Anda di halaman 1dari 6

PERSEDIAAN

Persediaan merupakan barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali dalam kegiatan
operasional normal perusahaan. Menurut PSAK 14 (revisi 2008) persediaan sebagai aset yang (1) tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa (2) dalam proses produksi untuk penjualan tersebut (3) dalam
bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi. Klasifikasi persediaan antara satu
entitas dengan entitas lain dapat berbeda. Entitas perdagangan baik perusahaan ritel maupun perusahaan
grosir mencatat persediaan sebagai persediaan barang dagang (merchandise inventory), sedangkan
perusahaan manufaktur memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam
penyelesaian dan persediaan barang jadi. Secara teknis, suatu entitas mencatat pembelian atau penjualan
atas persediaan ketika telah mendapatkan atau melepaskan hak kepemilikan atas barang tersebut. Namun
seringkali penentuan atas perpindahan hak kepemilikan tersebut relatif sulit untuk dilakukan, seperti :
1. Barang dalam transit
Dalam proses pembelian barang, dapat saja terjadi dimana barang masih berada pada posisi transit.
Apabila barang dikirim dengan pengiriman FOB destination, maka biaya transportasi akan dibayar
oleh penjual dan hak kepemilikan tidak beralih hingga pembeli menerima barang tersebut, sehingga
pengakuan persediaan tetap berada pada penjual selama periode transit. Sedangkan apabila FOB
shipping point, maka biaya transportasi akan dikirim oleh pembeli dan hak kepemilikan beralih ketika
barang dikirimkan sehingga pengakuan persediaan berada pada pembeli ketika periode transit
2. Penjualan konsinyasi
Pada kerja sama penjualan konsinyasi ini pemilik barang (consignor) mengirimkan barang tanpa
kewajiban apapun kecuali perawatan dan penjagaan terhadap kehilangan dan kerusakan, hingga barang
tersebut terjual kepada pihak lain. Barang konsinyasi akan tetap menjadi milik pemilik barang dan
pemilik barang tetap mencatat barang tersebut pada persediaannya. Pihak penjual yang dititipkan
barang tersebut tidak mengakui barang itu dalam persediaan. Pengungkapan yang memadai dalam
laporan keuangan dilakukan oleh pemilik barang dengan mengungkapkan jumlah barang yang
dikonsinyasikan

Prinsip-prinsip pengendalian intern untuk persediaan meliputi:


1. Pemisahan tugas, penghitungan persediaan dilakukan oleh karyawan yang bukan bertugas mengawasi
persediaan.
2. Penyelenggaraan pertanggungjawaban, masing-masing bagian dalam pengelolaan persediaan wajib
menggunakan otorisasi yang otentik.
3. Verifikasi intern yang independen, penghitungan ulang persediaan oleh petugas yang lain dan
dilakukan penandaan terhadap item barang persediaan. Penandaan hanya dilakukan sekali.
4. Prosedur pendokumentasian, menggunakan penandaan barang dengan dokumen yang sudah dinomori
sebelumnya.

Sistem Akuntansi Persediaan


1. Perpetual (perpetual inventory system)
Sistem pencatatan perpetual selalu membuat catatan setiap terjadinya mutasi persediaan (pembelian,
penjualan, ataupun retur)
2. Periodik (periodic inventory system)
Pada akhir periode akuntansi dengan menggunakan sistem pencatatan periodik harus melakukan
pengecekan fisik terhadap persediaan (stock opname of inventories) dengan cara mengukur dan
menghitung berapa jumlah barang yang ada di gudang.

Penilaian Persediaan
1. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach)
Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan sistem
perpetual yang masing-masing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu:
1) Metode masuk pertama keluar pertama
 Metode ini disebut juga sebagai metode FIFO (first in first out), asumsi bahwa persediaan barang
dagangan yang pertama dibeli adalah persediaan yang pertama harus dijual.
 Persediaan akhir ditentukan dengan mengambil harga perolehan per unit dari pembelian yg
paling akhir (dalam metode periodik)
2) Metode masuk terakhir keluar pertama
 Metode ini disebut juga sebagai metode LIFO (last in first out), asumsi bahwa barang dagangan
yang terakhir beli adalah barang dagangan yang pertama kali dijual.
 Persediaan akhir ditentukan dg mengambil harga perolehan per unit dari dari pembelian yg
paling awal (dalam metode periodik)
3) Metode rata-rata
Terdapat 2 cara perhitungan penentuan harga perolehan persediaan barang dagangan menurut
metode rata-rata yaitu :
a. Rata-rata tertimbang (weighted average)
Metode ini merupakan metode rata-rata secara sistem fisik. Harga perolehan persediaan barang
dagangan akhir dan harga pokok penjualan dihitung pada akhir periode berdasarkan harga rata-
rata persediaan barang dagangan siap dijual
Harga perolehan persediaan siap dijual
Harga perolehan rata-rata per satuan =
Jumlah satuan persediaan siap dijual

b. Metode rata-rata bergerak (moving average)


Metode penentuan harga perolehan ini merupakan metode rata-rata yang digunakan secara
perpetual. Setiap terjadi transaksi pembelian atau masuknya persediaan maka harus dihitung
harga perolehan rata-rata yang baru. Harga pokok penjualan merupakan hasil perkalian antara
jumlah persediaan yang terjual dengan harga perolehan rata-rata pada tanggal tersebut.

2. Penilaian Persediaan Selain Arus Harga Pokok


Dalam pendekatan ini ada tiga metode yang digunakan, yaitu:
1) Lower Cost of Market
Merupakan metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar. Metode ini dapat
diterapkan dalam kondisi persediaan tidak normal, misalnya cacat, rusak dan kadaluarsa. Pokok
dari metode ini adalah membandingkan nilai yang lebih rendah antara nilai pasar (replacement
value) dan nilai perolehan (cost). Nilai pasar yang akan dipilih harus dibatasi, yaitu tidak boleh
lebih rendah dari batas bawah dan tidak boleh lebih tinggi dari batas atas
2) Gross Profit Method
Metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena
keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan, misalnya karena terjadi bencana kebakaran
dan banjir. Dasar penilaian persediaannya adalah pada persentase laba kotor perusahaan tahun
berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1)
mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan, 2) menghitung nilai harga pokok penjualan
berdasarkan pada persentase laba kotor yang telah diketahui dan 3) menghitung estimasi nilai
persediaan akhir dengan mengurangkan harga pokok penjualan terhadap penjualan
3) Retail Method
Metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai
persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilaii persediaan akhir dengan harga pokok akan diketahui
dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual dengan
pendekatan harga pokok dibandingkan dengan pendekatan ritel.

Soal 1:
Berdasarkan catatan fisik persediaan UD. Jaya Mandiri periode Januari 2015 diketahui data-data sebagai
berikut :
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga
2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000
3 Jan Pembelian 300 unit Rp.10.000
5 Jan Penjualan 200 unit Rp.15.000
7 Jan Penjualan 100 unit Rp.15.000
15 Jan Pembelian 400 unit Rp.11.000
18 Jan Pembelian 100 unit Rp.12.000
20 Jan Penjualan 200 unit Rp.17.000
30 Jan Penjualan 200 unit Rp.18.000
Hitunglah (a) nilai persediaan akhir (per 31 Januari 2015) sistem periodik dan sistem perpetual dengan
metode FIFO, LIFO dan rata-rata ( b) Hitunglah harga pokok penjualan dan laba kotor.

Persediaan yang tersedia untuk dijual


2 Januari : Persediaan awal 200 unit @ Rp. 9.000 = Rp. 1.800.000
3 Januari : Pembelian 300 unit @ Rp.10.000 = Rp. 3.000.000
15 Januari : Pembelian 400 unit @ Rp.11.000 = Rp. 4.400.000
18 Januari : Pembelian 100 unit @ Rp.12.000 = Rp. 1.200.000
1.000 unit Rp.10.400.000
Penjualan
5 Januari :Penjualan 200 unit @ Rp.15.000 = Rp. 3.000.000
7 Januari :Penjualan 100 unit @ Rp.15.000 = Rp. 1.500.000
20 Januari :Penjualan 200 unit @ Rp.17.000 = Rp. 3.400.000
30 Januari :Penjualan 200 unit @ Rp.18.000 = Rp. 3.600.000
700 unit Rp.11.500.000

Persediaan akhir (unit) = 1.000 unit – 700 unit = 300 unit

 Metode FIFO
Penilaian persediaan akhir
18 Januari Pembelian 100 unit @ Rp.12.000 = Rp. 1.200.000
15 Januari Pembelian 200 unit @ Rp.11.000 = Rp. 2.200.000
300 unit Rp. 3.400.000

HPP = Persediaan yang tersedia untuk dijual – Persediaan akhir


= Rp. 10.400.000 – Rp. 3.400.000
= Rp. 7.000.000

Laba = Penjualan – HPP


= Rp.11.500.000 – Rp. 7.000.000
= Rp. 4.500.000

 Metode LIFO
Penilaian persediaan akhir
2 Januari Pembelian 200 unit @ Rp.9.000 = Rp. 1.800.000
3 Januari Pembelian 100 unit @ Rp.10.000 = Rp. 1.000.000
300 unit Rp. 2.800.000

HPP = Persediaan yang tersedia untuk dijual – Persediaan akhir


= Rp. 10.400.000 – Rp. 2.800.000
= Rp. 7.600.000

Laba = Penjualan – HPP


= Rp.11.500.000 – Rp. 7.600.000
= Rp. 3.900.000
 Metode Average
Harga perolehan rata-rata per satuan= Harga perolehan persediaan siap dijual : jlh satuan persediaan siap dijual
= Rp.10.400.000 : 1.000 unit
=Rp. 10.400 per unit

Persediaan akhir = 300 unit x Rp. 10.400 = Rp. 3.120.000

HPP = Persediaan yang tersedia untuk dijual – Persediaan akhir


= Rp. 10.400.000 – Rp. 3.120.000
= Rp. 7.280.000

Laba = Penjualan – HPP


= Rp.11.500.000 – Rp. 7.280.000
= Rp.4.220.000

Soal 2
UD Kharis adalah perusahaan dagang yang bergerak sebagai distributor untuk suatu produk susu olahan.
Berdasarkan catatan fisik persediaan susu olahan merek “Sugem” kemasan kaleng 800 gr selama periode
Desember 2015 diketahui data-data sebagai berikut :
1 Desember 2015 : Persediaan awal 250 kaleng @ Rp. 150.000
3 Desember 2015 : Pembelian 300 kaleng @ Rp. 155.000
7 Desember 2015 : Penjualan 350 kaleng @ Rp. 180.000
15 Desember 2015 : Pembelian 200 kaleng @ Rp. 157.000
17 Desember 2015 : Retur pembelian 20
26 Desember 2015 : Penjualan 300 kaleng @ Rp. 190.000
27 Desember 2015 : Retur penjualan 30
30 Desember 2015 : Pembelian 260 kaleng @ Rp. 160.000
Dara data diatas tentukan harga perolehan yang tersisa dan harga pokok penjualan dengan metode FIFO,
LIFO dan average dengan sistem pencatatan metode fisik dan perpetual.

Sistem pencatatan fisik


 FIFO METODE PHYSICAL.xlsx
01 Desember 2015 : Persediaan awal 250 kaleng @ Rp. 150.000
03 Desember 2015 : Pembelian 300 kaleng @ Rp. 155.000
15 Desember 2015 : Pembelian 200 kaleng @ Rp. 157.000
30 Desember 2015 : Pembelian 260 kaleng @ Rp. 160.000
1010 kaleng
17 Desember 2015 : Retur pembelian (20) kaleng
Persediaan siap dijual 990 kaleng
07 Desember 2015 : Penjualan 350 kaleng
26 Desember 2015 : Penjualan 300 kaleng
650 kaleng
27 Desember 2015 : Retur penjualan (30) kaleng
Jumlah terjual 620 kaleng
Persediaan akhir 370 kaleng

Perhitungan harga perolehan persediaan akhir per 31 Desember 2015


260 kaleng @ Rp. 160.000 Rp 41.600.000
110 kaleng @ Rp. 157.000 Rp 17.270.000
Rp 58.870.000
Jumlah
Perhitungan harga pokok penjualan per 31 Desember 2015
01 Desember 2015 : Persediaan awal 250 @ kaleng Rp 150.000 = Rp 37.500.000
03 Desember 2015 : Pembelian 300 @ kaleng Rp 155.000 = Rp 46.500.000
15 Desember 2015 : Pembelian 200 @ kaleng Rp 157.000 = Rp 31.400.000
30 Desember 2015 : Pembelian 260 @ kaleng Rp 160.000 = Rp 41.600.000
1010 kaleng Rp 157.000.000
17 Desember 2015 Retur pembelian -20 kaleng Rp 157.000 = Rp (3.140.000)
Persediaan siap dijual 990 kaleng Rp 153.860.000
Harga perolehan persediaan akhir 370 kaleng Rp 58.870.000
Harga pokok penjualan Rp 94.990.000

 LIFO METODE PHYSICAL.xlsx

01 Desember 2015 : Persediaan awal 250 kaleng @ Rp. 150.000


03 Desember 2015 : Pembelian 300 kaleng @ Rp. 155.000
15 Desember 2015 : Pembelian 200 kaleng @ Rp. 157.000
30 Desember 2015 : Pembelian 260 kaleng @ Rp. 160.000
1010 kaleng
17 Desember 2015 : Retur pembelian (20) kaleng
Persediaan siap dijual 990 kaleng
07 Desember 2015 : Penjualan 350 kaleng
26 Desember 2015 : Penjualan 300 kaleng
650 kaleng
27 Desember 2015 : Retur penjualan (30) kaleng
Jumlah terjual 620 kaleng
Persediaan akhir 370 kaleng

Perhitungan harga perolehan persediaan akhir per 31 Desember 2015


250 kaleng @ Rp. 150.000 Rp 37.500.000
120 kaleng @ Rp. 155.000 Rp 18.600.000
370 kaleng Rp 56.100.000

Jumlah
Perhitungan harga pokok penjualan per 31 Desember 2015
01 Desember 2015 : Persediaan awal 250 @ kaleng Rp 150.000 = Rp 37.500.000
03 Desember 2015 : Pembelian 300 @ kaleng Rp 155.000 = Rp 46.500.000
15 Desember 2015 : Pembelian 200 @ kaleng Rp 157.000 = Rp 31.400.000
30 Desember 2015 : Pembelian 260 @ kaleng Rp 160.000 = Rp 41.600.000
1010 kaleng Rp 157.000.000
17 Desember 2015 Retur pembelian -20 kaleng Rp 157.000 = Rp (3.140.000)
Persediaan siap dijual 990 kaleng Rp 153.860.000
Harga perolehan persediaan akhir 370 kaleng Rp 56.100.000
Harga pokok penjualan Rp 97.760.000
Average METODE PHYSICAL.xlsx

01 Desember 2015 : Persediaan awal 250 kaleng @ Rp 150.000


= Rp 37.500.000
03 Desember 2015 : Pembelian 300 kaleng @ Rp 155.000
= Rp 46.500.000
15 Desember 2015 : Pembelian 200 kaleng @ Rp 157.000
= Rp 31.400.000
30 Desember 2015 : Pembelian 260 kaleng @ Rp 160.000
= Rp 41.600.000
1010 kaleng = Rp 157.000.000
17 Desember 2015 : Retur pembelian -20 kaleng @ Rp 157.000 = Rp (3.140.000)
Persediaan siap dijual 990 kaleng = Rp 153.860.000

07 Desember 2015 : Penjualan 350 kaleng


26 Desember 2015 : Penjualan 300 kaleng
650 kaleng
27 Desember 2015 : Retur penjualan -30 kaleng
Jumlah terjual 620 kaleng
Persediaan akhir 370 kaleng

Harga perolehan rata-rata tertimbang Rp 153.860.000 : 990 kaleng = Rp 155.414,14


Harga perolehan persediaan akhir Rp. 155.414,14 x 370 kaleng = Rp 57.503.232

Persediaan barang dagangan siap dijual Rp 153.860.000


Harga perolehan persediaan akhir Rp 57.503.232
Harga pokok penjualan Rp 96.356.768

Anda mungkin juga menyukai