

cost.

Persediaan barang milik suatu perusahaan dalam suatu periode dapat

berubah-ubah dalam kuantitas jenis dan tingkat harga perolehan. Perubahan

tersebut terjadi karena terdapat mutasi, baik penerimaan maupun

pengeluaran barang didalam periode bersangkutan, sehingga akan

mempengarui saldo akhir persediaan.

2.1.6 Fungsi Persediaan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengarui Persediaan

2.1.6.1 Fungsi Persediaan

Menurut Fajrin (2013:259) berpendapat bahwa, jika dilihat dari segi

fungsi, maka persediaan dibedakan atas:

1. Batch atau lot size inventory, yaitu persediaan yang diadakan karena

kita membeli atau membuat bahan- bahan/barang-barang dalam jumlah

yang lebih besar dan jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Persediaan

ini bertujuan untuk mendapat potongan harga pembelian, penghematan

biaya pesanan.

2. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

3. Anticipation stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang


23

terdapat dalam satu tahun dan pola untuk menghadapi penggunaan atau

penjualan / permintaan yang meningkat.

Dari ke tiga fungsi diatas maka dapat disimpulkan bawasannya

persediaan memiliki fungsi yang sangat strategis bagi manajemen

perusahaan yaitu selain menjamin pelayanan yang prima dan berkelanjutan

terhadap konsumen di sisi lain juga mampu memberikan keuntungan yang

bersifat materil bagi perusahaan tersebut.

2.1.6.2 Faktor-Faktor Yang Mempengarui Persediaan

Menurut Nafarin (2014:83) menyatakan, bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi besar kecilnya persediaan bahan baku yang dimiliki

perusahaan adalah:

1. Anggaran produksi.

2. Harga beli bahan baku.

3. Biaya penyimpanan bahan baku di gudang (carrying cost).

4. Ketepatan pembuatan standar pemakaian bahan baku.

5. Ketepatan pemasok (penjual bahan baku).

Faktor-faktor yang mempengarui persediaan memang perlu

diperhatikan oleh entitas usaha itu sendiri, hal ini penting agar perusahaan

tidak mengalami distabilitas operasi,yang akan menghambat kinerja dari

perusahaan, faktor-faktor tersebut terbentuk dari beberapa pengaruh seperti


24

biaya-biaya hingga pada ketepatan dalam menetukan mitra bisnis yang telah

dibangun oleh perusahaan.

2.1.7 Metode Penilaian Persediaan

Penilaian persediaan merupakan suatu mekanisme yang harus

diselenggarakan oleh sebuah entitas usaha untuk menentukan besarnya nilai

persediaan akhir yang akan dicantumkan dalam neraca. Suatu persediaan

biasanya mempunyai nilai yang signifikan, yang akan mendeskripsikan

besarnya nilai uang dan menggambarkan kinerja dari pihak manajemen

perusahaan dalam satu periode.

Ely suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009:226), menjelaskan

penlilaian persediaan barang dagangan adalah cara menilai harga pokok

penjualan atau cost of good sold pada persediaan.

Menurut Zaki (2000:183), untuk dapat menghitung harga pokok

penjualan dan harga pokok persediaan akhir dapat digunakan beberapa

metode yaitu:

1. Metode harga pokok (flow of cost method)

a. Metode identifikasi khusus (spesifik identification method)

Metode identifikasi khusus didasarkan pada asumsi bahwa, “arus kas

barang harus sama dengan arus biaya” , menurut Kieso et al

(2002:458) identifikasi khusus digunakan dengan cara

mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam


25

pos persediaan. Biaya barang-barang yang telah terjual dimasukan

dalam harga pokok penjualan, sementara biaya barang-barang khusus

yang masih berada ditangan dimasukan pada persediaan. Metode ini

hanya bisa digunakan dalam kondisi yang memungkinkan perusahaan,

memisahkan pembelian yang berbeda yang telah dilakukan secara

fisik. metode ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang

melibatkan sejumlah kecil item berharga tinggi dan dapat dibedakan.

Dalam industri ritel hal ini meliputi beberapa jenis perhiasan dan

sejumlah furniture. Dalam perusahaan manufaktur meliputi produk

pesanan khusus dan produk yang diproduksi menurut job cost sistem.

Secara konseptual, metode ini tampak ideal karena biaya

aktual ditandingkan (matched) dengan pendapatan aktual, dan

persediaan akhir dilaporkan pada biaya aktual. Dengan kata lain,

metode identifikasi khusus menandingkan arus biaya dengan arus

fisik barang. Namun di sisi lain metode ini rentan terhadap

manipulasi laba bersih oleh pihak manajemen. Sebagai contoh,

asumsikan bahwa sebuah perusahaan grosiran membeli kayu lapis

yang identik pada awal tahun dengan tiga harga yang berbeda, saat

kayu lapis itu dijual, perusahaan dapat memilih harga tertinggi atau

terendah yang akan dibebankan kepada konsumen hanya dengan

menentukan harga kayu lapis yang akan dikirim kepada pembeli.

Oleh karena itu, pihak manajer dapat memanipulasi laba bersih


26

hanya dengan memilih pos-pos berharga tinggi atau rendah untuk

dikirimkan tergantung keinginan para pemilik.

b. Metode first-in, first-out (Fifo)

Menurut PSAK NO 14 Tahun 2009 Formula FIFO (First in

first out)//MPKP (Masuk pertamakeluarpertama) Mengasumsikan

item persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan

terlebih dahulu sehingga item yang tertinggal dalam persediaan akhir

adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dengan demikian

barang yang lebih dulu masuk atau diproduksi terlebih dulu,

dianggap terlebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan

akhir terdiri dari barang yang terakhir masuk atau yang terakhir

diproduksi.

Kelebihan dan kekurangan metode Fifo menurut keiso et al

(2002:161) sebagai berikut:

Kelebihan metode Fifo :

(a) Persediaan akhir dilapor berdasarkan harga pokok yang paling

baru

(b) Jumlah persediaan akhir akan terdiri dari pembelian yang paling

baru.

(c) Tidak memperkenankan manipulasi laba, karena perusahaan tidak

bebas untuk mengambil persediaan pokok tertentu.

Kelemahan metode fifo :


27

(a) Harga pokok periode berjalan tidak sesuai dengan pendapatan

periode berjalan pada perhitungan laba rugi.

(b) Harga pokok yang paling lama dibebankan pada pendapatan yang

lebi baru, yang dapat menyebabkan penyimpangan dalam harga

pokok dan laba bersih perusahaan.

c. Metode last in-first out (Lifo)

Reeve (2009:356) metode ini berasumsi bahwa barang yang

dibeli paling terakhir merupakan barang yang pertama kali dijual, unit

paling tua tetap berada dalam persediaan akhir. Ketika metode LIFO ini

digunakan selama peiode inflasi atau kenaikan harga-harga, hasilnya

adalah berkebalikan dengan metode-metode yang lain.Metode LIFO akan

menghasilkan jumlah yang lebih tinggi untuk harga pokok penjualan

(HPP), jumlah yang lebih rendah untuk laba kotor dan jumlah yang lebih

rendah untuk persediaan akhir.Alasan pengaruh ini adalah biaya

perolehan unit yang paling akhir akan kurang lebih sama dengan biaya

penggantinya. Dalam periode inflasi, biaya unit yang lebih baru akan

lebih tinggi dibandingkan dengan biaya unit yang lebih awal. .

Kelebihan dan kekurangan metode lifo menurut Keiso et al (2002:471)

sebagai berikut:

Kelebihan metode Lifo :

(a) Harga pokok yang paling baru dicocokan dengan pendapatan, akan

memberikan laba masa berjalan lebih baik.


28

(b) Laba bersih perusahaan masa depan tidak banyak dipengarui oleh

penurunan harga

(c) Menangguhkan pajak penghasilan selama tingkat harga naik dan

kuantitas persediaan tidak menurun, karena barang yang paling

akhir di beli pada tingkat harga yang paling tinggi di cocokan pada

pendapatan.

Kelemahan metode Lifo :

(a) Laba perusahaan berkurang

(b) Persediaan menjadi terlalu rendah

(c) arus fisik jarang di perkirakan

(d) likuidasi persediaan dapat menyimpangkan laba bersih dan

mengakibatkan pajak yang lebih tinggi.

d. Metode biaya rata-rata (average cost method)

Pontoh (2013:317) metode ini mengasumsikan bahwa harga beli

sebuah persediaan yang dibeli terakhir akan menjadi beban pokok

penjualam terlebih dahulu, pada saat terjadinya transaksi penjualan. Nilai

persediaan yang akan dilaporkan adalah berdasarkan harga beli

persediaan pada awal persediaan.

Kelebihan dari metode biaya rata-rata antara lain:

(a) Penerapan praktis, sederhana dan objektif.

(b) Dapat menstabilkan harga pokok jika terdapat fliktuasi harga

(c) Tidak terkena manipulasi laba


29

Kelemahan dari metode biaya rata-rata antara lain:

(a) Perlunya kalkulasi yang mendetail

(b) Memakan waktu yang cukup lama untuk memasukan nilai

pembelian terakir didalam harga pokok rata-rata.

2. Metode Taksiran (astimate method)

Tehnik estimasi persediaan digunakan untuk nilai persediaan ketika

catatan persediaan perpetual tidak diselenggarakan dan penghitungan fisik

persediaan dirasakan tiadak praktis atau tidak memungkinkan untuk di

lakukan.

Menurut Hery (2014:260) terdapat dua metode dalam estimate

method yaitu :

a. Metode laba kotor (gross profit method)

Metode laba kotor menggunakan estimasi laba kotor untuk

mengestimasi besarnya persediaan pada akhir periode. Metode laba kotor ini

di dasarkan pada observasi bahwa hubungan antara penjualan bersih dengan

harga pokok penjualan biasnya relatif cukup stabil dari satu periode ke

periode berikutnya. Jadi besarnya prosentase laba kotor untuk periode

berjalan diasumsikan sama dengan besarnya prosentase laba kotor dalam

periode-periode sebelumnya.
30

Untuk mengilustrasikan metode laba kotor, dapat dilihat dari contoh berikut

ini:

Persediaa barang awal, 1 januari Rp. 57.000

Pembelian selama januari (netto) Rp. 180.000

Penjualan selama januari (netto) Rp. 250.000

Misalnya laba bruto sebesar 30 % dari penjualan maka :

Penjualan = 100 %

Laba bruto = 30 %

Harga pokok penjualan = 70 %

Persediaan akhir periode dihitung sebagai berikut :

Rp. 57.000

Persediaan barang dagang, 1 januari Rp. 180.000

Pembelian selam januari (netto) Rp. 237.000

Barang yang tersedia untuk dijual

Penjualan selama bulan januari (netto) Rp. 250.000

Dikurangi :

Estimasi laba kotor

(30 % x Rp. 250.000) Rp. 75.000

Estimasi harga pokok penjualan Rp. 175.000

Estimasi persediaan barang dagang, 31 januari Rp. 62.000

Metode laba kotor sangat tepat diaplikasikan pada perusahaan yang

ingin membuat laporan keuangan baik secara bulanan ataupun kuartalan serta
31

mengestimasi harga pokok barang dagangan yang rusak akibat kebakaran

atau bencana alam.

b. Metode harga eceran (retail cost method)

Metode harga eceran mengestimasi biaya persediaan berdasarkan

hubungan antara harga pokok barang tersedia untuk dijual dengan harga

eceran dari barang yang sama. Untuk menggunakan metode ini, harga

eceran dari semua barang dagang harus ditetapkan dan ditotalkan.

Berikutnya, persediaan eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan

selama periode berjalan dari harga eceran barang yang tersedia untuk

dijual selama periode bersangkutan. Untuk mengilustrasikan metode

harga eceran dapat dilihat pada contoh berikut:

Harga pokok Eceran

Persediaan awal, 1 januari Rp. 19.000 Rp. 36.000

Pembelian januari (netto) Rp. 42.600 Rp. 64.000

Barang yang tersedia untuk dijual Rp. 62.000 Rp. 100.000

Rasio biaya terhadap

Harga eceran : Rp. 62.000 = 62 %


Rp. 100.000

Penjualan januari (netto) Rp. 70.000

Persediaan akhir, 31 januari

Pada eceran Rp. 30.000

Persediaan akhir, 31 januari

Pada estimasi biaya (Rp. 30.000 x 62 %) Rp. 18.000


32

Ketika mengestimasi harga pokok terhadap harga jual, asumsikan

bahwa barang dalam persediaan akhir adalah sama dengan keseluruhan

persediaan barang dagang yang tersedia untuk di jual. Dalam ilustrasi diatas,

misalnya dapat dipastikan bahwa harga eceran setiap jenis barang tidak

seluruhnya, dan 62% harga pokok serta 38% laba kotor. Namun, kita

mengasumsikan bahwa rata-rata tertimbang dari presentase harga pokok

persediaan barang dagang (Rp. 30.000) adalah sama seperti dalam persediaan

barang dagang yang tersedia untuk di jual (Rp. 100.000).

Salah satu keunggulan dari metode harga eceran adalah bahwa

metode tersebut menyediakan angka-angka persediaan yang dapat digunakan

dalam menyusun laporan bulanan dan kuartalan apaabila digunakan sistem

periodik. Toko swalayan dan para pedagang yang serupa, biasanya

menghitung laba kotor dan laba operasi setiap bulan tetapi perhitungan

terhadap fisik persediaan dilakukan setiap akhir tahun. Selain itu,

pembandingan estimasi persediaan akhir dengan persediaan akhir dari

perhitungan fisik, dimana keduanya dinilai dengan harga eceran, akan

membantu mengidentifikasi kekurangan persediaan yang ditimbulkan oleh

kecurangan sehingga pihak managemen dapat mengambil tindakan

pengendalian.
33

3. Metode Penilaia Selain Harga Pokok

a. Metode harga atau harga pasar yang lebih rendah :

Jika biaya pergantian item persediaan lebih rendah daripada biaya

pembelian awal, maka metode mana yang lebih rendah antara harga

pokok atau harga pasar (lower-of-cost-or-market-method-LCM)

digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar, yang digunakan dalam

LCM, adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal

persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada kuantitas yang biasanya dibeli

dari sumber pemasok. Dalam bisnis yang sering dilanda inflasi, harga

pasar jarang turun. Namun bisnis yang teknologinya berubah dengan

cepat misalnya: televisi atau komputer jinjing penurunan harga sering

terjadi. Keunggulan dari metode LCM adalah bawa laba kotor (dan laba

bersih) akan berkurang dalam periode terjadinya penurunan nilai pasar.

Dalam menerapkan metode LCM, biaya dan biaya penggantian

dapat ditentukan untuk: setiap item dalam persediaan, kelas atau kategori

utama persediaan dan persediaan secara keseluruan. Penilaian yang

didasarkan pada tiap-tiap kelompok besar barang pada hakikatnya tidak

berbeda dengan penilaian berdasarkan pada semua jenis barang secara

keseluruhan.Kalau didasarkan atas persediaan secara keseluruhan, total

nilai yang diperbandingkan adalah nilai semua jenis barang yang ada.

Dalam praktek, yang ditentukan biasanya adalah biaya dan biaya

penggantian setiap item.


34

Dalam metode ini persediaan akan dicantumkan dengan nilai yang

lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar. Dasar harga pokok

atau harga pasar yang lebih rendah dapat diterapkan dalam metode fifo

maupun rata-rata. Hasil perhitungan dengan cara ini adalah lebih rendah

diantara harga pokok (dihitung dengan cara fifo ) dan harga pasar.

b. Penilaian pada nilai realisasi bersih :

Barang dagang yang telah rusak, usang, cacat atau hanya yang bisa

dijual dengan harga dibawah harga pokok harus diturukan nilainya.

Barang dagang semacam itu harus dinilai pada nilai realisasi bersih. Nilai

realisasi bersih (net realizable value) adalah estimasi harga jual dikurangi

biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan. Sebagai contoh,

asumsikan bahwa barang dagang yang telah rusak, yaitu berharga pokok

Rp 1.000, hanya dapat dijual dengan harga Rp. 800 , dan beban penjualan

langsung diestimasi sebesar Rp 150. Persediaan ini harus dinilai sebesar

Rp 650 (Rp 800 – Rp 150) yang merupakan nilai realisasi bersihnya.


35

2.2 Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Berikut ini merupakan penyajian kerangka konseptual

dari penulisan proposal ini :

UD. ARMANDO

PEMBELIAN PENJUALAN

METODE TAKSIRAN :

METODE LABA KOTOR

METODE HARGA
ECERAN

NILAI PERSEDIAAN
AKHIR

UD. ARMANDO merupakan suatu entitas usaha yang bergerak


dibidang perdagangan, dengan kegiatan utama adalah: menjual produk-
produk seperti: produk sembako, perlengkapan sekolah, produk atk,
makanan ringan, foto kopi dan pakayan jadi. Usaha ini memerlukan metode
penilaian persediaan yang sesuai serta mudah untuk diaplilkasikan, metode
36

tersebut adalah metode taksiran. Dengan metode ini pihak internal


perusahaan akan lebih mudah dalam menentukan jumlah persediaan akhir
dalam satu periode sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.

2.3 Penelitian Terdahulu

NO NAMA TAMAT JUDUL HASIL PENELITIAN


1. Riko candra 2009 Analisis komparatif Menggunakan metode penelitian
ramdhoni penilaian komparatif dan data yang
persediaan dan diperoleh adalah data tahun
earning pershare 2008. Jenis data yang digunakan
pada perusahaan adalah data sekunder dan
manufactur dikumpulkan melalui studi
menggunakan kepustakaan, hasil penelitiannya
metode fifo dan adalah : terdapat perbedaan
average yang signifikan antara penilaian
persediaan pada perusahaan
manufaktur yang menggunakan
metode fifo dan average.
2. Riko P lumban 2009 Analisis penerapan Menggunakan metode deskriptif
Toruan akuntansi dan data yang digunakan data
persediaan tahun 2008, diperoleh dengan
berdasarkan PSAK wawancara dan studi
NO.14 pada PT. dokumentasi. Jenis data yang
Electronik City digunakan data primer dan
Indonesia cabang sekunder. Hasil penelitian bahwa
medan PT. Electronik City cabang medan
adlah perusahaan dagang yang
menjual barang-barang
elektronik telah menerapkan
metode pencatatan dan
penilaian persediaan sesuai
dengan PSAK NO. 14 , dengan
sistem pencatatn perpetual dan
metode fifo sebagai metode
penilaian persediaan.
3. Reinhard S. 2013 Evaluasi akuntansi Menggunakan metode deskriptif
sambuaga persediaan pada kualitatif dan menggunakan data
PT. Sukses Era tahun 2011 dengan jenis data
Niaga Manado yang digunakan data primer dan
telah sesuai sekunder. Hasil penelitian bahwa
dengan PSAK PT. Sukses Era Niaga manado
37

NO.14 mengenai adalah perusahaan distributor


persediaan. HP, Flashdisk, harddisk dan
aksesoris komputer telah
menerapkan PSAK NO. 14 dalam
kaitan dengan pencatatan dan
penilaian persediaan. Pencatatan
perpetual dan metode fifo
sebagai metode penilaian
persediaan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis


penelitian deskriptif dan data yang digunakan adalah data sekunder yaitu
berupa data pembelian, data penjualan, laporan keuangan maupun dari buku-
buku atau sumber kepustakaan lainnya yang mendukung penelitian ini.
Rancangan dari penelitian deskriptif ini juga bertujuan mengetahui
bagaimana sistem manual penilaian persediaan yang telah diselenggarakan,
berapa nilai persediaan akhir apabila dihitung dengan metode taksiran serta
membandingkan nilai persediaan yang menggunakan sistem manual dengan
metode taksiran.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan pada UD. ARMANDO, Jl.


Kimang Buleng Maumere, Kelurahan Madawat, Kecamatan Alok
Timur Kabupaten SIKKA.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung selama satu bulan terhitung sejak tanggal


13 mei sampai 13 juni 2017.

38
39

3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi

Wilayah generalisasi yang terdiri dari supyek/obyek yang mempunyai


kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, populasi dari penelitian ini
adalah kegiatan operasional pada UD. ARMANDO pada tahun 2016.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki


populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut kesimpulannya
akan diberlakukan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
operasional persediaan selama tahun 2016.

3.4 Jenis Dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini


adalah data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka yang
diperoleh peneliti dari pihak UD. ARMANDO. Adapun data yang
dimaksud adalah data pembelian dan data penjualan selama tahun
2016.

3.4.2 Sumber Data

Berdasarkan sumber pengambilan data penelitian ini termasuk


dalam penelitian sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dan juga dari sumber yang telah ada
seperti dari dokumen-dokumen, buku-buku maupun dari jurnal-jurnal
yang berkaitan dengan penelitian ini.
40

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakn oleh


penulis antara lain :

1. Studi dokumentasi, dalam penelitian ini studi dokumentasi yang


digunakan oleh peneliti adalah data pembelian dan data penjualan
selama tahun 2016.
2. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan cara membaca dan
mempelajari teori-teori dan literatur-literatur yang berkaitan dengan
akuntansi persediaan.

3.6 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

3.6.1 Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah metode


taksiran penilaian persediaan yang terdiri dari metode laba kotor dan
metode harga eceran.

3.6.2 Devenisi Operasional

Metode taksiran penilaian persediaan merupakan suatu metode


akuntansi untuk menentukan nilai persediaan ketika catatan
persediaan perpetual tidak diselenggarakan dan perhitungan fisik
dirasa kurang efektif. Metode ini terdiri dari dua metode yaitu:

1. Metode laba kotor (Gross Provit Method)


Metode laba kotor diestimasi berdasarkan observasi bahwa
hubungan antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan
biasanya relatif stabil dari periode ke periode berikutnya dan
prosentase laba kotorpun diasumsikan selalu sama setiap
periodenya.
2. Metode harga eceran (Rethail Inventori Method)
Metode harga eceran diestimasi dengan syarat perusahaan harus
menyelenggarakan dua catatan untuk barang yang dibeli yaitu
sebesar harga perolehan dan harga jual (harga eceran) untuk
barang yang sama
41

Dengan metode ini pihak entitas usaha dapat secara cepat dan akurat
menentukan besarnya nilai persediaan akirnya sebagai salah satu informasi
yang akan dicantumkan pada laporan keuangan baik itu neraca, laporan laba
rugi maupun laporan keuangan lainnya.

3.7 Instrumen Penelitian

Suharsimi arikunto (2010:265) menyatakan bahwa instrumen


penelitian merupakan suatu fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan memberikan hasil
yang baik, dalm arti lebih lengkap dan cermat dan sistematis sehingga
mudah diolah.berdasrkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka
instrumen penelitian menggunakan studi dokumentasi dan studi pustaka.
Studi dokumentasi menggunakan data pembelian dan data penjualan,studi
pustaka mengacuh pada literatur-literatur maupun jurnal-jurnal yang
mendukung penelitian ini. Skala pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala ratio yang dapat memberikan arti perkalian atau
perbandingan.

3.8 Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini,


peneliti menggunakan metode analisis deskriptif yaitu metode dengan
menyusun data yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dan dianalisis
sehingga memberikan informasi bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

Teknik analisis data menggunakan metode taksiran penilaian persediaan


yang dikemukakan oleh Hery dalam bukunya akuntansi dasar 1 dan 2,
halaman 260 yaitu:

1. Metode laba kotor (gross profit method)


Untuk mengestimasi nilai persediaan akhir dapat menggunakan
beberapa tahap yaitu:
a. Menentukan presentasi laba kotor dari penjualan bersih pada
periode sebelum diadakannya penaksiran nilai persediaan barang
dagangan.
b. Menghitung nilai harga pokok penjualan barang dagangan untuk
periode diadakannya penaksiran nilai persediaan dengan cara
42

mengurangkan presentase 100% dengan presentase laba kotor


periode sebelum diadakan penaksiran nilaipersediaan, kemudian
hasil pengurangannya dikalikan dengan penjualan bersih aktual
yang terjadi pada periode diadakannya penaksiran nilai
persediaan barang dagangan.
c. Menghitung persediaan akhir dengan persamaan :
Hpp = persediaan awal + pembelian – persediaan akhir

2. Metode harga eceran (retail inventory method)


Untuk mengestimasi nilai persediaan dengan metode ini dapat
menggunakan iktisar rumus sebagai berikut:
a. Persentase harga pokok (harga perolehan) =
Barang yang tersedia untuk dijual menurut harga perolehan dibagi
barang yang tersedia untuk dijual menurut harga ecer
b. Nilai persediaan akhir menurut harga ecer =
Barang yang tersedia untuk dijual menurut harga ecer dikurang
penjualan bersih sepanjang periode
c. Nilai persediaan akhir menurut estimasi harga pokok (harga
perolehan)=
Presentase harga pokok (harga perolehan) dikali dengan nilai
persediaan akhir menurut harga ecer.

Anda mungkin juga menyukai