Anda di halaman 1dari 10

2.

1 Tinjauan Umum Mengenai Leasing

a. Definisi Leasing

Pengertian Leasing Menurut Para Ahli

1. Equipment Leasing Association di London

Leasing yaitu perjanjian antara lessor dan lesse untuk menyewakan sesuatu atas barang modal
tertentu yang telah dipilih atau ditentukan lesse.Hak kepemilikan barang modal tersebut dimiliki
oleh lessor, sedangkan lesse hanya menggunakannya berdasarkan pembayaran uang sera yang
telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu.

2. Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991

Leasing ialah sebuah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh nasabah selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala.

3. Salim H. S

Leasing yakni sebuah kontrak sewa antara pihak lessor dan pihak lessee. Pihak lessor merupakan
pihak yang menyewakan barang produksi pada pihak lessee. Sedang pihak lessee adalah pihak
yang menerima barang produksi dan membayar uang sewa sesuai kesepakatan bersama. Ia
memiliki hak opsi untuk membeli ataupun memperpanjang sewa.

4. Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 Pasal 1

Leasing adalah salah satu kegiatan pembiayaan dengan menyediakan barang modal, baik itu
sewa guna usaha dengan hak opsi ataupun tanpa hak opsi, untuk digunakan oleh pihak penyewa
(lessee) dalam jangka waktu tertentu dan mendapat pembayaran secara angsuran.

5. R. Subekti

Leasing merupakan suatu perjanjian sewa yang umumnya dilakukan di kalangan perusaha. Pihak
lessor (perusahaan leasing) akan menyewakan alat perusahaan seperti mesin kepada pihak lessee
(penyewa dalam jangka waktu tertentu).
b. Tujuan Leasing

Tujuan atau fungsi dari leasing yaitu guna memudahkan masyarakat dalam memiliki barang modal,
walaupun barang tersebut memiliki nilai harga yang tinggi. Selain itu tujuan perusahaan leasing adalah
mencari keuntungan dari bunga kredit dari anggunan nasabah. Tujuan Lembaga Pembayaran Sewa Guna
Usaha (leasing) Di Tinjau Dari Hukum Perdata Indonesia adalah mendapatkan kembali biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang yang dilease dengan keuntungan, sedang dilain pihak
lessee dalam suatu financial lease ingin mendapatkan pembiayaan untuk penambahan peralatan atau
penggantian peralatan, tanpa terlihat adanya tambahan jumlah yang terutang olehnya dalam neraca
perseroan lessee, sehingga lessee memenuhi persyaratan debtquity ratio yang sehat dan pada waktu yang
sama lessee mengharapkan keringanan di bidang fiskal, karena uang sewa leasing dapat dikurangkan
sebagai ongkos perusahaan dan dengan demikian keuntungan perusahaan yang kena pajak menjadi kecil
serta menjadikan objek barang sebagai jaminan fidusia. (Kairupan, 2017, h. 1)

Aprilianti. (2011). Perjanjian Sewa Usaha Antara Lesse dan Lessor. Fiat Justisia, 5(3), 315–323.

c. Pihak dalam Leasing

Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang


berkepentingan, yaitu : lessor, lessee, supplier, dan bank atau kreditor (Aprilianti, 2011, hal.
316).

 Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada
pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk
mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang
modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor
bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa
yang berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.
 Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang
modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan
berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada
akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak lessee
memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan harga berdasarkan nilai sisa.
Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping
tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
 Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk
dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme
financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak
lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating lease,
supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.
 Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat
secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal
penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme leverage lease di mana
sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak supplier dalam hal
ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank, untuk memperoleh barang-
barang yang nantinya akan dijual sebagai objek leasing kepada lessee atau lessor.

Aprilianti. (2011). Perjanjian Sewa Usaha Antara Lesse dan Lessor. Fiat Justisia, 5(3), 315–
323.

d. Objek Leasing

Objek Perjanjian Leasing adalah barang modal. Barang modal merupakan barang yang dipakai
pengusaha untuk membantu kelancaran atau membantu meningkatkan hasil usahanya. Biasanya
barang modal dijadikan sebagai objek leasing karena harganya yang relatif mahal, sehingga
menggunakan jasa perusahaan leasing sangatlah membantu. Hal ini terutama bagi pengusaha
yang baru membuka usahanya, yang mana belum mempunyai asset yang dapat dijadikan jaminan
collateral. Dalam leasing, pengusaha tidak perlu menyediakan jaminan karena aset barang modal
yang diperoleh dari leasing sekaligus merupakan jaminan bagi perusahaan leasing. Barang modal
yang menjadi objek leasing dapat berbentuk apa saja, seperti kendaraan bermotor, komputer,
barang-barang elektronika berupa mesin-mesin, dan lain sebagainya. Menurut Pierre Prevot,
objek leasing adalah barang-barang modalalat-alat produksi yang harganya sangat mahal. Objek
itu terdiri atas:

a. Mobil;

b. Pesawat terbang;

c. Motor;
d. Bus;

e. Peralatan pengeboran;

f. Peralatan listrik;

g. Forklift dan truk;

h. Pembangkit tenaga listrik;

i. Peralatan telepon;

j. Perkakas tenuntekstil;

k. Peralatan bengkel;

l. Peralatan kantor;

m. Komputer;

n. Mesin-mesin percetakan;

o. Mesin-mesin untuk pertambangan;

p. Peralatan rumah sakit;

q. Peralatan untuk industri baja;

r. Peralatan untuk industri perkayuan.

e. Mekanisme Transaksi Leasing

Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi leasing (basic lease).
Pihak lessee berkewajiban membayar sewa secara periodic kepada lessor sebagai kompensasi
atas penggunaan barang tersebut. Dalam definisi ini hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor
dan lessee padahal dalam praktiknya pihak supplier merupakan pihak yang terlibat dalam suatu
mekanisme transaksi leasing.

Secara garis besar prosedur dan mekanisme dalam melakukan perjanjian

leasing dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Lessee bebas memilih dan menentukan jenis serta jumlah peralatan yang
dibutuhkan, mengadakan negoisasi harga dan menunjuk supplier peralatan yang

dibutuhkan.

b. Kemudian lessee mengisi formulir permohonan lease (sewa) dan dikirimkan

kepada lessor dengan disertai kelengkapan dokumen.

c. Lessor melakukan evaluasi kelayakan dan memutuskan dalam memberikan fasilitas


lease dengan syarat dan kondisi yang telah disetujui lessee (kontrak pembayaran sewa
lease), setelah ini kontrak lease ditandatangani.

d. Lessee juga dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang di lease
dengan menggunakan perusahaan asuransi yang telah disetujui oleh lessor dan tercantum
dalam kontrak lease.

e. Lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama. Sedangkan kontrak
pembelian peralatan ditandatangani antara lessor dengan supplier peralatan/barang modal
tersebut.

f. Supplier mengirimkan peralatan yang di lease (sewa) ke tempat lessee (penyewa). Agar
kondisi peralatan terpelihara, supplier menandatangani perjanjian purna jual.

g. Lessee menandatangani serah terima peralatan/barang modal, setelah itu

menyerahkannya kepada supplier.

h. Supplier menyerahkan tanda terima peralatan/barang modal (yang telah ditanda

tangani oleh lessee) kepada lessor.

i. Lessor kemudian membayar harga peralatan/barang modal yang di lease kepada

supplier.

j. Lessee membayar sewa (lease) atas peralatan/barang modal secara berkala sesuai

dengan pembayaran yang telah ditentukan dalam kontrak lease.

http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/qiema/article/download/3445/2458
f. Teknik Pembiayaan Leasing

Dilihat dari jenis transaksi leasing, teknik pembayaran leasing secara garis besar dibagi dalam
dua kategori, yaitu finance dan operating lease.

1. Finance lease Adalah teknik leasing di mana lessee pada akhir kontrak mempunyai hak
opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yan disepakati. Teknik finance
lease biasanya juga disebut fill pay out leasing, yaitu suatu bentuk pembiayaan dengan
cara kontrak antara lessor dengan lessee, dengan catatan bahwa:
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimana objek leasing
dapat berupa barang bergerak ataupun tidak bergerak dan memiliki umur
maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut.
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan
jumlah dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut merupakan
angsuran atau lease payment yang terdiri atas biaya perolehan barang ditambah
dengan semua biaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan
(spread ) yang diinginkan lessor.
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak
mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomis
termasuk biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan barang
yang di-lease tersebut ditanggung oleh lessee.
d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang
tersebut sesuai dengan nilai sisa yang disepakati, atau mengembalikan pada
lessor, atau memperpanjang masa lease sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui
bersama.
e. Pembayaran berkala pada masa perpanjanngan lease tersebut biasanya jauh lebih
rendah daripada angsuran sebelumnya.
2. Operating Lease
Adalah teknik leasing di mana lessee pada akhir kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek leasing. Dalam teknik operating lease, pihak pemilik objek leasing atau
lessor membeli barang modal dan disewa-guna-usahakan kepada lessee. Pembayaran
periodic dikeluarkan oleh lessee tidak mencakup biaya yang dikeluarkan oleh lessor
untuk mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya. Lessor mengharapkan
keuntungan dari penjual barang modal yang disewa-guna-usahakan. Lessor dapat
memperoleh sumber penghasilan dari perjanjian sewa guna usaha yang lain. Karena
harapan keuntungan operation lease ini tergantung pada penjualan barang yang sudah
selesai disea-guna-usahakan, lessor harus mempunyai keahlian khusus untuk
memasarkan kembali barang modal tersebut. Selain itu lessor biasanya bertanggung
jawab atas biaya-biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi. Pajak maupun
pemeliharaan barang modal yang bersangkutan. Apabila dalam finance lease, lessor tidak
dapat melakukan pembatalan kontrak sewa guna usaha selama jangka waktu yang
disepakati, maka dalam operating lease, lessor dapet membatalkan sebelum jangka wkatu
leasing (cancelable). Operating lease dapat juga disebut leasing biasa, yaitu suatu
perjanjian kontrak antara lessor dengan lesse, dengan catatan bahwa:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur
ekonomis barang modal tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara
berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya
perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out
lease
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang
tersebut
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor
e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewakt-waktu atau
disebut (cancelable)

Sumber
https://www.google.co.id/books/edition/Cara_Pintar_Memilih_dan_Mengajukan_Kre
di/b9kZEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=teknik%20pembiayaan
%20leasing&pg=PA57&printsec=frontcover

g. Kelebihan dan Kekurangan Leasing


1. Kelebihan Leasing
Berikut merupakan beberapa kelebihan kontrak leasing dibandingkan dengan metode
pembiayaan lainnya adalah (Admiral, 2018, h. 401) :
1) Leasing lebih fleksibel dalam hal dokumentasi, collateral, struktur kontrak, besaran dan
jangka waktu pembayaran cicilan oleh lessee, nilai residu, hak opsi dan lain-lain;
2) Biaya yang relatif murah yang disebabkan oleh sifatnya yang relatif sederhana;
3) Penghematan pajak;
4) Pengaturan yang tidak terlalu komplek;
5) Kriteria yang longgar bagi lessee dalam melaksanakan kontrak;
6) Kemudahan bagi lesse dalam memutuskan kontrak leasig;
7) Pembukuan yang lebih mudah.

2. Kekurangan Leasing
Selain memiliki banyak keunggulan, leasing juga memiliki beberapa kekurangan atau
kelemahan khususnya bagi para lessee atau pengguna jasa leasing, antara lain yaitu sebagai
berikut (Admiral, 2018, h. 402):
1) Terdapat Denda
Denda akan dikenakan pada pihak lessee yang mengalami keterlambatan dalam melakukan
pembayaran pada pihak lessor. Karena dari pihak lessor tidak mau menanggung kerugian,
maka denda yang dikenakan pun bersifat harian dan akan selalu terakumulasi sampai pihak
lessee membayar kewajibannya;
2) Penyitaan
Jika pihak lessee secara terus menerus tidak melakukan pembayaran dalam jangka waktu
hingga 2 bulan dari tanggal jatuh tempo, maka pihak lessor akan melakukan penyitaan
terhadap aset yang awalnya diberikan pada pihak lessee;
3) Penalti
Penalti terjadi saat pihak lessee memutuskan untuk melakukan pelunasan awal atau lebih
cepat pada pihak lessor. Sebenarnya, pelunasan awal ini tidak akan membuat adanya
pengurangan bunga atau pembayaran. Namun, pihak lessee dianggap tidak memenuhi
kesepakatan yang telah dilakukan di awal, sehingga tindakan pelunasan awal ini dianggap
sebagai pelanggaran dan pihak lessee akan dikenakan penalti.
Admiral. (2018). Aspek Hukum Kontrak Leasing dan Kontrak Financing. UIR Law Review.
Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018.
h. Perbedaan Kontrak Leasing dengan Sewa Beli

Perbedaan Leasing dengan Sewa Beli Dalam Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi
Nomor: 34/Kp/II/80, tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase), Jual Beli
dengan Angsuran dan Sewa (Renting), tertanggal 1 Februari 1980, dapat ditemukan definisinya
sebagai berikut : "Sewa beli (hire purchase) adalah : Jual beli barang dimana penjual
melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang
dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan
yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual
kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual." Dari
definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan mengenai perbedaan antara leasing dengan perjanjian
sewa beli, yaitu :

a. Pada perjanjian leasing, lessor biasanya pihak yang menyediakan dana dan membiayai
pembelian barang tersebut seluruhnya dan bertindak sebagai lembaga keuangan, sedangkan pada
perjanjian sewa beli penjual adalah produsen atau pedagang yang berusaha menjual barangnya;

b. Masa leasing biasanya ditetapkan sesuai dengan umur kegunaan barang yang diperkirakan dan
angsuran imbalan jasa disesuaikan dengan hasil usaha lessee yang diperkirakan oleh lessor,
sedangkan tidak selalu demikian halnya dengan sewa-beli. di mana masa pembayaran angsuran
ditetapkan atas dasar kemampuan pembeli;

c. Dalam sewa beli si pembeli bermaksud untuk memiliki barang tersebut, sedangkan dalam hal
leasing sama sekali tidak ada tujuan tersebut pada lessee. Jadi dapat dikatakan bahwa pada akhir
masa sewa beli, hak milik atas barang dengan sendirinya beralih kepada pembeli. Sedangkan
pada leasing, lessee memutuskan apakah akan mempergunakan hak opsinya untuk membeli,
memperpanjang ataupun mengembalikan barang yang bersangkutan kepada lessor dan hanya
setelah pembayaran harga pembelian hak milik atas barang tersebut beralih pada lessee.
Sumber:

Buku :

Admiral. (2018). Aspek Hukum Kontrak Leasing dan Kontrak Financing. UIR Law Review.
Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018.
Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, 1994, Aspek Yuridis Dalam Leasing, Cet. I,
PT Rineka Cipta, Jakarta

Jurnal:

Aprilianti. (2011). Perjanjian Sewa Usaha Antara Lesse dan Lessor. Fiat Justisia, 5(3), 315–323.

Aprilianti. (2011). Perjanjian Sewa Usaha Antara Lesse dan Lessor. Fiat Justisia, 5(3), 315–323.

Web:

http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/qiema/article/download/3445/2458

https://www.google.co.id/books/edition/Cara_Pintar_Memilih_dan_Mengajukan_Kredi/
b9kZEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=teknik%20pembiayaan
%20leasing&pg=PA57&printsec=frontcover

Anda mungkin juga menyukai