Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 1 (4 AKUNTANSI

G)
AKUNTANSI
MANAJEMEN
Jawaban Kelompok 1 dari Pertanyaan
yang Diajukan Kelompok 4

Nama Anggota Kelompok 1 :

1816220070 Yusuf Juanda

1816220086 Ririn Andika Wati

1816220058 Citra Melinda

1816220057 Maria Paska Situmorang

1816220091 Evi Ermanty Simanungkalit

1816220061 Yeni Gunawan

1816220083 Irfan Rifai

1916260126 Nydia Pratiwi

1
KELOMPOK 1 (4 AKUNTANSI
G)
AKUNTANSI
MANAJEMEN
JAWABAN DARI PERTANYAAN
KELOMPOK 4
Dalam perusahaan manufaktur persediaan barang yang dimiliki terdiri
1 dari beberapa jenis yang berbeda, jelaskan ?

Jawaban nomor 1

Ada beberapa jenis persediaan yang harus diketahui yaitu raw material, work in progress, dan
juga finished goods.
a) Raw Material atau Bahan Mentah
Raw material adalah bahan utama yang
dibutuhkan perusahaan manufaktur dalam
proses produksi menjadi barang konsumsi
yang siap dijual.

b) Work in Progress atau Barang Setengah Jadi


Sebelum ada barang jadi, barang mentah
harus diolah menjadi barang setengah jadi.
Work in progress adalah barang yang ada
dalam proses produksi dan telah diolah
satu atau beberapa kali.

c) Finished Goods atau Barang Siap Jual


Barang siap jual adalah barang yang telah melalui
proses produksi dan siap dijual kepasaran.

2
KELOMPOK 1 (4 AKUNTANSI
G)
AKUNTANSI
MANAJEMEN
Sebutkan dan jelaskan metode harga pokok penjualan dan harga pokok
2
persediaan akhir ?

Jawaban nomor 2

1. Metode Perpetual
Dalam system perpetual, perubahan jumlah persediaan (fisik maupun rupiah) dimonitor
setiap saat. Caranya dengan menyediakan kartu persediaan untuk setiap jenis persediaan.
Apabila ada selisih dalam pencatatan persediaan maka pada jurnal dicatat sebagai selisih
pencatatan persediaan. Perusahaan yang menggunakan Sistem Perpetual, memiliki
beberapa ciri-ciri perusahaan perpetual adalah sebagai berikut:
a) Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening persediaan, bukan
rekening pembelian.
b) Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan, dan dicatat dengan
mendebet rekening Harga Pokok Penjualan, dan mengkredit rekening persediaan.
c) Persediaan merupakan rekening control dan dilengkapi dengan buku pembantu
persediaan yang berisi catatan untuk tiap jenis persediaan.
d) Harga pokok penjualan diketahui untuk setiap transaksi penjualan barang dagangan,
sehingga laba kotor penjualan dapat diketahui, tampa menunggu sampai akhir periode.
e) Dengan telah diketahuinya saldo persediaan dan harga pokok penjualan, maka jurnal
penyesuaian pada akhir periode tidak diperlukan lagi.Jurnal untuk mencatat transaksi
pembelian dan penjualan pada metoda perpetual berbeda dengan jurnal sistem periodik.
Dalam sistem persediaan perpetual pembelian barang dagangan dicatat dengan
mendebet rekening persediaaan sebesar harga perolehannya.
2. Metode Periodik
Pada sistem ini, Harga Pokok Penjualan (cost of goods sold) baru dihitung dan dicatat pada
akhir periode akuntansi. Cara yang dilakukan adalah dengan menghitung kuantitas barang
yang ada di gudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikanya dengan harga pokok
per unitnya. Dengan cara ini maka jumlahnya, baik fisik maupun harga pokoknya, tidak dapat
diketahui setiap saat. Konsekuensinya, jumlah barang yang hilang tidak dapat dideteksi oleh
sistem ini untuk dapat menghitung Harga Pokok Penjualan dan harga Pokok Persediaan
akhir dapat digunakan berbagai cara yaitu:

3
KELOMPOK 1 (4 AKUNTANSI
G)
AKUNTANSI
MANAJEMEN
 Identifikasi Khusus
Metode ini berdasarkan anggapan bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya.
Tiap jenis barang dipisah berdasarkan harga pokoknya dan tiap kelompok dibuatkan kartu
persediaan sendiri. Contohnya ponsel merek A tipe 123 dibuatkan kartu persediaan
sendiri. Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual, dan
sisanya merupakan persediaan akhir.
 FIFO (First In First Out)
Metode ini berdasarkan harga beli pertama untuk menentukan harga pokok penjualan
apabila terjadi penjualan.
Contoh: pada bulan juni perusahaan membeli barang dagangan dengan harga @ Rp
5000, bulan juli membeli barang dagangan sejenis dengan harga @ Rp 6000. Pada bulan
agustus terjadi penjualan barang dagangan. Maka harga yang digunakan untuk
menghitung harga pokok penjualan adalah @ Rp 5000, baru kemudian @ Rp 6000
apabila produk dengan harga beli Rp 5000 sudah habis dijual.
 LIFO (Last In First Out)
Metode ini merupakan kebalikan dari metode FIFO. Pada metode LIFO, barang yang
paling terakhir dibeli akan dijual / dikeluarkan lebih dulu. Harga perolehan barang yang
dibeli terakhir akan dialokasikan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan.
 Rata-rata Tertimbang
Dalam metode ini barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan dibebani harga
pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi
jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Artinya harga perolehan barang di gudang
ditambah harga perolehan barang yang baru dibeli dibagi kuantitas / jumlah barang di
gudang dan jumlah barang yang dibeli. Hasil pembagian inilah yang akan digunakan
sebagai pedoman menghitung harga pokok penjualan. Metode ini disebut juga rata -
rata bergerak karena harganya berubah-ubah setiap terjadi pembelian. Artinya setiap ada
pembelian akan merubah harga pokok barang yang tersedia untuk dijual.

4
KELOMPOK 1 (4 AKUNTANSI
G)
AKUNTANSI
MANAJEMEN
Ada beberapa perbedaan antara metode penilaian persediaan FIFO,
3
LIFO, dan Average, sebutkan ?

Jawaban nomor 3

a) FIFO (First in First Out) adalah sebuah metode yang mana sebuah barang pertama kali
masuk harus juga pertama kali yang dikeluarkan atau dijual. Jadi, pencatatan persediaan
yang terdapat di dalam laporan akan serupa dengan stok yang ada di dalam gudang.
Kelebihan dari penggunaan
metode ini adalah
menghasilkan HPP atau
Harga Pokok Penjualan
yang rendah tapi bisa
memberikan hasil laba kotor
yang tinggi.

b) LIFO (Last In First Out),


metode ini kebalikan dari
FIFO yakni membuat produk
yang dimasukkan terakhir kali ke dalam penjualan lebih awal. Sedangkan, produk yang
sudah ada sejak pertama akan dijual pada kemudian hari. LIFO digunakan agar penataan
barang menjadi lebih mudah. Metode LIFO ini juga menguntungkan bagi para pelaku usaha
karena mereka bisa menghemat pengeluaran pajak ketika sedang terjadi inflasi.

c) Metode Average atau Metode rata-rata yaitu yang digunakan untuk menghitung biaya unit
persediaan. Cara mendapatkan metode ini adalah dengan membagi biaya semua produk
yang tersedia di dalam gudang dengan unit yang tersedia untuk dijual. Hasilnya, merupakan
biaya rata-rata setiap unit dari produk yang akan dijual. Penggunaan metode average
memang berbeda dibandingkan Metode FIFO, FEFO ataupun LIFO karena tingkat
kerumitannya yang cukup tinggi.

5
KELOMPOK 1 (4 AKUNTANSI
G)
AKUNTANSI
MANAJEMEN
4
Berikan contoh metode pencatatan dengan metode biaya persediaan
dalam system persediaan periodik ?

Jawaban nomor 4

Perusahaan mencatat persediaan barang dagang dengan metode periodik.


Berikut ini adalah data yang diperoleh selama bulan Februari 2017 :
Tgl 1 Februari      : Persediaan Awal        200 unit               @ Rp. 5000
Tgl 10 Februari    : Pembelian                  300 unit               @ Rp. 5.500
Tgl 21 Februari    : Pembelian                  400 unit               @ Rp. 5.300
Tgl 23 Februari    : Pembelian                  100 unit               @ Rp. 5.200
Pada tanggal 30 Februari 2017 Persediaan Akhir sebanyak 300 unit
( menggunakan sistem periodik)
Diminta :
Hitunglah nilai persediaannya dan Harga Pokok Penjualan
Jawab:
1 Februari Persediaan Awal 200 @Rp. 5.000 @Rp. 1.000.000
10 Februari Pembelian 300 @Rp. 5.500 @Rp. 1.650.000
21 Februari Pembelian 400 @Rp. 5.300 @Rp. 2.120.000

23 Februari Pembelian 100 @Rp. 5.200 @Rp. 520.000


1.00
Total @Rp 21.000 @Rp. 5.290.000
0

Persediaan yang terjual akhir periode = 1.000 unit  -  300 unit  = 700 unit

a. Metode FIFO Periodik


Nilai persediaan akhir :
Diketahui persediaan akhir nya 300 unit, maka menghitung nilai persediaannya adalah:
200 unit @ Rp 5.300 = Rp 1.060.000
100 unit @ Rp 5.200 = Rp 520.000
Rp 1.580.000
Maka nilai persediaan akhir nya ialah Rp 1.580.000

6
KELOMPOK 1 (4 AKUNTANSI
G)
AKUNTANSI
MANAJEMEN
HPP = Barang tersedia untuk dijual - Persediaan akhir
= Rp 5.290.000 - Rp 1.580.000
= Rp 3.710.000

b. Metode LIFO Periodik


Nilai persediaan akhir :
Diketahui persediaan akhir nya 300 unit, maka menghitung nilai persediaannya adalah:
100 unit @ Rp 5.500 = Rp 550.000
200 unit @ Rp 5.000 = Rp 1.000.000
Rp 1.550.000
Maka nilai persediaan akhirnya ialah Rp 1.550.000
HPP = Barang tersedia untuk dijual - Persediaan akhir
= Rp 5.290.000 - Rp 1.550.00
= Rp 3.740.000

c. Metode Average Periodik


• Rata-Rata Tertimbang:
Nilai persediaan akhir = 300 x Rp 5.290.000/1.000
= 300 x Rp 5.290
= Rp 1.587.000
HPP = Barang tersedia untuk dijual - Persediaan akhir
= Rp 5.290.000 - Rp 1.587.000
= Rp 3.703.000
• Rata-Rata Sederhana
Nilai persediaan akhir = 300 unit x Rp 21.000/4
= 300 x Rp 5.250
= Rp 1.575.000
HPP = Barang tersedia untuk dijual - Persediaan akhir
= Rp 5.290.000 - Rp 1.575.00
= Rp 3.715.000

7
KELOMPOK 1 (4 AKUNTANSI
G)
AKUNTANSI
MANAJEMEN

Penjelasan pengaruh metode penilaian persediaan tersebut :


Karena penilaian persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup
penting dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan dagang ataupun perusahaan industri
(manufaktur) apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi hampir 50% dana
perusahaan tertanam dlam persediaan tersebut dimana pos pos aktiva yg dimiliki oleh perusahaan
untuk di jual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan di gunakan atau dikonsumsi
dalam membuat barang yang akan di jual itu penting nya metode peneliaan persediaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai