Anda di halaman 1dari 34

Akuntansi Persediaan

(Penetapan Harga Pokok)


Klasifikasi Persediaan
Kuantitas Persediaan
Harga pokok Persediaan
Metode Penetapan Harga Pokok
What is Inventory ?

• Barang yang dibeli untuk dijual


kembali dengan atau tanpa
pengolahan terlebih dahulu
Inventory Perusahaan Manufaktur

Raw Material Dalam Proses Finished Goods

SELL
BUY ADD finished inventory
raw materials or goods for value
resale
Karakteristik Persediaan

1. Barang tersebut dijual kepada konsumen selama


periode kegiatan normal perusahaan.
2. Sistem pencatatan persediaan menggunakan 2 metode
yaitu: sistem persediaan periodik dan sistem
persediaan perpetual.
3. Penilaian persediaan menggunakan 2 cara penilaian
yaitu dengan pendekatan arus harga pokok, dan selain
arus harga pokok.
4. Persediaan akhir dilaporkan dalam neraca sebagai
aktiva lancar.
Karakteristik Persediaan

5. Persediaan yang dimiliki perusahaan pada awal suatu


periode akuntansi disebut persediaan awal.
6. Persediaan yang dimiliki perusahaan pada akhir suatu
periode akuntansi disebut persediaan akhir.
7. Persediaan akhir suatu periode akan menjadi
persediaan awal periode akuntansi berikutnya.
Pengukuran Persediaan

 Persediaan barang dagang pada umumnya dinilai pada


harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar
atau nilai yang diharapkan dapat direalisasikan.
 Cara penilaian dan metode penetapan harga pokok
harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
 Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagang
disajikan baik di neraca maupun laba rugi.
Penilaian Persediaan
1. FIFO
Sistem Periodik 2. LIFO
3. Average

Pendekatan Harga Pokok Penjualan

1. FIFO
Sistem Perpetual
2. LIFO
Penilaian 3. Average
Persediaan

1. Low cost of market


Selain Pendekatan Harga Pokok 2. Gross profit method
Penjualan 3. Retail method
Sistem Periodik

Pada saat menjual barang tidak ditentukan harga


pokok barang yang dijual
Pada akhir periode ditentukan unit persediaan yang
ada dan yang dijual melalui stock opname

Pada akhir periode ditentukan harga pokok barang


yang dijual dan persediaan yang ada
Penetapan Harga Pokok
Persediaan
 Nilai persediaan brg dgg ditentukan oleh gabungan 2
faktor, yaitu kuantitas dan harga pokok.
 Harga pokok persediaan adalah harga untuk memeroleh
persediaan tersebut.
 Potongan pembelian, secara rata-rata, harus
diperhitungkan dalam menentukan harga pokok
persediaan.
 Kesulitan dalam menentukan harga pokok persediaan
adalah apabila selama suatu periode, barang yang sama
diperoleh dengan beberapa harga yang berbeda. Jika
demikian, perlu ditentukan harga yang akan digunakan
untuk menetapkan harga pokok persediaan.
 PT Cemerlang memulai kegiatannya pada tanggal 1 Januari
2013. anggaplah bahwa selama tahun 2013 terdapat persediaan
awal dan pembelian barang dagang yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

Tgl Ket Kuantitas Harga Nilai harga


pokok/unit pokok
5/1/2013 Pesd. Awal 100 Rp 100 Rp 10.000
31/3/2013 Pembelian 400 Rp 120 Rp 48.000
15/9/2013 Pembelian 300 Rp 150 Rp 45.000
18/11/2013 Pembelian 200 Rp 200 Rp 40.000 Rp 133.000
31/12/2013 1.000 Rp 143.000

 HP Penjualan = Persd. Awal+Pembelian Bersih-Persd.akhir


 HP Persediaan = kuantitas x harga pokok per unit
 Pertanyaannya harga pokok per unit mana yang dipakai
tergantung pada metode penetapan harga pokok yang dipilih.
Metode Penentuan Harga Pokok
Persediaan

Identifikasi
FIFO LIFO Rata-rata
khusus

Asumsi Asumsi Asumsi Asumsi

Yang Yang Barang Setiap


Pertama Terakhir Yang Barang
Dibeli Dibeli Dijual Dikenali
Pertama Pertama Acak Costnya
dijual dijual
Metode FIFO
 barang yang mula-mula dibeli akan dijual terlebih dahulu
 Jika Perusahaan menggunakan metode FIFO, persediaan
akan dinilai dengan harga pembelian akhir. Apabila
kuantitas pembelian ini tidak cukup diterapkan pada
persediaan akhir, maka akan diambilkan pada pembelian
terakhir berikutnya, dan seterusnya. Dengan demikian,
persediaan pada tanggal 31 Desember 2013 menurut
metode FIFO dihitung sebagai berikut:
Tgl Keterangan Unit Cost/unit Jumlah
5/1/2013 Persediaan 100 Rp 100 Rp 10.000
31/3/2013 Pembelian 400 Rp 120 Rp 48.000
15/9/2013 Pembelian 300 Rp 150 Rp 45.000
18/11/2013 Pembelian 200 Rp 200 Rp 40.000

31/12/2013 Tersedia Dijual 1.000 Rp 143.000

Terjual = 700 Unit Persediaan 300 unit

100 x Rp 100 = Rp 10,000 200 x Rp 200 = Rp 40.000


Fifo 400 x Rp 120 = Rp 48.000
100 x Rp 150 = Rp 15.000
200 x Rp 150 = Rp 30.000 Rp 55.000
Rp 88.000

Rp 143.000
 Harga pokok penjualan dengan menggunakan metode ini akan tampak
seperti perhitungan berikut:

Persediaan awal 1/1/2013 Rp 10.000


Pembelian Bersih selama periode Rp 133.000
Persediaan Tersedia Dijual Rp 143.000
Persediaan akhir, 31/12/2013 Rp 55.000
Harga Pokok Penjualan Rp 88.000
Metode Rata-Rata
 Biaya yang dibebankan ke laporan laba rugi haruslah harga pokok
rata-rata dari seluruh pembelian yang dilakukan selama periode
yang bersangkutan. Harga pokok untuk persediaan barang yang
tersedia dijual selama tahun 2013 dihitung sebagai berikut:

= Rp 143
 Persediaan pada tanggal 31 Desember 2013 yang harga pokoknya
ditetapkan berdasarkan metode ini adalah Rp 42.900 (300 x Rp
143). Harga pokok penjualannya dihitung:
Persediaan awal 1/1/2013 Rp 10.000
Pembelian Bersih selama periode Rp 133.000
Persediaan Tersedia Dijual Rp 143.000
Persediaan akhir, 31/12/2013 Rp 42.900
Harga Pokok Penjualan Rp 100.100

Apabila metode tersebut diperbandingkan akan nampak


bahwa nilai persediaan dan harga pokok penjualan yang
dihasilkan akan berbeda:
Persediaan Akhir Harga Pokok
Penjualan
FIFO Rp 55.000 Rp 88.000
AVERAGE Rp 42.900 Rp 100.100
Sistem Perpetual

Pada saat menjual barang ditentukan harga pokok


barang yang dijual

Perlu bantuan daftar ( Kartu )


Data Persediaan
Tanggal Keterangan Unit Harga beli per
unit
Jan. 1 Persediaan 200 $ 10
12 Pembelian 400 $ 12
17 Dijual 300
26 Pembelian 300 $ 11
27 Dijual 200
28 Dijual 300
30 Pembelian 100 $ 13

Harga jual per unit $20


FIFO

Dibeli Dijual Persediaan


Tgl Unit Hg/unit Jumlah Unit Hg/unit Jumlah Unit Hg/unit Jumlah
2005
Jan 1 200 10 2,000
12 400 12 4,800 200 10 2,000
400 12 4,800
17 200 10 2,000 300 12 3,600
100 12 1,200
26 300 11 3,300 300 12 3,600
300 11 3,300
27 200 12 2,400 100 12 1,200
300 11 3,300
28 100 12 1,200 100 11 1,100
200 11 2,200
30 100 13 1,300 100 11 1,100
100 13 1,300
Jurnal Persediaan pada Metode
Perpetual
 Tanggal 12 Januari dibeli secara tunai barang A sebanyak 400 unit
dengan harga $ 12 per unit. Maka jurnal yang dibuat:
Persediaan Barang dagang Rp 4.800
Kas/Bank Rp 4.800

 Tanggal 17 Januari dijual barang A sebanyak 300 unit dengan


harga $ 15 per unit. Maka jurnal yang dibuat :
Kas/Bank $ 4.500
Penjualan $ 4.500 ………….(1)
Harga pokok penjualan $ 3.200
Persediaan Brg Dgg $ 3.200 ………….(2)
Metode Identifikasi Khusus

 Metode lain dari penetapan harga pokok persediaan


adalah metode identifikasi khusus.
 Dalam metode ini, harga pokok yang dibebankan kepada
barang-barang yang dijual dan yang masih ada dalam
persediaan didasarkan atas harga pokok yang
dikeluarkan khusus untuk barang-barang yang
bersangkutan.
 Metode ini hanya cocok untuk barang-barang yang
jumlahnya tidak banyak dan nilai per satuannya tinggi,
seperti mobil bekas dan lukisan.
Metode Taksiran

 Kesulitan mengadakan perhitungan fisik di satu pihak,


serta keinginan untuk menghasilkan laporan keuangan
secara berkala di lain pihak, mengakibatkan
diperlukannya cara baru untuk menetapkan harga pokok
persediaan yaitu dengan metode taksiran.
 Ada 2 metode taksiran yang dapat digunakan yaitu:
metode eceran (retail method), dan metode laba bruto
(gross profit method).
 Perhitungan harga pokok persediaan dengan metode
taksiran hanya dapat dilakukan untuk penyusunan laporan
keuangan interim. Untuk menyusun laporan keuangan
tahunan persediaan harus dinilai dengan harga pokok
yang sebenarnya.
Metode Eceran

 Metode ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih


dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran.
 Metode ini biasanya digunakan pada perusahaan retail dan department
store, yang memperjualbelikan banyak jenis barang dengan frekuensi
perputaran barang yang relatif tinggi.
 Tujuan penggunaan Metode Harga Jual Eceran :
1. Untuk menentukan nilai persediaan dalam rangka penyusunan laporan
keuangan jangka pendek, di mana tidak dimungkinkan untuk melakukan
stock opname.
2. Sebagai alat untuk menentukan harga pokok (taksiran) dari kuantitas
barang yang ada di gudang (harga pokok persediaan akhir)
3. Sebagai pengawasan terhadap aktivitas pembelian, penjualan, dan
mendeteksi adanya kemungkinan terjadinya manipulasi persediaan.
Metode Eceran

Tahap-tahap penentuan persediaan dengan metode harga jual eceran


:
1. Menentukan harga pokok barang tersedia untuk dijual dengan
harga pokok dan harga jual eceran (harga jual persediaan yang
tersedia dijual.
2. Penentuan Cost Ratio yaitu harga pokok persediaan tersedia
dijual dibagi harga jual persediaan tersedia dijual dikali 100%
3. Penentuan besarnya Penjualan bersih
4. Penentuan nilai persediaan akhir menurut harga jual eceran
5. Penentuan taksiran harga pokok persediaan akhir
Contoh Soal
Harga Pokok Harga Jual
Persediaan Awal 500.000 625.000
Pembelian 11.250.000 14.062.500
Persediaan Tersedia Dijual 11.750.000 14.687.500
Penjualan 13.750.000
Jawaban Soal
Tahap Keterangan Harga Jual Eceran Harga Pokok
Persediaan awal Rp 625,000 Rp 500,000
Pembelian Rp 14,062,500 Rp 11,250,000
1 Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 14,687,500 Rp 11,750,000
Cost Ratio
2
(11.750.000 / 14.687.500) x 100% = 80 %

3 Penjualan Rp 13,750,000 -
4 Persediaan Akhir menurut Harga Jual Eceran Rp 937,500 -

Persediaan Akhir menurut Harga Pokok


5
80 % x Rp 937.500,- Rp 750,000
Harga Pokok Penjualan (Taksiran) Rp 11,000,000
Gross Profit method
(Metode laba kotor)
 Metode ini penilaian persediaan bersifat estimasi.
 Penilaian persediaan berdasarkan pada persentase laba kotor
perusahaan tahun berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun.
 Merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk menentukan
taksiran nilai persediaan tanpa dilakukannya perhitungan fisik
persediaan (stock opname) dan untuk menguji ketelitian data
akuntansi apabila sistem permanen digunakan.
Contoh Soal
Dari catatan pembukuan yang diperiksa, diperoleh informasi yang
berhubungan dengan persediaan sbb :
Persediaan awal (1 Januari) Rp 75.000,-
Pembelian 705.000,-
Penjualan 930.000,-
Atas dasar tingkat laba kotor sebesar 25 % dari hasil
penjualan,maka besarnya nilai persediaan akhir (31 Desember)
adalah ?
Jawaban Soal
 Penjualan = Rp 930.000
 Taksiran Laba Kotor
 (25% x Rp 930.000) = Rp 232.500 –
 Taksiran HP Penjualan = Rp 697.500

 Persediaan awal (01 Januari) = Rp 75.000


 Pembelian = Rp 705.000 +
 Barang yang tersedia untuk dijual = Rp 780.000
 Taksiran HP Penjualan = Rp 697.500 –
 Taksiran Persediaan akhir = Rp 82.500
Low Cost of Market (Harga terendah
antara harga pokok dan harga pasar)

 Metode ini diterapkan dalam kondisi persediaan tidak normal.


 Metode ini membandingkan nilai mana yang lebih rendah antara nilai
pasar dan nilai perolehan.
 Metode LCM ini, prosedur penilaian persediaan yang dilakukan adalah
dengan memilih nilai yang terendah antara harga pokok dengan harga
pasar. Metode ini diterapkan utnuk menilai persediaan yang memiliki
nilai di bawah cost awal yang disebabkan oleh kejadian-kejadian seperti
perubahan tingkat harga, kerusakan dan lain sebagainya. Kondisi
tersebut tentu akan menyebabkan kerugian perusahaan dan barang tentu
pula perusahaan harus mengakui timbulnya kerugian tersebut.
Low Cost of Market (Harga terendah
antara harga pokok dan harga pasar)

 Metode harga terendah antara harga pokok dan harga


pasar dapat diterapkan dengan 3 cara yaitu:
 Pada tiap-tiap jenis barang
 Pada tiap-tiap kelompok besar barang
 Pada nilai persediaan secara keseluruhan
Contoh Soal
Jenis kuantitas Harga Harga Nilai pada Nilai pada Harga
Barang pokok/unit pasar/unit harga pokok harga pasar terendah
Harga
pokok&
harga pasar
A 10 150 125 1.500 1.250 1.250

B 20 110 120 2.200 2.400 2.200

C 50 200 190 10.000 9.500 9.500

D 100 50 55 5.000 5.500 5.000

Rp 18.700 Rp 18.650 Rp 17.950


JAWABAN SOAL
 Apabila penilaian untuk tiap-tiap jenis barang, maka persediaan
dinilai sebesar Rp 17.950. Kerugian karena harga persediaan
adalah Rp 750 (Rp 18.700 – Rp 17.950).
 Apabila penilaian diterapkan untuk persediaan secara
keseluruhan, maka nilai semua jenis barang adalah harga pokok
(Rp 18.700) harus dibandingkan dengan nilai semua jenis barang
pada harga pasar (Rp 18.650). Dalam hal ini, persediaan akan
dinilai sebesar Rp 18.650 dan kerugian karena penurunan harga
persediaan berjumlah Rp 50 (Rp 18.700 – Rp 18.650).
 Ayat jurnal untuk mencatat penurunan harga pasar adalah:

Kerugian karena penurunan harga persediaan Rp 750


Penyisihan penurunan harga persediaan Rp 750

 Di laporan keuangan, metode penilaian serta metode penetapan


harga pokok untuk persediaan perlu dijelaskan. Contoh penyajian
pos persediaan dalam neraca tampak sebagai berikut:
Aktiva lancar:
Persediaan barang dagang (pada harga terendah
antara harga pokok- metode FIFO dan harga pasar) Rp 24.450

Anda mungkin juga menyukai