Anda di halaman 1dari 9

Maria Ruth Hanna Lefaan

XII IPS 1

I. FIFO (First-In, First-Out)

FIFO adalah metode untuk menentukan harga pokok penjualan dengan cara mengasumsikan
bahwa produk yang sudah terjual merupakan produk terlama dalam inventaris. Biaya yang
dikeluarkan untuk produk terlama itulah yang digunakan dalam perhitungan. Singkatnya, metode
FIFO akan menghapus produk paling awal yang masuk dari akun persediaan setiap terjadi
pencatatan penjualan. Misalnya, Pak Samsul menjalankan bisnis penjualan roti, maka roti yang
terlebih dahulu dijual yaitu roti yang pertama kali masuk ke toko pak Samsul. Perhitungan biaya
dari roti yang terjual pertama itulah yang dijadikan sebagai biaya pokok penjualan. Metode FIFO
ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran cost masuk persediaan harus dipertemukan dengan hasil
penjualannya. Sebagai akibatnya, biaya per unit persediaan yang masuk terakhir dipakai sebagai
dasar penentuan biaya barang yang masih dalam persediaan pada akhir periode (persediaan
akhir). Dalam penerapan metode FIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang
yang lama/pertama masuk untuk dijual terlebih dahulu. Jadi biasanya persediaan akhir barang
dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk.

Metode FIFO cocok diterapkan pada perusahaan yang menjual produk yang memiliki masa
kadaluarsa, seperti makanan, minuman, obat dan lain sebagainya. Metode FIFO merupakan
metode yang paling umum digunakan dalam pencatatan persediaan. Hal tersebut tentu saja
karena ada kelebihan dan kekurangan yang dipertimbangkan, berikut adalah kelebihan dan
kekurangan metode FIFO:

Kelebihan Kekurangan

 Nilai persediaan disajikan secara relevan  Pajak yang harus dibayarkan perusahaan
di laporan posisi keuangan. ke pemerintah menjadi lebih besar.

 Menghasilkan laba yang lebih besar.  Laba yang dihasilkan kurang akurat.

II. LIFO (Last In First Out)


LIFO artinya adalah yang masuk terakhir keluar pertama. Metode ini mengasumsikan unit
persediaan yang dibeli pertama akan dikeluarkan di akhir.

Artinya, unit yang dijual pertama adalah unit persediaan yang terakhir masuk ke gudang. Jadi
biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang
pertama atau awal masuk.

Metode biaya persediaan LIFO ini adalah didasarkan pada asumsi bahwa aliran keluar biaya
persediaan adalah kebalikan dari kronologi terjadinya biaya.

Pada metode ini, harga beli terakhir dibebankan ke operasi dalam periode kenaikan harga
(inflasi), sehingga laba yang dihasilkan akan kecil dan pajak yang terutang juga menjadi lebih
kecil. Namun, berdasarkan PSAK 14 metode LIFO tidak boleh digunakan lagi. Berikut adalah
kelebihan dan kekurangan metode LIFO.

Kelebihan Kekurangan

 Mudah membandingkan cost saat ini dengan


pendapatan sekarang.  Bertolak belakang dengan aliran
fisik persediaan sesungguhnya.
 Apabila harga naik maka harga barang jadi
konservatif.  Biaya pembukuan menjadi mahal
karena metode ini lebih rumit.
 Laba operasional tidak terpengaruh oleh
untung atau rugi dari fluktuasi harga.  Laba atau rugi yang dihasilkan
lebih rendah.
 Menghemat pajak

III. Average

Metode average biasa disebut metode rata-rata tertimbang. Metode average membagi antara
biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit yang tersedia sehingga persediaan
akhir dan beban pokok penjualan dapat dihitung dengan harga rata-rata. Metode average adalah
titik tengah atau perpaduan dari metode FIFO dan LIFO. Jadi kelebihan dan kekurangan metode
ini berada diantara metode LIFO dan FIFO. Dalam penerapan metode Average berarti
perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang ada di gudang untuk dijual tanpa
memperhatikan barang mana yang masuk lebih awal atau akhir.

IV. CONTOH SOAL


1) PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018
adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Kuantitas Unit Harga


2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000
10 Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000
5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000
7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000
21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000
18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000
20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000
10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000

1. Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan
Average.
2. Hitung Laba Kotor dan Harga Pokok Penjualanya.

Jawab:

1. A) Metode FIFO

B) Metode LIFO
C) Metode Average
 Menghitung Harga Pokok Penjualan
i. Sistem Periodik

  FIFO LIFO Rata-rata


Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pembelian 8.600.000 8.600.000 8.600.000
Barang tersedia utk dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000
Persediaan akhir (3.400.000) (2.800.000) (3.120.000)
Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.600.000 7.280.000

ii. Sistem Perpetual

  FIFO LIFO Rata-rata


Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pembelian 8.600.000 8.600.000 8.600.000
Barang tersedia utk dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000
Persediaan akhir (3.400.000) (2.900.000) (3.224.000)
Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.500.000 7.176.000

 Menghitung Laba Kotor
iii. Sistem Periodik

  FIFO LIFO Rata-rata


Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000
Harga Pokok Penjualan (7.000.000) (7.600.000) (7.280.000)
Laba Kotor 4.500.000 3.900.000 4.220.000

iv. Sistem Perpetual


  FIFO LIFO Rata-rata
Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000
Harga Pokok Penjualan (7.000.000) (7.500.000) (7.176.000)
Laba Kotor 4.500.000 4.000.000 4.324.000

 Contoh Jurnal Mencatat Persediaan
i. Sistem Periodik (FIFO)

Saat Mencatat Pembelian:

Pembelian Rp. 8.600.000


           Utang usaha/Kas                              Rp. 8.600.000

Saat Mencatat Penjualan:

Piutang Usaha/Kas Rp. 11.500.000


         Penjualan                             Rp. 11.500.000

Saat Penyesuaian untuk Persediaan:

Ikhtisar Rugi Laba Rp. 1.800.000


          Persediaan                               Rp. 1.800.000
Persediaan Rp. 3.400.000
          Ikhtisar Rugi Laba                                Rp. 3.400.000
ii. Sistem Perpetual (LIFO)

Saat Mencatat Pembelian:

Persediaan Rp. 8.600.000


               Utang Usaha/Kas                           Rp. 8.600.000

Saat Mencatat Penjualan:

Piutang Usaha Rp. 11.500.000


                 Penjualan                             Rp. 11.500.000
Harga Pokok Penjualan Rp. 7.000.000
                Persediaan                              Rp. 7.000.000

2. Berikut adalah transaksi PT. Dipa Jaya selama Bulan Juli 2017.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga


1 Juli Persediaan awal 100 unit Rp.10.000
5 Juli Pembelian 500 unit Rp.12.000
12 Juli Pembelian 100 unit Rp.15.000
22 Juli Penjualan 300 unit Rp.25.000
27 Juli Pembelian 100 unit Rp 20.000
30 Juli Penjualan 50 unit Rp.30.000
Tentukan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan (HPP) dan laba kotor, Bila di asumsikan
perusahaan menggunakan Sistem periodik FIFO dan Sistem Perpetual LIFO.

Jawab:

A. Metode FIFO Sistem Periodik

Persediaan barang yang siap dijual (unit) adalah :

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga (Rp.)


1 Juli Persediaan awal 100 unit @ Rp.10.000 1.000.000
5 Juli Pembelian 500 unit @ Rp.12.000 6.000.000
12 Juli Pembelian 100 unit @ Rp.15.000 1.500.000
27 Juli Pembelian 100 unit @ Rp 20.000 2.000.000
          800 unit 10.500.000
Persediaan yang siap dijual (harga) adalah Rp. 10.500.000.
Unit persediaan akhir adalah :

= persediaan (unit) yang siap dijual – Unit yang terjual

= 800 unit – 350 unit = 450 unit

Nilai unit akhir

= 100 unit @ Rp. 20.000 = Rp. 2.000.000


= 100 unit @ Rp. 15.000 = Rp. 1.500.000
= 250 unit @ Rp. 12.000 = Rp. 3.000.000
450 unit = Rp. 6.500.000

Harga pokok penjualan

= Nilai persediaan (harga) yang tersedia untuk dijual – nilai persediaan (harga) unit akhir

= 10.500.000 – Rp. 6.500.000 = 4.000.000

Laba Kotor

= Hasil penjualan – Harga pokok penjualan

= 9.000.000 – Rp. 4.000.000 = 5.000.000


B. Metode LIFO Sistem Perpetual

Melalui metode perpetual LIFO kita dapat mengetahui hal-hal berikut ini :

Nilai persediaan akhir Rp. 5.600.000


Harga Pokok penjualan Rp. 4.900.000
Laba kotor = Rp. 9.000.000 – Rp. 4.900.000
  = Rp. 4.100.000

Anda mungkin juga menyukai