Anda di halaman 1dari 17

BAB 8 PENILAIAN PERSEDIAAN

KOMPETENSI DASAR
3.9 Menerapkan metode persediaan
4.9 Melakukan perhitungan persediaan

A. Tujuan Penilaian Persediaan


Penilain persediaan perlu dilakukan karena persediaan dapat mempengaruhi harga pokok penjualan
sesuai fungsi akuntansi. Persediaan juga mempengarui besarnya laba atau rugi operasional perusahaan.
Ada beberapa tujuan utama penilaian persediaan yaitu :
1. Memberikan informasi nilai produk jadi
Keberadaan persediaan memberikan informasi secara rinci kepada perusahaan tentang jumlah nilai
produk yang telah jadi atau selesai diproduksi. Besaran nilai produk didapatkan dari hasil selisih nilai
perusahaan dengan harta perusahaan.
2. Menciptakan Klasifikasi Persediaan
Secara khusus untuk klasifikasi persediaan hanya bisa diterapkan pada perusahaan manufaktur jasa
dan perusahaan dagang. Sedangkan untuk perusahaan jasa tidak ada klasifikasi persediaan karena
persediaan didapatkan, diolah dan diberikan kepada konsumen bukan dalam bentuk barang melainkan
sebagai bentuk servis atau pelayanan. Persediaan membuat konsumen atau para pelanggan bisa
memesan barang sesuai klasifikasi tanpa harus bingung memilih karena banyaknya barang yang
dibutuhkan untuk dibeli. Perusahaan akan memberikan servis yang memuaskan kepada pelanggan
sehingga pelanggan tidak akan pergi ke penjual lainnya
3. Menghitung Laba Atau Rugi yang Didapatkan Perusahaan
Persediaan juga bisa mengkalkulasikan jumlah besaran laba atau rugi yang diperoleh perusahaan
dengan membandingkan jumlah biaya pokok dan pendapatan sesuai akun yang berhubungan dengan
harga pokok produk tersebut. Persediaan juga bisa untuk menghitung laba rugi (cara membuat laporan
laba rugi) dengan membandingkan biaya dengan hasil penjualan yang termasuk unsur unsur laporan
keuangan.
4. Memberikan Informasi Jumlah Barang Persediaan
Persediaan juga bisa memberikan informasi tentang semua data persediaan sehingga bisa
memperkirakan arus kas pada masa yang akan datang dan bisa mengatur pengeluaran atau pemasukan
untuk kebutuhan persediaan. Persediaan juga menyajikan nilai dan informasi secara teratur dalam
perusahaan.
5. Membandingkan Biaya
Untuk membandingkan biaya dengan pendapatan yang saling berkaitan dalam rangka menghitung
laba bersih pada akhir period, pada waktu penutupan serta dalam menyusun laporan keuangan.
Persediaan harus dihitung menurut satuan maupun nilainya karena persediaan tersebut mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap kelayakan atau kewajaran laporan keuangan untuk tahun yang
bersangkutan. Biaya memengaruhi perolehan laba bersih sehingga harus selalu diperhatikan. Jika
biaya pada periode saat ini bisa lebih kecil daripada periode sebelumnya maka bisa dikatakan bahwa
itu adalah sebuah prestasi yang diraih oleh perusahaan sehingga mungkin laba bersih akan meningkat.
Penilaian persediaan umumnya dilakukan untuk barang produksi baik berupa bahan mentah, bahan
setengah jadi atau barang jadi yang disimpan untuk dijual ke konsumen. Semakin banyak dan semakin
lama persediaan yang disimpan maka hal itu akan menambah jumlah biaya operasional karena adanya
pertambahan biaya operasional. Dengan demikian, perlu dilakukan penilaian persediaan supaya barang
tidak terlalu lama disimpan di gudang karena hal ini akan menambah biaya dan mengurangi keuntungan
perusahaan. Jadi manfaat penilaian persediaan bisa membantu perusahaan untuk merencanakan unit
produksi secara tepat dan bisa mengurangi biaya penyimpanan persediaan dan bisa menekan biaya
produksi sehingga keuntungan perusahaan akan maksimal.
B. Pencatatan Penilaian Persediaan.
Ada beberapa macam metode penilaian persediaan yang dapat digunakan baik dalam pencatatan system
fisik maupun system perpetual
1. System Periodik (Periodical System/ Sistem Fisik)
Dalam sistem periodik pencatatan persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi.
Penilaian persediaan dilakukan dengan mengadakan perhitungan secara fisik barang yang ada. Saat
terjadi pembelian atau penjualan dicatat dalam rekening pembelian dan rekening penjualan tidak
dicatat dalam rekening persediaan. Dalam system fisik ini nilai persediaan barang diketahui setelah
kuantitas barang dihitung secara fisik, kemudian dikalikan dengan harga per satuan. Karena harga per
satuan berang yang dibeli bermacam-macam, maka untuk menentukan harga mana yang dijadikan
dasar untuk menentukan nilai persediaan, dapat digunakan salah satu metode penilaian persediaan
berikut ini.

a. Metode Tanda Pengenal Khusus


Metode tanda pengenal khusus yaitu member tanda-tanda khusus yang sama untuk setiap barang
yang harga perolehannya sama, sehingga pada waktu mengadakan inventarisasi dikelompokkan
menurut tandanya kemudian dihitung jumlahnya.
Contoh :
PT Angin Ribut selama bulan Mei 2018 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut :
Mei 1, Persediaan 2.000 unit @ Rp5.000,00/unit
Mei 5, Pembelian 1.000 unit @ Rp5.100,00/unit
Mei 8, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.200,00/unit
Mei 10, Pembelian 2.000 unit @ Rp5.400,00/unit
Mei 15, Pembelian 2.500 unit @ Rp5.300,00/unit
Mei 20, Pembelian 2.200 unit @ Rp5.500,00/unit
Mei 30, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.250,00/unit
Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 31 Mei 2018
sebanyak 4000 unit, terdiri dari : pembelian tanggal 10 Mei 50%, pembelian tanggal 30 25%, dan
selebihnya pembelian tanggal 20 Mei 2018.
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Mei 2018 dengan metode tanda pengenal khusus !
Jawab :
Nilai persediaan pada tanggal 31 Mei 2018 adalah :
2.000 x Rp5.400,00 = 10.800.000,00
1.000 x Rp5.250,00 = 5.250.000,00
1.000 x Rp5.500,00 = 5.500.000,00 +
Rp21.550.000,00

b. Metode Rata-rata / Metode Average


Metode average atau disebut juga metode rata-rata dibagi menjadi dua yaitu metode rata-rata
sederhana atau simple average method dan metode rata-rata tertimbang atau weighted average
method. Pada metode rata-rata sederhana harga rata-rata barang per unit dihitung dengan
membagi total harga per satuan setiap transaksi pembelian dengan jumlah transaksi pembelian
termasuk persediaan awal barang. Sedangkan nilai persediaan barang diperoleh dari hasil
perkalian harga rata-rata per unit barang dengan sisa barang.
Pada metode rata-rata tertimbang harga per unit barang dihitung dengan membagi jumlah harga
pembelian barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah jumlah barang yang tersedia.
Sedangkan nilai persediaan ahir dihitung dengan mengalikan jumlah barang yang tersedia dengan
harga rata-rata persatuan.
1) Metode Rata-Rata Sederhana
Dengan metode ini harga rata-rata persatuan barang, dihitung dengan cara menjumlahkan
harga per satuan setiap transaksi pembalian termasuk persediaan awal periode, dibagi dengan
jumlah transaksi pembelian termasuk persediaan awal periode.
Contoh :
PT Angin Ribut selama bulan Mei 2018 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut :
Mei 1, Persediaan 2.000 unit @ Rp5.000,00/unit
Mei 5, Pembelian 1.000 unit @ Rp5.100,00/unit
Mei 8, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.200,00/unit
Mei 10, Pembelian 2.000 unit @ Rp5.400,00/unit
Mei 15, Pembelian 2.500 unit @ Rp5.300,00/unit
Mei 20, Pembelian 2.200 unit @ Rp5.500,00/unit
Mei 30, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.250,00/unit
Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 31 Mei 2018
sebanyak 4000 unit.
Harga rata-rata tiap kg dari data di atas adalah sebagai berikut :
=5.000 + 5.100 + 5.200 + 5.400 + 5.300 + 5.500 + 5.250
7
= Rp5.250,00
Nilai persediaan 31 Mei 2018 menurut metode rata-rata sederhana adalah :
= 4.000 x Rp5.250 = Rp21.000.000,00
2) Metode Rata-rata Tertimbang
Yaitu persediaan dinilai menurut harga rata-rata dari jumlah barang yang dibeli/diperoleh.
Contohnya :
PT Angin Ribut selama bulan Mei 2018 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut :
Mei 1, Persediaan 2.000 unit @ Rp5.000,00/unit
Mei 5, Pembelian 1.000 unit @ Rp5.100,00/unit
Mei 8, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.200,00/unit
Mei 10, Pembelian 2.000 unit @ Rp5.400,00/unit
Mei 15, Pembelian 2.500 unit @ Rp5.300,00/unit
Mei 20, Pembelian 2.200 unit @ Rp5.500,00/unit
Mei 30, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.250,00/unit

Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 31 Mei 2018
sebanyak 4000 unit
Harga rata-rata per unit :
= 2.000 x Rp5.000 + 1.000 x Rp5.100 +3.000 x Rp5.200 + 2.000 x Rp5.400 +2.500x Rp5.300+
2.200x Rp5.500 + 3.000 x Rp5.250
2.000 + 1.000 + 3.000 + 2.000 + 2.500 + 2.200 + 3.000

=10.000.000+5.100.000+15.600.000+10.800.000+13.250.000+12.100.000+15.750.000
15.700
= Rp5.261,15
Nilai persediaan 31 Mei 2018 menurut metode rata-rata tertimbang adalah :
= 4.000 x Rp5.261,15 =Rp21.044.586,00
c. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)/ FIFO
Dalam metode ini persediaan atau pembelian pertama dijual terlebih dahulu, sehingga saldo
persediaan akhir dinilai menurut pembelian yang terakhir.
Contoh :
PT Angin Ribut selama bulan Mei 2018 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut :
Mei 1, Persediaan 2.000 unit @ Rp5.000,00/unit
Mei 5, Pembelian 1.000 unit @ Rp5.100,00/unit
Mei 8, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.200,00/unit
Mei 10, Pembelian 2.000 unit @ Rp5.400,00/unit
Mei 15, Pembelian 2.500 unit @ Rp5.300,00/unit
Mei 20, Pembelian 2.200 unit @ Rp5.500,00/unit
Mei 30, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.250,00/unit
Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 31 Mei 2018
sebanyak 4000 unit.
Dengan demikian nilai persediaan per 31 Mei 2018 menurut metode FIFO dihitung sebagai
berikut :
3.000 unit @ Rp5.250,00 = Rp15.750.000,00
1.000 unit @ Rp5.500,00 = Rp 5.500.000,00
Jumlah = Rp21.250.000,00

d. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama ( MTKP)/ LIFO


Yaitu adanya anggapan bahwa setiap penjualan dinilai menurut harga yang terakhir, sehingga
saldo persediaan dinilai menurut pembelian pertama. Barang yang terakhir masuk dianggap yang
lebih dulu keluar.
Contoh :
PT Angin Ribut selama bulan Mei 2018 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut :
Mei 1, Persediaan 2.000 unit @ Rp5.000,00/unit
Mei 5, Pembelian 1.000 unit @ Rp5.100,00/unit
Mei 8, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.200,00/unit
Mei 10, Pembelian 2.000 unit @ Rp5.400,00/unit
Mei 15, Pembelian 2.500 unit @ Rp5.300,00/unit
Mei 20, Pembelian 2.200 unit @ Rp5.500,00/unit
Mei 30, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.250,00/unit
Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 31 Mei 2018
sebanyak 4000 unit.
Dengan demikian nilai persediaan per 31 Mei 2018 menurut metode LIFO dihitung sebagai
berikut :
2.000 unit @ Rp5.000,00 = Rp10.000.000,00
1.000 unit @ Rp5.100,00 = Rp 5.100.000,00
1.000 unit @ Rp5.200,00 = Rp 5.200.000,00
Jumlah = Rp20.300.000,00

e. Metode Persediaan Dasar


Kadang perusahaan menetapkan jumlah minimal persediaan yang harus ada setiap saat. Baik
mengenai harga satuan maupun kuantitasnya. Persediaan demikian disebut persediaan dasar
(basic stock). Menurut metode persediaan dasar, nilai persediaan akhir periode dihitung sebagai
berikut :
1) Jika kuantitasnya lebih banyak dari pada kuantitas persediaan dasar, maka nilai persediaan
adalah nilai persediaan dasar ditambah dengan harga pasar kelebihannya.
2) Jika kuantitas lebih kecil (kurang) dari pada kuantitas persediaan dasar, maka nilai persediaan
adalah nilai persediaan dasar dikurangi harga pasar kekurangannya.
Contoh :
Dari contoh di atas persediaan dasar ditetapkan sebanyak 3.000 unit dengan harga Rp5.000,00
per unit. Nilai persediaan tanggal 31 Mei 2018 sebanyak 4.000 unit dan harga pasar
Rp6.000,00, dinilai sebagai berikut :
Persediaan dasar 3.000 x Rp5.000,00 = Rp15.000.000,00
Ditambah dengan kelebihannya 1.000 x Rp6.000,00 = Rp 6.000.000,00
Jumlah = Rp21.000.000,00

Jika kuantitas persediaan akhir periode kurang dari kuantitas persediaan dasar, misalkan
kuantitas persediaan 31 Mei 2018 sebanyak 2.500 unit. Maka nilai persediaan 31 Mei 2018
dihitung sebagai berikut :
Persediaan dasar 3.000 x Rp5.000,00 = Rp15.000.000,00
Dikurangi dengan harga pasar kekurangannya sebesar
500 unit x Rp6.000,00 = Rp 3.000.000,00
Jumlah = Rp12.000.000,00

2. Sistem Permanen/Terus Menerus ( Perpetual System)


Dalam system permaneen pencatatan persediaan dilakukan secara continue/terus-menerus, yaitu
setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan dicatat dalam rekening persediaan. Setiap
terjadi transaksi penjualan barang , harga pokok barang yang dijual harus dihitung dan dicatat debet
pada perkiraan “ Harga Pokok Penjualan” . Dalam system perpetual menggunakan salah satu metode
penilaian persediaan adalah pada saat terjadi transaksi penjualan barang yaitu untuk menghitung
harga pokok barang yang dijual. Metode penilaian persediaan yang bisa digunakan yaitu :
a. Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method)
Dalam metode ini harga beli rata-rata persatuan harus dihitung setiap terjadi transaksi pembelian
barang. Dengan demikian harga rata-rata per satuan akan berlaku sampai terjadi transaksi
pembelian berikutnya.
Harga rata-rata per satuan barang yang dijual adalah harga rata-rata per satuan yang berlaku pada
saat terjadi transaksi penjualan. Karena dalam sistem perpetual barang yang masuk dan yang
keluar dicatat secara terus menerus, maka untuk mencatat mutasi setiap jenis barang disediakan
kartu persediaan.
Contoh :
PT Mandiri menjual satu jenis barang yaitu monitor 123. Data mengenai persediaan selama bulan
Mei 2018 sebagai berikut :
5 Mei Persediaan 6 unit @Rp1.000.000 Rp6.000.000,00
7 Mei Pembelian 10 unit @Rp1.100.000 Rp11.000.000,00
15 Penjualan 6 unit
Mei
20 Pembelian 4 unit @Rp1.200.000 Rp 9.600.000,00
Mei
25 Pembelian 5 unit @Rp1.050.000 Rp 5.250.000,00
Mei
28 Penjualan 10 unit
Mei

Tentukan nilai persediaan 31Mei 2018 !

Harga rata-rata tiap unit pada tanggal 5 Mei dalam kartu persediaan di atas, sebesar Rp1.000.000,00.
Harga tersebut berubah setelah transaksi pembelian tanggal 7 Mei 2018 dengan perhitungan sebagai
berikut :
Persediaan 5 Mei , 6 unit @ Rp1.000.000,00 Rp 6.000.000,00
Pembelian 7 Mei, 10 unit @ Rp1.100.000,00 Rp11.000.000,00
Jumlah 16 unit Rp17.000.000,00
Harga rata-rata per unit = 17.000.000,00 : 16 unit = Rp1.062.500,00

b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)/ FIFO


Dengan metode FIFO yang diterapkan dalam sistem pencatatan perpetual, maka harga pokok
barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang yang lebih dulu masuk yang harus
dijual lebih dulu. Kekurangannya diambil pembelian berikutnya
Contoh :
PT SUBUR MAKMUR menggunakan system perpetual dalam melakukan pencatatan persediaan
barang. Pada Bulan Juni 2018 mempunyai data yang berhubungan dengan persediaan barang
dagangan berupa monitor sebagai berikut :
Juni 1 Persediaan 20 unit @ Rp1.000.000,00
Juni 4 Pembelian 30 unit @ Rp1.200.000,00
Juni 7 Penjulan 30 unit
Juni 15 Pembelian 20 unit @ Rp1.400.000,00
Juni 20 Penjualan 15 unit
Juni 22 Pembelian 30 unit @ Rp1.250.000,00
Juni 30 Penjualan 20 unit
Tentukan nilai persediaan barang dagangan pada tanggal 30 Juni 2018 berdasarkan metode FIFO
!

Harga pokok barang yang dijual tanggal 7 Juni 2018 sebanyak 30 unit dengan metode FIFO
dihitung sebagai berikut :
Yang dijual lebih dulu adalah yang 20 unit @ Rp1.000.000,00 = Rp20.000.000,00
Kekurangannya 10 unit @ Rp1.200.000,00 = Rp12.000.000,00
Jumlah = Rp32.000.000,00

c. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama ( MTKP)/LIFO


Dalam metode ini harga pokok barang yang dijual, dihitung dengan anggapan bahwa barang yang
terakhir masuk yang lebih dahulu dijual.
Contoh :
PT SUBUR MAKMUR menggunakan system perpetual dalam melakukan pencatatan persediaan
barang. Pada Bulan Juni 2018 mempunyai data yang berhubungan dengan persediaan barang
dagangan berupa monitor sebagai berikut :
Juni 1 Persediaan 20 unit @ Rp1.000.000,00
Juni 4 Pembelian 30 unit @ Rp1.200.000,00
Juni 7 Penjulan 30 unit
Juni 15 Pembelian 20 unit @ Rp1.400.000,00
Juni 20 Penjualan 15 unit
Juni 22 Pembelian 30 unit @ Rp1.250.000,00
Juni 30 Penjualan 20 unit
Tentukan nilai persediaan barang dagangan pada tanggal 30 Juni 2018 berdasarkan metode LIFO
!

Harga pokok barang yang dijual tanggal 7 Juni 2018 sebanyak 30 unit dengan metode LIFO
dihitung sebagai berikut :
Yang dijual lebih dulu adalah yang 30 unit @ Rp1.200.000,00 = Rp36.000.000,00
Jumlah = Rp36.000.000,00
3. Penilaian Persediaan dengan Metode Taksiran.
Penetapan harga pokok persediaan dengan metode cost mengharuskan perusahaan untuk mengadakan
perhitungan secara pisik atas persediaan, umumnya memerlukan waktu lama dan biaya yang besar .
Pada perusahaan tertentu seperti Toserba atau swalayan, metode cost dirasa kurang praktis atau tidak
efisien. Untuk itu diperlukan metode lain, yakni metode Taksiran, khususnya dalam penilaian
persediaan pada laporan intern. Dalam metode ini dapat digunakan dua cara yakni :
a. Metode Laba kotor. ( Gross Profit Method )
Dalam metode ini konsep yang digunakan adalah konsep hubungan antara harga pokok dan harga
jual. Besarnya prosentase laba kotor umumnya didasarkan prosentase laba-laba tahun lalu.
Metode laba kotor dapat bermanfaat dalam kondisi berikut ini :
1) Perusahaan memerlukan laporan persediaan untuk keperluan intern bila perusahaan
menggunakan sistem periodik. Atau untuk melihat persedian bulanan,sedang biaya stock
opname sangat mahal.
2) Persediaan rusak atau musnah akibat kebakaran, pencurian, bencana alam dll.
3) Untuk menguji keabsahan angka persediaan yang dihitung dengan cara lain.
Dalam metode laba kotor besarnya prosentase laba kotor dapat dihitung dengan :
1) Prosentase laba kotor dari harga jual
Dalam metode ini harga jual adalah 100%, sedangkan Harga pokok barang yang dijual adalah
100% dikurangi laba kotor, atau persen laba kurang dari 100. Cara menentukan nilai
persediaan akhir adalah sebagai berikut :
a) Dihitung lebih dahulu jumlah barang tersedia untuk dijual dengan jalan menambahkan
persediaan barang daganga awal tahun ditambah pembelian bersih tahun berjalan.
b) Dihitung harga pokok barang yang dijual dengan cara jumlah penjualan dikurangi
persentase dikali jumlah penjualan.
c) Dihitung nilai persediaan akhir barang dagangan, yakni barang tersedia untuk
dijualdikurang harga pokok barang yang sudah dijual.
2) Prosentase laba kotor dari harga pokok.
Bila persentase laba kotor ditentukan dari harga pokok , besarnya harga jual adalah harga
pokok ( 100% ) ditambah prosentase laba. Jadi harga jual lebih dari seratus persen atau
disebut persen laba diatas seratus.
b. Metode Eceran
Metode ini banyak digunakan pada perusahaan-perusahaan besar seperti toserba atau swalayan
yang memperdagangkan puluhan bahkan ratusan jenis barang. Dalam hal ini setiap jenis barang
yang ada dilekati label harga jual eceraannya sehingga pelayan toko lebih tahu harga jual eceran
dari pada harga pokoknya dan lebih mudah baginya membuat laporan atas barang yang masih ada
berdasarkan harga eceran tersebut .
Prosedur penilaian persediaan :
1) Atas persediaan awal , selain diketahui harga pokoknya, juga diketahui harga jual ecerannya
2) Setiap terjadi transaksi pembelian harus diketahui jumlah harga jualnya
3) Dihitung barang tersedia untuk dijual menurut harga beli dan menurut harga jual.
4) Dihitung prosentase harga pokok terhadap harga jual dengan rumus :
Harga Pokok Persediaan Barang Tersedia dijual x 100%
Harga jual barang tersedia dijual
5) Prosentase harga pokok dengan harga jual tersebut digunakan untuk menaksir harga pokok
persediaan yang ada pada kahir akhir suatu periode.
C. Pencatatan Kerugian Akibat Penurunan Nilai Persediaan.
Metode harga terendah antara harga beli dengan harga pasar, merupakan pelaksanaan prinsip berhati-hati
(conservatism), yang mengharuskan adanya pengakuan terhadap kerugianyang sudah dapat
diperhitungkan, walaupun belum direalisasi.
Nilai persediaan dalam neraca dilaporkan sebesar harga pasarnya, sedangkan dibuku besar dicatat sebesar
harga beli sehingga mengakibatkan adanya selisih.
Dalam prinsip Akuntansi Indonesia menyebutkan “ Selisih/penurunan harga persediaan harus
dibukukan sebagai kerugian pada periode terjadinya dan jika jumlahnya material, perbedaan ini harus
dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan serta disajikan terpisah dari kelompok harga pokok barang
yang dijual pada perhitungan rugi/laba” .
Selisih atau kerugian akibat penurunan nilai persediaan dicatat sebagai :
1. Dalam system pencatatan fisik.
Jika jumlahnya tidak cukup material, tidak ada kesuliatan dalam pencatatan, karena persediaan
barang pada akhir periode baru dicatat pada akhir periode.
Contoh:
Tanggal 31 Desember 2018 terdapat persediaan menurut harga beli Rp5.000.000,00 dan menurut
harga pasar Rp4.900.000,00. Dalam pencatatan fisil jumlah Rp5.000.000,00 tidak dicatat dalam buku
besar. Jurnalnya sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Des 31 Persediaan Rp4.900.000,00
2017 Ikhtisar r Rp4.900.000,00
Laba/rugi
(Pada saat terjadi
penjualan barang
dagangan)

Jika penurunan nilai persediaan cukup berarti, maka kerugian penurunan nilai persediaan dicatat
tersendiri.
Contoh:
Tanggal 31 Desember 2018 terdapat persediaan menurut harga beli Rp5.000.000,00 dan menurut
harga pasar Rp4.600.000,00. Selisih Rp5.00.000,00 dianggap material, maka jurnal penyesuaiannya
sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Des 31 Persediaan Rp4.900.000,00
2017 Ikhtisar Laba/rugi Rp4.900.000,00
(Pada saat terjadi
penjualan barang
dagangan)

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit


Des 31 Beban penurunan nilai Rp500.000,00
persediaan
2017 Penyisihan Rp500.000,00
penurunan nilai
persediaan
(Pada saat terjadi
penjualan barang
dagangan)

2. Dalam system pencatatan perpetual


Dalam sistem perpetual saldo perkiraan persediaan pada akhir periode menunjukkan nilai persediaan
menurut harga belinya. Sehingga jika persediaan dinilai dengan harga yang lebih rendah dari harga
belinya, maka jurnal penyesuaia yang dibuat hanya untuk mencatat selisih penurunannya.
Jika penurunannya dianggap tidak material, maka ditambahkan pada harga pokok penjualan.
Contoh:
Tanggal 31 Desember 2018 terdapat persediaan menurut harga beli Rp5.000.000,00 dan menurut
harga pasar Rp4.900.000,00. Terdapat selisih Rp100.000,00. Maka dicatat dalam jurnalnya sebagai
berikut :
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Des 31 Harga poko penjualan Rp100.000,00
2017 Persediaan Rp100.000,00
(Pada saat terjadi
penjualan barang
dagangan)

Jika selisihnya dianggap cukup material maka jurnalnya sebagai berikut:


Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Des 31 Beban penurunan nilai Rp500.000,00
persediaan
2017 Penyisihan untuk Rp500.000,00
penurunan nilai
persediaan
(Pada saat terjadi
penjualan barang
dagangan)

PENILAIAN MANDIRI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Jelaskan fungsi kartu persediaan !
2. Sebutkan jenis-jenis persediaan yang ada diperusahaan dagang dan industry !
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem perpetual dalam pencatatan persediaan !
4. Jelaskan penyebab pengurangan dalam kartu persediaan barang dagangan!
5. Sebutkan tiga hal yang dicatat dalam kartu persediaan !
PENILAIAN KELOMPOK
Kerjakan soal dibawah ini secara berkelompok, dengan mencari materi di internet atau buku yang terkait !
1. Pencatatan persediaan dapat dibedakan menjadi dua, sebutkan dan jelaskan !
2. Sebutkan dan jelaskan kelebihan dan kelemahan dari metode FIFO, LIFO dan Average !
3. Persediaan merupakan aktiva lancar yang memiliki peranan sangat penting. Jelaskan menurut anda,
mengapa demikian !
4. Jika perusahaan mencatat persediaan menggunakan sistem fisik, dan harga barang cenderung naik dan
perusahaan menghendaki laba bersih tampak besar, menurut anda metode mana yang harus digunakan
FIFO atau LIFO, Jelaskan!
5. Jelaskan perbedaan pencatatan persediaan dengan sistem fisik dan perpetual !
UJI KOMPETENSI
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d atau e sebagai jawaban yang tepat !.
1. Kartu persediaan memberikan informasi mengenai beberapa hal, antara lain …
a. Biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik
b. Jumlah distribusi dan retur pembelian barang
c. Keuntungan yang diperoleh perusahaan
d. Strukstur organisasi perusahaan
e. Jenis barang,satuan dan metode penilaian yang diterapkan
2. Sistem pencatatan persediaan yang pada akhirnya persediaan bisa diketahui setiap saat adalah
pencatatan persediaan secara....
a. Tunai
b. Kredit
c. Fisik
d. Perpetual
e. Periodik
3. Dalam pencatatan sistem perpetual baik transaksi pembelian maupun penjualan barang dicatat dalam
akun…
a. Persediaan
b. Pembelian
c. Penjualan
d. Utang dagang
e. Piutang dagang
4. Metode masuk pertama keluar pertama, nilai persediaan akhir dihitung dengan cara mengalikan harga
persatuan dengan....
a. Barang masuk
b. Pemasukan
c. Mutasi masuk
d. Barang yang masih ada
e. Jumlah total barang
5. Sistem pencatatan fisik digunakan untuk barang-barang dengan ciri-ciri….
a. Barang yang tersedia terdiri dari satu jenis barang
b. Harga satuan setiap jenis barang yang tersedia relative tinggi.
c. Baran ghomogen dengan harga satuan relative rendah
d. Barang yang jenisnya banyak dan harga satuan tiap jenis relative rendah
e. Barang yang jenisnya banyak dan harga satuan tiap jenis relative tinggi
6. Data jenis barang A pada PT Sentosa tahun 2017 adalah sebagai berikut: Persediaan awal bahan baku
3000 kg @ Rp 200,00 Pembelian pertama selama periode 10.000 kg @ Rp 205,00 Pembelian kedua
selama periode 7.000 kg @ Rp 220,00 Pemakaian selama periode 15.000 kg Maka jumlah pemakaian
bahan baku selama periode, menurut metode rata-rata tertimbang adalah…
a. Rp 1.540.000,00
b. Rp 2.050.000,00
c. Rp 3.142.500,00
d. Rp 4.190.000,00
e. Rp 4.910.000,00.
7. Berdasarkan metode first in first out, barang yang lebih dulu masuk (dibeli)diperlakukan sebagai....
a. Barang yang pertama kali disimpan
b. Stock dasar dalam gudang
c. Barang yang pertama kali dijual
d. Persediaan dasar dalam produksi
e. Persediaan awal dalam produksi
8. Memo kredit yang diterima dari kreditor sebagai bukti transaksi pembelian retur dicatat dalam kartu
persediaan barang yang bersangkutan sebagai pengeluaran sebesar....
a. Total pembelian beserta biaya angkut pembelian
b. Harga beli barang yang dikembaikan kepada kreditur
c. Harga beli barang yang dibebankan kepada kreditur
d. Total pembelian dikurangi potongan pemblian
e. Harga beli barang yang harus dibayarkan kepada kreditur
9. Pencatatan sistem perpetual, harga pokok barang yang dijual dihitung, ketika terjadi transaksi
penjualan dan dicatat dalam kartu sediaan barang yang bersangkutan sebagai....
a. Mutasi keluar
b. Mutasi masuk
c. Penerimaan barang sediaan
d. Persediaan akhhir periode
e. Persediaan awal periode
10. Berdasarkan metode FIFO, harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang
yang pertama masuk adalah barang yang dijual lebih dulu dan kekurangan di ambil dari....
a. Barang yang masuk berikutnya
b. Barang yang baru datang
c. Order pemasok
d. Gudang
e. Persediaan barang dagang baru yang sejenis
11. Data persediaan barang pada suatu perusahaan dalam bulan Februari 2017 sebagai berikut:
Feb. 1 Persediaan 4.000 kg @Rp3.000,00
Feb. 4 Pembelian 5.000 kg @Rp3.200,00
Feb. 8 Pembelian 6.000 kg @Rp3.500,00
Feb. 10 Penjualan 10.000 kg
Nilai persediaan akhir dengan metode FIFO adalah....
a. Rp17.000.000,00
b. Rp17.500.000,00
c. Rp15.200.000,00
d. Rp18.500.000,00
e. Rp19.800.000,00
12. Dari soal no 11, nilai persediaan akhir dengan metode LIFO adalah ....
a. Rp17.000.000,00
b. Rp17.500.000,00
c. Rp15.200.000,00
d. Rp18.500.000,00
e. Rp19.800.000,00

13. Laporan persediaan barang dagang merupakan ikhtisar dari kartu....


a. Gudang
b. Persediaan barang dagang
c. Penerimaan barang dagang
d. Pengeluaran barang dagang
e. Pembelian dan penjualan barang dagang

14. Sistem yang digunakan dalam pencatatan inventarisasi oleh perusahaan yang menjual barang yang
jenisnya banyak , harga satuan tiap jenis barang relatif murah sehingga secara teknis HPP untuk tiap
jenis barang sulit dihitung .Metode ini disebut dengan……
a. Sistem fisik
b. Sistem perpectual
c. Sistem memo Debet
d. Sistem memo kredit
e. Sistem fisik dan perpectua
15. Laporan persediaan barang dagang dibuat secara....
a. Individual
b. Kolektif
c. Periodik
d. Terorganisir
e. Terorganisasi

16. Dalam sistem pencatatan fisik, saldo perkiraan-perkiraan di bawah ini diperlukan untukmenghitung
harga pokok barang yang dijual, kecuali…
a. Potongan penjualan
b. Retur penjualan dan potongan penjualan
c. Persediaan
d. Pembelian
e. Retur pembelian dan pengurangan harga
17. Suatu perusahaan mencatat persediaan dengan sistem fisik. Dari kegiatan dalam suatu periode.
Diketahui data sebagai berikut :
Saldo perkiraan penjualan Rp14.800.000,00
Saldo perkiraan persedian Rp 2.300.000,00
Saldo perkiraan pembelian Rp 8.500.000,00
Persediaan akhir Rp 2.000.000,00
Harga pokok barang yang dijual dari data di atas adalah….
a. Rp10.800.000,00
b. Rp 8.800.000,00
c. Rp 4.000.000,00
d. Rp 8.200.000,00
e. Rp10.500.000,00
18. Menerapkan metode identifikasi khusus, maka setiap barang mempunyai identitas biaya atau harga
pokoknya sesuai dengan ....
a. Kodenya
b. Pesanan
c. Tanggal kadaluarsanya
d. Tanggal pembuatannya
e. Tanggal pembelianya

19. Suatu perusahaan mencatat persediaan barang jadi dengan metode fisik.
Data persediaan bulan Januari 2017 sebagai berikut.
Januari 2 Saldo 10.000 unit @ Rp 2.000,00
Januari 6 Penerimaan 20.000 unit @ Rp 2.100,00
Januari 18 Penerimaan 25.000 unit @ Rp 2.200,00
Januari 20 Penerimaan 30.000 unit @ Rp 2.400,00
Januari 31 Saldo 15.000 unit
Harga pokok penjualan yang dihitung dengan metode FIFO adalah…
a. Rp 138.500.000,00
b. Rp 150.500.000,00
c. Rp 153.000.000,00
d. Rp 148.500.000,00
e. Rp 168.500.000,00
20. Dari soal no 19 nilai persediaan akhir barang jadi dengan metode LIFO adalah…
a. Rp30.500.000,00
b. Rp 36.000.000,00
c. Rp 3.500.000,00
d. Rp 34.500.000,00
e. Rp 34.000.000,00
B. Kerjakan soal dibawah ini dengan teliti dan benar !

1. Suatu perusahaan mencatat persediaan dengan sistem pencatatan fisik. Data mengenai persediaan
selama tahun 2017, adalah sebagai berikut :
Persediaan pada tanggal 1 Januari 2017, 1000 unit @ Rp2.200,00
Pembelian :
Bulan Februari 2.000 unit @ Rp2.100,00
Bulan Maret 2.000 unit @ Rp2.300,00
Bulan Mei 2.500 unit @ Rp2.200,00
Bulan Juni 4.000 unit @ Rp2.250,00
Bulan Agustus 3.000 unit @ Rp2.300,00
Bulan Oktober 2.000 unit @ Rp2.350,00
Bulan Desember 3.500 unit @ Rp2.400,00
Penjualan selama tahun 2017, 18.000 unit dengan harga Rp4.500,00 per unit.
Persediaan pada tanggal 31 Desember 2017, 2000 unit.
Pemilik perusahaan menghendaki penyajian laporan dengan laba yang paling rendah, tetapi layak
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia.
Dari data di atas tugas anda menghitung laba kotor :
a. Dengan metode MPKP/FIFO
b. Dengan metode MTKP
c. Dengan metode rata-rata tertimbang.

2. PT. Naufal melakukan pembelian dan penjualan persediaan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga
2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000
10 Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000
5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000
7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000
21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000
18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000
20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000
10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000
Diminta :
a. Hitunglah nilai persediaan akhir dengan Sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan
Average.
b. Hitung Laba Kotor dan Harga Pokok Penjualanya.

Anda mungkin juga menyukai