Anda di halaman 1dari 40

KELOMPOK 12 Akutansi keuangan

Mochhamad Arvan ( 1914190074)


Metarida Okta Tessalonika (1914190063)
Dimas Marsetiyadi Putra (1914190069)
Aditri Syifa Syahrani (1914190047)
Retha Shadanur Zizi (1914190076)

BAB 1
1. Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Barang
Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Barang
Nilai persediaan barang dagang ditentukan oleh gabungan dua factor, yaitu kuantitas dan
harga pokok. Kuantitas persediaan dapat diperoleh melalui perhitungan secara fisik. Harga
pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh persediaan tersebut. Disamping harga beli,
termasukdalam harga pokok persediaan adalah semua biaya yang terjadi sampai dengan
persediaan siap dijual, misalnya biaya pengangkutan, bea masuk dan asuransi.
Kesulitan dalam menetapkan harga pokok persediaan adalah apabila selama satu periode,
barang yang sama diperoleh dengan beberapa harga yang berbeda. Apabila demikian ,perlu
ditentukan harga yang akandigunakan untuk menetapkan harga pokok persediaan.
Dalam hal ini, pencatatan persediaan dibagi menjadi dua macam metode, yaitu: Metode
Perpetual dan Metode Periodik, Kedua metode ini memiliki karakteristik yang berbeda satu
dengan lainnya. Penjelasan tentang kedua metode ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Perpetual
Dalam system perpetual, perubahan jumlah persediaan (fisik maupun rupiah)
dimonitor setiap saat. Caranya dengan menyediakan kartu persediaan untuk
setiap jenis persediaan. Apabila ada selisih dalam pencatatan persediaan maka
pada jurnal dicatat sebagai selisih pencatatan persediaan.Perusahaan yang
menggunakan Sistem Perpetual, memiliki beberapa ciri-ciri perusahaan
perpetual adalah sebagai berikut:
 Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening
persediaan, bukan rekening pembelian.
 Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan, dan
dicatat dengan mendebet rekening Harga Pokok Penjualan, dan
mengkredit rekening persediaan.
 Persediaan merupakan rekening control dan dilengkapi dengan buku
pembantu persediaan yang berisi catatan untuk tiap jenis
persediaanSelain itu, perusahaan yang menggunakan jurnal sistem
perpetual, memiliki keuntungan tersendiri, di antaranya yaitu:
 Rekening persediaan akan dapat menunjukkan saldo persediaan yang
ada pada akhir tiap bulan, dengan tidak perlu menggunakan
perhitungan fisik.
 Harga pokok penjualan diketahui untuk setiap transaksi penjualan
barang dagangan, sehingga laba kotor penjualan dapat diketahui, tampa
menunggu sampai akhir periode.

 Dengan telah diketahuinya saldo persediaan dan harga pokok


penjualan, maka jurnal penyesuaian pada akhir periode tidak
diperlukan lagi.Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian dan
penjualan pada metoda perpetual berbeda dengan jurnal system
periodik. Dalam system persediaan perpetual pembelian barang
dagangan dicatat dengan mendebet rekening persediaaan sebesar harga
perolehannya.
2. Metode Periodik
Pada sistem ini, Harga Pokok Penjualan (cost of goods sold) baru dihitung dan dicatat
pada akhir periode akuntansi. Cara yang dilakukan adalah dengan menghitung
kuantitas barang yang ada di gudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikanya
dengan harga pokok per unitnya. Dengan cara ini maka jumlahnya, baik fisik maupun
harga pokoknya, tidak dapat diketahui setiap saat. Konsekuensinya, jumlah barang
yang hilang tidak dapat dideteksi oleh system ini Untuk dapat menghitung Harga
Pokok Penjualan dan harga Pokok Persediaan akhir dapat digunakan berbagai cara
yaitu:
1. Identifikasi Khusus
Metode ini berdasarkan anggapan bahwa arus barang harus sama dengan arus
biaya. Tiap jenis barang dipisah berdasarkan harga pokoknya dan tiap
kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri. Contohnya ponsel merek A tipe
123 dibuatkan kartu persediaan sendiri.Harga pokok penjualan terdiri dari
harga pokok barang-barang yang dijual, dan sisanya merupakan persediaan
akhir.
Metode ini dapat digunakan perusahaan yang menggunakan prosedur
pencatatan persediaan dengan cara fisik maupun cara buku. Tetapi karena cara
ini menimbulkan banyak pekerjaan tambahan maupun gudang yang luas maka
jarang digunakan.Metode ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang
menjual produk dengan harga mahal, jumlah dan jenis produknya terbatas.
2. FIFO (First In First Out)
Metode ini berdasarkan harga beli pertama untuk menentukan harga pokok
penjualan apabila terjadi penjualan.
contoh: pada bulan juni perusahaan membeli barang dagangan dengan harga
@ Rp 5000, bulan juli membeli barang dagangan sejenis dengan harga @ Rp
6000. Pada bulan agustus terjadi penjualan barang dagangan. Maka harga yang
digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan adalah @ Rp 5000, baru
kemudian @ Rp 6000 apabila produk dengan harga beli Rp 5000 sudah habis
dijual.
3. LIFO (Last In First Out)
Metode ini merupakan kebalikan dari metode FIFO. Pada metode LIFO,
barang yang paling terakhir dibeli akan dijual/ dikeluarkan lebih dulu. Harga
perolehan barang yang dibeli terakhir akan dialokasikan lebih dahulu sebagai
harga pokok penjualan.
4. Rata-rata Tertimbang
Dalam metode ini barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan
dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan
dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Artinya
harga perolehan barang di gudang ditambah harga perolehan barang yang baru
dibeli dibagi kuantitas / jumlah barang di gudang dan jumlah barang yang
dibeli. Hasil pembagian inilah yang akan digunakan sebagai pedoman
menghitung harga pokok penjualan.Metode ini disebut juga rata-rata bergerak
karena harganya berubah-ubah setiap terjadi pembelian. Artinya setiap ada
pembelian akan merubah harga pokok barang yang tersedia untuk dijual.
Soal Bab 1
1. sebutkan 3 ciri-ciri perusahaan perpetual adalah sebagai berikut...
Jawab:
1. Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening persediaan, bukan rekening
pembelian.
2. Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan, dan dicatat dengan mendebet
rekening Harga Pokok Penjualan, dan mengkredit rekening persediaan.
3. Dengan telah diketahuinya saldo persediaan dan harga pokok penjualan, maka jurnal
penyesuaian pada akhir periode tidak diperlukan lagi.
2. cara yang di lakukan untuk menghitung menggunakan metode periodik adalah...
jawab: Cara yang dilakukan adalah dengan menghitung kuantitas barang yang ada di gudang di setiap
akhir periode, kemudian mengalikanya dengan harga pokok per unitnya. Dengan cara ini maka
jumlahnya, baik fisik maupun harga pokoknya, tidak dapat diketahui setiap saat.
3. harga Pokok Persediaan akhir dapat digunakan berbagai cara yaitu...
1. Jawab: Identifikasi Khusus
Metode ini berdasarkan anggapan bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya.
Tiap jenis barang dipisah berdasarkan harga pokoknya dan tiap kelompok dibuatkan
kartu persediaan sendiri
2. FIFO (First In First Out)
Metode ini berdasarkan harga beli pertama untuk menentukan harga pokok penjualan
apabila terjadi penjualan.
3. LIFO (Last In First Out)
Metode ini merupakan kebalikan dari metode FIFO. Pada metode LIFO, barang yang
paling terakhir dibeli akan dijual/ dikeluarkan lebih dulu.
4. Rata-rata Tertimbang
Dalam metode ini barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan dibebani
harga pokok rata-rata.
Perusahaan suka cita mencatat persediaan barang dagang dengan metode periodik. Berikut ini adalah
data yang diperoleh selama bulan oktober 2019:
Tgl 1 Februari      : Persediaan Awal        200 unit               Rp. 5000
Tgl 10 Februari    : Pembelian                  300 unit               Rp. 5.500
Tgl 21 Februari    : Pembelian                  400 unit               Rp. 5.300
Tgl 23 Februari    : Pembelian                  100 unit               Rp. 5.200
Pada tanggal 30 oktober 2019 Persediaan Akhir sebanyak 300 unit (menggunakan sistem periodik).
Hitunglah nilai persediaan dan HPP nya.

1 oktober Persediaan awal 200 Rp.500 Rp. 1.000.000


10 oktober Pembelian 300 Rp. 5.500 Rp.1.650.000
21 oktober Pembelian 400 Rp. 5.300 Rp.2.120.000
23 oktober Pembelian 100 Rp. 5.200 Rp.520.000
TOTAL 1.000 Rp 21.000 Rp.5.290.000

Persediaan yang terjual akhir periode = 1.000 unit  –  300 unit  = 700 unit
4. Dari soal di atas buatlah nilai persediaan akhir menggunakn metode FIFO...
Jawab:
Diketahui persediaan akhir nya 300 unit, maka menghitung nilai persediaan nya adalah:
200 unit  Rp 5.300   =    Rp 1.060.000
100 unit   Rp 5.200  =    Rp    520.000
Rp 1.580.000
Maka nilai persediaan akhir nya ialah Rp 1.580.000
HPP         = Barang tersedia untuk dijual – Persediaan akhir
= Rp 5.290.000 – Rp 1.580.000
= Rp 3.710.000
5. Dari soal di atas buatlah nilai persediaan akhir menggunakn metode LIFO...
Jawab:
Nilai persediaan akhir:
Diketahui persediaan akhir nya 300 unit, maka menghitung nilai persediaan nya adalah:
100 unit   Rp 5.500      =    Rp     550.000
200 unit   Rp 5.000      =    Rp 1.000.000
Rp 1.550.000
Maka nilai persediaan akhirnya ialah Rp 1.550.000 
HPP= Barang tersedia untuk dijual – Persediaan akhir
= Rp 5.290.000 – Rp 1.550.00
= Rp 3.740.000
BAB II
Cara Menentukan Persediaan Barang
Pengertian Persediaan Barang. Persediaan merupakan asset atau aktiva yang tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam
perjalanan atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau penyediaan jasa.

Fungsi Manfaat Persediaan Barang

Adapun Beberapa Fungsi dari persediaan diantaranya adalah:


1. Mengurangi risiko terjadinya keterlambatan datangnya barang atau bahan -bahan
yang dibutuhkan oleh perusahaan
2. Mengurangi risiko akibat adanya barang yang rusak
3. Memastikan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin keberlangsungan proses
produksi
4. Memastikan penggunaan mesin selalu dalam keadaan yang optimal
5. Agar dapaat memberikan pelayanan yang sebaik- baiknya bagi para konsumen.

Jenis Jenis Persediaan Barang

1. Persediaan Usaha Perusahaan Dagang


Untuk usaha dagang, persediaan atau inventory adalah aktiva lancar berupa barang
dagangan yang dimiliki perusahaan, tersedia untuk dijual, bisa berupa bahan mentah
(bake) dan pembantu, barang setengah jadi atau barang jadi.

2. Persediaan Usaha Perudahaan Jasa


Untuk usaha jasa, persediaan dapat berbentuk bahan atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses pemberian jasa.

3. Peusahaan Manufaktur atau Industry


Perusahaan manufaktur atau industri memiliki jenis persediaan berupa persediaan bahan
baku, persedian barang dalam proses atau setengah jadi, dan persediaan barang jadi.

Cara Strategi Penyiapan Pengadaan Persediaan Barang

a. Lot Size Inventory (Bath Stock)

Lot size inventory adalah pengadaan persediaan barang dagang dalam jumlah yang
cukup besar dan bahkan melebihi perencaan kebutuhan yang ada. Hal ini umumnya
terjadi karena adanya potongan harga atau potongan ongkos pengiriman barang dagang.
Biasanya penjual memberikan potongan harga dan ongkos pengiriman per unit yang
cukup tinggi apabila pembelian barang dilakukan dalam jumlah yang besar.

b. Fluctuation Stock (Stok Fluktuasi)

Fuctuation stock adalah pembelian persediaan barang yang bertujuan untuk


menghadapai kemungkinan terjadinya fluktuasi permintaan dari pelanggan yang sulit
diperkirakan. Pengadaan lebih bersifat untuk berjaga- jaga terhadap permintaan
konsumen yang datangnya tiba tiba melonjak secara drastis dan tidak terprediksi
sebelumnya.

Saat permintaan meningkat namun stok persediaan tidak mencukupi, hal ini dianggap
sebagai kerugian bagi perusahaan

c. Anticipation Stock (Persediaan Antisipasi)

Anticipation stock adalah pembelian persediaan barang bertujuan untuk menghadapi


naiknya permintaan dari konsumen yang sudah diramalkan atau telah diperkirakan.

Pada dasarnya, pedagang menggunakan perkiraan dari pola konsumsi masyarakat pada
kurun waktu yang lalu.
Misalnya sebulan atau dua bulan sebelum hari raya idul fitri, pedagang pakaian
umumnya telah membeli persediaan dalam jumlah besar karena sudah bisa diprediksi
bahwa mendekati lebaran permintaan pakaian akan melonjak secara drastis. Maka
pedagang akan menyetok pakaian untuk berjaga jaga agar tidak kekurangan barang.

d. Persediaan Konsinyasi

Barang konsinyasi adalah persediaan yang ditempatkan atau dititipkan ditempat lain
untuk dijual. Bisa ditempatkan di tempat agen, cabang, atau mitra usaha. Dengan kata lain
Titip barang untuk dijualkan. Konsinyasi merupakan satu strategi penjualan yang
banyak dilakukan dan tempat yang dititipi barang akan mendapatkan komisi apabila
barang tersebut laku terjual.

Sistem Pencatatan Persediaan Barang

a. Sistem Pencatatan Persediaan Perpektual (Perpectual System)

Metode pencatatan persediaan perpetual adalah metode yang mencatat atau menjurnal
persediaan barang dagang apabila terjadi transaksi yang berhubungan dengan
persediaan. Jika terjadi transaksi yang menyebabkan jumlah persediaan berubah, maka
rekening persediaan juga akan turut dicatat.

Perubahan ini secara langsung mempengaruhi nilai persediaan yang dicatat dalam akun
persediaan. Ini artinya setiap terjadi penambahan (pembelian) akan menambah nilai
persedian dan setiap pengurangan persediaan (penjualan) akan mengurangi nilai
persediaan. Jadi nilai persediaan dapat diketahui langsung dari akun persediaan barang.

b. Sistem Pencatatan Persediaan Periodik Atau Fisik (Periodic System)

Pada sistem pencatatan persediaan periodik penentuan kuantitas dan nilai persediaan
dicatat secara periodik, misalnya satu bulan sekali atau satu periode akuntansi.
Nilai persediaan yang diperoleh dengan cara pemeriksaan fisik tersebut dicatat sebagai
persediaan akhir pada akun persediaan barang.
Pada saat transaksi perolehan persediaan didebit pada rekening pembelian. Pada saat
pengurangan persediaan karena penjualan, dikredit pada rekening penjualan.

Metode pencatatan ini juga mengharuskan perhitungan barang secara fisik di gudang
untuk mengetahui jumlah persediaan barang. Ketika terjadi sebuah transaksi yang
berhubungan dengan persediaan, maka persediaan tidak langsung dicatat atau dijurnal.
Hanya transaksinya yang dijurnal. Misalnya transaksi pembelian atau penjualan, maka
yang dicatat adalah transaksi pembelian atau penjualan tersebut. Walaupun jumlah
persediaan di gudang bertambah atau berkurang, pos persediaan tidak perlu dicatat.

Cara Menentukan Nilai Persediaan barang

Barang persediaan dapat ditentukan nilanya berdasarkan pada metoda First In First Out
FIFO, Last In First Out LIFO, Metode Rata Rata, Metoda Identifikasi Khusus seperti
penjelasan berikut.

1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama First In First Out

Metode First In Fisrt Out FIFO mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama
dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu. Dengan demikian, barang yang
tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian.

Hal ini mengandung arti bahwa barang yang keluar baik karena adanya penjualan atau
pemakaian bahan Baku penilaian harganya berdasarkan urutan masuknya.
Dengan demikian setiap barang yang masuk pada waktu dan harga tertentu baru boleh
digunakan atau diperhitungkan sebagai barang keluar setelah barang yang masuk
sebelumnya telah habis terpakai terlebih dahulu.

Metode First In Fisrt Out mengharuskan setiap pengeluaran dipenuhi terlebih dahulu
dari sisa stok yang masuknya lebih dahulu dan bila belum mencukupi baru dipenuhi dari
barang yang masuk berikutnya. Begitu seterusnya.

Persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli).
Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak
pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli.

2. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama Last In First Out)

Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama LIFO mengasumsikan bahwa barang yang
dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu.
Dengan demikian barang yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau
diproduksi terdahulu.

Ini berarti metode LIFO menghitung nilai persediaan yang keluar atau terpakai akan
dipenuhi terlebih dahulu oleh barang yang masuknya belakangan. Dihitung dari yang
paling baru atau paling akhir disusul oleh yang masuk sebelumnya.

Persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang
pertama masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir
yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.

Metode Rata Rata

Dengan metode rata- rata, nilai setiap barang atau persediaan ditentukan berdasarkan
nilai rata- rata tertimbang dari barang atau persediaan serupa pada awal periode dan nilai
barang atau persediaan serupa yang dibeli atau diproduksi selama satu periode.

Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala, atau pada setiap penerimaan
kiriman, tergantung pada keadaan perusahaan.

Penentuan arga persediaan didasarkan harga rata-rata yang dibayarkan untuk barang
tersebut, yang ditimbang menurut junnlah yang dibeli.

Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara
nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO.
Metode Identifikasi Khusus

Metode identifikasi khusus dilakukan dengan mengidentifikasikan tiap- tiap barang yang
terjual dengan nilai persediaan dari barang terjual tersebut. Metoda identifikasi khusus
umumnya digunakan perusahaan yang jumah transaksinya relatif sedikit tapi dengan
nilai transaksi yang cukup besar, misalnya perusahaan dealer mobil sepeda motor,
perhiasan berharga, dan sebagainya.

Contoh: toko sepatu, dealer sepeda motor, mobil, sepeda.

Contoh Soal Perhitungan Persediaan Barang

Selama satu bulan perusahaan dagang PT Ardra Biz melakukan transaksi yang berkaitan
dengan persediaan barang dagangan seperti ditunjukkan pada table di bawah, satuan
uang barang dalam juta rupiah.

Tgl keterangan unit Rp/Unit Total,Rp


1 Persediaan 20 2,5 50
10 Pembelian 40 3,0 120
25 Pembelian 30 3,5 105
30 pembelian 10 4,0 40
100 315

Contoh Soal Rumus Perhitungan Persediaan Barang

a). Contoh Perhitungan Persedian Barang Metode FIFO

Perusahaan PT Ardra Biz dalam penetapan persediaan menggunakan metode FIFO dan
pencatatannya menggunakan metode fisik.

Perusahaan melakukan perhitungan fisik barang dagangan pada akhir bulan sebesar 30
unit. Total barang dagangan yang siap dijual adalah sebesar 100 unit untuk satu bulan
dan sisa barang dagangan pada akhir bulan adalah sebesar 30 unit, maka jumlah barang
yang terjual adalah 70 unit.

Perhitungan Persediaan Akhir Metoda FIFO

Nilai persedian barang dagangan pada akhir bulan yaitu barang dagangan yang belum
terjual sebesar 30 unit adalah:
Tgl keterangan unit Rp/Unit Total Rp
25 Pembeian 20 2,5 70
30 Pembelian 10 4,0 40
30 110

Contoh Soal Rumus Cara Perhitungan Persediaan Akhir Metoda FIFO

Dari table dapat diketahui bahwa nilai persediaan barang dagangan pada akhir bulan
untuk 30 unit adalah sebesar 110 juta rupiah.

Barang yang dibeli pertama harus dijual pertama, sehingga barang yang dijual dimulai
dari tanggal 1 yang merupakan persediaan awal sebanyak 20 unit, kemudian barang
yang dibeli pada tanggal 10 sebanyak 40 unit dan barang yang dibeli pada tanggal 25
sebanyak 10 unit.

Total barang yang dijual adalah 20 + 40 + 10 = 70 unit

Sedangkan sisa barang yang dibeli pada tanggal 25 adalah

30 – 10 = 20 unit

Dengan demikian, sisa persediaan barang dagangan adalah barang yang dibeli pada
tanggal 25 dan tanggal 30.

Sisa barang yang dibeli pada tanggal 25 adalah sebanyak 20 unit dengan harga Rp. 3.5
juta dengan nilai sebesar:

20 x 3,5 = 70 juta rupiah

dan barang yang dibeli pada tanggal 30 adalah sebanyak 10 unit dengan Rp. 4.0 juta
dengan nilai sebesar:

10 x 4 = 40 juta rupiah

Sehingga persediaan akhir PAK adalah


PAK = 70 + 40

PAK = 110 juta rupiah

Jadi persediaan barang akhir atau persediaan akhir PAK adalah 110 juta rupiah

Perhitungan Harga Pokok Penjualan HPP

Harga pokok penjualan barang yang sudah terjual untuk 70 unit dapat ditentukan sebagai
berikut (satuan uang dalam jutaan rupiah)
Tgl keterangan unit Rp/Unit Total Rp
1 Persediaan 20 2,5 50
10 Pembelian 40 3,0 120
25 pembelian 10 3,5 35
70 205

Contoh Soal Rumus Cara Perhitungan Harga Pokok Penjualan HPP

Dari table dapat diketahui bahwa harga pokok penjualan untuk 70 unit adalah 205 juta
rupiah.

Barang yang dibeli pertama harus dijual pertama, sedangkan barang yang tersisa pada
akhir bulan atau persediaan akhir adalah 30 unit.

Rincian barang dagangan yang dijual adalah:

barang dari persediaan awal pada tanggal 1 sebanyak 20 unit dengan harga Rp 2.5 juta
dengan nilai sebesar

20 x 2,5 = 50 juta rupiah

barang dari pembelian pada tanggal 10 sebanyak 40 unit dengan harga Rp 3.0 juta
dengan nilai

40 x 3,0 = 120 juta

barang dari pembelian pada tanggal 25 sebanyak 10 unit dengan harga Rp 3.5 juta
dengan nilai

10 x 3,5 = 350juta

Jadi harga pokok pokok penjualan HPP adalah


HPP = 50 + 120 + 35

HPP = 205 juta rupiah

Besarnya harga pokok penjualan dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus persamaan
sebagai berikut

HPP = PAW + PB – PAK

HPP = harga pokok penjualan

PAW = Persediaan awal

PAK = Persediaan akhir

PB = pembelian bersih

PB = 120 + 105 + 40

PB = 265 juta rupiah

PAW = 50 juta rupiah

PAK = 110 juta rupiah

maka harga pokok penjualannya adalah

HPP = (50 + 265) – (110)

HPP = 205 juta rupiah

b). Contoh Perhitungan Persediaan Barang Metode LIFO

Perusahaan PT Ardra Biz dalam penetapan persediaan menggunakan metode LIFO dan
pencatatan menggunakan metode fisik. Berdasarkan hasil perhitungan fisik barang dagangan
pada akhir bulan tanggal 31 adalah sebesar 30 unit.

Barang dagangan yang siap dijual adalah 100 unit dan sisa barang dagangan pada akhir bulan
tangga 31 adalah 30 unit,

maka barang yang terjual adalah

100 – 30 = 70 unit.

Perhitungan Nilai Persediaan Akhir Barang Metoda LIFO


Nilai persediaan barang dagangan pada akhir bulan tanggal 31 yaitu barang dagangan yang
belum terjual sebesar 30 unit adalah:

Contoh Soal Rumus Perhitungan Persediaan Barang Metode LIFO


Contoh Soal Rumus Perhitungan Persediaan Barang Metode LIFO
Pada Metode LIFO, barang yang dibeli pertama harus dijual terakhir, sehingga barang yang
dijual sebanyak 70 unit merupakan barang yang dibeli pada tanggal 30 sebanyak 10 unit,
kemudian barang yang dibeli pada tanggal 25 sebanyak 30 unit dan barang yang dibeli pada
tanggal 10 sebanyak 30 unit.

Total barang yang dijual adalah

10 + 30 + 30 = 70 unit

Sedangkan Sisa barang yang dibeli pada tanggal 10 adalah 40 – 30 = 10 unit.

Maka persediaan barang dagangan akhir atau persediaan akhir PAK adalah barang yang
dibeli pada tanggal tanggal berikut.

Barang dari persediaan awal pada tanggal 1 sebanyak 20 unit dengan harga Rp. 2.5 juta atau

20 x 2,5 = 50 juta ruiah

dan dari pembelian tanggal 10 sebanyak 10 unit dengan harga Rp. 3,0 juta atau

10 x 3 = 30 juta rupiah

Jadi total persediaan akhir PAK adalah

PAK = 50 + 30

PAK = 80 juta rupiah

Jadi persediaan barang pada akhir bulan atau persediaan akhir PAK adalah 80 juta rupiah

Perhitungan Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan untuk 70 unit terdiri dari harga perolehan yang berasal dari pembelian
sebagai berikut

Perhitungan Harga Pokok Penjualan Persediaan LIFO


Perhitungan Harga Pokok Penjualan Persediaan LIFO
Barang yang dibeli pertama harus dijual terakhir, sedangkan barang yang tersisa pada akhir
bulan atau persediaan akhir adalah 30 unit.
Rincian barang dagangan yang dijual adalah:

Barang yang dibeli tanggal 30 sebanyak 10 unit dengan harga Rp 4 juta dengan nilai sebesar

10 x 4 = 40 juta rupiah

Barang dari pembelian pada tanggal 25 sebanyak 30 unit dengan harga Rp 3,5 juta dengan
nilai

30 x 3,5= 105 juta

barang dari pembelian pada tanggal 10 sebanyak 30 unit dengan harga Rp 3 juta dengan nilai

30 x 3 = 90 juta

Jadi harga pokok pokok penjualan HPP adalah

HPP = 40 + 105 + 90

HPP = 235 juta rupiah

Besarnya harga pokok penjualan dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus persamaan
sebagai berikut

HPP = PAW + PB – PAK

HPP = harga pokok penjualan

PAW = Persediaan awal

PAK = Persediaan akhir

PB = pembelian bersih

PB = 120 + 105 + 40

PB = 265 juta rupiah

PAW = 50 juta rupiah

PAK = 80 juta rupiah

maka harga pokok penjualannya adalah

HPP = (50 + 265) – (80)


HPP = 235 juta rupiah
Soal Bab 2
1. Jelaskan pengertian persediaan barang dagang
Jawab:
Persediaan merupakan asset atau aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau dalam bentuk bahan atau
perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau penyediaan jasa.

2. Sebutkan fungsi manfaat persedian?


Jawab:
6. Mengurangi risiko terjadinya keterlambatan datangnya barang atau bahan
-bahan yang dibutuhkan oleh perusahaan
7. Mengurangi risiko akibat adanya barang yang rusak
8. Memastikan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin keberlangsungan
proses produksi
9. Memastikan penggunaan mesin selalu dalam keadaan yang optimal
10. Agar dapaat memberikan pelayanan yang sebaik- baiknya bagi para
konsumen.

3. Sebutkan jenis jenis persediaan barang dagang?


Jawab:
4. Persediaan Usaha Perusahaan Dagang
Untuk usaha dagang, persediaan atau inventory adalah aktiva lancar berupa barang
dagangan yang dimiliki perusahaan, tersedia untuk dijual, bisa berupa bahan mentah
(bake) dan pembantu, barang setengah jadi atau barang jadi.
5. Persediaan Usaha Perudahaan Jasa
Untuk usaha jasa, persediaan dapat berbentuk bahan atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses pemberian jasa.
6. Peusahaan Manufaktur atau Industry
Perusahaan manufaktur atau industri memiliki jenis persediaan berupa persediaan bahan
baku, persedian barang dalam proses atau setengah jadi, dan persediaan barang jadi.

7. Sebutkan dan jelaskan sistem persediaan ?


Jawab:
c. Sistem Pencatatan Persediaan Perpektual (Perpectual System)

Metode pencatatan persediaan perpetual adalah metode yang mencatat atau menjurnal
persediaan barang dagang apabila terjadi transaksi yang berhubungan dengan persediaan.
Jika terjadi transaksi yang menyebabkan jumlah persediaan berubah, maka rekening
persediaan juga akan turut dicatat.

d. Sistem Pencatatan Persediaan Periodik Atau Fisik (Periodic System)


Pada sistem pencatatan persediaan periodik penentuan kuantitas dan nilai persediaan
dicatat secara periodik, misalnya satu bulan sekali atau satu periode akuntansi.
Nilai persediaan yang diperoleh dengan cara pemeriksaan fisik tersebut dicatat sebagai
persediaan akhir pada akun persediaan barang.
Pada saat transaksi perolehan persediaan didebit pada rekening pembelian. Pada saat
pengurangan persediaan karena penjualan, dikredit pada rekening penjualan.

8. Barang persediaan dapat ditentukan nilanya berdasarkan pada metode,


sebutkan metode terebut?
Jawab ?
3. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama First In First Out
4. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama Last In First Out)
5. Metode Rata Rata
6. Metode Identifikasi Khusus

9. Berikut adalah transaksi PT. Dipa Jaya selama Bulan Juli 2017.
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga
1 Juli Persediaan awal 100 unit Rp.10.000
5 Juli Pembelian 500 unit Rp.12.000
12 Juli Pembelian 100 unit Rp.15.000
22 Juli Penjualan 300 unit Rp.25.000
27 Juli Pembelian 100 unit Rp 20.000
30 Juli Penjualan 50 unit Rp.30.000
Diminta:
1. Tentukan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan (HPP) dan laba kotor, Bila di
asumsikan perusahaan menggunakan Sistem periodik FIFO dan Sistem Perpetual
LIFO.

Jawab:
1. Sistem periodik FIFO
Persediaan barang yang siap dijual (unit) adalah :
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga (Rp.)
1 Juli Persediaan awal 100 unit @ Rp.10.000 1.000.000
5 Juli Pembelian 500 unit @ Rp.12.000 6.000.000
12 Juli Pembelian 100 unit @ Rp.15.000 1.500.000
27 Juli Pembelian 100 unit @ Rp 20.000 2.000.000
      800 unit 10.500.000
Persediaan yang siap di jual (harga) adalah Rp. 10.500.000.
Unit persediaan akhir adalah :
= persediaan (unit) yang siap dijual – Unit yang terjual
= 800 unit – 350 unit = 450 unit
Nilai unit akhir.
= 100 unit @ Rp. 20.000 = Rp. 2.000.000
= 100 unit @ Rp. 15.000 = Rp. 1.500.000
= 250 unit @ Rp. 12.000 = Rp. 3.000.000
450 unit = Rp. 6.500.000
Harga pokok penjualan:
= Nilai persediaan (harga) yang tersedia untuk dijual – nilai persediaan (harga) unit akhir
= 10.500.000 – Rp. 6.500.000 = 4.000.000
Laba Kotor:
= Hasil penjualan – Harga pokok penjualan
= 9.000.000 – Rp. 4.000.000 = 5.000.000

Metode LIFO Perpetual


Melalui metode perpetual LIFO kita dapat mengetahui hal-hal berikut ini :
Nilai persediaan akhir Rp. 5.600.000
Harga Pokok penjualan Rp. 4.900.000
Laba kotor = Rp. 9.000.000 – Rp. 4.900.000
= Rp. 4.100.000
Soal 7.
Maret 2 Persediaan awal 200 kg @ Rp 500 = Rp 100.000
Maret 5 Pembelian 300 kg @ Rp 600 = Rp 180.000
Maret 8 Penjualan sebanyak 450 kg
Maret 9 Pembelian 700 kg @ Rp 800 = Rp 560.000
Maret 13 Penjualan sebanyak 300 kg
Maret 22 Penjualan sebanyak 500 kg
Maret 25 Pembelian 200 kg @ Rp 700 = Rp 170.000
Berdasarkan data di atas, hitunglah nilai persediaan pada tanggal 31 Maret jika
menggunakan:
1. Metode identitas khusus dengan persediaan yang berasal dari pembelian 5 Maret 300
kg dan 25 Maret 200 kg.
2. Metode rata-rata (average method).
3. Metode FIFO
4. Metode LIFO
5. Metode persediaan dasar jika ditetapkan persediaan dasar 200 kg dengan harga Rp
800kg dan selisih antara kuantitas persediaan yang ada sesuai standar akuntansi
keuangan
Jawaban:
1. Metode Identifikasi Khusus
Kuantitas persediaan: 1.700 kg – 1.150 kg = 550 kg dengan rincian:
Pembelian 5 Maret: 300 kg x Rp 600 = Rp 180.000
Pembelian 25 Maret: 200 kg x Rp 700 = Rp 140.00 +
Nilai Persediaan                                          Rp 320.000
Sponsors Link

2. Metode Rata-Rata
Metode Rata-Rata Sederhana
Kuantitas akhir: 1.400 kg – 1.250 kg = 150 kg dengan frekuensi pembelian 3 kali
Harga rata rata adalah (Rp 600,+Rp 700,+Rp 200) : 3 = Rp 500
Nilai Persediaan = 200 kg x Rp 500 = Rp 100.000
3. Metode FIFO
Persediaan akhir 900 kg terdiri dari:
Pembelian 25 Maret       = 200 x Rp 700 = Rp 140.000
Pembelian 9 Maret       = 700 x Rp 800 =   Rp 560.000 +
Nilai Persediaan akhir                                   Rp 700.000
Sponsors Link

4. Metode LIFO
Persediaan awal            = 200 x Rp 500 = Rp 100.000
Pembelian 9 Maret       = 700 x Rp 800= Rp 560.000+
Nilai Persediaan akhir                               Rp 660.000
5. Metode Persediaan Dasar
Persediaan dasar                      = 200 x Rp 500        = Rp 100.000
Harga rata-rata sederhana      = 150 x Rp 500       = Rp 500.000+
Nilai Persediaan akhir                                                   Rp 600.000

8, Unit satuan barang yang sudah tersedia guna dijual selama tahun berjalan yakni seperti
berikut :

Januari 1 Persediaan 6 Unit Biaya Rp 50.000 Per Unit Rp 300.000

Maret 20 Persediaan 14 Unit Biaya Rp 55.000 Per Unit Rp 770.000

Oktbr 30 Persediaan 20 Unit Biaya Rp 62.000 Per Unit Rp 1.240.000

Tersedia untuk dijual 40 Rp 2.310.000


Ada 16 unit barang dalam perhitungan fisik persediaan per 31 Desember. Memakai sistem
periodik untuk bisa menentukan persediaan.

Selanjutnya hirunglah biaya persediaan tersebut memakai : 1) Metode FIFO, 2) Metode LIFo,
3) Metode biaya rata-rata.

Jawab Soal :
(1) Metode FIFO
= 16 Unit x Rp 62.000 = Ro 992.000

(2) Metode LIFO


= (6 Unit x Rp 50.000) + (10 unit x Rp 55.000) = Rp 850.000

(3) Metode Rata-rata


= Rp 2.310.000 / 40 = Rp 57.750

= 16 unit x Rp 57.750 = Rp 924.000

9. Unit satuan barang yang sudah tersedia guna dijual selama tahun berjalan yakni
seperti berikut:

Januari 1 Persediaan 6 Unit Biaya Rp 50.000 Per Unit Rp 300.000


Maret 20 Persediaan 14 Unit Biaya Rp 55.000 Per Unit Rp 770.000
Oktbr 30 Persediaan 20 Unit Biaya Rp 62.000 Per Unit Rp 1.240.000
Tersedia untuk dijual 40 Rp 2.310.000
Ada 16 unit barang dalam perhitungan fisik persediaan per 31 Desember. Memakai sistem
periodik untuk bisa menentukan persediaan.

Selanjutnya hirunglah biaya persediaan tersebut memakai : 1) Metode FIFO, 2) Metode LIFo,
3) Metode biaya rata-rata.

Jawab Soal :
(1) Metode FIFO

= 16 Unit x Rp 62.000 = Ro 992.000

(2) Metode LIFO

= (6 Unit x Rp 50.000) + (10 unit x Rp 55.000) = Rp 850.000

(3) Metode Rata-rata

= Rp 2.310.000 / 40 = Rp 57.750

= 16 unit x Rp 57.750 = Rp 924.000

10. PT Sangun mencatat persediaan menggunakan sistem perpetual, berikut adalah data
persediaan selama bulan Januari 2008 :

Tanggal Keterangan Unit Harga / Unit Total


Januari 1 Awal 20 2.500 50.000
5 Beli 10 2.300 23.000
7 Jual 15 2.600 39.000
12 Jual 9 2.400 21.600
15 Beli 7 2.700 18.900
17 Beli 5 2.550 12.750
20 Jual 13 2.800 36.400
23 Beli 10 2.750 27.500
25 Jual 3 2.850 8.550
31 Beli 4 2.900 11.600

DIMINTA :

A. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode
FIFO.
B. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode
LIFO.
C. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode
AVERAGE.

JAWAB
A. Menggunakan Metode FIFO

IN OUT SALDO
Tanggal
Unit Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total
01-Jan-08 20 2.500 50.000
05-Jan-08 10 2.300 23.000 20 2.500 50.000
10 2.300 23.000
07-Jan-08 15 2.500 37.500 5 2.500 12.500
10 2.300 23.000
12-Jan-08 5 2.500 12.500 6 2.300 13.800
4 2.300 9.200
15-Jan-08 7 2.700 18.900 6 2.300 13.800
7 2.700 18.900
17-Jan-08 5 2.550 12.750 6 2.300 13.800
7 2.700 18.900
5 2.550 12.750
20-Jan-08 6 2.300 13.800 5 2.550 12.750
7 2.700 18.900
23-Jan-08 10 2.750 27.500 5 2.550 12.750
10 2.750 27.500
25-Jan-08 3 2.550 7.650 2 2.550 5.100
10 2.750 27.500
31-Jan-08 4 2.900 11.600 2 2.550 5.100
10 2.750 27.500
4 2.900 11.600

Saldo persediaan akhir = 5.100 + 27.500 + 11.600


= 44.200
Harga pokok penjualan = 37.500 + 12.500 + 9.200 + 13.800 + 18.900 + 7.650
= 99.550
Laba/ Rugi Kotor :
Penjualan = 105.550 (39.000 + 21.600 + 36.400 + 8.550)
HPP = (99.550)
Laba Kotor =    6.000

B. Menggunakan Metode LIFO


IN OUT SALDO
Tanggal
Unit Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total
1-Jan-08 20 2.500 50.000
5-Jan-08 10 2.300 23.000 20 2.500 50.000
10 2.300 23.000
7-Jan-08 10 2.300 23.000 15 2.500 37.500
5 2.500 12.500
12-Jan-08 9 2.500 22.500 6 2.500 15.000
15-Jan-08 7 2.700 18.900 6 2.500 15.000
7 2.700 18.900
17-Jan-08 5 2.550 12.750 6 2.500 15.000
7 2.700 18.900
5 2.550 12.750
20-Jan-08 5 2.550 12.750 5 2.500 12.500
7 2.700 18.900
1 2.500 2.500
23-Jan-08 10 2.750 27.500 5 2.500 12.500
10 2.750 27.500
25-Jan-08 3 2.750 8.250 5 2.500 12.500
7 2.750 19.250
31-Jan-08 4 2.900 11.600 5 2.500 12.500
7 2.750 19.250
4 2.900 11.600

Saldo persediaan akhir = 12.500 + 19.250 + 11.600


= 43.350
Harga pokok penjualan = 23.000 + 12.500 + 22.500 + 12.750 + 18.900 + 2.500 + 8.250
= 100.400
Laba/ Rugi Kotor :
Penjualan =  105.550 (39.000 + 21.600 + 36.400 + 8.550)
HPP = (100.400)
Laba Kotor =     5.150
C. Menggunakan Metode AVERAGE

IN OUT SALDO
Tanggal
Unit Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total
1-Jan-08 20 2.500 50.000
5-Jan-08 10 2.300 23.000 30 2.433 73.000
7-Jan-08 15 2.433 36.495 15 2.433 36.495
12-Jan-08 9 2.433 21.897 6 2.433 14.598
15-Jan-08 7 2.700 18.900 13 2.576 33.498
17-Jan-08 5 2.550 12.750 18 2.569 46.248
20-Jan-08 13 2.569 33.397 5 2.569 12.845
23-Jan-08 10 2.750 27.500 15 2.689 40.345
25-Jan-08 3 2.689 8.067 12 2.689 32.268
31-Jan-08 4 2.900 11.600 16 2.742 43.868

Saldo persediaan akhir = 43.868


Harga pokok penjualan = 36.495 + 21.897 + 33.397 + 8.067
= 99.856
Laba/ Rugi Kotor :
Penjualan = 105.550 (39.000 + 21.600 + 36.400 + 8.550)
HPP = (99.856)
Laba Kotor =   5.694
BAB III
Aktiva Tetap : Akuisisi dan Disposisi Properti, Pabrik dan Peralatan

A. AKTIVA
Aktiva tetap  adalah aktiva yang bersifat  tahan lama. Aktiva seperti ini umumnya berupa
property, pabrik, dan peralatan (property, plant,and equipmen).  Istilah lain yang digunakan dalam
masyarakat adalah aktiva pabrik (plant assets). Properti , pabrik, dan peralatan meliputi tanah, struktur
bangunan (kantor,pabrik,gudang), dan peralatan (mesin , perabotan, perkakas). Karakteristik utama
dari property, pabrik , dan peralatan adalah:
1. Aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi , bukan untuk dijual kembali.
Sebagai contoh, mesin jahit dalam perusahaan konveksi yang digunakan untuk membuat
pakain merupakan aktiva tetap.sebaliknya  pembelian tanah atau bangunan yang tidak
digunakan  bukan merupakan aktiva tetap tetapi merupakan investasi.
2. Aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subyek penyusutan. Aktiva tetap
dalam parusahaan digunakan beberapa tahun. Perusahaan  mengalokasian biaya
investasi  dalam aktiva ini pada periode masa depan melalui biaya penyusutan periodik.
Namun biaya penyusutan ini tidak berlaku untuk tanah kecuali, terjadi penurunan nilai
material, seperti hilangnya kesuburan tanah pertanian akibat rotasi tanah yang jelek,
kekeringan, atau erosi.
3. Aktiva tersebut memiliki substansi fisik.properti, pabrik ,dan peralatan merupakan aktiva
berwujud yang mempunyai karakteristik eksistensi atau substansi fisik.

B. AKUISISI DAN PENILAIAN PROPERTI, PABRIK, DAN PERALATAN

Sebagian banyak perusahaan menggunakan biaya historis sebagai dasar untuk menilai properti,
pabrik, dan peralatan. Biaya historis (historical cost)  diukur oeh kas atau harga ekuivalen kas untuk
memperoleh aktiva dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk tujuan
penggunaannya.  Yang biasanya termasuk dalam biaya aktiva adalah, harga beli, ongkos angkut, pajak
penjualan, biaya instalasi aktiva produktif. Selain biaya tersebut juga sering ditambahkan
setiap  biaya  terkait yang muncul setelah akuisisi aktiva seperti penambahan, perbaikan , atau
penggantian, jika hal itu memberikan jasa potensial di masa depan. Jika tidak, maka biaya-biaya
tersebut dianggap sebagai beban.

Alasan  utama digunakannya biaya historis dalam perhitungan akuisisi aktiva tetap adalah:

1. Pada tanggal akuisisi, biaya merefleksikan nilai wajar.


2. Biaya historis melibatkan biaya actual, bukan transaksi hipotetis, sehingga merupakan hal
yang paling dapat diandalkan .
3. Keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak diantisipasi tetapi harus diakui ketika aktiva
dijual.

1.      Biaya tanah
Adalah sema pengeluaran untuk mendapatkan tanah dan membuatnya siap digunakan. Biaya
tanah mencakup :

a. Harga beli
b. Biaya penutupan, seperti sertifiat hak milik, honor pengacara dan honor pencatatan.
c. Biaya yang dikeluarkan untuk mempersiapkan tanah hingga siap digunakan, seperti meratakan ,
menimbun, mengosongkan dan membersihkan.
d. Asumsi  mengenai hak gadai beban atau hipotik.
e. Setiap perbaikan tanah lainnya yang memiliki umur tidak terbatas.

2.      Biaya Bangunan

Biaya bangunan harus melibatkan semua pengeluaran yang berhubungan langsung dengan
akuisisi  dan konstruksinya. Biaya bangunan meliputi:

a. Biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead yang terjadi selama konstruksi .
b. Honor professional serta ijin mendirikan bangunan.

Jika tanah bibeli beserta bangunan lama diatasnya, maka biaya penghancuran bangunan  tersebut
dikurangi dengan nilai sisanya merupakan biaya penyiapan agar dapat digunakan sesuai tujuan
dan  berkaitan dengan tanah ketimbang bangunan.

3.      Biaya peralatan

Istilah peralatan dalam akuntansi meliputi peralatan pengiriman, peralatan kantor, mesin-mesin
,perabotan dan perkakas, perlengkapan tetap, peralan pabrik, dan aktiva sejenis lainnya.biaya aktiva
seperti ini meliputi:

a.       Harga beli.

b.      Biaya pengangkutan dan penanganan.

c.       Asuransi peralatan ketika masih dalam perjalanan.

d.      Biaya fondasi khusus jika diperlukan

e.       Biaya pemasangan dan perakitan.

f.       Biaya untuk menjalankan uji coba.

4.      Aktiva yang dibuat sendiri (self constructed assets)

Perusahaan dapat menangani biaya tidak langsung dngan salah satu dari dua cara berikut:

a. Tidak membebankan overhead tetap ke pembuatan aktiva. Argumentasi utama atas perlakuan
ini adalah bahwa overhead tidak langsung biasanya bersifat tetap dan tidak meningkat akibat
pembangunan suatu abrik atau peralatan.
b. Membebankan bagian dari total overhead ke proses konstruksi . pendekatan ini disebut
pendekatan biaya penuh (full costing approach), akan sesuai jika pengusaha percaya bahwa
biaya melekat pada semua produk dan aktiva yang dibuat.

5.      Biaya bunga selama konstruksi .


Tiga pendekatan yang diusulkan untuk memperlakukan bunga yang muncul dalam pembiayaan
konstruksiproperti, pabrik, dan peralatan:

a.       Tidak mengkapitalisasi beban bunga selama periode konstuksi. Menurut pendekatan ini, bunga
dianggap biaya pembiayaan dan bukan sebagai biaya konstruksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
jika perusahaan menggunakan pembiayaan dengan saham alih-alih dengan hutang, maka biaya
bunga tidak akan muncul.

b.      Membebankan biaya konstruksi atas semua biaya dana yang digunakan, baik yang dapat
diidentifikasi maupun yang tidak. Metode ini menyatakan bahwa konstruksiharus menyertakan
biaya pembiayaan,apakah berupa kas, utang, atau saham. Suatu aktiva harus dibebankan dengan
semua biaya yang diperlukan untuk membuat aktiva tersebut siap digunakan. Bunga, baik actual
maupun terkait (imputed), merupakan biaya bangunan, seperti halnya dengan biaya tenaga kerja
dan bahan.

c.       Hanya mengkapitalisasi biaya bunga aktual yang terjadi selama konstruksi. Pendekatan ini
sebagian sesuai dengan logika yang dipakai dalam pendekatan kedua bahwa bunga merupakan
biaya, tidak ubahnya seperti tenaga kerja dan bahan baku. Namun pendekatan ini hanya
mengkapitalisasi biaya bunga yang muncul melalui pembiayaan dengan hutang. (Yang berarti
bahwa pendekatan ini tidak mencoba menentukan biaya pembiayaan dengan saham).  Menerburut
pendekataan ini. Perusahaan yang menggunakan pembiayaan dengan hutang akan memiliki aktiva
berbiaya lebih tinggi dari pada perusahaan lainnya yang menggunakan pembiayaan dengan
saham. Hasil yang diperoleh dari pendekatan ini akan dianggap tidak memuaskan karena biaya
aktiva harus sama tanpa bergantung apakah yang digunakan adalah pembiayaan dengan kas,
hutang atau saham.

Pengkapitalisasian bunga aktual (dengan modifikasi) adalah pendekatan yang disarankan dalam
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum (GAAP).  Metode ini sesuai dengan konsep bahwa
biaya historis perolehan aktiva melibatkan semua biaya (termasuk bunga) yang dikeluarkan untuk
membuat aktiva tersebut berada dalam kondisi serta lokasi yang diperlukan untuk digunakan.

Untuk  menerapkan pendekatan umum ini, tiga item harus dipertimbangkan :

1.      Aktiva yang memenuhi  kualifikasi.

2.      Periode kapitalisasi.

3.      Jumlah yang dikapitalisasi.

Aktiva  yang  Memenuhi Kualifikasi. Untuk memenuhi kualifikasi sebagian kapitalisasi bunga,


aktiva harus memiliki periode waktu untuk menyiapkannya agar dapat digunakan. Pengkapitalisasian
biaya bunga dimulai dari pengeluaran pertama yang berhubungan dengan aktiva. Kapitalisasi ini akan
terus berlanjut hingga aktiva selesai dan siap digunakan.

Aktiva yang memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi biaya bunga mencakup aktiva yang dibuat
untuk digunakan sendiri (seperti bangunan, pabrik, dan mesin-mesin besar) serta aktiva yang
ditujukan untuk dijual atau dilease yang dibuat atau diproduksi sebagai proyek diskrit (misalnya,kapal
laut atau pengembang real  estat).
Contoh aktiva yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi bunga adalah (1) aktiva yang
sedang digunakan atau siap digunakan, dan (2) aktiva yang digunakan dalam aktivas perusahaan
untuk menghasilkan laba dan tidak digunakan dalam aktivas yang diperlukan untuk membuatnya siap
digunakan (seperti tanah yang tidak dikembangkan dan aktiva yang tidak digunakan karena usang,
kelebihan kapasitas, atau perlu direparasi).

Periode Kapitalisasi (capitalization period) adalah periode waktu dimana bunga harus


dikapitalisasi. Yang dimulai apabila ketiga komdisi berikut terjadi :

1.      Pengeluaran untuk aktiva telah dilakukan.

2.      Aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapakan aktiva agar dapat digunakan sedang
berjalan.

3.      Biaya bunga telah terjadi.

Kapitalisasi bunga akan terus berlangsung selama ketiga kondisi tersebut ada, sementara periode
kapitalisasi akan berakhir apabila aktiva telah selesai dan siap untuk digunakan.

Jumlah yang Harus Dikapitalisasi

Jumlah bunga yang akan dikapitalisasi dibatasi hingga biaya bunga aktual terendah yang terjadi
selama periode berjalan atau bunga yang dapat dihindarkan. Bunga yang dapat
dihindarkan (avoidable interest) adalah jumlah biaya bunga selama periode berjalan yang secara
teoritis dapat dihindarkan jika pengeluaran untuk membeli aktiva tidak dilakukan. Dalam situasi
apapun , biaya bunga tidak boleh mencakup biaya modal yang dibebankan ke ekuitas pemegang
saham.

Untuk menerapkan konsep bunga yang dapat dihindarkan , sebuah perusahaan menentukan
jumlah bunga potensial yang dapat dikapitalisasi selama periode akuntansi  dengan  mengalikan suku
bunga dengan akumulasi pengeluaran rata-ratatertimbang dari aktiva (weighted-average accumulated
expenditures).yang memenuhi kualifikasi selama periode berjalan.

Dalam menghitung akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang, sebuah perusahaan menimbang


pengeluaran konstruksi dengan jumlah waktu (bagian dari tahun atau periode akuntansi) dimana
terdapat biaya bunga dari pengeluaran tersebut.

Suku bunga

Prinsip yang digunakan dalam memilih suku bunga yang tepat untuk diaplikasikan pada
akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang adalah:

1.      Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang kurang dari atau sama dengan jumlah
yang secara khusus dipinjam untuk membiayai pembuatan aktiva, gunakan suku bunga yang terjadi
atas pinjaman khusus tersebut.
2.      Untuk bagian pengeluaran rata-rata tertimbang yang lebih besar dari hutang yang dipinjam khusus
untuk membiayai pembuatan aktiva , guakan suku bunga rata-rata tertimbang yang terjadi atas semua
hutang lainnya yang beredar selama periode berjalan.

 Dua  masalah yang berhubungan denag kapitlisasi bunga yang memerlukan perhatian khusus
adalah:

1.      Pengeluaran untuk tanah.ketika sebuah perusahaan membeli tanah untuk tujuan mengembangkannya
untuk kegunaan tertentu, maka biaya bunga yang berhubungan dengan pengeluaran tersebut dapat
dikualifikasi sebagai kapitalisasi bunga.jika tanh dibeli untuk dijadikan lokasi suatu bangunan (seperti
lokasi pabrik),  maka maka biaya bunga yang dikapitalisasi selama periode konstruksi merupakan
bagian dari biaya pabrik, bukan tanah. Sebaliknya apabila tanah dikembangkan untuk dijual  maka
setiap biaya bunga yang dikapitalisasi harus menjadi biaya akuisisi tanah yang sedang dikembangkan
itu. Tetapi jika pembelian tanah itu untuk spekulasi, maka biaya bunga tidak perlu dikapitalisasi,
karena aktiva tersebut telah siap untuk digunakan.

2.      Pendapatan bunga. Perusahaan sering kali meminjam uang untuk membiayai pembuatan aktiva.
Perusahaan secara temporer meginvestasikan kelebihan dana pinjaman dalam sekuritas berbunga
hingga dana tersebut dibutuhkan untuk dana konstruksi. Selama tahap awal konstruksi, pendapatan
bunga yang dihasilkan dapat  melebihi biaya bunga atas dana pinjaman.

6.      Observasi

Persyaratan kapitalisasi bunga, meski telah deberlakukan secara meluas di seluruh dunia,
sekarang masih diperdebatkan. Dari sudut pandang konseptual, banyak yang meyakini bahwa, karena
alasan-alasan yang disebutkan sebelumnya, perusahaan seharusnya tidak mengkapitalisasi biaya
bunga atau seluruh biaya bunga,  aktual atau tertangguh.

C.      PENILAIAN

Seperti  aktiva lainnya, perusahaan sebaiknya mencatat properti, pabrik, dan bangunan pada nilai
pasar wajar yang diberikan pada saat akuisisi atau nilai wajar aktiva yang diterima, bergantung pada
mana yang memiliki bukti lebih jelas.

1.      Diskon Tunai

Terdapat dua sudut pandang dalam hal ini. Menurut pendekatan pertama, diskon-baik diambil
atau tidak –dianggap sebagai pengurang biaya aktiva. Alasannya adalah bahwa biaya riil dari aktiva
merupakan kas atau harga ekuivalenkas aktiva. Disamping itu, beberapa pihak berpendapat bahwa
syarat diskon tunai ini sangat menarik sehingga kegagalan untuk mengambilnya menunjukan
kesalahan manajemen atau inefisiensi.

     Pendukung pendekatan lainnya berpendapat bahwa diskon tunai tidak selalu harus dianggap
sebagai kerugian karena syaratnya mungkin tidak menguntungkan atau tidak mungkin tidak bijaksana
bagi perusahaan untuk mengambil diskon itu.saat ini metode masih digunakan, dalam prakteknya,
yang lebih disukai adalah metode pertama.

2.      Kontrak Pembayaran yang ditangguhkan


Aktiva tetap sering kali dibeli atas dasar kontrak kredit jangka panjang dengan menggunakan
wesel, hipotik, obligasi, atau kewajiban peralatan. Agar merefleksikan biaya  secara tepat, aktiva yang
dibeli dengan kontrak kredit  jangka panjang harus diperhitungkan pada nilai sekarang dari
pertimbangan yang dipertukarkan antara pihak-pihak yang melakukan kontrak pada tanggal transaksi.

     Jika  tidak ada suku bunga yan gditetapkan, atau jika suku bunga yang dinyatakan tidak layak,
maka suku bunga yang tepat harus diperkirakan. Tujuannya adalah untuk mendekati suku bunga yang
akan dinegosiasikan antara pembeli dan penjual pada transaksi peminjaman sejenis. Factor-faktor
yang harus  dipertimbangkan perusahaan dalam  memperkirakan suku bangsa adalah peringkat
kredit  peminjam,jumlah dan tanggal jatuh tempo wesel,serta suku bunga yang berlaku sekarang.
Perusahaan menggunakan harga pertukaran kas dari aktiva yang diperoleh (jika dapat ditentukan)
sebagai dasar untuk mencatat aktiva dan mengukur unsur bunga.

3.      Pembelian lump sum

      Permasalahan khusus dalam penentuan harga aktiva tetap muncul ketika perusahaan membeli
sekelompok aktiva tetap pada harga lump sum (lump sum price)tunggal.  Apabila situasi semacam ini
terjadi,perusahaan mengalokasikan total biaya diantara berbagai aktiva berdasarkan  nilai pasar wajar
relatifnya. Asumsinya adalah bahwa biaya-biaya ini akan bervariasi dalam proporsi langsung terhadap
nilai wajar. Prinsip yang sama juga diaplikasian untuk mengalokasikan biaya lump sum di antara pos-
pos persediaan yang berbeda.

Contoh ;

Perusahaan ABC  memutuskan untuk membeli  beberapa aktiva yaitu beberapa aktiva berupa,


tanah bangunan , mobil dari PT CDE seharga Rp500.000.000,00. PT CDE  sedang  dalam proses
likuidasi dan aktiva yang dijual adalah:

                                         Harga Buku                 Harga Pasar

Tanah                               Rp 200.000.000,-        Rp 250.000.000,00

Bangunan Hotel               Rp 200.000.000,-        Rp 210.000.000,00

Mobil                                Rp100.000.000,-         Rp   90.000.000,00

                                         Rp 500.000.000,-        RP 550.000.000,00

Harga beli sebesar Rp 500.000.000,00 akan dialokasikan Perusahaan ABC atas dasar nilai pasar
wajar relative( Dengan asumsi identifikasi khusus terhadap biaya adalah tidak praktis) dengan cara :

                 Persediaan  250.000.000,00 (c0ntoh e belom selesai_)

4.    Penerbitan Saham

Apabila property di peroleh perusahaan melalui penerbitan sekuritas seperti saham biasa, maka
biaya property itu tidak dapat diukur secara tepat dengan nilai pari atau nilai ditetapkan saham
tersebut.Jika saham itu sedang diperdangangkan secara aktif, maka nilai pasar saham yang diterbitkan
merupakan indikasi yang wajar atas biaya property yang diperoleh. Saham merupakan ukuran yang
baik atas harga ekuivalen kas berjalan.

5.    Pertukaran Aktiva Non Moneter ( Nonmonetary assets)

Akuntansi yang biasa untuk pertukaran aktiva nonmoneter harus didasarkan atas nilai wajar
aktiva yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima, mana yang memiliki bukti lebih jelas.
Jadi, semua keuntungan atau kerugian dari pertukaran harus diakui. Dasar pemikiran untuk pengakuan
segera ini adalah bahwa sebagian transaksi menpunyai substansi komersial, dan karena itu, suatu
keuntungan atau kerugian harus segera diakui.

Arti dari substansi komersial. Seperti yang telah disebutkan di atas,nilai wajar adalah dasar
untuk mengukur  sebuah aktiva yang diperoleh  dalam sebuah pertukaran  nonmoneter  jika transaksi
tersebut mempunyai subtansi komersial. Sebuah pertukaran mempunyai substansi komersial
( commercial substance) jika arus kas masa depan berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut. Hal
ini berarti bahwa, jika posisi ekonomi kedua belah pihak  yang bertransaksi berubah, transaksi
tersebut  mempunyai  substansi komersial.

Pertukaran-Situasi Kerugian. Apabila aktiva nonmoneter yang sama dipertukarkan dan


menghasilkan kerugian, maka kerugian itu harus  diakui dengan segera. Pemikiran  yang
mendasarinya : Perusahaan seharusnya tidak menilai aktiva lebih daripada harga kasnya yang setara :
jika kerugian ditangguhkan, aktiva akan dinilai terlalu tinggi daripada yang seharusnya (overstate).
Oleh karena itu, perusahaaan mengakui kerugian dengan segera terlepas apakah pertukaran itu
mempunyai substansi komersial atau tidak.

Pertukaran-situasi Keuntungan. Mempunyai substansi komersial. Sekarang pertimbangkan


dimana pertukaran nonmoneter mempunyai substansi komersial dan keuntungan diperoleh. Dalam hal
ini, perusahaan mencatat biaya aktiva nonmoneter yang diterima untuk ditukar dengan aktiva
nonmoneter yang lain pada nilai wajar dari aktiva yang diberikan, dan dengan segera mengakui
keuntungan. Perusahaan dapat memakai nilai wajar dari aktiva yang diterima hanya jika nilai wajar itu
terbukti lebih jelas daripada nilai wajar yang diberikan.  (belum selesai )

6.    Akuntansi untuk Kontribusi


Perusahaan kadang-kadang dapat menjadi penerima atau pembeli kontribusi (donasi atau
hadiah ). Kontribusi semacam itu disebut sebagai transfer tanpa timbal balik atau ( nonreciprocal
transfers) karena mereka menstransfer aktiva pada satu arah. Kontribusi  ini selain dapat berubah
berbagai jenis aktiva (seperti kas, sekuritas, tanah, bangunan, atau penggunaan fasilitas), tetapi juga
dapat berupa penghapusan hutang.

7.    Metode Penilaian Aktiva Lainnya

Pengecualian dari prinsip biaya historis untuk akuisisi aktiva tetap melalui donasi  adalah
didasarkan atas nilai wajar. Pengecualian lainnya adalah konsep biaya penghematan ( prudent cost).
Konsep ini menyatakan  bahwa jika karena beberapa alasan perusahaan mengabaikan harga tertentu
dan pada awalnya membayar terlalu banyak untuk suatu aktiva, maka secra teoritis membebankan
suatu kerugian.

D.      BIAYA SETELAH AKUISISI

Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan yang lebih besar
harus dikapitalisasi, sementara pengeluaran yang hanya ditujukan untuk mempertahankan tingkat
pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya-biaya ini dapat dikapitalisasi, tiga
kondisi berikut harus dipenuhi :

1.      Umur manfaat aktiva harus meningkat.

2.      Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat.

3.      Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan.

Jenis-jenis pengeluaran utama :

1.      Penambahan

Penambahan ( additions) umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang besar. Menurut
definisi setiap penambahan pada aktiva tetap akan dikapitalisasikan karena aktiva baru telah
diciptakan. Sebagai contoh, penambahan suatu bangunan sayap pada rumah sakit, atau penambahan
system pendingin pada sebuah kantor, akan meningkatkan potensi pelayanan dari fasilitas tersebut.
Pengeluaran semacam itu harus dikapitalisasi dan ditandingkan dengan pendapatan yang akan
dihasilkan di periode masa depan.

2.      Perbaikan dan Penggantian

Perusahaan mengganti aktiva ke aktiva lainnya melelui perbaikan dan pergantian. Perbaikan
(betterment) adalah penggantian aktiva yang yang sekarang sedang digunakan dengan aktiva lain
yang lebih baik. Penggantian adalah(replacement) adalah subtitusi yang lama dengan aktiva yang
sama.

Untuk mengetahui apakah aktiva yang baru itu meningkatkan potensi atau hanya meningkatkan
pelayanan saja maka kita bisa melihat melalui pendekatan.

a.      Menggunakan pendekatan substitusi


Pendekatan substitusi merupakan prosedur yang benar jika jumlah tercatat dari aktiva lama tersedia.
Jika nilai tercatat lama tidak diketahui cukup dengan menghapus biaya aktiva lama dengan aktiva
baru.

b.      Mengapitalisasi biaya baru

Mengkapitulasi perbaiakn dan mencatat jumlah aktiva lama ke dalam buku.

c.       Embebankan ke akumulasi penyusutan

Sewakttu-waktu kuntitas atau kualitas  aktiva itu tidak bisa ditingkatkan tetapi dapat diperpanjang
usianya dalm hal ini perusahaan dapat mendebet pengeluaran ke akumulasi penyusustan dan bukan
keakun aktiva.

3.      Penyusanan Kembali dan Pemasangan kembali

Biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk
memberikan manfaat diperiode masa depan.

4.      Reparasi

a.      Reparasi biasa

Adalah pengeluaran biaya untuk mempertahankan aktiva tetap agar aktiva tetap dalam kondisi
siap operasi

b.      Reparasi besar

Jika terjadi reparasi besar maka beberapa periode akan menerima manfaat dan biaya itu harus
diperlukan sebagai penambahan perbaikan atau penggantian

Ikhtisar Biaya Setelah Akuisisis

Jenis Pengeluaran Perlakuan Akuntansi Normal

Penambahan Mengkapitulasi biaya penambahan ke akun aktiva.

Perbaikan dana.    Nilai tercetak diketahui : hilangkan biaya dan akumulasi


penggantian penyusutan aktiva lama, dengan mengakui setiap keuntungan
dan kerugian. Kapitalisasi biaya perbaikan/penggantian.

b.    Nilai tercatat tidak diketahui :

1)      Jika umur manfaat aktiva diperpanjang maka debet akumulasi


penyusustan untuk biaya perbaikan/penggantian.

2)      Jika kuantitas atau kualitas aktiva ditingkatkan maka


kapitulasi biaya perbaikan/penggantian ke akun aktiva.

a.    Jika biaya penyusunan awal diketahui perlakuan biaya


penyusunan kembali/pemasangan kembali sebagai
penggantian(nilai tercatat diketahui)

b.    Jika biaya pemasangan awal tidak diketahui dan biaya


penyususnan kembali/pemasanhgan kembali berjumlah
material dan bermanfaat pada peride masa depan maka
kapitulasi sebagai aktiva.
Penyususnan kembali
dan pemasanganc.    Jika biaya pemasangan awaql tidak diketahui dan biaya
kembali penyusunan/pemasangan kembali tidak material jumlah atau
manfaat periode masa depan diragukan maka bebankan
biayajika terjadi.

a.     Biasa : bebankan biaya reparasi ketika terjadi

b.     Besar : jika layak perlakukan sebagai penambahan, perbaikan


atau penggantian

Reparasi

E.  DISPOISISI AKTIVA TETAP

Sebuah perusahaan mungkin dapat menarik aktiva tetap atau melepas sebagai penjualan,
pertukaran,konvensi terpaksa atau pembuangan. Tanpa memperhatikan waktu pelepasan, penyusutan
harus dihitung hingga tanggal dispoisisi. Kemudian semua akun yang berhubungan dengan aktiva
yang ditarik itu harus dihilangkan. Umumnya nilai buku aktiva tetap tertentutidak sama dengan nilai
pelepasannya. Akibatnya timbul keuntungan atau kerugian. Penyebabnya adalah penyusutan
merupakan estimasi atas alokasi biaya bukan proses penilaian keuntungan atau kerugian merupakan
koreksi laba bersih untuk tahun-tahun selama aktiva tetap digunakan.

1.        Penjualan Aktiva Tetap

Penyusutan harus dicatat selama periode waktu antara tanggal ayat jurnal penyusutan terakhir dibuat
dan tanggal penjualan. Dalam hal ini akan terjadi penjurnalan sebagai berikut

     Bebab Penyusutan                                          XXX

                 Akumulasai penyusutan                                  XXX
Ayat jurnal untuk penjualan aktiva

     Kas                                                                  XXX

     Akumulasi penyusutan                                    XXX

                 Mesin                                                              XXX

                 Keuntungan atas pelepasan                             XXX

2.        Konversi Terpaksa

Kadang-kadang pelayanan suatu aktiva berakhir karena konversi terpaksa dengan jenis seperti
kebakaran,kebanjiran,pencurian atau pembebasan. Selisih yang dipulihkan dan nilai buku aktiva
tersebut jika ada dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugian. Keuntungan atau kerugian akan
diperlakukan dengan cara yang tidak berbeda dengan jenis dispoisisi lainnya. Dalam beberapa kasus,
keuntungan atau kerugian sering kali dilaporkan dalam bagian pos luarbiasa pada laporan laba-rugi.

3.        Masalah Lainnya

Jika suatu aktiva dibuang tanpa ada pemulihan kas, maka kerugian harus diakui dalam jumlah yang
sama dengan nilai buku aktiva. Jika terdapat nilai sisa maka keuntungan atau kerugian yang terjadi
merupakan selisish antara nilai sisa dan nilai bukunya.jika aktiva masih dapat digunakan namun telah
disusutkan secara penuh maka aktiva tersebut dapat dicatat dalam pembukuan pada biaya historis
dikurangi penyusutan.
Soal Bab 3
1. Sebutkan alasan utama digunakannya biaya historis dalam perhitungan akuisisi aktiva tetap
adalah....
1. Jawaban: Pada tanggal akuisisi, biaya merefleksikan nilai wajar.
2. Biaya historis melibatkan biaya actual, bukan transaksi hipotetis, sehingga merupakan hal
yang paling dapat diandalkan .
3. Keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak diantisipasi tetapi harus diakui ketika aktiva
dijual.
2. Aktiva tetap adalah aktiva yang bersifat tahan lama. Aktiva seperti ini umumnya berupa....
Jawab: property, pabrik, dan peralatan (property, plant,and equipmen
3. Sebutkan karaktersistik dari aktiva pabrik adalah....
Jawab:
1. Aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi , bukan untuk dijual kembali.
2. Aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subyek penyusutan.
3. Aktiva tersebut memiliki substansi fisik.properti, pabrik ,dan peralatan merupakan aktiva
berwujud yang mempunyai karakteristik eksistensi atau substansi fisik.
4. Sebutkan pendekatan yang diusulkan untuk memperlakukan bunga yang muncul dalam pembiayaan
konstruksiproperti, pabrik, dan peralatan...
Jawab:
a. Tidak mengkapitalisasi beban bunga selama periode konstuksi.
b. Membebankan biaya konstruksi atas semua biaya dana yang digunakan, baik yang dapat
diidentifikasi maupun yang tidak.
c. Hanya mengkapitalisasi biaya bunga aktual yang terjadi selama konstruksi.
5. sebuah aktiva dapat di sebut memenuhi kualifikasi jika...
Jawab: aktiva harus memiliki periode waktu untuk menyiapkannya agar dapat digunakan.
Pengkapitalisasian biaya bunga dimulai dari pengeluaran pertama yang berhubungan dengan aktiva.
Kapitalisasi ini akan terus berlanjut hingga aktiva selesai dan siap digunakan.
6. sebutkan dan jelaskan Dua masalah yang berhubungan denag kapitlisasi bunga yang memerlukan
perhatian khusus...
Jawab: 1. Pengeluaran untuk tanah.ketika sebuah perusahaan membeli tanah untuk tujuan
mengembangkannya untuk kegunaan tertentu, maka biaya bunga yang berhubungan dengan
pengeluaran tersebut dapat dikualifikasi sebagai kapitalisasi bunga.jika tanh dibeli untuk dijadikan
lokasi suatu bangunan (seperti lokasi pabrik), maka maka biaya bunga yang dikapitalisasi selama
periode konstruksi merupakan bagian dari biaya pabrik, bukan tanah. Sebaliknya apabila tanah
dikembangkan untuk dijual maka setiap biaya bunga yang dikapitalisasi harus menjadi biaya akuisisi
tanah yang sedang dikembangkan itu. Tetapi jika pembelian tanah itu untuk spekulasi, maka biaya
bunga tidak perlu dikapitalisasi, karena aktiva tersebut telah siap untuk digunakan.
2. Pendapatan bunga. Perusahaan sering kali meminjam uang untuk membiayai pembuatan aktiva.
Perusahaan secara temporer meginvestasikan kelebihan dana pinjaman dalam sekuritas berbunga
hingga dana tersebut dibutuhkan untuk dana konstruksi. Selama tahap awal konstruksi, pendapatan
bunga yang dihasilkan dapat melebihi biaya bunga atas dana pinjaman.

7. Perusahaan setia abadi membeli sebuah kendaraan untuk operasional perusahaan seharga
Rp200.000.000 sudah termasuk pajak. Biaya balik nama kendaraan adalah Rp. 5.000.000 dan biaya
pengangkutannya sebesar 500.000. dari jumlah itu baru dibayar tunai Rp50.000.000 dan sisanya akan
diangsur dalam waktu 20 bulan.
Cicilan perbulan sebesar Rp10.000.000 dengan bunga flat sebesar Rp150.000 per bulan.
Hitunglah harga perolehan aktiva tetap dan buatkan jurnalnya.
Jawab :
Karena besarnya bunga sama setiap bulannya, maka:
Harga Perolehan awal :
Harga Kendaraan        = Rp. 200.000.000
Biaya balik nama        = Rp.     5.000.000
Biaya pengangkutan   = Rp.         500.000
Total harga perolehan = Rp.  205.500.000

Saldo pinjaman = Harga perolehan – Uang muka


= Rp 205.500.000 – Rp 50.000.000
= Rp 155.500.000

Harga Perolehan  = Cicilan + Bunga


= (Rp10.000.000 x 20) + (Rp150.000 x 20)
= Rp200.000.000 + Rp 3.000.000
= Rp203.000.000

Jurnal pada saat transaksi:

Kendaraan Rp. 220.000.000,00


Kas Rp. 20.000.000,00
Hutang Rp. 200.000.000,00

Jurnal pada saat cicilan pertama :

Hutang Rp. 10.000.000,00


Bunga Pinjaman Rp. 150.000,00
Cash Rp. 10.150.000,00
8. sebut kan dua sudut pandang mengenai diskon tunai...
Jawab: Menurut pendekatan pertama, diskon-baik diambil atau tidak –dianggap sebagai pengurang
biaya aktiva. Alasannya adalah bahwa biaya riil dari aktiva merupakan kas atau harga ekuivalenkas
aktiva. Pendukung pendekatan lainnya berpendapat bahwa diskon tunai tidak selalu harus dianggap
sebagai kerugian karena syaratnya mungkin tidak menguntungkan atau tidak mungkin tidak bijaksana
bagi perusahaan untuk mengambil diskon itu
9. sebutkan tiga kondisi agar biaya dapat di kapitalis...
Jawab:
1. Umur manfaat aktiva harus meningkat.
2. Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat.
3. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan.
10. sebutkan jenis-jenis pengeluaran utama...
Jawab: 1. Penambahan
Penambahan ( additions) umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang besar. Menurut
definisi setiap penambahan pada aktiva tetap akan dikapitalisasikan karena aktiva baru telah
diciptakan. Sebagai contoh, penambahan suatu bangunan sayap pada rumah sakit, atau penambahan
system pendingin pada sebuah kantor, akan meningkatkan potensi pelayanan dari fasilitas tersebut.
Pengeluaran semacam itu harus dikapitalisasi dan ditandingkan dengan pendapatan yang akan
dihasilkan di periode masa depan.
2. Perbaikan dan Penggantian
Perusahaan mengganti aktiva ke aktiva lainnya melelui perbaikan dan pergantian. Perbaikan
(betterment) adalah penggantian aktiva yang yang sekarang sedang digunakan dengan aktiva lain
yang lebih baik. Penggantian adalah(replacement) adalah subtitusi yang lama dengan aktiva yang
sama.
Untuk mengetahui apakah aktiva yang baru itu meningkatkan potensi atau hanya meningkatkan
pelayanan saja maka kita bisa melihat melalui pendekatan.
a. Menggunakan pendekatan substitusi
b. Mengapitalisasi biaya baru
c. Embebankan ke akumulasi penyusutan
3. Penyusanan Kembali dan Pemasangan kembali
4. Reparasi

Anda mungkin juga menyukai