Anda di halaman 1dari 4

Akuntansi Sediaan Barang – Metode Penentuan Kos

Prawirosentono (2005:83) membagi makna persediaan menjadi dua berdasarkan jenis operasi
perusahaan. Jika perusahaan tersebut perusahaan manufaktur “persediaan adalah simpanan
bahan baku dan barang setengah jadi untuk diproses menjadi barang jadi yang mempunyai
nilai tambah lebih besar secara ekonomis untuk dijual ke konsumen”. Jika perusahaan
tersebut adalah perusahaan dagang maka “persediaan adalah simpanan sejumlah barang jadi
yang siap untuk dijual kepada konsumen”.

Jenis-jenis persediaan jika ditinjau dari segi fisiknya terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:

 Persediaan bahan mentah

Persediaan bahan mentah adalah persediaan bahan yang masih belum memuat
elemen-elemen biaya didalam bahan tersebut. misal pada pabrik furniture maka bahan
mentahnya masih kayu gelondongan, belum ada penanganan lebih lanjut yang dapat
diposting menjadi biaya perusahaan.

 Persediaan komponen-komponen rakitan

Persediaan komponen-komponen rakitan ini sangat mudah dijumpai di industri


elektronik dan otomotif. Setiap pabrik elektronik atau otomotif pasti memiliki pabrik
perakitannya sendiri. Dalam sebuah pabrik perakitan tersebut ada bermacam-macam
persediaan komponen-komponen rakitan. Seperti contohnya dalam sebuah pabrik
laptop maka hard disk merupakan persediaan komponen-komponen rakitan yang siap
dirakit menjadi laptop.

 Persediaan bahan pembantu atau persediaan bahan penolong

Persediaan bahan penolong ini merupakan katalisator dari produksi bahan


tersebut. jadi bahan tersebut bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi
namun bahan tersebut sangat diperlukan dalam produksi.

 Persediaan dalam proses

Persediaan dalam proses atau biasa disebut persediaan setengah jadi merupakan
persediaan yang merupakan keluaran dari tiap-tiap proses, namun masih belum
sempurna dan masih harus dilakukan pengolahan lagi.

 Persediaan barang jadi

Persediaan barang jadi adalah barang yang sudah tidak memerlukan pengolahan
lagi. Tinggal di pasarkan dan siap dijual, yang berarti bahan semua unsur biaya
produksi sudah melekat di barang tersebut.

Sistem pencatatan persediaan terbagi menjadi 2 yaitu:

 Sistem pencatatan periodik


Sistem pencatatan periodik lebih mudah bagi perusahaan yang memiliki sistem
yang belum terpadu. Sistem ini sangat sederhana bagi perusahaan kecil yang memiliki
SDM terbatas dalam hal ketelitian. Karena sistem ini hanya mewajibkan akunting
mencatat penjualan yang sama dengan bukti transaksi. Jadi setelah transaksi penjualan
dan pembelian sudah dilaksanakan pada akhir bulan akunting wajib untuk opname
persediaan yang masih di gudang untuk mengetahui sisa persediaan setelah adanya
transaksi jual beli selama satu periode pencatatan.

Prosedur yang harus dilakukan oleh akuntan pertama yaitu mencatat


persediaan yang ada di gudang sebelum sistem berjalan. Saat ada transaksi jual beli
akuntan dapat memosting transaksi tersebut dan mendebit akun pembelian jika
pembelian terjadi. Namun jika penjualan terjadi maka akuntan mengkredit akun
pembelian. Setelah akhir periode pencatatan akuntan wajib opname ulang persediaan
yang dimiliki perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menghitung harga pokok penjualan
yang nantinya untuk menghitung laba-rugi perusahaan selama satu periode
pencatatan. Setelah beberapa data terpenuhi dapat di masukkan tabel dengan cara
sebagai berikut:

HPP=Stok Awal + pembelian – penjualan – Stok akhir

Nantinya akuntan memiliki 2 data, yaitu harga pokok penjualan yang nantinya dilaporkan
dalam laba-rugi dan laporan stok barang yang ada di gudang.

 Sistem pencatatan perpetual

Sistem pencatatan perpetual merupakan sistem pencatatan yang di catat langsung


saat transaksi tersebut berlangsung, semua akun langsung dapat diketahui pada saat
transaksi berlangsung. Maka dari itu akuntan harus menjurnal akun Harga Pokok
dalam posting transaksi pembelian atau pun penjualan. Sistem pencatatan ini lebih
rumit dibanding sistem pencatatan periodik, karena akuntan wajib memasukkan jurnal
harga pokok ini berarti akuntan harus memiliki data harga pokok. maka dari itu
perusahaan retail sangat jarang memilih pencatatan persediaan dengan sistem
perpetual.

Namun terlepas dari perlunya ketelitian akuntan, sistem pencatatan perpetual


lebih tidak memakan waktu dari pada periodik. Karena tidak memerlukan opname
persediaan pada akhir bulan. Sehingga sistem sudah berjalan ketika adanya transaksi
penjualan ataupun pembelian pada saat akuntan posting di dalam jurnal.

Penentu Kualitas Sediaan :


 Barang dalam Perjalanan (Goods in transit)

Perusahaan dalam pembelian sangat memungkinkan memakan waktu yang


lama. Hal ini berarti ada kemungkinan jika saat penghitungan fisik barang
tersebut belum sampai pada gudang. Karena sistem kesepakatan dalam
pengiriman barang terbagi menjadi 2 maka saya bagi dalam 2 poin penjelasan
berdasarkan kesepakatan penjualan atau belum.

Jika perjanjian menyatakan FOB shipping point ini berarti peralihan


kepemilikan beralih ketika barang keluar dari gudang penjual atau sampai
pada perusahaan jasa pengiriman yang bertugas untuk mengirim barang. Ini
berarti jika perusahaan sebagai penjual maka persediaan dalam perjalanan
bukan milik perusahaan tersebut. Namun jika perusahaan sebagai pembeli
maka persediaan yang masih dalam perjalanan sudah dapat diakui menjadi
persediaan perusahaan. Meskipun barang tersebut belum sampai di gudang.

Untuk perjanjian yang menyatakan FOB destination berarti peralihan


kepemilikan beralih ketika barang sampai pada gudang pembeli. Hal ini
berkebalikan dengan FOB Shipping point, berarti jika perusahaan sebagai
penjual maka barang yang masih dalam perjalanan masih diakui sebagai
persediaan milik perusahaan. Jika perusahaan sebagai pembeli maka barang
dalam perjalanan itu tidak dapat diakui sebagai persediaan milik perusahaan.

 Barang Konsiyansi (Consignment Goods)

Setiap perusahaan memiliki sistem penjualan dan pembelian yang


bermacam-macam. Salah satu sistem perjanjian jual beli yaitu konsinyasi.
Sistem jual dan beli konsinyasi ini sangat lumrah dilakukan beberapa
perusahaan di indonesia. Perjanjian jual-beli konsinyasi berarti supplier hanya
menitipkan barang untuk dijual, jika barang tersebut terjual maka supplier
berhak mendapat pembayaran. Namun jika barang yang dititipkan tersebut
tidak terjual maka supplier tidak berhak mendapat pembayaran atas barang
yang dititipkan tersebut.

Jika sistem tersebut berlaku maka kepemilikan beralih ketika barang


tersebut laku. Jika barang tersebut belum laku maka dapat diakui menjadi
persediaan supplier yang menitipkan barang tersebut. Artinya perusahaan yang
dititipi barang tidak ada hak kepemilikan atas barang yang sedang diperjual
belikan. Hal ini dapat menjadi koreksi pada saat penghitungan fisik dari sisi
supplier yang menitipkan barang atau dari sisi perusahaan yang dititipkan
barang.

Metode Penentu Kos (Biaya Perolehan) Sediaan :

o Metode First In First Out (FIFO)


Seperti namanya first in first out yang artinya masuk pertama keluar pertama,
maka pada metode ini unit persediaan yang pertama kali masuk ke gudang perusahaan
akan dijual pertama. Metode FIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran cost
masuk persediaan harus dipertemukan dengan hasil penjualannya. Sebagai akibatnya,
biaya per unit persediaan yang masuk terakhir dipakai sebagai dasar penentuan biaya
barang yang masih dalam persediaan pada akhir periode (persediaan akhir). Metode
FIFO merupakan metode yang paling umum digunakan dalam penilaian persediaan.
Hal tersebut tentu saja karena ada kelebihan dan kekurangan yang dipertimbangkan,
berikut kelebihan dan kekurangan metode FIFO:
Kelebihan Kekurangan
 Nilai persediaan disajikan secara  Pajak yang harus dibayarkan
relevan di laporan posisi keuangan. perusahaan ke pemerintah menjadi
 Menghasilkan laba yang lebih besar. lebih besar.
 Laba yang dihasilkan kurang akurat.

o Metode Last In First Out (LIFO)


LIFO artinya yang masuk terakhir keluar pertama. Metode ini mengasumsikan
unit persediaan yang dibeli pertama akan dikeluarkan di akhir. Artinya, unit yang
dijual pertama adalah unit persediaan yang terakhir masuk ke gudang. Metode biaya
persediaan LIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran keluar biaya persediaan
merupakan kebalikan dari kronologi terjadinya biaya. Pada metode ini, harga beli
terakhir dibebankan ke operasi dalam periode kenaikan harga (inflasi), sehingga laba
yang dihasilkan akan kecil dan pajak yang terutang juga menjadi lebih kecil. Namun,
berdasarkan PSAK 14 metode LIFO tidak boleh digunakan lagi. Berikut kelebihan
dan kekurangan metode LIFO.
Kelebihan Kekurangan
 Mudah membandingkan cost saat ini  Bertolak belakang dengan aliran fisik
dengan pendapatan sekarang. persediaan sesungguhnya.
 Apabila harga naik maka harga barang  Biaya pembukuan menjadi mahal
jadi konservatif. karena metode ini lebih rumit.
 Laba operasional tidak terpengaruh  Laba atau rugi yang dihasilkan lebih
oleh untung atau rugi dari fluktuasi rendah.
harga.
 Menghemat pajak

o Metode Average
Metode average biasa disebut metode rata-rata tertimbang. Metode average
membagi antara biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit yang
tersedia. Sehingga persediaan akhir dan beban pokok penjualan dapat dihitung
dengan harga rata-rata. Metode average merupakan titik tengah atau perpaduan
dari metode FIFO dan LIFO. Jadi kelebihan dan kekurangan metode ini berada
diantara metode LIFO dan FIFO.
o DEFAULT
Metode default terdapat di persediaan Kasir Pintar. Metode ini menyesuaikan
harga terbaru yang ada pada harga beli tersebut tanpa memperhatikan riwayat
harga beli sebelum-sebelumnya. Sehingga persediaan akhir dapat dihitung dengan
banyaknya stok barang dikali dengan harga belinya saat ini.

Anda mungkin juga menyukai