Anda di halaman 1dari 13

MENGHITUNG PERSEDIAAN AKHIR DAN HARGA

POKOK PENJUALAN DENGAN MENGGUNAKAN


METODE PENILAIAN BERDASARKAN COST
KELOMPOK 4
1. MITA REZKI KURNIASARI ( 2120103096)
2. AEL RUHIY FAVIAN SATYAWIMBA (2140103180)
3. FARAH NOOR AZIZAH (2120103071)
4. AHMAD NAUFAL (2120103082)
5. RADITYA HENDRA MUKTI (2140103174)
DEFINISI PERSEDIAAN AKHIR

MELIPUTI SEMUA BARANG YANG DIMILIKI PERUSAHAAN PADA AKHIR TAHUN FISKAL.
PERSEDIAAN AKHIR YANG MERUPAKAN JUMLAH UANG YANG DIKELUARKAN UNTUK
MENDAPATKAN BARANG-BARANG DALAM PERSEDIAAN
SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN
1. Sistem Periodik
Sistem ini dilakukan dengan cara perhitungan fisik barang pada setiap akhir periode untuk
menentukan jumlah persediaan akhir. Setiap jenis persediaan yang ada pada akhir periode,
kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Prosedur perhitungan fisik padaakhir periode
harus dilakukan untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akan dilaporkan ke dalam laporan
keuangan. Hasil perhitungan fisik ini digunakan sebagai penentuannilai persediaan.
2. Sistem Perpetual
pencatatan terhadap persediaan selalu diikuti secara konsisten, dengan bertambahnya
persediaan. Penghitungan fisik persediaan menjadi tidak wajib dilakukan.
CARA MENGHITUNG PERSEDIAAN AKHIR
Berikut ini adalah langkah-langkah perhitungan HPP dan persediaan akhir di perusahaan jasa dengan sistem periodik
dan metode rata-rata tertimbang.
 Lakukan identifikasi sekaligus mendata semua persediaan. Langkah ini cukup penting agar semua jenis
persediaan dapat tercatat.
 Lakukan stock opname semua persediaan barang di seluruh unit. Dalam konteks penentuan HPP dan persediaan
akhir terkait dengan laporan keuangan tahunan, stock opname harus dilakukan di akhir tahun (31 Desember).
 Menentukan harga beli rata-rata persediaan. Daftar pembelian selama 1 tahun untuk setiap jenis persediaan
harus dikumpulkan untuk mendapatkan total jumlah pembelian per item dan harga beli. Hal ini dilakukan untuk
menentukan harga beli rata-rata setiap jenis persediaan.
 Menghitung nilai persediaan akhir. Setelah harga beli rata-rata telah diperoleh selanjutnya kita dapat menghitung
nilai persediaan akhir sebagai berikut.
Rumus menghitung nilai persediaan akhir adalah:

Persediaan per item akhir x harga beli rata-rata per item

 Untuk mendapat total nilai persediaan akhir, tinggal dijumlahkan semua nilai persediaan akhir per item.

 Menentukan HPP untuk persediaan yang terjual. Persediaan yang  terjual biasa diperoleh dengan menambahkan
persediaan awal dengan pembeliaan persediaan, kemudian dikurangi jumlah persediaan akhir. Hal ini dilakukan
untuk siap item persediaan.

Setelah itu, HPP untuk setiap item persediaan dapat dicari dengan rumus berikut:

((Jumlah Persediaan awal + Jumlah Pembelian)–Persediaan Akhir ) x harga beli rata-rata

Langkah-langkah di atas dapat membantu SDM akuntansi sebuah perusahaan dalam melakukan penentuan HPP dan
persediaan akhir dalam menyusun laporan keuangan tahunan.
PENILAIAN BERDASARKAN COST
Aliran cost tidak sama dengan aliran fisik barang/persediaan

Asumsi aliran cost ada 4 metode yaitu:

- Identifikasi Khusus

- FIFO (First In First Out)

- LIFO (Last In First Out)

- Rata-rata (Average)
Metode Average, Metode rata-rata sederhana, metode rata-rata tertimbang, dan metode rata-rata bergerak. Yang
umum digunakan adalah metode rata-rata tertimbang.

Metode rata-rata tertimbang yaitu menentukan harga beli barang dengan cara membagi jumlah harga barang yang
tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah pembelian dengan kuantitas barang
tersebut.

Metode FIFO, yang mengakui barang yang lebih dulu masuk dianggap lebih dulu keluar (dijual), sehingga nilai
persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk belakangan.

Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dahulu, sesuai
dengan jumlah pembeliannya.

Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir barang didasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai
dengan jumlah unitnya.

Metode LIFO, dalam metode ini, barang yang terakhir masuk dianggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai
persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk lebih awal.

Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung berdasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir sesuai
dengan jumlah unitnya, atau nilai persediaan barang didasarkan pada harga barang yang dibeli pada awal, sesuai
dengan jumlah unitnya.
     
Cost Flow Neraca Rugi-Laba
 
     
  Menggambarkan nilai persediaan yang mendekati Menggambarkan harga pokok penjualan yang tidak
harga pasar (harga yang bisa direalisir) sebanding dengan harga pasar.Dalam hal ini laba dinilai
FIFO
terlalu besar
 
 
     
  Menggambarkan nilai persediaan yang terlalu kecil Menggambarkan harga pokok penjualan yang mendekati
harga pasar.Dalam hal ini laba dinilai wajar.
LIFO
 

     
  Menggambarkan nilai persediaan yang terlau kecil Menggambarkan harga pokok penjualan yang mendekati
tetapi lebih besar dari pada LIFO harga pasar tetapi lebih kecil dari pada LIFO.Dalam hal ini
AVERAGE
laba dinilai lebih besar dari LIFO tetapi lebih kecil dari
FIFO
 
Transaksi Persediaan
1 Maret Jumlah unit diawal bulan300 @Rp. 20000
5 Maret Pembelian 500 unit @ Rp. 30000
7 Maret Penjualan 250 unit
13 Maret Pembelian 600 unit @ Rp. 3.500
15 Maret Penjualan 300 unit
20 Maret Pembelian 400 unit @ Rp. 4.000
25 Maret Pembelian 600 Unit @Rp. 4.500
26 Maret Penjualan 400 Unit
27 Maret Penjualan 500 Unit
30 Maret Pembelian 600 Unit @ Rp. 5.000

Tanggal Jumlah unit Harga per unit Total biaya


1 300 2.000 600.000
5 500 3.000 1.500.000
13 600 3.500 2.100.000
20 400 4.000 1.600.000
25 600 4.500 2.700.000
30 600 5.000 3.000.000
Total 3.000   11.500.000

Summary

Biaya rata-rata per unit = Rp. 11.500.00 : 3000 unit = Rp. 3833 / unit

Jumlah unit yang tersedia untuk dijual = 3000


Jumlah Unit Yang Terjual (250 + 300 + 400 + 500) = 1450
Transaksi HPP
PT. jaya food merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi
makanan. Pada bulan Juni diperoleh data kepemilikan persediaan
bahan baku PT. jaya food yang meliputi:
1) bahan baku mentah : Rp 60.000.000,00
2) bahan setengah jadi : Rp 90.000.000,00
3) Makanan siap jual : Rp 120.000.000,00
Untuk proses produksi makanan yang akan dijual di bulan Agustus
PT. jaya food melakukan :
1) pembelian bahan baku : Rp 750.000.000,00
2) biaya pengiriman : Rp 10.000.000,00
3) Biaya pemeliharaan bahan baku : Rp 9.000.000,00
PT. jaya food juga memiliki sisa penggunaan bahan bahan baku pada akhir bulan Juli dengan rincian :

1) Sisa bahan baku : Rp 50.000.000,00

2) Sisa bahan setengah : Rp 8.000.000,00

3) sisa makanan siap jual : Rp 25.000.000,00

Dari data-data di atas, dapat dilakukan Cara Menghitung HPP sebagai berikut:

1) Biaya Bahan Baku = Rp 60.000.000,00 + (Rp750.000.000,00 + Rp10.000.000,00) – Rp50.000.000,00 =


Rp770.000.000,00

2) Biaya Produksi = Rp 145.000.000,00 + Rp9.000.000 = Rp 154.000.000,00

3) Harga Pokok Produksi = Rp 154.000.000,00 + Rp 90.000.000,00 – Rp 8.000.000,00 = Rp 236.000.000,00

4) HPP = Rp236.000.000,00 + Rp120.000.000,00 – Rp25.000.000,00 = Rp331.000.000,00

Dengan demikian, diperoleh Harga Pokok Produksi pada bulan Agustus adalah Rp 236.000.000,00 dan harga pokok
penjualan (HPP) adalah Rp 331.000.000,00.
Questions & answers

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai