PERSEDIAAN
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau
dijual kembali. Menurut F. Robert Jacobs dan Richard B. Chase (2015) persediaan adalah
persediaan berbagai jenis barang atau sumber daya yang digunakan dalam suatu organisasi.
Tujuan manajemen persediaan adalah mencapai keseimbangan antara biaya
penyimpanan dan pembelian, serta biaya jika terjadi kekurangan pasokan. Untuk mencapai
tujuan tersebut sistem manajemen persediaan perlu didesain atau dikembangkan dengan suatu
pertimbangan cermat berdasarkan konteks di mana sistem manajemen persediaan berfungsi
dan tipe pencatatan stok dan laporan persediaan yang diperlukan.
Persediaan bagi perusahan-perusahaan besar di dunia merupakan salah satu kunci
terpenting dalam operasional perusahaan. Menurut Heizer dan Render (2014) semua
organisasi tentunya memiliki sistem perencanaan dan sistem pengendalian persediaan.
Persediaan merupakan asset termahal dari sebuah perusahaan, persediaan dapat mewakili
50% dari keseluruhan modal yang diinvestasikan. Selain pentingnya manajemen persediaan
dalam suatu upaya dalam keberhasilan terapi, perlu dipertimbangkan juga biaya untuk
persediaan tersebut, dalam hal ini dibutuhkan manajer operasional.
PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Pengendalian adalah kegiatan yang memastikan penggunaan obat sesuai dengan
formularium, sesuai dengan diagnosis dan terapi serta memastikan persediaan efektif dan
efisien atau tidak terjadi kelebihan dan juga kekurangan atau kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58 Tahun 2014).
1. Safety Stock
Safety stock adalah inventory yang harus ada atau ditinggalkan dalam gudang untuk
mengantisipasi fluktuasi demand (Ristono, 2013). Adapun rumus safety stock adalah
sebagai berikut: Safety Stock = Z * √𝐿𝑒𝑎𝑑 𝑇𝑖𝑚𝑒 ∗ 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
2. Economic Order Quantity ( EOQ)
Economic Order Quantity (EOQ) adalah model kontrol inventori paling sederhana
namun digunakan paling luas (Ristono, 2013). Adapun rumus perhitungan EOQ
adalah sebagai berikut : EOQ = √ 2∗𝐴∗𝐷 ℎ Keterangan : A = biaya pemesanan/setiap
kali pesan D = jumlah permintaan/pemakaian h = ongkos simpan/unit/satuan waktu
3. Reorder Point(ROP)
Reorder Point (ROP) adalah penentuan waktu pemesanan kembali agar tidak
mengganggu kontinuitas pelayan. Reorder pointmasing-masing item obat penting
diketahui supaya ketersediaan obat terjamin, sehingga pemesanan obat dilakukan pada
saat yang tepat yaitu saat stok obat tidak berlebih dan tidak kosong. Perhitungan
reorder point ini ditentukan oleh lamanya lead time, pemakaian rata-rata obat dan
safety stock.Adapun rumus perhitungan ROP adalah sebagai berikut: ROP = (LT x
AU) + SS Keterangan : LT = Lead Time AU = Average Usage SS = Safety Stock
4. Turn Over Ratio(TOR)
Efisiensi persediaan diukur dengan besaran nilai Turn Over Ratio(TOR) yaitu
besarnya perputaran dana untuk tiap-tiap jenis obat dalam satu periode. Rasio
perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang.
Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional,
yangmemperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada
persediaan Adapun rumus perhitungan TOR adalah sebagai berikut: ITOR = Harga
Pokok Penjualan/ Rata-Rata Nilai Persediaan Sedangkan untuk mencariharga pokok
penjualan dan rata-rata nilai persediaan , adalah sebagai berikut : Harga Pokok
Penjualan = Jumlah Pemakaian x Harga pokok Rata-rata Nilai Persediaan =
(Persediaan Awal + Akhir )/2 x Harga pokok
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Berkaitan dengan persediaan, terdapat konflik kepentingan di antara fungsi bisnis
tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan marketing dan
operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan
kebutuhan produksi dapat dipenuhi.
Manajemen persediaan berusaha mencapai keseimbangan antara kekurangan dan
kelebihan persediaan dalam suatu periode perencanaan yang mengandung risiko dan
ketidakpastian. Manajemen persediaan melibatkan sejumlah kegiatan koordinasi antara
persediaan dan produksi serta kegiatan konsumsi pada sejumlah tahapan proses dan lokasi
yang berhubungan.
Di sebagian besar RS, termasuk persediaan (supplies) dan farmasi (obat-obatan)
adalah biaya non tenaga kerja terbesar dalam anggaran (budget) operasi dan karenanya
membutuhkan perhatian khusus. Manajemen bahan baku yang tepat dapat mempunyai
pengaruh yang signifikan pada biaya operasi dan karenanya berdampak pada pendapatan
bersih organisasi.
RS mengklasifikasikan bahan baku menjadi dua kelompok, yaitu pertama bahan baku
untuk perawatan pasien terdiri dari medical supplies, surgical supplies, obat2an, linen, dsb.
Kedua bahan baku untuk administrasi terdiri dari houskeeping supplies, office supplies dan
persediaan lain yang tidak digunakan secara langsung bagi perawatan pasien.
Dalam manajemen persediaan untuk meminimalkan biaya persediaan total manajer bahan
baku harus mempunyai pemahaman yang baik mengenai biaya persediaan. Terkait dengan
biaya persediaan terefleksikan dalam isu-isu berikut:
- Berapa banyak item yang di pesan (order) untuk setiap pemesanan
- Kapan memesan item
- Berapa biaya dari item
Manajemen persediaan merupakan salah satu topik yang sangat terkait dengan tujuan
manajemen operasi, yaitu meminimalkan total biaya dan meningkatkan service level. Hal
tersebut dikarenakan, dengan mengelola persediaan dengan tepat, perusahaan akan meraih
keduanya sekaligus. Jika rata-rata level persediaan dapat diturunkan, secara tidak langsung
salah satu komponen biaya produksi dapat ditekan, yang berujung pada peningkatan margin
keuntungan. Satu aspek lainnya yang dapat dicapai dengan pengelolaan persediaan yang tepat
adalah service level kepada pelanggan meningkat atau minimal tidak turun.
Sebagai salah satu aset penting di perusahaan, perencanaan dan pengendalian persediaan
merupakan kegiatan penting yang mendapatkan perhatian khusus dari manajemen
perusahaan. Perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun
produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi dan kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi
(Erlina, 2002).
3. Penilaian Persediaan
Masalah-masalah yang timbul dalam penilaian persediaan dalam satu periode adalah:
a. menetapkan jumlah dan nilai persediaan yang sudah terjual/ sudah menjadi biaya;
b. menentukan jumlah dan nilai persediaan yang belum terjual (yang harus
dilaporkan di neraca);
c. harga pokok (cost) dalam persediaan adalah semua pengeluaran langsung/tidak
langsung yang timbul untuk penyiapan dan penempatan agar persediaan tersebut
dapat dijual;
d. terdapat beberapa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan persediaan, antara
lain harga beli, biaya pembelian, ongkos angkut, pajak, asuransi, pergudangan dan
lain-lain, namun harga pokok barang hanya terdiri atas harga beli ditambah
ongkos angkut, sedangkan biaya-biaya lain dicatat sebagai biaya dalam perkiraan
tersendiri untuk periode yang bersangkutan;
e. di perusahaan industri ataupun perusahaan dagang, transaksi menyangkut
persediaan adalah hal pokok yang menyangkut sebagian besar sistem akuntansi.