Anda di halaman 1dari 5

Diskusi 6

1. Jelaskan bagaimana sistem pencatatan persediaan?


a. Sistem pencatatan persediaan secara periodik artinya pencatatan alur
persediaan tidak dilakukan pada setiap transaksi yang berhubungan
dengan persediaan. Sebagai gantinya, perusahaan menggunakan
akun lain utk menggambarkan alur persediaan seperti pembelian, retur
pembelian, potongan pembelian, penjualan, dsb. Pada akhir periode,
perusahaan akan melakukan stock opname (pengecekan persediaan)
untuk mengetahui nilai persediaan akhir yang digunakan untuk
menghitung harga pokok penjualan (HPP).

b. Sistem pencatatan persediaan secara perpetual artinya pencatatan


alur persediaan dilakukan pada setiap transaksi yang berhubungan
dengan persediaan. Jadi, tidak ada akun lain yang menggambarkan
alur persediaan, perusahaan tetap menggunakan akun persediaan
barang dagang utk setiap transaksi. Dengan menggunakan sistem ini,
perusahaan tidak perlu menghitung lagi nilai persediaan akhir dan
harga pokok penjualan karena sudah tercatat pada setiap transaksi.
Akan tetapi, biasanya perusahaan tetap melakukan stock opname utk
memastikan nilai persediaan sebenarnya dengan yang dicatat.

2. Jelaskan apa saja metode penilaian persedian?


1. Metode FIFO / MPKP
FIFO (First in First Out) / MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama)
merupakan metode yang digunakan untuk menjual tergantung dari kapan
produk tersebut tiba di gudang pemilik usaha.Metode ini memilih untuk
menjual produk-produk yang datang terlebih dahulu. Oleh karena itu, tidak
semua jenis usaha cocok dengan menggunakan metode ini untuk usaha
mereka. Usaha yang cocok menggunakan Metode FIFO adalah Rumah
Makan ataupun Supermarket yang biasanya menjual produk-produk
dengan masa waktu penggunaan tertentu. Dengan menggunakaan FIFO,
pemilik usaha akan menyesuaikan penjualan mereka sesuai dengan
produk yang paling mendekati masa expire-nya. Dengan begitu, mereka
tidak akan merasa merugi karena produknya rusak ataupun basi.

2. Metode LIFO / MTKP


LIFO (Last in First out) / MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama)
merupakan metode persediaan yang berbanding terbalik dibandingkan
dengan FIFO (First in First Out). Sebab, LIFO lebih akan menjual produk
yang baru masuk ke dalam stok dari pada produk lama apabila produk
tersebut sedang dicari oleh para pelanggan. Dengan begitu, pemilik usaha
bisa mendapatkan omset yang lebih besar dengan menaikkan Harga
Pokok Penjualannya.
Contoh jenis usaha yang menggunakan Metode LIFO adalah pengusaha
ritel baju. Ketika sedang tren film Marvel Black Panther, penjualan baju
muslim koko meningkat sangat pesat. Akibatnya, banyak pemilik usaha
yang menaikkan harga jual baju tersebut sehingga bisa mendapatkan
omset yang lebih besar. Jika permintaan pasar kembali stabil, mereka
akan sedikit ‘mengatrol’ harga tersebut.

3. Metode Average / Rata - Rata


Metode Rata-rata (Average) yang digunakan untuk mencari tahu harga
jual dari sebuah produk sesuai dengan harga beli produk. Caranya adalah
dengan menggunakan perhitungan biaya rata-rata per unit.
Average = Harga Total Persediaan/ Harga Unit
Misalnya, kita membeli produk A sebanyak dua kali di jenjang waktu yang
berbeda. Harga keduanya berbeda karena kita memesan dari pemasok
yang berbeda. Agar harga jual sama, kita harus menjumlahkan semua
produk tersebut kemudian cari harga rata-ratanya sesuai dengan formula
yang ada di atas.
3. Pada perusahaan manufaktur persediaan dibagi menjadi empat, jelaskan
jawaban kalian!

1. Persediaan bahan baku.


Ini menunjukkan harga perolehan bahan baku dan penolong yang masih
terdapat dalam persediaan pada tanggal neraca. Bahan baku ini belum
dipergunakan untuk membuat produk yang dihasilkan perusahaan.

2. Persedian bahan penolong


adalah akun yang menunjukkan nilai harga pokok persediaan penolong
yang tersedia pada suatu saat tertentu dan siap digunakan untuk
membantu proses produksi. Nilai persediaan akhir bahan penolong
diperoleh dari persediaan awal bahan penolong ditambah dengan jumlah
pembelian bersih bahan penolong dan dikurangi dengan jumlah
pemakaian bahan penolong yang telah digunakan untuk produksi dalam
satu periode. Contoh: Persediaan dempul, vernis, paku, amplas, cat
melamix, cat semprot, dan sebagainya, untuk perusahaan industri mebel
dan furniture..

3. Barang dalam proses/pengerjaan.

Ini menunjukkan biaya yang terjadi dalam pembuatan barang yang


masih belum selesai pada tanggal neraca. Misalnya, sebuah
perusahaan mungkin memiliki 1.000 unit produk yang masih dalam
proses pembuatan pada tanggal neraca. Produk ini akan diselesaikan
dalam periode berikutnya. Persediaan barang dalam proses biasanya
mencakup ketiga unsur biaya – bahan baku, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik.

4. Persediaan barang jadi.

Ini merupakan total biaya yang terjadi untuk menghasilkan unit produk
yang telah selesai tapi belum terjual pada tanggal neraca. Persediaan
barang jadi biasanya mencakup ketiga unsur biaya – bahan baku,
tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik
5. PT AMUR pada tahun 2009 memiliki informasi sebagai berikut.

Saldo kas awal   Rp 7.000.000,-


Laba yang ditahan, awal   Rp 10.000.000,-
Persedian awal 4.000 unit @ Rp 3.000,- Rp 12.000.000,-
Pembelian 6.000 unit @ Rp 4.000,- Rp 24.000.000,-
Penjualan 5.000 unit @ Rp 12.000,- Rp 60.000.000,-
Biaya usaha   Rp 10.000.000,-
Tarif pajak penghasilan 40%    
 Dari ilustrasi diatas, hitung perpetual laba bersih apabila digunakan metode
penilaian persedian MPKP, MTKP dan Rata-rata!

 Perhitungan :
a) Harga Pokok penjualan dengan metode MPKP perpetual
4.000 unit x Rp 3.000,00 = Rp 12.000.000,00
1.000 unit x Rp 4.000,00 = Rp 4.000.000,00
Rp 12.000.000,00 + Rp 4.000.000,00 = Rp 16.000.000,00

b) Harga pokok penjualan dengan metode MTKP perpetual


5.000 unit x Rp 4.000,00 = Rp 20.000.000,00

c) Harga pokok penjualan dengan metode rata-rata tertimbang


= 5.000 unit x {(Rp 12.000.000,00 + Rp 24.000.000,00)/(4.000 unit + 6.000 unit)}
= 5.000 unit x Rp 3.600,00
= Rp 18.000.000,00
5. Dari ilustrasi diatas, hitung saldo akhir kas, apabila digunakan metode
penilaian persedian MPKP, MTKP, dan Rata-rata!

1.  Saldo pos-pos tertentu


Metode Persediaan Laba Kotor Pajak (Rp) Laba Yang Kas Akhir
(Rp) (Rp) Bersih (Rp) Ditahan (Rp)
(Rp)
MPKP 16.000.000 44.000.000 13.600.000 20.400.000 30.400.000 19.400.000
MTKP 20.000.000 40.000.000 12.000.000 18.000.000 28.000.000 21.000.000
Rata-rata 18.000.000 42.000.000 12.800.000 19.200.000 29.200.000 20.200.000

 Laba yang ditahan dengan metode MPKP


= Laba yang ditahan awal + laba bersih
= 10.000.000 + 20.400.000
= 30.400.000

Saldo kas akhir = saldo awal + penjualan – pembelian – biaya usaha –


pajak
= 7.000.000 + 60.000.000 – 24.000.000 – 10.000.000 –
13.600.000
= 19.400.000

Saldo kas akhir dengan metode penilaian persediaan MPKP adalah


Rp.19.400.000

Anda mungkin juga menyukai