Anda di halaman 1dari 12

EKONOMI KELEMBAGAAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

KELOMPOK 9

Disusun Oleh :

 ROMORA OKTAVIANI 1506105069


 MUADZ ABDUL AZIZ 1506105080

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara, MSi
atas bimbingannya selaku dosen mata kuliah Ekonomi kelembagaan. Juga kepada rekan rekan
mahasiswa yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah kami kedepannya. Semoga ini bermanfaat bagi para pembaca, terutama kami sebagai
mahasiswa Universitas Udayana.

Bukit Jimbaran, September 2017

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii

BAB I ............................................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................... 1

1.3 Manfaat .................................................................................................................................... 1

BAB II .......................................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 2

A. Pendekatan Statis : Spesialisasi ................................................................................................. 2

B. Pendekatan Dinamis : Perubahan Teknologi ........................................................................... 3

C. Hierarki dan Struktur Kepemilikan Korporasi ....................................................................... 5

D. Tata Kelola Perusahaan dan Restrukturisasi......................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi menjadi target pembangunan yang dipandang penting
karena di dalamnya secara implisit menunjukkan kinerja ekonomi secara keseluruhan,
seperti tingkat investasi, penyerapan tenaga kerja, jumlah output, dan peningkatan
pendapatan nasional. Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
mendeskripsikan kemampuan Negara tersebut untuk menyejahterakan rakyatnya, ceterus
paribus. Sebaliknya, tanpa pertumbuhan ekonomi (yang tinggi) sulit bagi Negara itu
untuk meningkatkan kemakmuran warganya. Jadi, kalaupun di Negara tersebut
pendapatannya merata, maka sebenarnya merata dalam keadaan miskin. Dengan
pertimbangan inilah hampir semua Negara memasukkan aspek pertumbuhan ekonomi
sebagai target pembangunan yang harus dipenuhi. Bahkan, ukuran keberhasilan
pembangunan kerap kali hanya disempitkan dari variabel pertumbuhan ekonomi semata.
Salah satu cara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut beragam adalah dengan
memakai perspektif ekonomi kelembagaan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu pendekatan statis: spesialisasi
1.2.2 Apa itu pendekatan dinamis: perubahan teknologi
1.2.3 Bagaimana hirarki dan struktur kepemilikan korparasi
1.2.4 Bagaimana tata kelola perusahaan dan restrukturasasi korparasi
1.3 Manfaat
1.3.1 Mengetahui tentang pendekatan statis: spesialisasi
1.3.2 Mengetahui tentang pendekatan dinamis: perubahan teknologi
1.3.3 Mengetahui bagaimana hirarki dan struktur kepemilikan korparasi
1.3.4 Mengetahui bagaimana tata kelola perusahaan dan restrukturisasi korparasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Statis : Spesialisasi


Salah satu model pertumbuhan ekonomi yang paling popular adalah fungsi produksi,
seperti yang dikenalkan oleh Harrod-Domar dan Solow. Dalam model ini, pertumbuhan ekonomi
utamanya difokuskan kepada faktor-faktor produksi, yakni stok modal (capital stock) dan tenaga
kerja (labor force). Pada level nasional, fungsi produksi mendeksripsikan hubungan ukuran dari
tenaga kerja dan stok modal suatu Negara, yang biasanya terukur dalam produk nasional bruto
(PNB). Pada level perusahaan atau ekonomi mikro, fungsi produksi tersebut mengabstraksikan
seberapa banyak peningkatan output yang dihasilkan suatu perusahaan bila jumlah tenaga kerja
atau stok modal meningkat, dengan faktor produksi yang lain dianggap tetap. Pada level makro,
pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tiga variabel, yakeni tabungan, investasi dan penduduk.
Tingkat tabungan yang tinggi akan memacu investasi, kemudian investasi tersebut akan
menyerap tenaga kerja, selanjutnya tenaga kerja akan menghasilkan output.
Pada tahap ini pertumbuhan ekonomi dilakukan tanpa adanya perubahan atau peningkatan
teknologi, hal inilah yang disebut sebagai pertumbuhan kasus statis (static case) [Yeager, 1998 :
35-36]. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi atau sebagai sumber pertumbuhan ekonomi
adalah dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan pembagian tenaga kerja. Spesialisasi
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut; apabila ada perusahaan yang membuat sepeda motor,
maka ada dua kemungkinan model pembagian kerja yang dilakukan. Pertama, seorang pekerja
diminta merakit sepeda motor dari mulai awal sampai jadi. Kedua, perusahaan membagi
pembuatan sepeda motor tersebut menjadi tiga bagian, yakni pembuatan kerangka, pemasangan
perlengkapan sepeda dan pengecekan akhir. Oleh karena itu seorang pekerja hanya dituntut
untuk menguasai pekerjaan berdasakran divisinya masing-masing.
Ilustrasi tersebut menerangkan bahwa efisiensi dan produktivitas tidak harus dilakukan
dengan menambah sumber daya maupun mengubah teknologi tetapi cukup dengan pembagian
kerja atau spesialisasi. Dengan landasan pemikiran tersebut, tugas terpenting yang harus
dikerjakan agar muncul spesialisasi adalah menciptakan kelembagaan yang efisien, seperti yang

2
terlihat pada bagan 10.1. Hal tersebut juga menjelaskan bahwa indikator efisien kelembagaan
bisa dilihat dari tinggi atau rendahnya biaya transaksi.
Bagan 10.1 (Pertumbuhan Ekonomi : Kasus Statis)

Kelembagaan  Biaya Transaksi  Penciptaan Pasar  Spesialisasi dan Pembagian


Kerja  Produktivitas  Kinerja Ekonomi

Sumber: Yeager, 1999 : 36

Semakin rendah biaya transaksi dari kegiatan ekonomi maka hal tersebut menunjukkan
kelembagaan yang efisien. Ada dua jalur yang bisa dilakukan untuk mendesain kelembagaan
ekonomi yang memunculkan biaya transaksi rendah. Pertama, membuat regulasi yang menjamin
kepastian pelaku ekonomi melakukan transaksi atau pertukaran. Kedua, memperkuat sistem
penegakan apabila terjadi masalah dalam proses transaksi. Kelembagaan informal yang kuat dan
baik, seperti menghargai waktu, disiplin, kerja keras dan jujur diyakini akan mempengaruhi
tingkat produktivitas.

B. Pendekatan Dinamis : Perubahan Teknologi


Sebagian besar masivitas produksi barang dan jasa sekaligus sebagai indicator
pertumbuhan ekonomi justru dipicu oleh inovasi dan perubahan teknologi. Proses pertumbuhan
ekonomi dalam pengertian dinamika endogen, yakni dengan memasukkan inovasi dan perubahan
teknologi sebagai variabel endogen yang berkembang dinamis. Hal itulah yang kemudian disebut
sebagai teori pertumbuhan baru [Jaffee, 1998 : 107].
Menurut Yeager, 1999 :47-49, ada tiga upaya untuk meningkatkan teknologi dari waktu ke
waktu. Pertama, sebuah negara harus mempercepat dan memperkuat kreativitas manusia. Kedua,
mengupayakan agar pasar modal berfungsi dengan baik. Disini, pemerintah dapat membantu
dengan cara menciptakan kelembagaan yang memungkinkan pasar modal berfungsi dengan baik,
misalnya melalui deposit insurance dan legalisasi pengungkapan informasi. Ketiga, menciptakan
lingkungan yang kompetitif sehingga bisa menekan korporasi untuk secara terus menerus
memperbaiki produk-produknya atau sanggup mengambil resiko.

3
Schumpeter (1947 : 83) memperkenalkan konsep creative destructive yaitu keberanian
untuk merusak konsep lama untuk digantikan dengan konsep baru, khususnya yang bertujuan
menangkap peluang barang baru yang dibutuhkan konsumen, metode produksi dan transportasi
baru, pasar baru, dan bentuk baru dari organisasi industrial. Perusahaan dapat memperoleh laba
dengan cara melalui perubahan dan peningkatan teknologi sehingga produk yang dihasilkan
kompetitif di pasar. Dalam jangka panjang cara ini dapat bertahan karena kemampuannya untuk
terus melakukan pembaruan produk lewat perubahan dan adaptasi teknologi baru.
Mekanisme itulah yang disebut sebagai creative destruction dan menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi yang abadi. Seperti yang terlihat pada bagan 10.2.
Bagan 10.2 (Pertumbuhan Ekonomi : Kasus Dinamis)

Kelembagaan  Perilaklu Organisasi  Proses Creative Destruction  Perbaikan


Teknologi  Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: Yeager, 1999 : 36

Peran terpenting dari kelembagaan adalah mendesain aturan yang membuat perusahaan
mempunyai insentif untuk melakukan proses perusakan kreatif yang pada akhirnya berimplikasi
kepada penemuan teknologi baru dan memicu pertumbuhan ekonomi. Namun di negara
berkembang kesadaran meletakkan aspek penelitian dan pengembangan masih sangat rendah,
sehingga pada level perusahaan komitmen untuk mengerjakan itu hampir tidak terlihat. Hal
tersebut dapat dilihat dari struktur pembiayaan R&D yang masih bertumpu pada pemerintah.
Padahal semestinya sektor swasta harus melakukan hal itu karena kemampuan pemerintah untuk
membiayai R&D sangat terbatas.
Kunci bagi negara berkembang untuk bersaing dengan negara maju adalah dengan
meningkatkan anggaran R&D sehingga potensi penemuan teknologi baru dimungkinkan terjadi.
Hal lain yang bisa dilakukan oleh negara berkembang adalah membenahi sektor pendidikan. Ada
dua aspek yang bisa dikerjakan pemerintah pada sektor pendidikan. Pertama, memberikan
kebebasan akademik yang luas sehingga manusia yang bekerja disektor pendidikan memiliki
ruang dan keberanian untuk melakukan eksperimen baru. Kedua, meningkatkan anggaran sektor
public sehingga kesempatan penduduk memperoleh akses terhadap pendidikan semakin besar.

4
Akhirnya, dengan peningkatan kemampuan dan pendidikan diharapkan menjadi elemen penting
bagi proses creative destruction sehingga sasaran pertumbuhan ekonomi lebih mungkin dicapai.

C. Hierarki dan Struktur Kepemilikan Korporasi


Salah satu tanda masyarakat kapitalis adalah bahwa sumber daya-sumber daya (ekonomi)
dimiliki dan dialokasikan oleh organisasi-organisasi non-pemerintah(private sector),seperti
perusahaan,rumah tangga,dan pasar. Pemilik sumber daya-sumber daya tersebut meningkatkan
produktivitas melalui spesialis sehingga hal ini mendorong tuntunan adanya pengorganisasian
ekonomi yang memfasilitasi terjadinya kerjasama(cooperative). Dalam posisi seperti ini, adalah
hal yang normal apabila perusahaan dilihat sebagai entitas yang memiliki kekuatan-kekuatan
menempatkan isu-isu strategis, semacam otoritas atau tindakandisipliner yang superior, yang
dapat dilakukan di pasar. Tentu saja, terdapat dua tuntutan utama yang diminta oleh organisasi
ekonomi agar sesuatunya bisa berjalan dengan baik,yakni pengukuran produktivitas input dan
pengukuran penghargaan (reward). Masalah pengukuran tersebut kadang-kadang dapat
dikerjakan melalui pertukaran produk dalam pasar yang kompetitif, karena dalam banyak situasi
pasar akan menghasilkan korelasi yang positif antara penghargaan dan produktivitas ( Alchian
dan Demsetz, 1972:777-778). Dengan begitu, organisasi pada dasarnya dipandang sebagai

entitas ‘problem-facing’ dan ‘problem solving’ (Thompson,1967). Tetapi, usaha-usaha organisasi


sering kali tidak jelas sehingga tuntutan terhadap adanya kontrol seringkali malah menyebabkan
pencapaian yang diinginkan tidak terjadi (Williason,1981:551)

Saat ini terdapat tiga pendekatan yang berbeda dalam menjalankan organisasi ekonomi, yakni
teori hak kepemilikan (property rights), teori agensi (agency theory)/desain mekanisme, dan
5
biaya transaksi. Secara umum teori organisasi ekonomi dapat dipisahkan dalam dua kategori
besar, yakni kontraktual (kelembagaan) dan non-kontraktual (klasik/teknologis).Schlicht
(Groenewegen, 2002:548-549) menganggap perusahaan sebagai suatu kombinasi dari tiga
mekanisme organisasi berikut: pasar internal dengan pertukaran, mekanisme perintah
(komando), dan mekanisme kebiasaan (custom). Elemen pertukaran merujuk pada motivasi
pekerja dalam struktur insentif. Elemen perintah (komando) menyebabkan perusahaan seperti
dapat menggantikan pasar. Sedangkan, elemen kebiasaan/tradisi melihat perusahaan semacam
suku kecil dengan peran sosial yang saling menutup dan melekat dalam pembagian kerja. Proses
inilah yang kemudian menumbuhkan budaya korporasi.

D. Tata Kelola Perusahaan dan Restrukturisasi

Dalam pendekatan ekonomi biaya transaksi, perusahaan (firms) dilihat sebagai struktur tata
kelola (governance structures), menggantikan pandangan aliran neoklasik yang menempatkan
perusahaan sebagai fungsi produksi. Dalam pendekatan neoklasik, kuantitas input digunakan
dalam proses produksi yang telah terspesifikasi, yakni melihat teknologi sebagai faktor eksogen
yang akan menentukan kuantitas output. Dalam tradisi ekonomi biaya transaksi, perbedaan
derajat sisa stok dari input yang berlainan akan mempengaruhi perilaku pemilik modal;
ketidakmampuan untuk mengamati kualitas atau upaya akan mempengaruhi efektivitas dari
input-input yang lain; kualitas manajerial akan menentukan seberapa baik input-input bila
dikombinasikan; dan seterusnya. Mekanisme tersebut berlangsung untuk menghindari terjadinya
masalah biaya transaksi. Oleh karena itu sejak pandangan neoklasik mendominasi teori ekonomi
dalam beberapa dekade terakhir, pendekatan yang dimunculkan oleh ekonomi biaya transaksi ini
bisa disebut sebagai hal yang dramatis dan revolusioner.

Lebih detail lagi dengan asumsi kinerja perusahaan yang tidak memuaskan,manajemen pada
awalnya masih bisa bekerja dengan strategi-strategi yang ada dengan pengetatan pembayaran
atau kontrol yang ada. Jika ini tidak cukup, tahap yang lebih mendasar akan dikerjakan, yakni
rekonstruksi strategi. Tetapi perkembangan baru akan terus dilakukan untuk mengaplikasikan
asumsi-asumsi yang mendasari di mana perusahaan tersebut beroperasi,misalnya,
mengeksploitasi posisi pasar produk. Dengan menggunakan teori perilaku (behavior theory),

6
kegiatan pencarian akan mendorong ke solusi yang memuaskan. Atau, di dalam kerangka Nelson
dan Winter (1982), perkembangan kebijakan bisnis akan didominasi oleh rutinitas organisasi
yang ada. Terakhir , jika restrukturisasi ini kurang cukup untuk menjangkau perkembangan
lingkungan, menurut Dietrich (1994:145), maka perusahaan harus mengubah keyakinan dan
asumsi yang mendasari dan dengan demikian praktik organisasi menjadi berubah, demikian pula
dengan motivasi manajerial, dan sebagainya. Melalui langkah-langkah tersebut, kinerja korporasi
bisa diperbaiki dan dalam jangka panjang budaya korporasi (baru) dapat dicapai.
Terakhir, pendekatan biaya transaksi terhadap studi organisasi dapat diterapkan dalam ketiga
tingkatan analisis berikut (Williamson, 1981:549)
Pertama, pada struktur usaha keseluruhan (overall structure of the enterprise). Pendekatan ini
memerlukan cakupan usaha yang luas,seperti bagaimana bagian-bagian yang bekerja harus
dihubungkan satu dengan yang lain. Kesatuan (unitary), perusahaan induk (holding company),
dan bentuk-bentuk multidivisional harus ditangani secara cermat bila isu ini hendak diatasi.
Kedua, atau level menengah (middle level), memfokuskan kepada bagian operasional dan
bertanya aktivitas mana yang seharusnya ditampilkan di dalam perusahaan, yang mana di
luar,dan mengapa. Ketiga, level analisis yang berhubungan dengan cara di mana aset manusia
diorganisasi. Obyek analisis yang berhubungan dengan cara di mana aset manusia diorganisasi.
Obyek analisis pada level ini memadukan struktur tata kelola internal dengan kelengkapan
kelompok kerja dengan cara yang berbeda. Dengan pendekatan biaya transaksi ini, aktivitas
perusahaan diupayakan memiliki desain yang efisien sehingga memiliki efek yang bagus bagi
produksi. Jadi, yang ditekankan di sini bukan bagaimana cara mendapatkan bahan baku yang
murah atau melakukan kombinasi dari input-input yang tersedia agar menghasilkan output yang
optimal, namun mengupayakan agar manajemen perusahaan bekerja secara efektif melalui
kelembagaan yang efisien (ditunjukkan oleh biaya transaksi yang rendah).

7
KASUS

PT Lapindo Brantas, Inc sangat dikenal secara luas balik dalam maupun luar negeri semenjak
peristiwa banjir lumpur panas sidoarjo, atau yang biasa dikenal dengan perisitwa Lumpur
Lapindo•yang terjadi pada 29 Mei 2006. Peristiwa Lumpur Lapindo, adalah peristiwa
menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Sumur Banjar Panji 1
(BJP-1) yang terletak di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. Semburan lumpur yang berbahaya ini sampai
sekarang masih berlanjut dan belum dapat di tutup, atau bahkan untuk diberhentikan. Semburan
lumpur lapindo ini merupakan suatu peristiwa yang sangat memilukan dan merugikan banyak
pihak. Oleh karena peristiwa ini, menyebabkan tutupnya tidak kurang dari 10 pabrik, merendam
lebih dari 100 hektar lahan produktif dan pemukiman penduduk yang pada akhirnya memaksa
para penduduk setempat untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman agar tidak terendam
lumpur panas tersebut. Selain itu lumpur panas di Sidoarjo tersebut mengganggu jadwal
perjalanan kereta api dan akses transportasi jalan tol Surabaya-Gempol yang harus ditutup.
Semburan atas lumpur panas ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar hingga tidak dapat
diperkirakan atas kerugian ekonomi dan lingkungannya. Di sisi lain, pengrajin kulit di daerah
Tanggulangin terpaksa untuk gulung tikar dan mengakibatkan kerugian serta pengangguran yang
meningkat. Lumpur panas yang tersembur tersebut juga berbahaya bagi kesehatan masyarakat
karena dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker, menyebabkan sel
darah merah pecah (hemolisis), jantung berdebar (cardiac aritmia), dan gangguan ginjal.
Ringkasnya, Selain perusakan lingkungan dan gangguan kesehatan,dampak sosial banjir lumpur
tidak bisa dipandang remeh. Kasus ini tidak menunjukkan perbaikan kondisi, ketidakpastian
penyelesaian, dan tekanan psikis yang bertubi-tubi, dan krisis sosial mulai mengemuka.

Pelanggaran PT Lapindo Brantas, Inc Terkait Tata Kelola Perusahaan

Dalam tata kelola perusahaan, perusahaan yang mempraktikan tata kelola perusahaan yang baik
akan menjadi kunci sukses perusahaan untuk tumbuh menguntungkan dalam jangka panjang,
sedangkan perusahaan yang tidak menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dapat memiliki
kegagalan dalham usahanya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Yustika, A. E. 2002. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan.


Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai