Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MANAJEMEN LOGISTIK

KONSEP DASAR PERSEDIAAN

Kelompok 4

Deby Sagita 02180200055

Juniani Ulfah. S 01160000022

Lihani Ultifa 02180200031

Mahfudoh 02180200056

Martina Sari Siregar 02180200030

S1 KESEHATAN MASYARAKAT

JURUSAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN (MPK)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

2019 - 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “konsep dasar persediaan” ini
dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin dalam Makalah ini
terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis mohon maaf. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga laporan Makalah konsep dasar persediaan ini dapat memberikan informasi
dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Jakarta, Oktober 2019


Penulis

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persediaan adalah stok, dalam berbagai bentuknya, yang tersedia di sebuah


perusahaan (Harsanto, 2013). Persediaan di definisikan sebagai barang yang
disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang (Kusuma, 2009).
Dari beberapa pendapat menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa persediaan
adalah sumber daya dalam berbagai bentuknya yang akan digunakan untuk proses
produksi mendatang.
Persediaan merupakan salah satu bagian modal kerja yang sangat penting,
karena mayoritas modal usaha perusahaan maupun umkm berasal dari persediaan.
Pada perusahaan dagang, persediaanya adalah berupa barang dagangan yang belum
terjual, sedangkan pada perusahaan industri, persediaanya adalah berupa bahan
mentah (raw material inventory), barang dalam proses (WIP inventory),persediaan
MRO dan (finish goods inventory) barang jadi ( Heizer dan Render, 2015).

Era modern ini tentunya persaingan antar badan usaha satu dengan lainya
semakin ketat, hal ini diakibatkan dari konsumen yang semakin tinggi
kebutuhanya, sehingga menuntut agar badan usaha untuk menetapakan
pengendalian secara tepat agar perusahaan dapat menentukan produksi yang
sesuai dengan permintaan dan tetap mampu bersaing dengan badan usaha lain
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau konsumenya.

Menurut Agus Ristono (2009:2) pengendalian persediaan perlu diperhatikan


karena berkaitan langsung dengan biaya yang harus ditanggung perusahaan
sebagai akibat adanya persediaan, oleh sebab itu persediaan yang ada harus
seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan
mengakibatkan perusahaan akan menanggung risiko kerusakan dan biaya
penyimpangan yang tinggi di samping biaya investasi yang besar. Tetapi jika
terjadi kekurangan persediaan akan berakiat terganggunya kelancaran dalam
proses produksi.

Peristiwa tersebut bisa terjadi, karena tidak selamanya barang – barang atau
jasa-jasa tersedia pada setiap saat, yang berarti pula bahwa pengusaha akan
kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya ia dapatkan.
Persediaan sangat penting untuk perusahaan, baik yang menghasilkan suatu
barang atau jasa.

Pada dasarnya semua perusahaan mengadakan perencanaan dan


pengendalian dengan tujuan pokok meminimumkan biaya dan untuk
memaksimumkan laba dalam waktu tertentu. Dalam perencanaan dan
pengendalian bahan baku yang terjadi masalah utama adalah menyelenggarakan
persediaan yang paling tepat agar kegiatan produksi tidak terganggu dan biaya
yang digunakan dalam persediaan tidak berlebihan. Dari beberapa penjelasan
diatas, kelompok mengangkat tema pembahasan makalah yaitu Memahami
Proses Konsep Dasar Persediaan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
a. Apa saja konsep dasar persediaan.
b. Bagaimana persediaan pada kondisi pasti.
c. Apa definisi dari EOQ dan EPQ.
d. Bagaimana penjadwalan produksi.

1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui konsep dasar persediaan
b. Untuk mengetahui persediaan pada kondisi pasti
c. Untuk mengetahui EOQ dan EPQ
d. Untuk mengetahui sistem penjadwalan produksi

1.4. Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan Managemen Logistik khususnya mengenai
konsep dasar persediaan
1.4.2 Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang konsep dasar persediaan serta dapat
menambah dan meningkatkan wawasan pengetahuan pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Persediaan Inventory (Persediaan)


Konsep dasar dari Sistem Inventori terbagi atas dua pengertian. Yang pertama
adalah sistem, dan kemudian yang kedua adalah sistem inventori itu sendiri. Dalam
perkembangan sistem yang ada, sistem dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka merupakan sistem yang dihubungkan
dengan arus sumber daya luar dan tidak mempunyai elemen pengendali. Sedangkan
sistem tertutup tidak mempunyai elemen pengontrol dan dihubungkan pada
lingkungan sekitarnya.
Menurut Herlambang (2005:116), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua
pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen.
Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari
beberapa prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Sedangkan berdasarkan
pendekatan komponen, sistem merupakan kumpulan dari komponen-komponen
yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu.
Inventory (Persediaan)Setiap perusahaan, apakah perusahaan jasa ataupun
perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,
para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu
tidak dapat memenuhi keinginan pelanggannya (Freddy Rangkuti, 1998).
Sedangkan sistem persediaan dapat diartikan sebagai serangkaian kebijakan
dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat
persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus disediakan dan berapa besar
pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin
tersedianya sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang
tepat atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk
meminimkan biaya total melalui penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dapat
dilakukan secara optimal.
2.1.1 Pengertian pengendalian persediaan
Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan yang disediakan dan
bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses
produksi serta barang-barang jadi/ produk yang disediakan untuk memenuhi
permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu (Rangkuti, 1996).
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan obat di unit-
unit pelayanan (Depkes RI 2008). Pengendlaian persediaan merupakan bagian
yang penting dalam bisnis maka dari itu pengendalian persediaan yang
dilakukan dengan baik dapat menjaga keseimbangan setiap waktu dengan
memiliki persediaan yang optimal untuk memaksimalkan keuntungan sebab
jumlah persediaan yang besar akan menimbulkan biaya yaitu biaya
penyimpanan persediaan sehingga keuntungan perusahaan pun berkurang.
Selain itu, barang juga dapt rusak jika tidak disimpan dengan baik.
Pengendalian persediaan merupakan pengumpulan atau penyimpanan
komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke
waktu. Dimana bentuk berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam
proses, barang jadi ataupun suku cadang. Bisa dikatakan tidak perusahaan
yang dapat beroperasi tanpa adanya persediaan (Herjanto, 2011).
Persediaan berkaitan dengan penyimpanan bahan baku untuk dapat
memastikan lancarnya suatu sistem produksi atau usaha bisnis bagi suatu
perusahaan/ industri. Dimana persediaan adalah sumber daya atau bahan yang
disimpan untuk digunakan selanjutnya pada proses pembuatan suatu produk
(Limansyah dan Lasmono, 2011). Walaupun persediaan hanya merupakan
suatu sumber daya yang menganggur, akan tetapi dapat dikatakan tidak ada
perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, karena persediaan merupakan
salah satu untur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara
continue diperoleh, diubah kemudian dijual kembali.
Menurut Priyambodo (2007) tujuan diadakannya persediaan antara
lain untuk memberikan layanan terbaik pada pelanggan, untuk memperlancar
proses produksi, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan
persediaan dan menghadapi fluktuasi harga. Persediaan merupakan sejumlah
bahan-bahan yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat
dalam perusahaan untuk proses produksi serta barang-barang jadi/produk yang
disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap
waktu (Rangkuti, 1996).
Persediaan bagian yang sangat penting dalam suatu bisnis. Alasannya
adalah persediaan cenderung menyembunyikan persoalan, dengan
memecahkan masalah persediaan membuat permasalahan menjadi sederhana,
namun demikian permasalahan yang sering muncul adalah persediaan yang
sangat mahal dikelola, akibatnya kebijakan operasi yang bijaksana sangat
diperlukan dalam mengelola persediaan, sehingga tingkat persediaan dapat di
tekan sekecil mungkin.
Salah satu fungsi managerial yang sangat penting adalah
pengendalian, persediaan, apabila perusahaan menanamkan terlalu banyak
dananya dalam persediaan, hal ini akan menyebabkan penyimpanan yang
berlebihan, dan mungkin mempunyai opportunity cost. Demikian pula apabila
perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat
mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan (Stockout cost).
Manajemen persediaan (inventory control) atau inventory
management adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat
yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan
pada pengendalian material. Pada produk jasa, pengendalian diutamakan
sedikit pada material dan banyak pada jasa pasokan karena konsumsi sering
kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan persediaan.
Manajemen persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penentuan kebutuhan material
sedemikian rupa sehingga di satu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada
waktunya dan di lain pihak investasi persediaan material dapat ditekan secara
optimal.
2.1.2 Jenis – jenis Persediaan

Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tesedndiri dan cara


pengelolaan yang berbeda, persediaan dapat dibedakan:
1. Persediaan barang mentah (Raw material) yaitu persediaan barang-barang
berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lain yang
digunakan dalam proses produksi
2. Persediaan komoponen-komponen rakitan (purchased parts components),
yatu persediaan barang-barang yang terdiri dari perusahaan lain, dimana
secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk,
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan
barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi , tetapi tidak
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap tiap bagian dalam
proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih
perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (Finished goods) yatu persediaan barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual
atau dikirim kepada pelanggan.

2.1.3 Tujuan pengendalian persediaan

Suatu pengendalian yang dijalankan oleh suatu perusahaan tentu


mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian persediaan bertujuan untuk
menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Selain itu,
pengendalian persediaan juga dijalankan untuk menjaga tingkat persediaan
pada tingkat yang optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan
pada persediaan tersebut yaitu untuk menunjukan tingkat persediaan yang
sesuai dengan kebutuhan dan dapat menjaga kontinuitas produksi dengan
biaya yang ekonomis. Adapun tujuan yang lebih luas dari pengendalian
persediaan menurut Assauri (2004) sebagai berikut:

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat


mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar
atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan
tidak teralalu besar.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini
akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang
tepat dari bahan-bahan yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan
biaya-biaya yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan.
Pengelolaan persediaan sangat penting dalam kegiatan operasi perusahaan,
tujuannya sebagai berikut :
1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan
cepat (memuaskan konsumen)
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar tidak mengalami
kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi,
hal ini dikarenakan alasan :
a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka
sehingga sulit untuk diperoleh.
b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.
3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan
laba.
4. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena
dapat mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.
5. Menjaga supaya penyimpanan dan emplacement tidak besar-besaran,
karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.

2.1.4 Fungsi persediaan

Pengendalian persediaan merupakan suatu aspek penting yang harus


dilakukan dengan baik oleh suatu perusahaan. Kekurangan bahan atau material
akan mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses produksi
sedangkan kelebihan persediaan (over stock) akan menimbulkan biaya ekstra
(biaya penyimpanan dan lain-lain), disamping resiko kerusakan karena
penyimpanan barang yang teralalu lama. Sehinga dapat dikatakan bahwa
pengendalian persediaan yang efektif sangat diperlukan oleh suatu perusahaan
(Subagyo, 1984). Selain itu menurut Kusuma (2009) pengendalian persediaan
merupakan fungsi managerial yang sangat penting untukmengontrol biaya dan
menjamin ketersediaan barang pada saat dibutuhkan, dalam artian selalu
menjaga agar persediaan tidak mengalami stockout atau overstock. Fungsi
pengendalian (fungsi controlling) adalah fungsi terakhir dari proses
manajemen dan pengendalian ini berkaitan erat sekali dengan fungsi
perencanaan dan kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi, karena:

1. Fungsi pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan;


2. Pengendalian hanya dapat dilakukan, jika ada perencanaan rencana;
3. Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan secara baik;
4. Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah
pengendalian atau pengukuran dilakukan.

Menurut Siagian (2006) pengendalian persediaan pada hakikatnya


berhubungan sangat serat dengan fungsi perencanaan persediaan, aspek
perencanaan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang akan
disediakan atau diproduksi dan sumber serbaik pengadaan barang-barang.
Dalam fungsi perencanaan diperlukan pedoman untuk dapat dijadikan dasar
sebagai penetapan persediaan. Salah satu pedoman yang dapat dijadikan acuan
tersebut yaitu mempelajari hasil pengendalian persediaan yang telah dilakukan
sebelumnya.

Beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam


memenuhi kebutuhan perusahaan (Herjanto, 2011) yakni sebagai berikut:

1). Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku barang yang


dibutuhkan perusahaan. Jika telah tersedia persediaan, maka kegiatan
perusahaan tidak akan terganggu oleh keterlambatan, kedatangan barang
karena perusahaan dapat melakukan kegiatannya dengan menggunakan
persediaan yang ada.
2). Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan karena perusahaan dapat menggunakan persediaan yang ada
untuk melakukan kegiatannya selama proses pengembalian tersebut.
3). Mengantisipasi bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga
persediaan dapat digunakan bila bahan itu tidak ada di pasaran, hal ini juga
menekan biaya pengeluaran akibat inflasi barang.
4). Untuk penyimpanan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran
5). Mendapat keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas
6). Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang
diperlukan.
7). Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran
arus produksi karena barang dan bahan terus tersedia dalam bentuk
persediaan perusahaan.

Selain itu menurut Hejanto (2011) persediaan dapat dikelompokkan kedalam 4


jenis, yaitu:

1. Fluctuation stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk


menjaga mengatasi bila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam
perkiraan penjualan, waktu produksi atau pengiriman barang.
2. Anticipation stock, merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan
yang dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi
kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan.
Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya
diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi.
3. Lost-size inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah
yang lebih besar daripada kebutuhan saat itu. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan dari harga barang (diskon) karena membeli
dalam jumlah besar.
4. Pipeline Inventory merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman
dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan.

2.1.5 Biaya Dalam Persediaan


Dalam menentukan keputusan terdapat beberapa variable biaya yang
perlu dipertimbangkan yakni biaya penyimpanan dan biaya pemesanan berikut
penjelasannya (Rangkuti, 2004):

1. Biaya penyimpanan (holding cost/carrying cost) merupakan biaya yang


dikeluarkan untuk kegiatan penyimpanan persediaan selama waku tertentu.
Biaya penyimpanan mencangkup biaya barang using dan biaya yang
terkait dengan penyimpanan, seperti:
a) Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,
pendingin ruangan, dan sebagainya)
b) Biaya modal (opportunity cost of capital) yaitu alternative pendapatan
atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan
c) Biaya keuangan
d) Biaya perhitungan fisik
e) Biaya asuransi persediaan
f) Biaya pajak persediaan
g) Biaya pencurian, kerusakan atau perampokan
h) Biaya penanganan persediaan dan sebagainya
2. Biaya pemesanan(order cost) merupakan biaya yang mencangkup biaya
persediaan, formulir, proses pemesanan, pembelian, dukungan
administrasi, dan biaya pengadaan persediaan. Biaya pemesanan sifatnya
cenderung konstan. Maksudnya, besarnya biaya tidak tergantung dari
besarnya barang yang dipesan, tetapi pemesanan perperiode ditentukan
oleh frekuensi pemesanan dalam periode tersebut. Biaya ini meliputi :
a) Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
b) Upah
c) Biaya telepon
d) Pengeluaran surat menyurat
e) Biaya pengepakan dan penimbangan
f) Biaya pengangkatan (pengiriman) dan bongkar muat
g) Biaya hutang lancer dan sebagainya.
3. Biaya penyiapan (setup cost) merupakan biaya yang disediakan ketika
perusahaan tidak membeli bahan-bahan dari pihak eksternal tetapi
memproduksi sendiri di dalam pabrik perusahaan sehingga diperlukan
biaya penyiapan produksi. Biaya penyiapan terdiri dari biaya mesin-mesin
menganggur, biaya persiapan tenaga kerja langsung, biaya scheduling,
biaya ekspedisi, dan sebagainya.
4. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated costs),
adalah biaya yang terdiri dari biaya kerja lembur, biaya latihan, biaya
pemberhentian kerja, dan biaya-biaya pengangguran (idle time cost)
biayabiaya ini terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan
kapasitas, atau bila terlalu banyak atau terlalu sedikitnya kapasitas yang
digunakan pada suatu waktu tertentu.
5. Biaya kekurangan persediaan (out of stock cost), adalah biaya yang timbul
apabila persediaan tidak mencukupi adanya perintaan barang, seperti
kerugian atau biaya tambahan yang diperlukan karena seorang pelanggan
memeinta atau memesan suatu barang sedangkan barang tersebut tidak
tersedia. Selain itu, biaya ini juga dapat merupakan biaya-biaya yang
timbul akibat pengiriman kembali pesanan tersebut.

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan


Untuk dapat menentukan berapa persediaan yang optimal, maka perlu
diketahui faktr-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan. Untuk
menentukan kebijakan tingkat persediaan barang yang optimal perlu diketahui
factor-faktor yang mempengaruhinya. Berikut factor-faktor yang
mempengaruhi persediaan menurut Mohamad Muslich (2003:122) adalah
sebagai berikut:
1. Biaya persediaan: seringnya pemesanan bahan yang dilakukan dalam jumlah
pesanan yang relative kecil akan meningkatkan biaya pemesanan.
Sebaliknya pemesanan barang dalam jumlah yang besar akan memperbesar
biaya penyimpanan. Selainitu perlu pula dipertimbangkan biaya modal yang
tertanam dalam persediaan.
2. Sejauh mana permintaan barang oleh pembeli dapat diketahui jika
permintaan barang dapat diketahui, maka perusahaan dapat menentukan
beberapa kebutuhan barang dalam 2 periode. Kebutuhan barang dalam
periode inilah yang harus dapat dipenuhi oleh perusahaan.
3. Lama penyerahan barng antara saat dipesan dengan barang tiba, atau disebut
sebagai lead time atau delivery time.
4. Kemungkinan diperolehnya diskonto untuk pembelian dalam jumlah besar

2.1.7 Fungsi persediaan


Pengendalian persediaan merupakan suatu aspek penting yang harus
dilakukan dengan baik oleh suatu perusahaan. Kekurangan bahan atau material
akan mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses produksi
sedangkan kelebihan persediaan (over stock) akan menimbulkan biaya ekstra
(biaya penyimpanan dan lain-lain), disamping resiko kerusakan karena
penyimpanan barang yang teralalu lama. Sehinga dapat dikatakan bahwa
pengendalian persediaan yang efektif sangat diperlukan oleh suatu perusahaan
(Subagyo, 1984). Selain itu menurut Kusuma (2009) pengendalian persediaan
merupakan fungsi managerial yang sangat penting untukmengontrol biaya dan
menjamin ketersediaan barang pada saat dibutuhkan, dalam artian selalu
menjaga agar persediaan tidak mengalami stockout atau overstock. Fungsi
pengendalian (fungsi controlling) adalah fungsi terakhir dari proses
manajemen dan pengendalian ini berkaitan erat sekali dengan fungsi
erencanaan dan kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi, karena:
a. Fungsi pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan;
b. Pengendalian hanya dapat dilakukan, jika ada perencanaan rencana;
c. Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan secara baik;
d. Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah
pengendalian atau pengukuran dilakukan
Menurut Siagian (2006) pengendalian persediaan pada hakikatnya
berhubungan sangat serat dengan fungsi perencanaan persediaan, aspek
perencanaan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang akan
disediakan atau diproduksi dan sumber serbaik pengadaan barang-barang.
Dalam fungsi perencanaan diperlukan pedoman untuk dapat dijadikan dasar
sebagai penetapan persediaan. Salah satu pedoman yang dapat dijadikan acuan
tersebut yaitu mempelajari hasil pengendalian persediaan yang telah dilakukan
sebelumnya.
Beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam
memenuhi kebutuhan perusahaan (Herjanto, 2011) yakni sebagai berikut:
a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku barang yang
dibutuhkan perusahaan. Jika telah tersedia persediaan, maka kegiatan
perusahaan tidak akan terganggu oleh keterlambatan, kedatangan barang
karena perusahaan dapat melakukan kegiatannya dengan menggunakan
persediaan yang ada.
b. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan karena perusahaan dapat menggunakan persediaan
yang ada untuk melakukan kegiatannya selama proses pengembalian
tersebut.
c. Mengantisipasi bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga
persediaan dapat digunakan bila bahan itu tidak ada di pasaran, hal ini
juga menekan biaya pengeluaran akibat inflasi barang.
d. Untuk penyimpanan bahan baku yang dihasilkan secara musiman
sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di
pasaran
e. Mendapat keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas
f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang
yang diperlukan.
g. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran
arus produksi karena barang dan bahan terus tersedia dalam bentuk
persediaan perusahaan.

`Selain itu menurut Hejanto (2011) persediaan dapat dikelompokkan


kedalam 4 jenis, yaitu:

1. Fluctuation stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk


menjaga mengatasi bila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam
perkiraan penjualan, waktu produksi atau pengiriman barang.
2. Anticipation stock, merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan
yang dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi
kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan.
Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya
diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi.
3. Lost-size inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah
yang lebih besar daripada kebutuhan saat itu. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan dari harga barang (diskon) karena membeli
dalam jumlah besar.
4. Pipeline Inventory merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman
dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan.

2.1.8 Persediaan Logisik Rumah Sakit


Di rumah sakit, persediaan dapat dikatakan sebagai kekayaan (aktiva)
yang dimiliki rumah sakit dan akan digunakan dalam proses pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Menurut Lumenta (1990), pada umumnya
persediaan dalam logistic rumah sakit dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu:
1. Persediaan makanan Persediaan makanan di rumah sakit pada umumnya
tidak dikelola dengan masa penyimpanan yang lama layaknya di hotel-
hotel. Pesediaan ini mencakup bahan daging, sayur-mayur, buah-buahan,
bahan-bahan bumbu, bahan makanan kering, dan minuman untuk diolah
menjadi makanan untuk pasien rawat inap maupun petugas.
2. Persediaan logistic umum Barang atau bahan yang dibutuhkan bagi
kegiatan pelayanan selain obatobatan dan bahan makanan. Persediaan ini
dibagi ke dalam beberapa kelompok yatu bahan tekstil, bahan teknik,
barang rumah tangga, barang inventaris, dan barang-barang alat tulis
kantor (ATK).
3. Persediaan farmasi persediaan ini adalah persediaan yang biasanya
memiliki pos anggaran biaya paling besar.
Persediaan farmasi meliputi:
1. Persediaan obat-obatan
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,
mineral, maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk
mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit, atau
menyembuhkan penyakit.
2. Persediaan bahan-bahan kimiawi Umumnya bahan kimiawi ini
digunakan dalam operasional farmasi, laboratorium, dan kegiatan
farmasi lainnya.
3. Persediaan gas medic dan bahan-bahan penunjang medis Gas medic
yang biasanya digunakan antara lain adalah gas oksigen, gas nitro
oxide, dan lain-lain, sedangkan bahan penunjang medis antara lain
spuit needle, perlengkapan penyimpanan daran dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk kegiatan radiologi, fisioterapi, dan lain-lain.
4. Persediaan peralatan kesehatan Peralatan kesehatan disini adalah
peraltan perawatan dan peralatan kedokteran, dimana peralatan
tersebut dapat dikelompokkan lagi ke dalam komponen yang tahan
lama dan yang tidak tahan lama.

2.2 Model-model persediaan

Model persediaan digunakan untuk menetukan kapan pesanan suatu barang


dilakukan dan berapa banyak barang yang akan dipesan :

2.2.1 Economic Order Quantity (EOQ)


1. Pengertian Economic Order Quantity (EOQ)

Menurut Agus Sartono (2001:447) untuk menentukan persediaan


yang optimal, salah satunya adalah penggunaan metode EOQ. Metode
EOQ termasuk metode klasik yang sering digunakan oleh perusahaan .
dalam metode EOQ ini dapat diasumsikan bahwa permintaan bahan baku
dimasa mendatang relative konstan dan pasti dalam setiap periode
berjalan.

Menurut Johar Arifin (2007:51) mengatakan bahwa Economic


Order Quantity adalah: “jumlah atau kuantitas barang yang dibeli dengan
biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang
optimal” Adapun menurut Sutrisno (2007:86) pengertian Economic Order
Quantity adalah“jumlah kuantitas bahan yang dibeli setiap kali pembelian
dengan biaya yang paling minimal”

Dari definisi yang dipaparkan oleh para ahli dapat disimpulkan


bahwa Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode yang
digunakan untuk menghitung jumlah pembelian yang optimal dengan
biaya yang paling minimal.

2. Syarat Penetapan Economic Order Quantity

Penerapan EOQ pada perusahaan akan lebih akurat apabila


terlebih dahulu perusahaan mengetahui apakah metode EOQ metode yang
cocok diterapkan diperusahaan atau tidak. EOQ harus memperhatikan
asumsi-asumsi yang dipakai. Syarat penerapan EOQ menurut Schroeder
(2004:11) adalah sebagai berikut:

a. Tingkat permintaan adalah konstan, berulang-ulang, dan diketahui.


b. Tenggang waktu pesanan konstan dan diketahui
c. Tidak diperbolehkan adanya kehabisan stok
d. Bahan dipesan/diproduksi dalam suatu partai/tumpukan dan seluruh
partai ditempatkan ke dalam persediaan dalam suatu waktu.
e. Suatu struktur biaya spesifikasi digunakan sebagai berikut: biaya
satuan unit adalah konstan dan tidak ada potongan yang diberikan
untuk pembelian yang banyak. Biaya pengadaan bergantung secara
linier pada tingkat persediaan rata-rata. Pemesanan/persiapan yang
teratur untuk setiap partai, yang adalah bebas dari jumlah satuan di
dalam partai tersebut.
f. Satuan barang merupakan produk tunggal, tidak ada interaksi dengan
produk lain.

Adapun menurut Mursyidi (2008:172), model EOQ dapat


diterapkan dengan beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Ada kuantitas yang tetap sama pada setiap pemesanan kembali (reorder
point).
2. Permintaan, biaya pemesanan, carrying cost dan purcheses-lead time
(jangka waktu pemesanan sampai bahan diterima) dapat diketahui atau
diprediksi dengan baik dan tepat.
3. Biaya pembelian per unit tidak terhubung/terpengaruh oleh jumlah
yang dipesan
3. Perhitungan EOQ
Banyaknya factor yang mempengaruhi persediaan akan
menimbulkan pemikiran untuk menentukan suatu pembelian persediaan
yang optimal. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002) terdapat biaya-biaya
yang berkaitan dengan persediaan yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan persediaan yang optimal yaitu:

a. Biaya pemesanan (Ordering Cost)


Biaya ini besarnya tergantung dari frekuensi pemesanan,
misalnya dalam satu tahun dibutuhkan bahan baku untuk dibeli sebesar
S unit dan setiap kali pembelian bahan sebesar Q unit, serta biaya
setiap kali pesan O rupiah, maka biaya pemesanan per tahun dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Biaya pemesanan per tahun = biaya pesan x frekuensi pesanan =


𝑆
Ox𝑄

Adapun menurut Agus Ristanto (2009:35) perhitungan total


biaya pemesanan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐷
Total biaya pemesanan = A 𝑄

Keterangan:

A = Biaya pesan/setiap kali pesan

D = Jumlah permintaan

Q = kuantitas pemesanan

b. Biaya penyimpanan (Carrying Cost)


Dengan asumsi tingkat pemakaian bahan baku konstan, maka
biaya penyimpanan dihitung dari rata-rata bahan baku yang disimpan.
Bila bahan baku yang dipesan setiap kali pesan sebesar Q unit, maka
rata-rata biaya penyimpanan adalah sebesar Q/2. Apabila biaya
penyimpanan sebesar C rupiah dari rata-rata bahan yang disimpan,
maka biaya penyimpanan per tahun bisa dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

𝑄
Biaya penyimpanan per tahun = biaya penyimpanan x persediaan rata-rata = Cx 2
Adapun menurut Agus Ristono (2009:35) perhitungan total
biaya penyimpanan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑄
Total biaya penyimpanan = h
2

Keterangan:

H = ongkos simpan/unit/satuan waktu

Q = kuantitas pemesanan

c. Biaya persediaan
Total biaya persediaan merupakan jumlah keseluruhan dari
semua pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap
persediaan. Dalam perhitungan EOQ yang menjadi total biaya
persediaan adalah jumlah dari biaya pesan dan biaya simpan
persediaan. Dengan demikian total biaya persediaan adalah:

𝑆 𝑄
Biaya persediaan = biaya pemesanan + biaya penyimpanan = Ox 𝑄 + Cx 2

Menurut Agus Sutarno (2001:448), EOQ terjadi apabila biaya


pemesanan sama dengan biaya penyimpanan, maka:

𝑆 𝑄
Ox 𝑄 = Cx 2

Q2
OxS = Cx 2

2𝑂𝑆
2OS = CQ2 Q* = 𝐶

2𝑂𝑆
= Q2
𝐶

Keterangan :

Q* = kuantitas pesanan ekonomis

S = Stock requirement (kebutuhan persediaan) unit/tahun


O = Ordering cost (biaya pesan) rupiah/pesanan

C = Carrying cost (biaya simpan) % terhadap nilai persediaan

2.2.2 Metode Economic Production Quantity (EPQ)

EPQ merupakan model persediaan dimana pengadaan bahan baku


berupakomponen tertentu diproduksi secara massal dan dipakai sendiri sebagai
sub kom-ponen suatu produk jadi oleh perusahaan. Dalam proses produksi
sering kali perusahaan mengalami masalah untuk memperoleh rencana
produksi yang paling optimal yang dapat memenuhi permintaan. Model
Economic Production Quantity (EPQ) adalah salah satu model
pengendalianpersediaan. Dalam artikel ini, kita mengembangkan model EPQ
tanpa adanya dete-riorasi dan dengan mempertimbangkan deteriorasi.

1. Syarat-syarat metode EPQ :


a. jumlah produksi per satuan waktu
b. jumlah permintaan per satuan waktu
c. persentase kerusakan selama produksi per Satuan waktu
d. produksi aktual per satuan waktu,tingkat deteriorasi (konstan) dalam
persediaan per satuan waktu.
2. Kegunaan metode EPQ
Untuk memperoleh hasil bahwa model dengan deteriorasi harus
memproduksi barang sedikit lebih banyak dan mengeluarkan tambahan
biaya persediaan. Model dikembangkan dalam persediaan produk tunggal,
Model dikembangkan untuk persediaan barang setengah jadi work in
process dan barang jadi, dan mengetahui Tingkat produksi dengan
permintaan konstan, Tidak terjadinya kekurangan persediaan dan Tidak
ada penggantian maupun perbaikan kerusakan alat selama periode Bahan
baku tersedia sewaktu diperlukan untuk proses produksi. Penentuan
Volume Produksi yang Optimal dengan Metode Economic Production
Quantity (EPQ): Persediaan produk dalam suatu perusahaan berkaitan
dengan volume produksi dan besarnya permintaan pasar.

2.3 Penjadwalan produksi


Penjadwalan merupakan tindakan penentuan periode waktu untuk masing-masing
pekerjaan dalam proses produksi. Penjadwalan produksi merupakan rencana penentuan
waktu dalam volume pekerjaan-pekerjaan produksi. Penjadwalan adalah suatu hal yang
bermanfat karena akan menetukan jumlah produksi yang diharapkan yang seharusnya
dapat dicapai disetiap stasiun kerja selama satu hari atau satu minggu (madura, 2007).

Penjadwalan merupakan pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi yang


mencakup kegiatan pengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga kerja dan
penentuan atuuran pelaksanakan bagi suatu kegiatan opersi (herjanto, 2007).

Penjadwalan bertujuan meminimalkan waktu proses, waktu tunggu langganan,


dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efesien dari fasilitas, tenaga kerja dan
peralatan. Penjadwalan yang baik akan memberikan damak positif yaitu rendahnya biaya
operasi dan waktu pengiriman, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan
penlanggan.

Penjadwalan diperlukan ketika beberapa pekerjaan harus diproses pada suatu


mesin tertentu yang tidak bisa memproses lebih dari satu pekerjaan pada saat yang sama.
Penjadwalan yang baik akan memaksimumkan efeksivitas pemanfaatan setiap sumber
daya yang ada, sehingga penjadwalan merupakan kegiatan yang penting dalam
perencanaan dan pengendalian produksi. Tahap perencanaan dan tahap implementasi dari
kegiatan penjadwalan .
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang


dalam proses dan barang jadi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persediaan yaitu
struktur biaya persediaan yang terdiri dari biaya perunit (item cost), biaya pesnyiapan
pemesanan (ordering cost), biaya pengelolaan persediaan (carrying cost), biaya resiko
kerusakan dan kehilangan (cost of obsolencene deterioration and loss), biaya akibat
kehabisan persediaan (stock out cost). Dengan penegelolaan manajemen logistic dan
pengelolaan manajemen persediaan yang baik maka tujuan perusahaan bisa tercapai
dengan cepat dan tepat.

3.2 Saran
Berdasarkan dari pembahasan diatas, maka kelompok mengemukakan saran
bahwa penerapan Manajemen Persediaan yang baik harus dilaksanakan secara efektif,
karena akan menunjang keberhasilan perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Harsanto, Budi. 2013. Dasar Ilmu Manajemen Operasi. Unpad Press. Sumedang

Kusuma, Hendra. 2009. Manajemen Produksi. ANDI. Yogyakarta

Heizer, Jay dan Barry Render. (2015), Operations Management (Manajemen Operasi), ed.11,
Penerjemah: Dwi anoegrah wati S dan Indra Almahdy, Salemba empat, Jakarta.

Agus, Ristono. 2009. Manajemen Persediaan. Yogyakarta : Graha Ilmu

(http://eprints.ums.ac.id/10408/2/BAB_I.pdf)

Anda mungkin juga menyukai