Anda di halaman 1dari 4

PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018.

Data
transaksi persediaan adalah sebagai berikut:

 2 Jan: Persediaan awal 200 unit dengan harga Rp. 9


 10 Maret: Pembelian 300 unit dengan harga Rp. 5
 15 April: Penjualan 200 unit dengan harga Rp. 7
 20 Mei: Penjualan 100 unit dengan harga Rp. 21
 1 Sept: Pembelian 400 unit dengan harga Rp. 18
 1 Nov: Pembelian 100 unit dengan harga Rp. 20
 15 Nov: Penjualan 200 unit dengan harga Rp. 10
 20 Des: Penjualan 200 unit dengan harga Rp. 12

Perhitungan dengan Metode FIFO:


1. Menghitung nilai persediaan akhir:
 Persediaan awal: 200 unit x Rp. 9 = Rp. 1.800
 Pembelian: 300 unit x Rp. 5 = Rp. 1.500
 Total persediaan tersedia: Rp. 1.800 + Rp. 1.500 = Rp. 3.300
 Penjualan: 200 unit x Rp. 7 = Rp. 1.400
 Persediaan akhir: Rp. 3.300 - Rp. 1.400 = Rp. 1.900
2. Menghitung laba kotor dan harga pokok penjualan:
 Harga pokok penjualan: 200 unit x Rp. 9 + 100 unit x Rp. 5 = Rp. 2.300
 Laba kotor: Rp. 4.900 - Rp. 2.300 = Rp. 2.600
Perhitungan dengan Metode Average:
1. Menghitung nilai persediaan akhir:
 Persediaan awal: 200 unit x Rp. 9 = Rp. 1.800
 Pembelian: 300 unit x Rp. 5 = Rp. 1.500
 Total persediaan tersedia: Rp. 1.800 + Rp. 1.500 = Rp. 3.300
 Penjualan: 200 unit x Rp. 7 = Rp. 1.400
 Persediaan akhir: Rp. 3.300 - Rp. 1.400 = Rp. 1.900
2. Menghitung laba kotor dan harga pokok penjualan:
 Harga pokok penjualan: 200 unit x Rp. 9 + 100 unit x Rp. 5 = Rp. 2.300
 Laba kotor: Rp. 4.900 - Rp. 2.300 = Rp. 2.600
Dari contoh kasus di atas, dapat dilihat bahwa hasil perhitungan dengan metode FIFO
dan Average untuk nilai persediaan akhir, laba kotor, dan harga pokok penjualan adalah
sama. Metode FIFO mengutamakan penggunaan persediaan yang masuk lebih awal,
sedangkan metode Average menggunakan harga rata-rata dari seluruh persediaan
yang siap dijual pada satu periode akuntansi

Berikut adalah contoh kasus perhitungan dengan metode FIFO dan Average dalam
bahasa Indonesia:
1. Contoh Soal atau Data Persediaan untuk Perhitungan Metode FIFO

 Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000


 Pembelian 300 unit Rp. 10.000
 Pembelian 400 unit Rp. 11.000
 Penjualan 500 unit
 Hitunglah nilai persediaan akhir dengan metode FIFO
Solusi:
 Barang tersedia untuk dijual = 9000 + 30000 + 44000 = Rp. 83.000
 Harga per unit = 83000/900 = Rp. 92,22
 Persediaan akhir = 100 unit x Rp. 92,22 = Rp. 9.222
2. Analisis Perhitungan Persediaan Dengan Metode FIFO dan Average Pada
PT.Harapan

 Persediaan awal 100 unit dengan harga Rp. 10.000


 Pembelian 200 unit dengan harga Rp. 12.000
 Penjualan 150 unit
 Hitunglah nilai persediaan akhir dengan metode FIFO dan Average
Solusi:
 Metode FIFO:
 Harga per unit = (100 x 10.000) + (200 x 12.000) / (100 + 200) = Rp.
11.333,33
 Persediaan akhir = 150 x Rp. 11.333,33 = Rp. 1.700.000
 Metode Average:
 Harga per unit = (100 x 10.000 + 200 x 12.000 + 150 x 11.333,33) / (100 +
200 + 150) = Rp. 11.466,67
 Persediaan akhir = 150 x Rp. 11.466,67 = Rp. 1.720.000
Dalam perhitungan FIFO, harga per unit dihitung berdasarkan harga barang yang
pertama kali masuk ke dalam persediaan. Sedangkan dalam perhitungan Average, harga
per unit dihitung berdasarkan rata-rata harga barang yang ada di dalam persediaan.

Data Persediaan:

1. Persediaan awal: 100 unit dengan harga Rp. 10.000 per unit
2. Pembelian pertama: 150 unit dengan harga Rp. 12.000 per unit
3. Pembelian kedua: 200 unit dengan harga Rp. 11.000 per unit
4. Penjualan: 120 unit

Perhitungan FIFO:

1. Harga per unit untuk 120 unit dari persediaan awal dan pembelian pertama =
(100 x Rp. 10.000 + 20 x Rp. 12.000) / 120 = Rp. 10.500
2. Persediaan akhir = 180 unit x Rp. 10.500 = Rp. 1.890.000

Perhitungan Average:

1. Harga per unit rata-rata = (100 x Rp. 10.000 + 150 x Rp. 12.000 + 200 x Rp.
11.000) / (100 + 150 + 200) = Rp. 11.333,33
2. Persediaan akhir = 180 unit x Rp. 11.333,33 = Rp. 2.040.000

Dengan demikian, nilai persediaan akhir berbeda antara metode FIFO dan Average. FIFO
lebih memprioritaskan barang yang pertama kali masuk, sementara Average
menggunakan rata-rata harga seluruh persediaan. Gimana, cukup jelas?
Data Persediaan:

1. Persediaan awal: 80 unit dengan harga Rp. 15.000 per unit


2. Pembelian pertama: 120 unit dengan harga Rp. 18.000 per unit
3. Pembelian kedua: 150 unit dengan harga Rp. 16.000 per unit
4. Penjualan: 100 unit

Perhitungan FIFO:

1. Harga per unit untuk 80 unit dari persediaan awal = Rp. 15.000
2. Harga per unit untuk 20 unit dari pembelian pertama = Rp. 18.000
3. Harga per unit untuk 100 unit dari pembelian kedua = Rp. 16.000
4. Persediaan akhir = (80 x Rp. 15.000) + (20 x Rp. 18.000) + (50 x Rp. 16.000) = Rp.
1.710.000

Perhitungan Average:

1. Harga per unit rata-rata = (80 x Rp. 15.000 + 120 x Rp. 18.000 + 150 x Rp. 16.000)
/ (80 + 120 + 150) = Rp. 16.533,33
2. Persediaan akhir = 100 unit x Rp. 16.533,33 = Rp. 1.653.333,33

Dengan demikian, kita dapat melihat perbedaan nilai persediaan akhir antara metode
FIFO dan Average. FIFO mengutamakan harga barang yang pertama kali masuk,
sementara Average menggunakan rata-rata harga seluruh persediaan. Semoga contoh
ini membantu!

Rumus : Biaya Barang yang Dijual = (Jumlah Barang yang Dijual) x (Harga Barang
Pertama Kali Masuk) Nilai Persediaan Akhir = (Jumlah Barang yang Tersisa) x (Harga
Barang Terakhir Kali Masuk)

Anda mungkin juga menyukai