KOMPETENSI DASAR
3.9 Menerapkan metode persediaan
4.9 Melakukan perhitungan persediaan
Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 31 Mei 2018
sebanyak 4000 unit
Harga rata-rata per unit :
= 2.000 x Rp5.000 + 1.000 x Rp5.100 +3.000 x Rp5.200 + 2.000 x Rp5.400 +2.500x Rp5.300+
2.200x Rp5.500 + 3.000 x Rp5.250
2.000 + 1.000 + 3.000 + 2.000 + 2.500 + 2.200 + 3.000
=10.000.000+5.100.000+15.600.000+10.800.000+13.250.000+12.100.000+15.750.000
15.700
= Rp5.261,15
Nilai persediaan 31 Mei 2018 menurut metode rata-rata tertimbang adalah :
= 4.000 x Rp5.261,15 =Rp21.044.586,00
c. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)/ FIFO
Dalam metode ini persediaan atau pembelian pertama dijual terlebih dahulu, sehingga saldo
persediaan akhir dinilai menurut pembelian yang terakhir.
Contoh :
PT Angin Ribut selama bulan Mei 2018 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut :
Mei 1, Persediaan 2.000 unit @ Rp5.000,00/unit
Mei 5, Pembelian 1.000 unit @ Rp5.100,00/unit
Mei 8, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.200,00/unit
Mei 10, Pembelian 2.000 unit @ Rp5.400,00/unit
Mei 15, Pembelian 2.500 unit @ Rp5.300,00/unit
Mei 20, Pembelian 2.200 unit @ Rp5.500,00/unit
Mei 30, Pembelian 3.000 unit @ Rp5.250,00/unit
Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 31 Mei 2018
sebanyak 4000 unit.
Dengan demikian nilai persediaan per 31 Mei 2018 menurut metode FIFO dihitung sebagai
berikut :
3.000 unit @ Rp5.250,00 = Rp15.750.000,00
1.000 unit @ Rp5.500,00 = Rp 5.500.000,00
Jumlah = Rp21.250.000,00
Jika kuantitas persediaan akhir periode kurang dari kuantitas persediaan dasar, misalkan
kuantitas persediaan 31 Mei 2018 sebanyak 2.500 unit. Maka nilai persediaan 31 Mei 2018
dihitung sebagai berikut :
Persediaan dasar 3.000 x Rp5.000,00 = Rp15.000.000,00
Dikurangi dengan harga pasar kekurangannya sebesar
500 unit x Rp6.000,00 = Rp 3.000.000,00
Jumlah = Rp12.000.000,00
Harga rata-rata tiap unit pada tanggal 5 Mei dalam kartu persediaan di atas, sebesar Rp1.000.000,00.
Harga tersebut berubah setelah transaksi pembelian tanggal 7 Mei 2018 dengan perhitungan sebagai
berikut :
Persediaan 5 Mei , 6 unit @ Rp1.000.000,00 Rp 6.000.000,00
Pembelian 7 Mei, 10 unit @ Rp1.100.000,00 Rp11.000.000,00
Jumlah 16 unit Rp17.000.000,00
Harga rata-rata per unit = 17.000.000,00 : 16 unit = Rp1.062.500,00
Harga pokok barang yang dijual tanggal 7 Juni 2018 sebanyak 30 unit dengan metode FIFO
dihitung sebagai berikut :
Yang dijual lebih dulu adalah yang 20 unit @ Rp1.000.000,00 = Rp20.000.000,00
Kekurangannya 10 unit @ Rp1.200.000,00 = Rp12.000.000,00
Jumlah = Rp32.000.000,00
Harga pokok barang yang dijual tanggal 7 Juni 2018 sebanyak 30 unit dengan metode LIFO
dihitung sebagai berikut :
Yang dijual lebih dulu adalah yang 30 unit @ Rp1.200.000,00 = Rp36.000.000,00
Jumlah = Rp36.000.000,00
3. Penilaian Persediaan dengan Metode Taksiran.
Penetapan harga pokok persediaan dengan metode cost mengharuskan perusahaan untuk mengadakan
perhitungan secara pisik atas persediaan, umumnya memerlukan waktu lama dan biaya yang besar .
Pada perusahaan tertentu seperti Toserba atau swalayan, metode cost dirasa kurang praktis atau tidak
efisien. Untuk itu diperlukan metode lain, yakni metode Taksiran, khususnya dalam penilaian
persediaan pada laporan intern. Dalam metode ini dapat digunakan dua cara yakni :
a. Metode Laba kotor. ( Gross Profit Method )
Dalam metode ini konsep yang digunakan adalah konsep hubungan antara harga pokok dan harga
jual. Besarnya prosentase laba kotor umumnya didasarkan prosentase laba-laba tahun lalu.
Metode laba kotor dapat bermanfaat dalam kondisi berikut ini :
1) Perusahaan memerlukan laporan persediaan untuk keperluan intern bila perusahaan
menggunakan sistem periodik. Atau untuk melihat persedian bulanan,sedang biaya stock
opname sangat mahal.
2) Persediaan rusak atau musnah akibat kebakaran, pencurian, bencana alam dll.
3) Untuk menguji keabsahan angka persediaan yang dihitung dengan cara lain.
Dalam metode laba kotor besarnya prosentase laba kotor dapat dihitung dengan :
1) Prosentase laba kotor dari harga jual
Dalam metode ini harga jual adalah 100%, sedangkan Harga pokok barang yang dijual adalah
100% dikurangi laba kotor, atau persen laba kurang dari 100. Cara menentukan nilai
persediaan akhir adalah sebagai berikut :
a) Dihitung lebih dahulu jumlah barang tersedia untuk dijual dengan jalan menambahkan
persediaan barang daganga awal tahun ditambah pembelian bersih tahun berjalan.
b) Dihitung harga pokok barang yang dijual dengan cara jumlah penjualan dikurangi
persentase dikali jumlah penjualan.
c) Dihitung nilai persediaan akhir barang dagangan, yakni barang tersedia untuk
dijualdikurang harga pokok barang yang sudah dijual.
2) Prosentase laba kotor dari harga pokok.
Bila persentase laba kotor ditentukan dari harga pokok , besarnya harga jual adalah harga
pokok ( 100% ) ditambah prosentase laba. Jadi harga jual lebih dari seratus persen atau
disebut persen laba diatas seratus.
b. Metode Eceran
Metode ini banyak digunakan pada perusahaan-perusahaan besar seperti toserba atau swalayan
yang memperdagangkan puluhan bahkan ratusan jenis barang. Dalam hal ini setiap jenis barang
yang ada dilekati label harga jual eceraannya sehingga pelayan toko lebih tahu harga jual eceran
dari pada harga pokoknya dan lebih mudah baginya membuat laporan atas barang yang masih ada
berdasarkan harga eceran tersebut .
Prosedur penilaian persediaan :
1) Atas persediaan awal , selain diketahui harga pokoknya, juga diketahui harga jual ecerannya
2) Setiap terjadi transaksi pembelian harus diketahui jumlah harga jualnya
3) Dihitung barang tersedia untuk dijual menurut harga beli dan menurut harga jual.
4) Dihitung prosentase harga pokok terhadap harga jual dengan rumus :
Harga Pokok Persediaan Barang Tersedia dijual x 100%
Harga jual barang tersedia dijual
5) Prosentase harga pokok dengan harga jual tersebut digunakan untuk menaksir harga pokok
persediaan yang ada pada kahir akhir suatu periode.
C. Pencatatan Kerugian Akibat Penurunan Nilai Persediaan.
Metode harga terendah antara harga beli dengan harga pasar, merupakan pelaksanaan prinsip berhati-hati
(conservatism), yang mengharuskan adanya pengakuan terhadap kerugianyang sudah dapat
diperhitungkan, walaupun belum direalisasi.
Nilai persediaan dalam neraca dilaporkan sebesar harga pasarnya, sedangkan dibuku besar dicatat sebesar
harga beli sehingga mengakibatkan adanya selisih.
Dalam prinsip Akuntansi Indonesia menyebutkan “ Selisih/penurunan harga persediaan harus
dibukukan sebagai kerugian pada periode terjadinya dan jika jumlahnya material, perbedaan ini harus
dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan serta disajikan terpisah dari kelompok harga pokok barang
yang dijual pada perhitungan rugi/laba” .
Selisih atau kerugian akibat penurunan nilai persediaan dicatat sebagai :
1. Dalam system pencatatan fisik.
Jika jumlahnya tidak cukup material, tidak ada kesuliatan dalam pencatatan, karena persediaan
barang pada akhir periode baru dicatat pada akhir periode.
Contoh:
Tanggal 31 Desember 2018 terdapat persediaan menurut harga beli Rp5.000.000,00 dan menurut
harga pasar Rp4.900.000,00. Dalam pencatatan fisil jumlah Rp5.000.000,00 tidak dicatat dalam buku
besar. Jurnalnya sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Des 31 Persediaan Rp4.900.000,00
2017 Ikhtisar r Rp4.900.000,00
Laba/rugi
(Pada saat terjadi
penjualan barang
dagangan)
Jika penurunan nilai persediaan cukup berarti, maka kerugian penurunan nilai persediaan dicatat
tersendiri.
Contoh:
Tanggal 31 Desember 2018 terdapat persediaan menurut harga beli Rp5.000.000,00 dan menurut
harga pasar Rp4.600.000,00. Selisih Rp5.00.000,00 dianggap material, maka jurnal penyesuaiannya
sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Des 31 Persediaan Rp4.900.000,00
2017 Ikhtisar Laba/rugi Rp4.900.000,00
(Pada saat terjadi
penjualan barang
dagangan)
PENILAIAN MANDIRI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Jelaskan fungsi kartu persediaan !
2. Sebutkan jenis-jenis persediaan yang ada diperusahaan dagang dan industry !
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem perpetual dalam pencatatan persediaan !
4. Jelaskan penyebab pengurangan dalam kartu persediaan barang dagangan!
5. Sebutkan tiga hal yang dicatat dalam kartu persediaan !
PENILAIAN KELOMPOK
Kerjakan soal dibawah ini secara berkelompok, dengan mencari materi di internet atau buku yang terkait !
1. Pencatatan persediaan dapat dibedakan menjadi dua, sebutkan dan jelaskan !
2. Sebutkan dan jelaskan kelebihan dan kelemahan dari metode FIFO, LIFO dan Average !
3. Persediaan merupakan aktiva lancar yang memiliki peranan sangat penting. Jelaskan menurut anda,
mengapa demikian !
4. Jika perusahaan mencatat persediaan menggunakan sistem fisik, dan harga barang cenderung naik dan
perusahaan menghendaki laba bersih tampak besar, menurut anda metode mana yang harus digunakan
FIFO atau LIFO, Jelaskan!
5. Jelaskan perbedaan pencatatan persediaan dengan sistem fisik dan perpetual !
UJI KOMPETENSI
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d atau e sebagai jawaban yang tepat !.
1. Kartu persediaan memberikan informasi mengenai beberapa hal, antara lain …
a. Biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik
b. Jumlah distribusi dan retur pembelian barang
c. Keuntungan yang diperoleh perusahaan
d. Strukstur organisasi perusahaan
e. Jenis barang,satuan dan metode penilaian yang diterapkan
2. Sistem pencatatan persediaan yang pada akhirnya persediaan bisa diketahui setiap saat adalah
pencatatan persediaan secara....
a. Tunai
b. Kredit
c. Fisik
d. Perpetual
e. Periodik
3. Dalam pencatatan sistem perpetual baik transaksi pembelian maupun penjualan barang dicatat dalam
akun…
a. Persediaan
b. Pembelian
c. Penjualan
d. Utang dagang
e. Piutang dagang
4. Metode masuk pertama keluar pertama, nilai persediaan akhir dihitung dengan cara mengalikan harga
persatuan dengan....
a. Barang masuk
b. Pemasukan
c. Mutasi masuk
d. Barang yang masih ada
e. Jumlah total barang
5. Sistem pencatatan fisik digunakan untuk barang-barang dengan ciri-ciri….
a. Barang yang tersedia terdiri dari satu jenis barang
b. Harga satuan setiap jenis barang yang tersedia relative tinggi.
c. Baran ghomogen dengan harga satuan relative rendah
d. Barang yang jenisnya banyak dan harga satuan tiap jenis relative rendah
e. Barang yang jenisnya banyak dan harga satuan tiap jenis relative tinggi
6. Data jenis barang A pada PT Sentosa tahun 2017 adalah sebagai berikut: Persediaan awal bahan baku
3000 kg @ Rp 200,00 Pembelian pertama selama periode 10.000 kg @ Rp 205,00 Pembelian kedua
selama periode 7.000 kg @ Rp 220,00 Pemakaian selama periode 15.000 kg Maka jumlah pemakaian
bahan baku selama periode, menurut metode rata-rata tertimbang adalah…
a. Rp 1.540.000,00
b. Rp 2.050.000,00
c. Rp 3.142.500,00
d. Rp 4.190.000,00
e. Rp 4.910.000,00.
7. Berdasarkan metode first in first out, barang yang lebih dulu masuk (dibeli)diperlakukan sebagai....
a. Barang yang pertama kali disimpan
b. Stock dasar dalam gudang
c. Barang yang pertama kali dijual
d. Persediaan dasar dalam produksi
e. Persediaan awal dalam produksi
8. Memo kredit yang diterima dari kreditor sebagai bukti transaksi pembelian retur dicatat dalam kartu
persediaan barang yang bersangkutan sebagai pengeluaran sebesar....
a. Total pembelian beserta biaya angkut pembelian
b. Harga beli barang yang dikembaikan kepada kreditur
c. Harga beli barang yang dibebankan kepada kreditur
d. Total pembelian dikurangi potongan pemblian
e. Harga beli barang yang harus dibayarkan kepada kreditur
9. Pencatatan sistem perpetual, harga pokok barang yang dijual dihitung, ketika terjadi transaksi
penjualan dan dicatat dalam kartu sediaan barang yang bersangkutan sebagai....
a. Mutasi keluar
b. Mutasi masuk
c. Penerimaan barang sediaan
d. Persediaan akhhir periode
e. Persediaan awal periode
10. Berdasarkan metode FIFO, harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang
yang pertama masuk adalah barang yang dijual lebih dulu dan kekurangan di ambil dari....
a. Barang yang masuk berikutnya
b. Barang yang baru datang
c. Order pemasok
d. Gudang
e. Persediaan barang dagang baru yang sejenis
11. Data persediaan barang pada suatu perusahaan dalam bulan Februari 2017 sebagai berikut:
Feb. 1 Persediaan 4.000 kg @Rp3.000,00
Feb. 4 Pembelian 5.000 kg @Rp3.200,00
Feb. 8 Pembelian 6.000 kg @Rp3.500,00
Feb. 10 Penjualan 10.000 kg
Nilai persediaan akhir dengan metode FIFO adalah....
a. Rp17.000.000,00
b. Rp17.500.000,00
c. Rp15.200.000,00
d. Rp18.500.000,00
e. Rp19.800.000,00
12. Dari soal no 11, nilai persediaan akhir dengan metode LIFO adalah ....
a. Rp17.000.000,00
b. Rp17.500.000,00
c. Rp15.200.000,00
d. Rp18.500.000,00
e. Rp19.800.000,00
14. Sistem yang digunakan dalam pencatatan inventarisasi oleh perusahaan yang menjual barang yang
jenisnya banyak , harga satuan tiap jenis barang relatif murah sehingga secara teknis HPP untuk tiap
jenis barang sulit dihitung .Metode ini disebut dengan……
a. Sistem fisik
b. Sistem perpectual
c. Sistem memo Debet
d. Sistem memo kredit
e. Sistem fisik dan perpectua
15. Laporan persediaan barang dagang dibuat secara....
a. Individual
b. Kolektif
c. Periodik
d. Terorganisir
e. Terorganisasi
16. Dalam sistem pencatatan fisik, saldo perkiraan-perkiraan di bawah ini diperlukan untukmenghitung
harga pokok barang yang dijual, kecuali…
a. Potongan penjualan
b. Retur penjualan dan potongan penjualan
c. Persediaan
d. Pembelian
e. Retur pembelian dan pengurangan harga
17. Suatu perusahaan mencatat persediaan dengan sistem fisik. Dari kegiatan dalam suatu periode.
Diketahui data sebagai berikut :
Saldo perkiraan penjualan Rp14.800.000,00
Saldo perkiraan persedian Rp 2.300.000,00
Saldo perkiraan pembelian Rp 8.500.000,00
Persediaan akhir Rp 2.000.000,00
Harga pokok barang yang dijual dari data di atas adalah….
a. Rp10.800.000,00
b. Rp 8.800.000,00
c. Rp 4.000.000,00
d. Rp 8.200.000,00
e. Rp10.500.000,00
18. Menerapkan metode identifikasi khusus, maka setiap barang mempunyai identitas biaya atau harga
pokoknya sesuai dengan ....
a. Kodenya
b. Pesanan
c. Tanggal kadaluarsanya
d. Tanggal pembuatannya
e. Tanggal pembelianya
19. Suatu perusahaan mencatat persediaan barang jadi dengan metode fisik.
Data persediaan bulan Januari 2017 sebagai berikut.
Januari 2 Saldo 10.000 unit @ Rp 2.000,00
Januari 6 Penerimaan 20.000 unit @ Rp 2.100,00
Januari 18 Penerimaan 25.000 unit @ Rp 2.200,00
Januari 20 Penerimaan 30.000 unit @ Rp 2.400,00
Januari 31 Saldo 15.000 unit
Harga pokok penjualan yang dihitung dengan metode FIFO adalah…
a. Rp 138.500.000,00
b. Rp 150.500.000,00
c. Rp 153.000.000,00
d. Rp 148.500.000,00
e. Rp 168.500.000,00
20. Dari soal no 19 nilai persediaan akhir barang jadi dengan metode LIFO adalah…
a. Rp30.500.000,00
b. Rp 36.000.000,00
c. Rp 3.500.000,00
d. Rp 34.500.000,00
e. Rp 34.000.000,00
B. Kerjakan soal dibawah ini dengan teliti dan benar !
1. Suatu perusahaan mencatat persediaan dengan sistem pencatatan fisik. Data mengenai persediaan
selama tahun 2017, adalah sebagai berikut :
Persediaan pada tanggal 1 Januari 2017, 1000 unit @ Rp2.200,00
Pembelian :
Bulan Februari 2.000 unit @ Rp2.100,00
Bulan Maret 2.000 unit @ Rp2.300,00
Bulan Mei 2.500 unit @ Rp2.200,00
Bulan Juni 4.000 unit @ Rp2.250,00
Bulan Agustus 3.000 unit @ Rp2.300,00
Bulan Oktober 2.000 unit @ Rp2.350,00
Bulan Desember 3.500 unit @ Rp2.400,00
Penjualan selama tahun 2017, 18.000 unit dengan harga Rp4.500,00 per unit.
Persediaan pada tanggal 31 Desember 2017, 2000 unit.
Pemilik perusahaan menghendaki penyajian laporan dengan laba yang paling rendah, tetapi layak
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia.
Dari data di atas tugas anda menghitung laba kotor :
a. Dengan metode MPKP/FIFO
b. Dengan metode MTKP
c. Dengan metode rata-rata tertimbang.
2. PT. Naufal melakukan pembelian dan penjualan persediaan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga
2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000
10 Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000
5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000
7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000
21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000
18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000
20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000
10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000
Diminta :
a. Hitunglah nilai persediaan akhir dengan Sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan
Average.
b. Hitung Laba Kotor dan Harga Pokok Penjualanya.