Anda di halaman 1dari 12

DEPRESIASI

1. Straight line method

Rumus : (Harga Perolehan ― Nilai Residu) ÷ Umur Ekonomis = Penyusutan

Contoh
Sebuah perusahaan membeli mobil operasional pada tanggal 2 Februari 2001 dengan harga
Rp350 juta. Mobil itu diperkirakan mempunyai masa pakai 4 tahun dengan nilai residu Rp100
juta. Besar penyusutan per tahunnya, yakni
Jawab :

(Rp350.000.000 ― Rp100.000.000) ÷ 4 tahun = Rp62.500.000

2. Double declining method

Rumus : Harga Perolehan ÷ Umur Ekonomis) × 2 = Penyusutan

Contoh
PT Sinar membeli mesin produksi seharga Rp250.000.000 pada tanggal 15 April 2006. Mesin
tersebut diperkirakan tak mempunyai nilai residu pada masa akhir pemakaian dan bisa
beroperasi selama 8 tahun. Beban penyusutan per tahun dari mesin itu, yakni
Jawab

Penyusutan Akhir Tahun Pertama = (Rp250.000.000 ÷ 8 tahun) × 2 = Rp62.500.000


Penyusutan Akhir Tahun Kedua = (Rp187.500.000 ÷ 8 tahun) × 2 = Rp46.875.000
dan seterusnya.

3. Sum of the year method

Pada tanggal 2 Januari 2014, PT Foraz membeli sebuah mesin untuk meningkatkan produksinya.
Harga perolehan Mesin Sebesar Rp 135.000.000,00 dengan taksiran nilai sisa (salvage value)
sebesar Rp 15.000.000,00. Dan ditaksir, mesin tersebut hanya mampu berproduksi sampai
dengan 4 tahun !
Perhitungan:

JAT (Jumlah Angka Tahun) : 1+2+3+4 = 10


Dasar Penyusutan = Rp 135.000.000,00 - Rp 15.000.000,00
= Rp 120.000.000,00

Tahun           Tarif            Dasar Penyusutan                     Penyusutan


  1.                 4/10             Rp. 120.000.000,00                   Rp. 48.000.000,00
  2                  3/10             Rp. 120.000.000,00                   Rp. 36.000.000,00
  3                  2/10             Rp. 120.000.000,00                   Rp. 24.000.000,00
  4                  1/10             Rp. 120.000.000,00                   Rp. 12.000.000,00

Jurnal Depresiasi
Depreciation expense xxxx
Acc. Depreciation xxxx

Jurnal Penutup
Income Summary xxxx
Depreciation expense xxxx
Pencatatan Inventory
PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018 adalah
sebagai berikut.

TANGGAL KETERANGAN KUANTITAS UNIT HARGA


2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000
10  Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000
5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000
7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000
21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000
18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000
20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000
10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000

Diminta :
1. Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan Average.
2. Hitung Laba Kotor dan Harga Pokok Penjualanya.

Jawab : 

1. FIFO (First in First out)


2. LIFO (Last in Last out)

3. Average

Harga Pokok Penjualan

1. Sistem Periodik

  FIFO LIFO Rata-rata


Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pembelian 8.600.000 8.600.000 8.600.000
Barang tersedia utk dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000
Persediaan akhir (3.400.000) (2.800.000) (3.120.000)
Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.600.000 7.280.000
2. Sistem Perpetual

  FIFO LIFO Rata-rata


Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pembelian 8.600.000 8.600.000 8.600.000
Barang tersedia utk dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000
Persediaan akhir (3.400.000) (2.900.000) (3.224.000)
Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.500.000 7.176.000

Laba Kotor

1. Sistem Periodik

  FIFO LIFO Rata-rata


Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000
Harga Pokok Penjualan (7.000.000) (7.600.000) (7.280.000)
Laba Kotor 4.500.000 3.900.000 4.220.000

2. Sistem Perpetual

  FIFO LIFO Rata-rata


Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000
Harga Pokok Penjualan (7.000.000) (7.500.000) (7.176.000)
Laba Kotor 4.500.000 4.000.000 4.324.000

Rasio-Rasio Keuangan
 Ratio Likuiditas
Berikut ini beberapa analisa dalam mengukur ratio likuiditas yang dapat digunakan, yaitu :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup atau
membayar kewajiban lancar dengan menggunakan aktiva lancarnya. Sebagai
ilustrasi, apabila perbandingannya adalah 1:1 dimana artinya Current Ration-nya
adalah 100%, berarti aktiva lancarnya memiliki jumlah yang sama banyak untuk
melunasi semua kewajiban lancarnya. Semakin lebih besar dari 100% artinya

semakin baik.
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup atau
membayar kewajiban lancar dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memasukan

nilai persediaannya.
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Digunakan untuk membandingkan antara kas dan aktiva lancar setara kas dengan
kewajiban lancar. Yang dimaksud dengan aktiva lancar setara kas adalah aktiva yang
dapat dengan mudah dan segera diuangkan.

Ratio Profitabilitas
Berikut ini beberapa ukuran ratio profitabilitas yang digunakan, diantaranya adalah :

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)


Membandingkan Laba Kotor dengan Penjualan. Semakin besar persentase atau
rasionya, artinya semakin baik kondisi keuangan perusahaan.

2. Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)


Ukuran dari Laba yang telah dikurangi dengan semua biaya dan pengeluaran kecuali bunga
dan pajak, dibagi dengan Pendapatan. Hasil dari perhitungan tersebut merupakan gambaran
laba bersih sebelum bunga dan pajak yang didapat dari setiap rupiah penjualan atau

pendapatan.
3. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Digunakan untuk mengukur persentase atau rasio laba bersih setelah dikurangi bunga dan
pajak yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan atau pendapatan. Semakin tinggi rasionya
berarti semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Return On Assets (ROA)


Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
semua aktiva atau asset yang dimilikinya. Laba yang dihitung adalah laba sebelum bunga
dan pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax).

5. Return On Investment (ROI)


Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba terhadap
investasi yang telah dikeluarkan. Laba yang digunakan adalah laba yang telah dikurangi
pajak atau EAT ( Earning After Tax )

 Ratio Solvabilitas
Berikut ini beberapa analisa dalam mengukur ratio solvabilitas yang dapat digunakan, yaitu :
1. Rasio Hutang Terhadap Aktiva (Total Debt to Asset Ratio)
Digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana yang berasal dari hutang,
baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin rendah rasio ini artinya
semakin baik bagi keuangan perusahaan, sebab keamanan dananya semakin baik.

2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)


Digunakan untuk mengukur hutang yang dimiliki dengan modal sendiri. Semakin kecil
ratio ini maka akan semakin baik untuk perusahaan. Sebaiknya besarnya hutang
tidak melebihi modal perusahaan itu sendiri.
Asersi Manajemen
Keberadaan atau keterjadian (existence or occurance)

 berhubungan dengan apakah aktiva atau uang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah
transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. sebagai contoh, manajemen
membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk
dijual. Begitu pula, manajemen mambuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi
menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya
piutang) dengan pelanggan.

Kelengkapan (completeness)

 berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam
laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi
bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan.
Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup
semua kewajiban entitas.

Hak dan kewajiban (rights and obligations)

 berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban
perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah
sewa guna usaha (lease) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai perolehan hak entitas
atas kekayaan yang disewa-guna-usahakan (leased) dan utang sewa usaha yang bersangkutan
mencerminkan suatu kewajiban entitas.

Penilaian atau alokasi (valuation and allocation)

 berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya


sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh,
manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya
dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam periode-periode
akuntansi yang semestinya. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha
yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan.

Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

 berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan,


dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa
kewajiban-kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikain pula, manajemen mambuat asersi bahwa
jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan
diungkapkan semestinya.

PSAK

SAK Standar Akuntansi Keuangan Tanggal Pengesahan

PSAK

PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan 26 Juni 2019

PSAK 2 Laporan Arus Kas 28 September 2016

PSAK 3  Laporan Keuangan Interim 28 September 2016

PSAK 4  Laporan Keuangan Tersendiri 18 November 2015

PSAK 5  Segmen Operasi 18 November 2015


PSAK 7  Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi 18 November 2015

PSAK 8  Peristiwa Setelah Periode Pelaporan 27 Agustus 2014

PSAK 10  Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing 27 Agustus 2014

PSAK 13  Properti Investasi 18 September 2017

PSAK 14  Persediaan 27 Agustus 2014

PSAK 15  Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama 29 Desember 2017

PSAK 16  Aset Tetap 16 Desember 2015

PSAK 18  Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya 27 Agustus 2014

PSAK 19  Aset Tak berwujud 18 November 2015

PSAK 22  Kombinasi Bisnis 28 November 2018

PSAK 24  Imbalan Kerja 28 November 2018

PSAK 25  Kebijakan Akuntansi,Perubahan Estimasi Akuntansi, dan  26 Juni 2019


Kesalahan

PSAK 26  Biaya Pinjaman 28 November 2018

PSAK 28  Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian 11 Desember 2012

PSAK 36  Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa 11 Desember 2012

PSAK 38  Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali 11 September 2012

PSAK 46  Pajak Penghasilan 28 November 2018

PSAK 48  Penurunan Nilai Aset 29 April 2014

PSAK 50  Instrumen Keuangan: Penyajian 29 April 2014

PSAK 53  Pembayaran Berbasis Saham 18 September 2017

PSAK 55  Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran 24 Juni 2020

PSAK 56  Laba Per Saham 27 Agustus 2014

PSAK 57  Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi 27 Agustus 2014

PSAK 58  Aset Tidak Lancar yang Dikuasai untuk Dijual dan Operasi yang 28 September 2016
Dihentikan

PSAK 60  Instrumen Keuangan: Pengungkapan 24 Juni 2020


PSAK 61  Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan 27 Agustus 2014
Pemerintah

PSAK 62  Kontrak Asuransi 26 Juli 2017

PSAK 63  Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi 27 Agustus 2014

PSAK 64  Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi Pada Pertambangan Sumber 27 Agustus 2014
Daya Mineral

PSAK 65  Laporan Keuangan Konsolidasian 18 November 2015

PSAK 66  Pengaturan Bersama 28 November 2018

PSAK 67  Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain 26 April 2017

PSAK 68  Pengukuran Nilai Wajar 18 November 2015

PSAK 69 Agrikultur 16 Desember 2015

PSAK 70 Akuntansi Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak 14 September 2016

PSAK 71 Instrumen Keuangan 24 Juni 2020

PSAK 72 Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan 26 Juli 2017

PSAK 73 Sewa 30 Mei 2020

Audit Prosedur

1) Analytical Review:

Analytical review is not the procedure that uses to obtain audit evidence, but it is the procedure
used to assess the unusual transactions or events as the principle or basic to perform other
procedures.

For example, when auditor found there is unusual transactions or event as the result of using
analytical review, then the auditor will use other procedures that are applicable to obtain evidence.

The analytical procedure could be used for the types of transactions or events that occur regularly or
have a connection with others’ transactions or events.

For example, we can use the analytical procedure to assess the reasonableness of depreciation that
records in the financial statements. The main reason is that depreciation expenses are calculated
systematically and occur regularly.

2) Inquiry:

Auditors inquire accountant and related management to gather information and obtain an
explanation on the mater that found by auditors.

Sometimes auditors inquire about management about the business process and the ways how
financial transactions are recording as well as the major control on business transactions.
The inquiry is also one of the most important audit procedures and it could be used in different
stages.

For example, the auditor might inquire management at the planning stage and the auditor could also
inquire management to confirm the consignment liabilities at the end of the audit work.

Audit inquiry is sometimes used by the auditor to obtain the audit evidence and sometimes is used
to obtain an understanding of some nature of business or accounting transactions in order to gain
enough knowledge to design and perform testing.

However, information from inquiry sometimes hard to be used as audit evidence.

The audit evidence that you found as the result of your testing after an inquiry is strong to be used
as audit evidence rather than information from the inquiry itself.

3) Observation:

Observation is one of the audit procedures that auditors use to obtain an understanding and gather
audit evidence mainly to the real process or the ways how clients have done some specific business
process.

This kind of audit procedure is mainly to confirm the process that the client told, physical
confirmation, or some time used to obtain audit evidence in order to make their own projection
which will be used for comparison with the client figure.

For example, auditor joins client stock take at the year-end and observe whether the way that they
count are in the correct procedures or not.

In this procedure, the audit is not confirmed whether the client counts their inventories correct or
not, but it confirms whether the client counting procedure is correct or not is one thing.

Another thing is the auditor tries to confirm whether the counting has really existed.

However, in practice, sometimes the auditor is not only observed how the client counts but they also
jointly perform counting inventories.

Sometimes auditors using observation are not only for observing in counting fixed assets or
inventories but also using to test the reasonableness of revenue. Here is how,

For example, the auditor performs the reasonableness testing of revenue recording in the
restaurant, and based on the accounting record fact check with their understanding, the revenue
seems not completely records.

In this case, the auditor might perform one week or two weeks observe in the restaurant and then
make their own estimate of whether or not the revenue is reasonable.

4) Inspection:

Inspection refers to verification or vouching documents. This is one of the most important and it can
be 60% of audit work involve with the inspection of documents.

For example, the auditor examines the sales invoices that record in financial reports.

The auditor might examine whether the invoice issued by the client is really based on the goods that
receive. And the goods that received is actually the one the company makes an order.

The auditor might also examine the payment voucher against the authority that approves the
payment vouchers.
The auditor might also inspect the supporting documents recording the inventory’s movement
during the year. This is including the documents related to purchasing raw material.

5) Recalculation:

Recalculation is the type of audit procedure that normally done by re-performing the works
performed by the client in the purpose of assessing if there any difference between the audit’s work
and the client’s work.

For example, the auditor might re-perform depreciation calculation and assess if there any
difference between auditor calculation and its client’s calculation.

The auditor might also perform the recalculation on monthly salary expenses that prepare by the
payroll and finance department to ensure that the net salaries that paid to the employee are correct.

Recalculation is the procedure that use to confirm the accuracy of transaction that involves
calculation.

Anda mungkin juga menyukai