BAB 1
1. Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Barang
Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Barang
Nilai persediaan barang dagang ditentukan oleh gabungan dua factor, yaitu kuantitas dan
harga pokok. Kuantitas persediaan dapat diperoleh melalui perhitungan secara fisik. Harga
pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh persediaan tersebut. Disamping harga beli,
termasukdalam harga pokok persediaan adalah semua biaya yang terjadi sampai dengan
persediaan siap dijual, misalnya biaya pengangkutan, bea masuk dan asuransi.
Kesulitan dalam menetapkan harga pokok persediaan adalah apabila selama satu periode,
barang yang sama diperoleh dengan beberapa harga yang berbeda. Apabila demikian ,perlu
ditentukan harga yang akandigunakan untuk menetapkan harga pokok persediaan.
Dalam hal ini, pencatatan persediaan dibagi menjadi dua macam metode, yaitu: Metode
Perpetual dan Metode Periodik, Kedua metode ini memiliki karakteristik yang berbeda satu
dengan lainnya. Penjelasan tentang kedua metode ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Perpetual
Dalam system perpetual, perubahan jumlah persediaan (fisik maupun rupiah)
dimonitor setiap saat. Caranya dengan menyediakan kartu persediaan untuk
setiap jenis persediaan. Apabila ada selisih dalam pencatatan persediaan maka
pada jurnal dicatat sebagai selisih pencatatan persediaan.Perusahaan yang
menggunakan Sistem Perpetual, memiliki beberapa ciri-ciri perusahaan
perpetual adalah sebagai berikut:
Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening
persediaan, bukan rekening pembelian.
Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan, dan
dicatat dengan mendebet rekening Harga Pokok Penjualan, dan
mengkredit rekening persediaan.
Persediaan merupakan rekening control dan dilengkapi dengan buku
pembantu persediaan yang berisi catatan untuk tiap jenis
persediaanSelain itu, perusahaan yang menggunakan jurnal sistem
perpetual, memiliki keuntungan tersendiri, di antaranya yaitu:
Rekening persediaan akan dapat menunjukkan saldo persediaan yang
ada pada akhir tiap bulan, dengan tidak perlu menggunakan
perhitungan fisik.
Harga pokok penjualan diketahui untuk setiap transaksi penjualan
barang dagangan, sehingga laba kotor penjualan dapat diketahui, tampa
menunggu sampai akhir periode.
Persediaan yang terjual akhir periode = 1.000 unit – 300 unit = 700 unit
4. Dari soal di atas buatlah nilai persediaan akhir menggunakn metode FIFO...
Jawab:
Diketahui persediaan akhir nya 300 unit, maka menghitung nilai persediaan nya adalah:
200 unit Rp 5.300 = Rp 1.060.000
100 unit Rp 5.200 = Rp 520.000
Rp 1.580.000
Maka nilai persediaan akhir nya ialah Rp 1.580.000
HPP = Barang tersedia untuk dijual – Persediaan akhir
= Rp 5.290.000 – Rp 1.580.000
= Rp 3.710.000
5. Dari soal di atas buatlah nilai persediaan akhir menggunakn metode LIFO...
Jawab:
Nilai persediaan akhir:
Diketahui persediaan akhir nya 300 unit, maka menghitung nilai persediaan nya adalah:
100 unit Rp 5.500 = Rp 550.000
200 unit Rp 5.000 = Rp 1.000.000
Rp 1.550.000
Maka nilai persediaan akhirnya ialah Rp 1.550.000
HPP= Barang tersedia untuk dijual – Persediaan akhir
= Rp 5.290.000 – Rp 1.550.00
= Rp 3.740.000
BAB II
Cara Menentukan Persediaan Barang
Pengertian Persediaan Barang. Persediaan merupakan asset atau aktiva yang tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam
perjalanan atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau penyediaan jasa.
Lot size inventory adalah pengadaan persediaan barang dagang dalam jumlah yang
cukup besar dan bahkan melebihi perencaan kebutuhan yang ada. Hal ini umumnya
terjadi karena adanya potongan harga atau potongan ongkos pengiriman barang dagang.
Biasanya penjual memberikan potongan harga dan ongkos pengiriman per unit yang
cukup tinggi apabila pembelian barang dilakukan dalam jumlah yang besar.
Saat permintaan meningkat namun stok persediaan tidak mencukupi, hal ini dianggap
sebagai kerugian bagi perusahaan
Pada dasarnya, pedagang menggunakan perkiraan dari pola konsumsi masyarakat pada
kurun waktu yang lalu.
Misalnya sebulan atau dua bulan sebelum hari raya idul fitri, pedagang pakaian
umumnya telah membeli persediaan dalam jumlah besar karena sudah bisa diprediksi
bahwa mendekati lebaran permintaan pakaian akan melonjak secara drastis. Maka
pedagang akan menyetok pakaian untuk berjaga jaga agar tidak kekurangan barang.
d. Persediaan Konsinyasi
Barang konsinyasi adalah persediaan yang ditempatkan atau dititipkan ditempat lain
untuk dijual. Bisa ditempatkan di tempat agen, cabang, atau mitra usaha. Dengan kata lain
Titip barang untuk dijualkan. Konsinyasi merupakan satu strategi penjualan yang
banyak dilakukan dan tempat yang dititipi barang akan mendapatkan komisi apabila
barang tersebut laku terjual.
Metode pencatatan persediaan perpetual adalah metode yang mencatat atau menjurnal
persediaan barang dagang apabila terjadi transaksi yang berhubungan dengan
persediaan. Jika terjadi transaksi yang menyebabkan jumlah persediaan berubah, maka
rekening persediaan juga akan turut dicatat.
Perubahan ini secara langsung mempengaruhi nilai persediaan yang dicatat dalam akun
persediaan. Ini artinya setiap terjadi penambahan (pembelian) akan menambah nilai
persedian dan setiap pengurangan persediaan (penjualan) akan mengurangi nilai
persediaan. Jadi nilai persediaan dapat diketahui langsung dari akun persediaan barang.
Pada sistem pencatatan persediaan periodik penentuan kuantitas dan nilai persediaan
dicatat secara periodik, misalnya satu bulan sekali atau satu periode akuntansi.
Nilai persediaan yang diperoleh dengan cara pemeriksaan fisik tersebut dicatat sebagai
persediaan akhir pada akun persediaan barang.
Pada saat transaksi perolehan persediaan didebit pada rekening pembelian. Pada saat
pengurangan persediaan karena penjualan, dikredit pada rekening penjualan.
Metode pencatatan ini juga mengharuskan perhitungan barang secara fisik di gudang
untuk mengetahui jumlah persediaan barang. Ketika terjadi sebuah transaksi yang
berhubungan dengan persediaan, maka persediaan tidak langsung dicatat atau dijurnal.
Hanya transaksinya yang dijurnal. Misalnya transaksi pembelian atau penjualan, maka
yang dicatat adalah transaksi pembelian atau penjualan tersebut. Walaupun jumlah
persediaan di gudang bertambah atau berkurang, pos persediaan tidak perlu dicatat.
Barang persediaan dapat ditentukan nilanya berdasarkan pada metoda First In First Out
FIFO, Last In First Out LIFO, Metode Rata Rata, Metoda Identifikasi Khusus seperti
penjelasan berikut.
Metode First In Fisrt Out FIFO mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama
dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu. Dengan demikian, barang yang
tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian.
Hal ini mengandung arti bahwa barang yang keluar baik karena adanya penjualan atau
pemakaian bahan Baku penilaian harganya berdasarkan urutan masuknya.
Dengan demikian setiap barang yang masuk pada waktu dan harga tertentu baru boleh
digunakan atau diperhitungkan sebagai barang keluar setelah barang yang masuk
sebelumnya telah habis terpakai terlebih dahulu.
Metode First In Fisrt Out mengharuskan setiap pengeluaran dipenuhi terlebih dahulu
dari sisa stok yang masuknya lebih dahulu dan bila belum mencukupi baru dipenuhi dari
barang yang masuk berikutnya. Begitu seterusnya.
Persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli).
Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak
pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli.
Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama LIFO mengasumsikan bahwa barang yang
dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu.
Dengan demikian barang yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau
diproduksi terdahulu.
Ini berarti metode LIFO menghitung nilai persediaan yang keluar atau terpakai akan
dipenuhi terlebih dahulu oleh barang yang masuknya belakangan. Dihitung dari yang
paling baru atau paling akhir disusul oleh yang masuk sebelumnya.
Persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang
pertama masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir
yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.
Dengan metode rata- rata, nilai setiap barang atau persediaan ditentukan berdasarkan
nilai rata- rata tertimbang dari barang atau persediaan serupa pada awal periode dan nilai
barang atau persediaan serupa yang dibeli atau diproduksi selama satu periode.
Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala, atau pada setiap penerimaan
kiriman, tergantung pada keadaan perusahaan.
Penentuan arga persediaan didasarkan harga rata-rata yang dibayarkan untuk barang
tersebut, yang ditimbang menurut junnlah yang dibeli.
Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara
nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO.
Metode Identifikasi Khusus
Metode identifikasi khusus dilakukan dengan mengidentifikasikan tiap- tiap barang yang
terjual dengan nilai persediaan dari barang terjual tersebut. Metoda identifikasi khusus
umumnya digunakan perusahaan yang jumah transaksinya relatif sedikit tapi dengan
nilai transaksi yang cukup besar, misalnya perusahaan dealer mobil sepeda motor,
perhiasan berharga, dan sebagainya.
Selama satu bulan perusahaan dagang PT Ardra Biz melakukan transaksi yang berkaitan
dengan persediaan barang dagangan seperti ditunjukkan pada table di bawah, satuan
uang barang dalam juta rupiah.
Perusahaan PT Ardra Biz dalam penetapan persediaan menggunakan metode FIFO dan
pencatatannya menggunakan metode fisik.
Perusahaan melakukan perhitungan fisik barang dagangan pada akhir bulan sebesar 30
unit. Total barang dagangan yang siap dijual adalah sebesar 100 unit untuk satu bulan
dan sisa barang dagangan pada akhir bulan adalah sebesar 30 unit, maka jumlah barang
yang terjual adalah 70 unit.
Nilai persedian barang dagangan pada akhir bulan yaitu barang dagangan yang belum
terjual sebesar 30 unit adalah:
Tgl keterangan unit Rp/Unit Total Rp
25 Pembeian 20 2,5 70
30 Pembelian 10 4,0 40
30 110
Dari table dapat diketahui bahwa nilai persediaan barang dagangan pada akhir bulan
untuk 30 unit adalah sebesar 110 juta rupiah.
Barang yang dibeli pertama harus dijual pertama, sehingga barang yang dijual dimulai
dari tanggal 1 yang merupakan persediaan awal sebanyak 20 unit, kemudian barang
yang dibeli pada tanggal 10 sebanyak 40 unit dan barang yang dibeli pada tanggal 25
sebanyak 10 unit.
30 – 10 = 20 unit
Dengan demikian, sisa persediaan barang dagangan adalah barang yang dibeli pada
tanggal 25 dan tanggal 30.
Sisa barang yang dibeli pada tanggal 25 adalah sebanyak 20 unit dengan harga Rp. 3.5
juta dengan nilai sebesar:
dan barang yang dibeli pada tanggal 30 adalah sebanyak 10 unit dengan Rp. 4.0 juta
dengan nilai sebesar:
10 x 4 = 40 juta rupiah
Jadi persediaan barang akhir atau persediaan akhir PAK adalah 110 juta rupiah
Harga pokok penjualan barang yang sudah terjual untuk 70 unit dapat ditentukan sebagai
berikut (satuan uang dalam jutaan rupiah)
Tgl keterangan unit Rp/Unit Total Rp
1 Persediaan 20 2,5 50
10 Pembelian 40 3,0 120
25 pembelian 10 3,5 35
70 205
Dari table dapat diketahui bahwa harga pokok penjualan untuk 70 unit adalah 205 juta
rupiah.
Barang yang dibeli pertama harus dijual pertama, sedangkan barang yang tersisa pada
akhir bulan atau persediaan akhir adalah 30 unit.
barang dari persediaan awal pada tanggal 1 sebanyak 20 unit dengan harga Rp 2.5 juta
dengan nilai sebesar
barang dari pembelian pada tanggal 10 sebanyak 40 unit dengan harga Rp 3.0 juta
dengan nilai
barang dari pembelian pada tanggal 25 sebanyak 10 unit dengan harga Rp 3.5 juta
dengan nilai
10 x 3,5 = 350juta
Besarnya harga pokok penjualan dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus persamaan
sebagai berikut
PB = pembelian bersih
PB = 120 + 105 + 40
Perusahaan PT Ardra Biz dalam penetapan persediaan menggunakan metode LIFO dan
pencatatan menggunakan metode fisik. Berdasarkan hasil perhitungan fisik barang dagangan
pada akhir bulan tanggal 31 adalah sebesar 30 unit.
Barang dagangan yang siap dijual adalah 100 unit dan sisa barang dagangan pada akhir bulan
tangga 31 adalah 30 unit,
100 – 30 = 70 unit.
10 + 30 + 30 = 70 unit
Maka persediaan barang dagangan akhir atau persediaan akhir PAK adalah barang yang
dibeli pada tanggal tanggal berikut.
Barang dari persediaan awal pada tanggal 1 sebanyak 20 unit dengan harga Rp. 2.5 juta atau
dan dari pembelian tanggal 10 sebanyak 10 unit dengan harga Rp. 3,0 juta atau
10 x 3 = 30 juta rupiah
PAK = 50 + 30
Jadi persediaan barang pada akhir bulan atau persediaan akhir PAK adalah 80 juta rupiah
Harga pokok penjualan untuk 70 unit terdiri dari harga perolehan yang berasal dari pembelian
sebagai berikut
Barang yang dibeli tanggal 30 sebanyak 10 unit dengan harga Rp 4 juta dengan nilai sebesar
10 x 4 = 40 juta rupiah
Barang dari pembelian pada tanggal 25 sebanyak 30 unit dengan harga Rp 3,5 juta dengan
nilai
barang dari pembelian pada tanggal 10 sebanyak 30 unit dengan harga Rp 3 juta dengan nilai
30 x 3 = 90 juta
HPP = 40 + 105 + 90
Besarnya harga pokok penjualan dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus persamaan
sebagai berikut
PB = pembelian bersih
PB = 120 + 105 + 40
Metode pencatatan persediaan perpetual adalah metode yang mencatat atau menjurnal
persediaan barang dagang apabila terjadi transaksi yang berhubungan dengan persediaan.
Jika terjadi transaksi yang menyebabkan jumlah persediaan berubah, maka rekening
persediaan juga akan turut dicatat.
9. Berikut adalah transaksi PT. Dipa Jaya selama Bulan Juli 2017.
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga
1 Juli Persediaan awal 100 unit Rp.10.000
5 Juli Pembelian 500 unit Rp.12.000
12 Juli Pembelian 100 unit Rp.15.000
22 Juli Penjualan 300 unit Rp.25.000
27 Juli Pembelian 100 unit Rp 20.000
30 Juli Penjualan 50 unit Rp.30.000
Diminta:
1. Tentukan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan (HPP) dan laba kotor, Bila di
asumsikan perusahaan menggunakan Sistem periodik FIFO dan Sistem Perpetual
LIFO.
Jawab:
1. Sistem periodik FIFO
Persediaan barang yang siap dijual (unit) adalah :
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga (Rp.)
1 Juli Persediaan awal 100 unit @ Rp.10.000 1.000.000
5 Juli Pembelian 500 unit @ Rp.12.000 6.000.000
12 Juli Pembelian 100 unit @ Rp.15.000 1.500.000
27 Juli Pembelian 100 unit @ Rp 20.000 2.000.000
800 unit 10.500.000
Persediaan yang siap di jual (harga) adalah Rp. 10.500.000.
Unit persediaan akhir adalah :
= persediaan (unit) yang siap dijual – Unit yang terjual
= 800 unit – 350 unit = 450 unit
Nilai unit akhir.
= 100 unit @ Rp. 20.000 = Rp. 2.000.000
= 100 unit @ Rp. 15.000 = Rp. 1.500.000
= 250 unit @ Rp. 12.000 = Rp. 3.000.000
450 unit = Rp. 6.500.000
Harga pokok penjualan:
= Nilai persediaan (harga) yang tersedia untuk dijual – nilai persediaan (harga) unit akhir
= 10.500.000 – Rp. 6.500.000 = 4.000.000
Laba Kotor:
= Hasil penjualan – Harga pokok penjualan
= 9.000.000 – Rp. 4.000.000 = 5.000.000
2. Metode Rata-Rata
Metode Rata-Rata Sederhana
Kuantitas akhir: 1.400 kg – 1.250 kg = 150 kg dengan frekuensi pembelian 3 kali
Harga rata rata adalah (Rp 600,+Rp 700,+Rp 200) : 3 = Rp 500
Nilai Persediaan = 200 kg x Rp 500 = Rp 100.000
3. Metode FIFO
Persediaan akhir 900 kg terdiri dari:
Pembelian 25 Maret = 200 x Rp 700 = Rp 140.000
Pembelian 9 Maret = 700 x Rp 800 = Rp 560.000 +
Nilai Persediaan akhir Rp 700.000
Sponsors Link
4. Metode LIFO
Persediaan awal = 200 x Rp 500 = Rp 100.000
Pembelian 9 Maret = 700 x Rp 800= Rp 560.000+
Nilai Persediaan akhir Rp 660.000
5. Metode Persediaan Dasar
Persediaan dasar = 200 x Rp 500 = Rp 100.000
Harga rata-rata sederhana = 150 x Rp 500 = Rp 500.000+
Nilai Persediaan akhir Rp 600.000
8, Unit satuan barang yang sudah tersedia guna dijual selama tahun berjalan yakni seperti
berikut :
Selanjutnya hirunglah biaya persediaan tersebut memakai : 1) Metode FIFO, 2) Metode LIFo,
3) Metode biaya rata-rata.
Jawab Soal :
(1) Metode FIFO
= 16 Unit x Rp 62.000 = Ro 992.000
9. Unit satuan barang yang sudah tersedia guna dijual selama tahun berjalan yakni
seperti berikut:
Selanjutnya hirunglah biaya persediaan tersebut memakai : 1) Metode FIFO, 2) Metode LIFo,
3) Metode biaya rata-rata.
Jawab Soal :
(1) Metode FIFO
= Rp 2.310.000 / 40 = Rp 57.750
10. PT Sangun mencatat persediaan menggunakan sistem perpetual, berikut adalah data
persediaan selama bulan Januari 2008 :
DIMINTA :
A. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode
FIFO.
B. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode
LIFO.
C. Hitunglah saldo persediaan akhir, harga pokok penjualan, laba/rugi kotor dengan metode
AVERAGE.
JAWAB
A. Menggunakan Metode FIFO
IN OUT SALDO
Tanggal
Unit Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total
01-Jan-08 20 2.500 50.000
05-Jan-08 10 2.300 23.000 20 2.500 50.000
10 2.300 23.000
07-Jan-08 15 2.500 37.500 5 2.500 12.500
10 2.300 23.000
12-Jan-08 5 2.500 12.500 6 2.300 13.800
4 2.300 9.200
15-Jan-08 7 2.700 18.900 6 2.300 13.800
7 2.700 18.900
17-Jan-08 5 2.550 12.750 6 2.300 13.800
7 2.700 18.900
5 2.550 12.750
20-Jan-08 6 2.300 13.800 5 2.550 12.750
7 2.700 18.900
23-Jan-08 10 2.750 27.500 5 2.550 12.750
10 2.750 27.500
25-Jan-08 3 2.550 7.650 2 2.550 5.100
10 2.750 27.500
31-Jan-08 4 2.900 11.600 2 2.550 5.100
10 2.750 27.500
4 2.900 11.600
IN OUT SALDO
Tanggal
Unit Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total
1-Jan-08 20 2.500 50.000
5-Jan-08 10 2.300 23.000 30 2.433 73.000
7-Jan-08 15 2.433 36.495 15 2.433 36.495
12-Jan-08 9 2.433 21.897 6 2.433 14.598
15-Jan-08 7 2.700 18.900 13 2.576 33.498
17-Jan-08 5 2.550 12.750 18 2.569 46.248
20-Jan-08 13 2.569 33.397 5 2.569 12.845
23-Jan-08 10 2.750 27.500 15 2.689 40.345
25-Jan-08 3 2.689 8.067 12 2.689 32.268
31-Jan-08 4 2.900 11.600 16 2.742 43.868
A. AKTIVA
Aktiva tetap adalah aktiva yang bersifat tahan lama. Aktiva seperti ini umumnya berupa
property, pabrik, dan peralatan (property, plant,and equipmen). Istilah lain yang digunakan dalam
masyarakat adalah aktiva pabrik (plant assets). Properti , pabrik, dan peralatan meliputi tanah, struktur
bangunan (kantor,pabrik,gudang), dan peralatan (mesin , perabotan, perkakas). Karakteristik utama
dari property, pabrik , dan peralatan adalah:
1. Aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi , bukan untuk dijual kembali.
Sebagai contoh, mesin jahit dalam perusahaan konveksi yang digunakan untuk membuat
pakain merupakan aktiva tetap.sebaliknya pembelian tanah atau bangunan yang tidak
digunakan bukan merupakan aktiva tetap tetapi merupakan investasi.
2. Aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subyek penyusutan. Aktiva tetap
dalam parusahaan digunakan beberapa tahun. Perusahaan mengalokasian biaya
investasi dalam aktiva ini pada periode masa depan melalui biaya penyusutan periodik.
Namun biaya penyusutan ini tidak berlaku untuk tanah kecuali, terjadi penurunan nilai
material, seperti hilangnya kesuburan tanah pertanian akibat rotasi tanah yang jelek,
kekeringan, atau erosi.
3. Aktiva tersebut memiliki substansi fisik.properti, pabrik ,dan peralatan merupakan aktiva
berwujud yang mempunyai karakteristik eksistensi atau substansi fisik.
Sebagian banyak perusahaan menggunakan biaya historis sebagai dasar untuk menilai properti,
pabrik, dan peralatan. Biaya historis (historical cost) diukur oeh kas atau harga ekuivalen kas untuk
memperoleh aktiva dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk tujuan
penggunaannya. Yang biasanya termasuk dalam biaya aktiva adalah, harga beli, ongkos angkut, pajak
penjualan, biaya instalasi aktiva produktif. Selain biaya tersebut juga sering ditambahkan
setiap biaya terkait yang muncul setelah akuisisi aktiva seperti penambahan, perbaikan , atau
penggantian, jika hal itu memberikan jasa potensial di masa depan. Jika tidak, maka biaya-biaya
tersebut dianggap sebagai beban.
Alasan utama digunakannya biaya historis dalam perhitungan akuisisi aktiva tetap adalah:
1. Biaya tanah
Adalah sema pengeluaran untuk mendapatkan tanah dan membuatnya siap digunakan. Biaya
tanah mencakup :
a. Harga beli
b. Biaya penutupan, seperti sertifiat hak milik, honor pengacara dan honor pencatatan.
c. Biaya yang dikeluarkan untuk mempersiapkan tanah hingga siap digunakan, seperti meratakan ,
menimbun, mengosongkan dan membersihkan.
d. Asumsi mengenai hak gadai beban atau hipotik.
e. Setiap perbaikan tanah lainnya yang memiliki umur tidak terbatas.
2. Biaya Bangunan
Biaya bangunan harus melibatkan semua pengeluaran yang berhubungan langsung dengan
akuisisi dan konstruksinya. Biaya bangunan meliputi:
a. Biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead yang terjadi selama konstruksi .
b. Honor professional serta ijin mendirikan bangunan.
Jika tanah bibeli beserta bangunan lama diatasnya, maka biaya penghancuran bangunan tersebut
dikurangi dengan nilai sisanya merupakan biaya penyiapan agar dapat digunakan sesuai tujuan
dan berkaitan dengan tanah ketimbang bangunan.
3. Biaya peralatan
Istilah peralatan dalam akuntansi meliputi peralatan pengiriman, peralatan kantor, mesin-mesin
,perabotan dan perkakas, perlengkapan tetap, peralan pabrik, dan aktiva sejenis lainnya.biaya aktiva
seperti ini meliputi:
a. Harga beli.
Perusahaan dapat menangani biaya tidak langsung dngan salah satu dari dua cara berikut:
a. Tidak membebankan overhead tetap ke pembuatan aktiva. Argumentasi utama atas perlakuan
ini adalah bahwa overhead tidak langsung biasanya bersifat tetap dan tidak meningkat akibat
pembangunan suatu abrik atau peralatan.
b. Membebankan bagian dari total overhead ke proses konstruksi . pendekatan ini disebut
pendekatan biaya penuh (full costing approach), akan sesuai jika pengusaha percaya bahwa
biaya melekat pada semua produk dan aktiva yang dibuat.
a. Tidak mengkapitalisasi beban bunga selama periode konstuksi. Menurut pendekatan ini, bunga
dianggap biaya pembiayaan dan bukan sebagai biaya konstruksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
jika perusahaan menggunakan pembiayaan dengan saham alih-alih dengan hutang, maka biaya
bunga tidak akan muncul.
b. Membebankan biaya konstruksi atas semua biaya dana yang digunakan, baik yang dapat
diidentifikasi maupun yang tidak. Metode ini menyatakan bahwa konstruksiharus menyertakan
biaya pembiayaan,apakah berupa kas, utang, atau saham. Suatu aktiva harus dibebankan dengan
semua biaya yang diperlukan untuk membuat aktiva tersebut siap digunakan. Bunga, baik actual
maupun terkait (imputed), merupakan biaya bangunan, seperti halnya dengan biaya tenaga kerja
dan bahan.
c. Hanya mengkapitalisasi biaya bunga aktual yang terjadi selama konstruksi. Pendekatan ini
sebagian sesuai dengan logika yang dipakai dalam pendekatan kedua bahwa bunga merupakan
biaya, tidak ubahnya seperti tenaga kerja dan bahan baku. Namun pendekatan ini hanya
mengkapitalisasi biaya bunga yang muncul melalui pembiayaan dengan hutang. (Yang berarti
bahwa pendekatan ini tidak mencoba menentukan biaya pembiayaan dengan saham). Menerburut
pendekataan ini. Perusahaan yang menggunakan pembiayaan dengan hutang akan memiliki aktiva
berbiaya lebih tinggi dari pada perusahaan lainnya yang menggunakan pembiayaan dengan
saham. Hasil yang diperoleh dari pendekatan ini akan dianggap tidak memuaskan karena biaya
aktiva harus sama tanpa bergantung apakah yang digunakan adalah pembiayaan dengan kas,
hutang atau saham.
Pengkapitalisasian bunga aktual (dengan modifikasi) adalah pendekatan yang disarankan dalam
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum (GAAP). Metode ini sesuai dengan konsep bahwa
biaya historis perolehan aktiva melibatkan semua biaya (termasuk bunga) yang dikeluarkan untuk
membuat aktiva tersebut berada dalam kondisi serta lokasi yang diperlukan untuk digunakan.
2. Periode kapitalisasi.
Aktiva yang memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi biaya bunga mencakup aktiva yang dibuat
untuk digunakan sendiri (seperti bangunan, pabrik, dan mesin-mesin besar) serta aktiva yang
ditujukan untuk dijual atau dilease yang dibuat atau diproduksi sebagai proyek diskrit (misalnya,kapal
laut atau pengembang real estat).
Contoh aktiva yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi bunga adalah (1) aktiva yang
sedang digunakan atau siap digunakan, dan (2) aktiva yang digunakan dalam aktivas perusahaan
untuk menghasilkan laba dan tidak digunakan dalam aktivas yang diperlukan untuk membuatnya siap
digunakan (seperti tanah yang tidak dikembangkan dan aktiva yang tidak digunakan karena usang,
kelebihan kapasitas, atau perlu direparasi).
2. Aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapakan aktiva agar dapat digunakan sedang
berjalan.
Kapitalisasi bunga akan terus berlangsung selama ketiga kondisi tersebut ada, sementara periode
kapitalisasi akan berakhir apabila aktiva telah selesai dan siap untuk digunakan.
Jumlah bunga yang akan dikapitalisasi dibatasi hingga biaya bunga aktual terendah yang terjadi
selama periode berjalan atau bunga yang dapat dihindarkan. Bunga yang dapat
dihindarkan (avoidable interest) adalah jumlah biaya bunga selama periode berjalan yang secara
teoritis dapat dihindarkan jika pengeluaran untuk membeli aktiva tidak dilakukan. Dalam situasi
apapun , biaya bunga tidak boleh mencakup biaya modal yang dibebankan ke ekuitas pemegang
saham.
Untuk menerapkan konsep bunga yang dapat dihindarkan , sebuah perusahaan menentukan
jumlah bunga potensial yang dapat dikapitalisasi selama periode akuntansi dengan mengalikan suku
bunga dengan akumulasi pengeluaran rata-ratatertimbang dari aktiva (weighted-average accumulated
expenditures).yang memenuhi kualifikasi selama periode berjalan.
Suku bunga
Prinsip yang digunakan dalam memilih suku bunga yang tepat untuk diaplikasikan pada
akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang adalah:
1. Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang kurang dari atau sama dengan jumlah
yang secara khusus dipinjam untuk membiayai pembuatan aktiva, gunakan suku bunga yang terjadi
atas pinjaman khusus tersebut.
2. Untuk bagian pengeluaran rata-rata tertimbang yang lebih besar dari hutang yang dipinjam khusus
untuk membiayai pembuatan aktiva , guakan suku bunga rata-rata tertimbang yang terjadi atas semua
hutang lainnya yang beredar selama periode berjalan.
Dua masalah yang berhubungan denag kapitlisasi bunga yang memerlukan perhatian khusus
adalah:
1. Pengeluaran untuk tanah.ketika sebuah perusahaan membeli tanah untuk tujuan mengembangkannya
untuk kegunaan tertentu, maka biaya bunga yang berhubungan dengan pengeluaran tersebut dapat
dikualifikasi sebagai kapitalisasi bunga.jika tanh dibeli untuk dijadikan lokasi suatu bangunan (seperti
lokasi pabrik), maka maka biaya bunga yang dikapitalisasi selama periode konstruksi merupakan
bagian dari biaya pabrik, bukan tanah. Sebaliknya apabila tanah dikembangkan untuk dijual maka
setiap biaya bunga yang dikapitalisasi harus menjadi biaya akuisisi tanah yang sedang dikembangkan
itu. Tetapi jika pembelian tanah itu untuk spekulasi, maka biaya bunga tidak perlu dikapitalisasi,
karena aktiva tersebut telah siap untuk digunakan.
2. Pendapatan bunga. Perusahaan sering kali meminjam uang untuk membiayai pembuatan aktiva.
Perusahaan secara temporer meginvestasikan kelebihan dana pinjaman dalam sekuritas berbunga
hingga dana tersebut dibutuhkan untuk dana konstruksi. Selama tahap awal konstruksi, pendapatan
bunga yang dihasilkan dapat melebihi biaya bunga atas dana pinjaman.
6. Observasi
Persyaratan kapitalisasi bunga, meski telah deberlakukan secara meluas di seluruh dunia,
sekarang masih diperdebatkan. Dari sudut pandang konseptual, banyak yang meyakini bahwa, karena
alasan-alasan yang disebutkan sebelumnya, perusahaan seharusnya tidak mengkapitalisasi biaya
bunga atau seluruh biaya bunga, aktual atau tertangguh.
C. PENILAIAN
Seperti aktiva lainnya, perusahaan sebaiknya mencatat properti, pabrik, dan bangunan pada nilai
pasar wajar yang diberikan pada saat akuisisi atau nilai wajar aktiva yang diterima, bergantung pada
mana yang memiliki bukti lebih jelas.
1. Diskon Tunai
Terdapat dua sudut pandang dalam hal ini. Menurut pendekatan pertama, diskon-baik diambil
atau tidak –dianggap sebagai pengurang biaya aktiva. Alasannya adalah bahwa biaya riil dari aktiva
merupakan kas atau harga ekuivalenkas aktiva. Disamping itu, beberapa pihak berpendapat bahwa
syarat diskon tunai ini sangat menarik sehingga kegagalan untuk mengambilnya menunjukan
kesalahan manajemen atau inefisiensi.
Pendukung pendekatan lainnya berpendapat bahwa diskon tunai tidak selalu harus dianggap
sebagai kerugian karena syaratnya mungkin tidak menguntungkan atau tidak mungkin tidak bijaksana
bagi perusahaan untuk mengambil diskon itu.saat ini metode masih digunakan, dalam prakteknya,
yang lebih disukai adalah metode pertama.
Jika tidak ada suku bunga yan gditetapkan, atau jika suku bunga yang dinyatakan tidak layak,
maka suku bunga yang tepat harus diperkirakan. Tujuannya adalah untuk mendekati suku bunga yang
akan dinegosiasikan antara pembeli dan penjual pada transaksi peminjaman sejenis. Factor-faktor
yang harus dipertimbangkan perusahaan dalam memperkirakan suku bangsa adalah peringkat
kredit peminjam,jumlah dan tanggal jatuh tempo wesel,serta suku bunga yang berlaku sekarang.
Perusahaan menggunakan harga pertukaran kas dari aktiva yang diperoleh (jika dapat ditentukan)
sebagai dasar untuk mencatat aktiva dan mengukur unsur bunga.
Permasalahan khusus dalam penentuan harga aktiva tetap muncul ketika perusahaan membeli
sekelompok aktiva tetap pada harga lump sum (lump sum price)tunggal. Apabila situasi semacam ini
terjadi,perusahaan mengalokasikan total biaya diantara berbagai aktiva berdasarkan nilai pasar wajar
relatifnya. Asumsinya adalah bahwa biaya-biaya ini akan bervariasi dalam proporsi langsung terhadap
nilai wajar. Prinsip yang sama juga diaplikasian untuk mengalokasikan biaya lump sum di antara pos-
pos persediaan yang berbeda.
Contoh ;
Mobil Rp100.000.000,- Rp 90.000.000,00
Harga beli sebesar Rp 500.000.000,00 akan dialokasikan Perusahaan ABC atas dasar nilai pasar
wajar relative( Dengan asumsi identifikasi khusus terhadap biaya adalah tidak praktis) dengan cara :
4. Penerbitan Saham
Apabila property di peroleh perusahaan melalui penerbitan sekuritas seperti saham biasa, maka
biaya property itu tidak dapat diukur secara tepat dengan nilai pari atau nilai ditetapkan saham
tersebut.Jika saham itu sedang diperdangangkan secara aktif, maka nilai pasar saham yang diterbitkan
merupakan indikasi yang wajar atas biaya property yang diperoleh. Saham merupakan ukuran yang
baik atas harga ekuivalen kas berjalan.
Akuntansi yang biasa untuk pertukaran aktiva nonmoneter harus didasarkan atas nilai wajar
aktiva yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima, mana yang memiliki bukti lebih jelas.
Jadi, semua keuntungan atau kerugian dari pertukaran harus diakui. Dasar pemikiran untuk pengakuan
segera ini adalah bahwa sebagian transaksi menpunyai substansi komersial, dan karena itu, suatu
keuntungan atau kerugian harus segera diakui.
Arti dari substansi komersial. Seperti yang telah disebutkan di atas,nilai wajar adalah dasar
untuk mengukur sebuah aktiva yang diperoleh dalam sebuah pertukaran nonmoneter jika transaksi
tersebut mempunyai subtansi komersial. Sebuah pertukaran mempunyai substansi komersial
( commercial substance) jika arus kas masa depan berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut. Hal
ini berarti bahwa, jika posisi ekonomi kedua belah pihak yang bertransaksi berubah, transaksi
tersebut mempunyai substansi komersial.
Pengecualian dari prinsip biaya historis untuk akuisisi aktiva tetap melalui donasi adalah
didasarkan atas nilai wajar. Pengecualian lainnya adalah konsep biaya penghematan ( prudent cost).
Konsep ini menyatakan bahwa jika karena beberapa alasan perusahaan mengabaikan harga tertentu
dan pada awalnya membayar terlalu banyak untuk suatu aktiva, maka secra teoritis membebankan
suatu kerugian.
Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan yang lebih besar
harus dikapitalisasi, sementara pengeluaran yang hanya ditujukan untuk mempertahankan tingkat
pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya-biaya ini dapat dikapitalisasi, tiga
kondisi berikut harus dipenuhi :
1. Penambahan
Penambahan ( additions) umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang besar. Menurut
definisi setiap penambahan pada aktiva tetap akan dikapitalisasikan karena aktiva baru telah
diciptakan. Sebagai contoh, penambahan suatu bangunan sayap pada rumah sakit, atau penambahan
system pendingin pada sebuah kantor, akan meningkatkan potensi pelayanan dari fasilitas tersebut.
Pengeluaran semacam itu harus dikapitalisasi dan ditandingkan dengan pendapatan yang akan
dihasilkan di periode masa depan.
Perusahaan mengganti aktiva ke aktiva lainnya melelui perbaikan dan pergantian. Perbaikan
(betterment) adalah penggantian aktiva yang yang sekarang sedang digunakan dengan aktiva lain
yang lebih baik. Penggantian adalah(replacement) adalah subtitusi yang lama dengan aktiva yang
sama.
Untuk mengetahui apakah aktiva yang baru itu meningkatkan potensi atau hanya meningkatkan
pelayanan saja maka kita bisa melihat melalui pendekatan.
Sewakttu-waktu kuntitas atau kualitas aktiva itu tidak bisa ditingkatkan tetapi dapat diperpanjang
usianya dalm hal ini perusahaan dapat mendebet pengeluaran ke akumulasi penyusustan dan bukan
keakun aktiva.
Biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk
memberikan manfaat diperiode masa depan.
4. Reparasi
a. Reparasi biasa
Adalah pengeluaran biaya untuk mempertahankan aktiva tetap agar aktiva tetap dalam kondisi
siap operasi
b. Reparasi besar
Jika terjadi reparasi besar maka beberapa periode akan menerima manfaat dan biaya itu harus
diperlukan sebagai penambahan perbaikan atau penggantian
Reparasi
Sebuah perusahaan mungkin dapat menarik aktiva tetap atau melepas sebagai penjualan,
pertukaran,konvensi terpaksa atau pembuangan. Tanpa memperhatikan waktu pelepasan, penyusutan
harus dihitung hingga tanggal dispoisisi. Kemudian semua akun yang berhubungan dengan aktiva
yang ditarik itu harus dihilangkan. Umumnya nilai buku aktiva tetap tertentutidak sama dengan nilai
pelepasannya. Akibatnya timbul keuntungan atau kerugian. Penyebabnya adalah penyusutan
merupakan estimasi atas alokasi biaya bukan proses penilaian keuntungan atau kerugian merupakan
koreksi laba bersih untuk tahun-tahun selama aktiva tetap digunakan.
Penyusutan harus dicatat selama periode waktu antara tanggal ayat jurnal penyusutan terakhir dibuat
dan tanggal penjualan. Dalam hal ini akan terjadi penjurnalan sebagai berikut
Bebab Penyusutan XXX
Akumulasai penyusutan XXX
Ayat jurnal untuk penjualan aktiva
Kas XXX
Akumulasi penyusutan XXX
Mesin XXX
2. Konversi Terpaksa
Kadang-kadang pelayanan suatu aktiva berakhir karena konversi terpaksa dengan jenis seperti
kebakaran,kebanjiran,pencurian atau pembebasan. Selisih yang dipulihkan dan nilai buku aktiva
tersebut jika ada dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugian. Keuntungan atau kerugian akan
diperlakukan dengan cara yang tidak berbeda dengan jenis dispoisisi lainnya. Dalam beberapa kasus,
keuntungan atau kerugian sering kali dilaporkan dalam bagian pos luarbiasa pada laporan laba-rugi.
3. Masalah Lainnya
Jika suatu aktiva dibuang tanpa ada pemulihan kas, maka kerugian harus diakui dalam jumlah yang
sama dengan nilai buku aktiva. Jika terdapat nilai sisa maka keuntungan atau kerugian yang terjadi
merupakan selisish antara nilai sisa dan nilai bukunya.jika aktiva masih dapat digunakan namun telah
disusutkan secara penuh maka aktiva tersebut dapat dicatat dalam pembukuan pada biaya historis
dikurangi penyusutan.
Soal Bab 3
1. Sebutkan alasan utama digunakannya biaya historis dalam perhitungan akuisisi aktiva tetap
adalah....
1. Jawaban: Pada tanggal akuisisi, biaya merefleksikan nilai wajar.
2. Biaya historis melibatkan biaya actual, bukan transaksi hipotetis, sehingga merupakan hal
yang paling dapat diandalkan .
3. Keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak diantisipasi tetapi harus diakui ketika aktiva
dijual.
2. Aktiva tetap adalah aktiva yang bersifat tahan lama. Aktiva seperti ini umumnya berupa....
Jawab: property, pabrik, dan peralatan (property, plant,and equipmen
3. Sebutkan karaktersistik dari aktiva pabrik adalah....
Jawab:
1. Aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi , bukan untuk dijual kembali.
2. Aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subyek penyusutan.
3. Aktiva tersebut memiliki substansi fisik.properti, pabrik ,dan peralatan merupakan aktiva
berwujud yang mempunyai karakteristik eksistensi atau substansi fisik.
4. Sebutkan pendekatan yang diusulkan untuk memperlakukan bunga yang muncul dalam pembiayaan
konstruksiproperti, pabrik, dan peralatan...
Jawab:
a. Tidak mengkapitalisasi beban bunga selama periode konstuksi.
b. Membebankan biaya konstruksi atas semua biaya dana yang digunakan, baik yang dapat
diidentifikasi maupun yang tidak.
c. Hanya mengkapitalisasi biaya bunga aktual yang terjadi selama konstruksi.
5. sebuah aktiva dapat di sebut memenuhi kualifikasi jika...
Jawab: aktiva harus memiliki periode waktu untuk menyiapkannya agar dapat digunakan.
Pengkapitalisasian biaya bunga dimulai dari pengeluaran pertama yang berhubungan dengan aktiva.
Kapitalisasi ini akan terus berlanjut hingga aktiva selesai dan siap digunakan.
6. sebutkan dan jelaskan Dua masalah yang berhubungan denag kapitlisasi bunga yang memerlukan
perhatian khusus...
Jawab: 1. Pengeluaran untuk tanah.ketika sebuah perusahaan membeli tanah untuk tujuan
mengembangkannya untuk kegunaan tertentu, maka biaya bunga yang berhubungan dengan
pengeluaran tersebut dapat dikualifikasi sebagai kapitalisasi bunga.jika tanh dibeli untuk dijadikan
lokasi suatu bangunan (seperti lokasi pabrik), maka maka biaya bunga yang dikapitalisasi selama
periode konstruksi merupakan bagian dari biaya pabrik, bukan tanah. Sebaliknya apabila tanah
dikembangkan untuk dijual maka setiap biaya bunga yang dikapitalisasi harus menjadi biaya akuisisi
tanah yang sedang dikembangkan itu. Tetapi jika pembelian tanah itu untuk spekulasi, maka biaya
bunga tidak perlu dikapitalisasi, karena aktiva tersebut telah siap untuk digunakan.
2. Pendapatan bunga. Perusahaan sering kali meminjam uang untuk membiayai pembuatan aktiva.
Perusahaan secara temporer meginvestasikan kelebihan dana pinjaman dalam sekuritas berbunga
hingga dana tersebut dibutuhkan untuk dana konstruksi. Selama tahap awal konstruksi, pendapatan
bunga yang dihasilkan dapat melebihi biaya bunga atas dana pinjaman.
7. Perusahaan setia abadi membeli sebuah kendaraan untuk operasional perusahaan seharga
Rp200.000.000 sudah termasuk pajak. Biaya balik nama kendaraan adalah Rp. 5.000.000 dan biaya
pengangkutannya sebesar 500.000. dari jumlah itu baru dibayar tunai Rp50.000.000 dan sisanya akan
diangsur dalam waktu 20 bulan.
Cicilan perbulan sebesar Rp10.000.000 dengan bunga flat sebesar Rp150.000 per bulan.
Hitunglah harga perolehan aktiva tetap dan buatkan jurnalnya.
Jawab :
Karena besarnya bunga sama setiap bulannya, maka:
Harga Perolehan awal :
Harga Kendaraan = Rp. 200.000.000
Biaya balik nama = Rp. 5.000.000
Biaya pengangkutan = Rp. 500.000
Total harga perolehan = Rp. 205.500.000