Anda di halaman 1dari 18

Metode Fifo, Lifo Dan Average Dalam Persediaan

Persediaan adalah suatu jenis aktiva atau barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang akan
dijual kembali atau akan dikonsumsi dalam operasi normal suatu perusahaan. persediaan barang
dapat di artikan sebagai, barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal
perusahaan. Dalam persediaan terdapat perhitungan harga pokok persediaan, dari hal tersebut
diterapkanlah metode – metode dalam perhitungannya yaitu dengan cara menerapakan metode
FIFO, LIPO, Average dalam persediaan

Metode FIFO(First In First Out)

Metode FIFO pertama kali dikenal dalam akuntansi keuangan sebagai salah satu metode dalam
penilaian persediaan. Harga yang digunakan sebagai dasar dalam menilai persediaan barang
dapat memakai harga lama atau harga baru. Metode FIFO dalam persediaan yaitu pencatatan
barang persediaan yang mengasumsikan persediaan yang pertama masuk akan dikeluarkan dan
persediaan yang masuk terakhir akan dikeluarkan belakangan

Artinya dalam metode FIFO tersebut persediaan yang dicatat pertama kali saat penjualan adalah
persediaan yang pertama kali masuk. Metode ini sangat baik untuk menghindari persediaan yang
rusak akibat penyimpanan dalam gudang yang terlalu lama, juga sangat relevan untuk pencatatan
persediaan yang disajikan berdasarkan harga terkini atau didasarkan pada harga baru atau harga
urutan yang terakhir.

Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai
aktiva perusahaan. Metode FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada aliran fisik dari
barang tersebut karena pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan
barangnya. Dengan demikian metode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang.
Dalam metode FIFO, biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenali
sebagai Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari stok
barang dari transaksi yang terdahulu.

Metode LIFO (Last In First Out)

Metode LIFO merupakan pencatatan barang persediaan yang mengasumsikan unit persediaan
yang terakhir dibeli dikeluarkan terlebih dahulu, dan unit persediaan yang pertama dibeli akan
dikeluarkan dikemudian hari. Dalam metode LIFO persediaan yang pertama kali dicatat saat
penjualan adalah persediaan yang terakhir masuk.,dalam metode ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan dalam pencatatan barang persediaan

Kelebihan menggunakan LIFO adalah Pengukuran pendapatan yang lebih baik, karena barang
yang dijual dibebani dengan yang terakhir sehingga lebih realistis. Jika harga cenderung naik
maka menjadi lebih tinggi sehingga laba kecil dan menyebabkan pajak yang dibayar juga kecil.
Sedangkan Kelemahannya adalah Jika harga cenderung naik maka laba akan nampak lebih kecil,
dan hal ini tidak disenangi terutama oleh pemegang saham. Nilai persediaan yang dicantumkan
di neraca tidak realistis.
Average (Rata – rata)

Metode average atau disebut juga metode rata-rata tertimbang adalah metode yang digunakan
untuk menghitung biaya perunit persediaan berdasarkan rata-rata tertimbang dari unit yang
serupa dan biaya unit yang dibeli selama suatu periode. Caranya adalah dengan membagi biaya
semua barang yang tersedia untuk dijual dengan unit yang tersedia untuk dijual dan hasilnya
adalah biaya rata-rata perunit. Setelah ditemukan biaya rata-rata perunit baru beban pokok
penjualan dihitung dengan dasar harga rata-rata perunit.

Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya
produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit produk untuk menghasilkan
harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama merupakan harga pokok akumulatif,yaitu merupakan penjumlahan harga
pokok dari departemen satu ditambahkan dengan departemen berikutnya yang bersangkutan.

Pengertian FIFO, LIFO, AVERAGE, HPP dan Contoh Soal Dengan 2 Pencatatan

Pengertian Metode LIFO atau Last In First Out

Secara teori metode LIFO ini dimaksudkan bahwa persediaan barang yang diterima terakhir
masuk maka akan dijual pertama, sehingga penilaian perolehan persediaan akhir berdasarkan
dari nilai perolehan ang pertama (awal) masuk (beli).

Sehingga dalam praktek penggunaanya metide LIFO memiliki dampak pada nilai aktiva yang
rendah bagi perusahaan dan cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah juga.

Pengertian Metode FIFO atau First In First Out

Pengertian dari metode FIFO ini adalah persediaan barang masuk pertama maka akan keluar
pertama, sehingga untuk mendapatkan persedian akhir dinilai dengan perolehan yang  terakhir di
beli atau masuk.

Sebenarnya metode ini dianggap memiliki dampak terhadap nilai aktiva yang dibeli oleh
perusahaan dan lebih cenderung menghasilkan persediaan yang tinggi nilainya.

Pengertian Metode Average atau Rata-rata

Metode average atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan metode rata-rata ini menjelaskan
bahwa nilai dari persediaan akhir akan menghasilkan antara nilai persediaan dengan metode
FIFO.

Penggunaan metode ini akan menghasilkan dampak pada laba kotor dan harga pokok penjualan.
Contoh Soal I:

PT Saburai melakukan pembelian danpenjualan persediaan ditahun 2018, dengan rincian


sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga

       

2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp.9.000,-

       

10 Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000,-

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga

5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000

7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000

21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000

18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000

20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000

10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000

Pertanyaanya:

1. Carilah nilai persediaan akhir sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO, dan Average.
2. Carilah laba kotor dan harga pokok penjualanya.

Jawab:

1. Metode First In Frist Out (FIFO)


FIFO (First In First Out)

2. Metode Last In First Out (LIFO)

LIFO (Last In First Out)

3. Metode Average atau Metode Rata-rata


Average Methode
(Rata-rata)

4. Harga Pokok Penjualan

a. Sistem Periodik

  FIFO LIFO Rata-rata

Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000

Pembelian 8.600.000 8.600.000 8.600.000

Barang tersedia untk dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000

Persedian akhir (3.400.000) (2.900.0000) (3.224.000)

Harga pokok penjualan 7.000.000 7.500.000 7.176.000

b. Sistem Perpetual

  FIFO LIFO Rata-rata

Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000

Pembelian 8.600.000 8.600.000 8.600.000

Barang tersedia untuk 10.400.000 10.400.000 10.400.000


dijual

Persedian akhir (3.400.000) (2.900.000) (3.224.000)


Harga pokok penjualan 7.000.000 7.500.000 7.176.000

Laba Kotor

a. Sistem Periodik

  FIFO LIFO Rata-rata

Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000

HPP (7.000.000) (7.600.000) (7.280.000)

Laba 4.500.000 3.900.000 4.220.000


kotor

b. Sistem Perpetual

  FIFO LIFO Rata-rata

Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000

Hpp (7.000.000) (7.500.000) (7.176.000)

Laba kotor 4.500.000 4.000.000 4.324.000

Jurnal Pada FIFO

1. Periodik FIFO

Saat Melakukan Pencatat Pembelian:

Pembelian Rp.8.600.000,-

Utang usaha/kas Rp.8.600.000,-

Saat Melakukan Pencatatan Penjualan:

Piutang usaha/kas Rp.11.500.000,-

Penjualan Rp.11.500.000,-
Saat Penyesuaian untuk Persediaan:

Iktisar Rugi Laba Rp.1.800.000,-

Persediaan Rp.1.800.000,-

Persedian Rp.3.400.000

Ikhtisar Rugi Laba Rp.3.400.000

2. Perpetual FIFO

Saat Pencatatan pada Pembelian:

Persedian Rp.8.600.000

Utang Usaha/ Kas Rp.8.600.000

Saat Pencatatan Penjualan:

Piutan Usaha Rp.11.500.000,-

          Penjualan
Rp.11.500.000,-

Harga Pokok Penjualan Rp.7.000.000,-

                   Persedian
Rp.7.000.000,-

Contoh Sola II:

Berikut ini adalah beberapa transaksi pada PT. Jaya Sakti

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga

1 juli Persediaan awal 100 unit Rp.10.000

5 juli Pembelian 500 unit Rp.12.000

12 juli Pembelian 100 unit Rp.15.000


22 juli Penjualan 300 unit Rp.25.000

27 juli Pembelian 100 unit Rp.20.000

30 juli penjualan 50 unit Rp.30.000

Pertanyaanya :

1. Tentukan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan, dan laba kotor, apabila
diasumsikan perusahaan memakai sistem periodik FIFO dan sistem perpetual FIFO

Jawab :

1. Sistem Periodik FIFO

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga (Rp.)

1 juli Persedian Awal 100 unit @ Rp.10.000 1.000.000

5 juli Pembelian 500  unit @ Rp.12.000 6.000.000

12 juli Pembelian 100 unit @ Rp.15.000 1.500.000

17 juli pembelian 100 unit @ Rp.20.000 2.000.000

Total 800 unit 10.500.000

Persediaan yang siap untuk dijual ialah senilai Rp.10.500.000,-

Unit pesediaan akhir yakni:

= persediaan (unit) yang siap dijual – unit terjual

= 800 unit – 350 unit

= 450 unit

Nilai unit akhir :

= 100 unit @ Rp.20.000 = Rp.2.000.000


= 100 unit @ Rp.15.000 = Rp.1.500.000

= 250 unit @ Rp.12.000 = Rp.3.000.000

450 unit = Rp.6.500.000

Harga Pokok Penjualan :

= jumlah nilai persediaan yang tersedia untuk dijual – jumlah nilai persediaan unit akhir

= Rp.10.500.000 – Rp.6.500.000

= Rp.4.000.000

Laba Kotor:

= hasil penjualan – harga pokok penjualan

= Rp.9.000.000 – Rp.4.000.000

= Rp.5.000.000

2. Sistem Perpetual LIFO

Melalui metode perpetual LIFO ini kita bisa mengetahui hal-hal sebagai berikut:

Nialai persediaan = Rp.5.600.000,-


Harga pokok penjualan = Rp.4.900.000,-  

Laba Kotor         = Rp.9.000.000 –  Rp.4.900.000,-

Laba Kotor         = Rp.4.100.000,-

Saat sistem persediaan periodik digunakan, maka hanya pendapatan yang dicatat setiap kali
terjadi penjualan.

Tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada saat penjualan untuk mencatat harga pokok penjualan
(HPP).

Pada akhir periode akuntansi, perhitungan fisik persediaan dilakukan untuk menghitung biaya
persediaan dan HPP.

01. Metode Penilaian Persediaan FIFO

Sebagai ilustrasi mengenai metode penilaian persediaan FIFO dalam sistem persediaan periodik,
saya sajikan contoh ayat jurnal persediaan awal dan pembelian barang pada bulan Januari 2018
berikut ini :

Perhitungan fisik pada tanggal 31 Januari 2018 terdapat sisa persediaan sebanyak 150 unit.

Dengan menggunakan metode FIFO, biaya sisa persediaan pada akhir periode berasal dari biaya
perolehan paling akhir.

Biaya 150 unit dalam persediaan akhir pada tanggal 31 Januari 2018 dihitung sebagai berikut :
Mengurangkan biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.250.000 dari biaya barang
tersedia untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan sebesar Rp
2.630.000.

Sebagaimana ditunjukkan seperti berikut ini :

Persediaan akhir 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.250.000 berasal dari biaya perolehan paling akhir.

HPP sebesar Rp 2.630.000 berasal dari biaya persediaan awal dan biaya paling awal.

Dan untuk menggambarkan hubungan antara harga pokok penjualan (HPP) untuk bulan Januari
2018 dan persediaan akhir per 31 Januari 2018, saya sajikan sebuah gambar.
Perhatikan gambar ilustrasi berikut ini:

A. Penggunaan Metode Penilaian Persediaan FIFO

Ketika metode penilaian persediaan FIFO digunakan selama periode inflasi atau kenaikan harga-
harga secara umum, biaya unit yang lebih awal akan lebih rendah dibandingkan dengan biaya
unit paling akhir, seperti ditunjukkan dalam contoh di atas.

Oleh karena itu metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi.

Akan tetapi, persediaan perlu diganti dengan harga yang lebih tinggi daripada yang ditunjukkan
oleh HPP (harga pokok penjualan).

Kenyataannya, neraca akan melaporkan persediaan akhir pada nilai yang kurang lebih sama
dengan biaya penggantian atau biaya untuk membeli barang persediaan sejenis saat ini.

Ketika tingkat inflasi mencapai dua digit, seperti yang pernah terjadi pada tahun 1970 an di
Amerika Serikat, laba kotor yang tinggi yang dihasilkan dari penggunaan metode FIFO sering
disebut laba persediaan atau laba ilusi.

Sebaliknya, selama periode deflasi atau penurunan harga-harga secara umum, pengaruhnya
adalah kebalikannya.
 

02. Metode Penilaian Persediaan LIFO

Saat metode penilaian persediaan LIFO digunakan, sisa biaya persediaan pada akhir periode
berasal dari biaya perolehan paling awal.

Berdasarkan data seperti yang sama dengan contoh metode FIFO, biaya 150 unit dalam
persediaan akhir per 31 Januari 2018 dihitung sebagai berikut :

Mengurangkan biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.050.000 dari biaya barang
tersedia untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan (HPP)
sebesar Rp 2.830.000

Perhatikan seperti ditunjukkan berikut ini :

Persediaan akhir per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.050.000 berasal dari biaya perolehan paling
awal.

HPP (harga pokok penjualan) sebesar Rp 2.830.000 berasal dari biaya persediaan paling akhir.

Hubungan harga pokok penjualan untuk bulan Januari 2018 dan persediaan akhir per 31 Januari
2018 bisa dilihat pada gambar ilustrasi berikut ini :
 

A. Penggunaan Metode Penilaian Persediaan LIFO

Saat metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau kenaikan harga-harga hasilnya adalah
kebalikan dengan dua metode yang lain.

Seperti ditunjukkan dalam contoh di atas, metode LIFO akan menghasilkan jumlah yang lebih
tinggi untuk HPP (Harga Pokok Penjualan).

Dan jumlah yang lebih rendah untuk laba kotor dan jumlah yang lebih rendah untuk persediaan
akhir, dibandingkan dengan metode yang lain.

Alasan pengaruh ini adalah biaya peroehan unit yang paling akhir kurang lebih sama dengan
biaya penggantiannya.

Dalam periode inflasi, biaya unit yang lebih baru akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga
unit yang lebih awal.

Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa metode LIFO nyaris berhasil membandingkan biaya saat
ini dengan pendapataan saat ini (matching current costs against current revenues).

Selama periode kenaikan harga-harga, metode LIFO menawarkan penghematan dalam pajak
penghasilan.

Karena melaporkan jumlah laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO dan biaya
rata-rata.

Pada saat inflasi dua digit tahun 1970-an di AS, banyak perusahaan beralih dari metode FIFO
menjadi LIFO untuk menghemat pembayaran pajak.

Tapi, persediaan akhir dalam neraca bisa berbeda dari biaya penggantian saat ini.
Dalam kasus seperti ini, Laporan Keuangan biasanya memasukkan catatan yang menyebutkan
selisih yang diperkirakan antara persediaan LIFO dan persediaan FIFO.

Dan perlu disadari bahwa pada saat deflasi, atau secara umum terjadi penurunan harga-harga,
maka pengaruhnya sebaliknya.

03. Metode Penilaian Persediaan Biaya Rata-rata

Metode biaya rata-rata disebut juga dengan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted average
method).

Ketika metode ini digunakan biaya dipadankan terhadap pendapatan sesuai dengan rata-rata
biaya unit yang terjual.

Biaya unit rata-rata tertimbang yang sama digunakan dalam menghitung biaya persediaan pada
akhir periode.

Untuk perusahaan yang memiliki barang penjualan yang terdiri dari berbagai pembelian unit
yang identik, penerapan metode biaya rata-rata hampir menyerupai arus fisik barang.

Biaya unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya unit setiap barang yang
tersedia untuk dijual selama periode tertentu dengan jumlah unit barang terkait.

Dengan menggunakan data biaya yang sama dengan contoh metode FIFO dan LIFO, biaya rata-
rata 280 unit adalah sebesar Rp 21.000, dan biaya 150 unit dalam persediaan akhir, dihitung
sebagai berikut :

Biaya unit rata-rata : Rp 5. 880.000 /280 unit = Rp 21.000


Persediaan 31 Januari 2018, 150 unit dengan biaya Rp 21.000 per unit = Rp 3.150.000

Mengurangi biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.150.000  dari biaya barang
tersedia untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan (HPP)
sebesar Rp 2.730.000, seperti ditunjukkan berikut ini :

 
A. Penggunaan Metode Penilaian Persediaan Biaya Rata – rata

Metode biaya rata-rata adalah hasil kompromi antara metode FIFO dan LIFO. Pengaruh
kecenderungan harga diambil rata-ratanya dalam menghitung HPP (Harga Pokok Penjualan) dan
persediaan akhir.

Untuk serangkaian pembeliaan, biaya rata-rata akan tetap sama, tanpa memperhatikan arah
kecenderungan harga.

Sebagai contoh, urutan biaya unit yang secara keseluruhan dibalik dengan biaya unit seperti
disajikan dalam contoh di atas, tidak akan berpengaruh terhadap harga pokok penjualan (HPP),
laba kotor atau persediaan akhir yang dilaporkan.

Untuk me-refresh kembali, sekarang ada satu contoh lagi perhitungan biaya persediaan.

Perhatikan Contoh soal berikut ini:

PT MK Network memiliki data-data unit suatu barang yang tersedia untuk dijual selama tahun
berjalan adalah sebagai berikut :

Terdapat 16 unit barang dalam penghitungan fisik persediaan per 31 Desember. Menggunakan
sistem periodik dalam menentukan persediaan.

Hitunglah biaya persediaan menggunakan:

 1) metode FIFO,
 2) Metode LIFO, dan
 3) Metode biaya rata-rata.

Jawaban :

#1. Metode FIFO

= 16 unit X Rp 62.000 = Rp 992.000

#2. Metode LIFO

= (6 unit X Rp 50.000) + (10 unit X Rp. 55.000)


= Rp 850.000
#3. Metode Biaya Rata-rata

= Rp 2.310.000 / 40 = Rp 57.750
= 16 unit X Rp. 57.750 = Rp 924.000

04. Kesimpulan

Dari pembahasan ketiga metode di atas, arus biaya yang berbeda diasumsikan untuk masing-
masing dari tiga metode alternatif biaya persediaan.

Perhatikan bahwa jika biaya unit tetap stabil, seluruh metode akan mendapatkan hasil yang sama.

Akan tetapi karena harga berubah-ubah, tiga metode tersebut biasanya akan menghasilkan
jumlah yang berbeda untuk :

 Harga pokok penjualan (HPP) untuk periode berjalan


 Laba kotor dan laba bersih untuk periode tersebut
 Persediaan akhir

Dengan menggunakan contoh, misalnya penjualan sebesar Rp 3.900.000, hasil dari perhitungan
130 unit x Rp 30.000, penggalan laporan laba rugi berikut ini menunjukkan pengaruh setiap
metode saat harga naik.

Perhatikan laporan laba rugi sebagian di atas, metode FIFO menghasilkan jumlah paling rendah
untuk HPP (Harga Pokok Penjualan)

Dan jumlah paling tinggi untuk laba kotor dan laba bersih dan juga persediaan akhir.

Di satu sisi, metode penilaian persediaan LIFO menghasilkan jumlah paling tinggi untuk HPP
(harga pokok penjualan).

Dan jumlah paling rendah untuk laba kotor dan laba bersih, dan juga persediaan akhir.
Metode penilaian persediaan biaya rata-rata menghasilkan jumlah di antara yang dihasilkan
FIFO dan LIFO.

Anda mungkin juga menyukai