KELOMPOK 9
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara, MSi
atas bimbingannya selaku dosen mata kuliah Ekonomi kelembagaan. Juga kepada rekan rekan
mahasiswa yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah kami kedepannya. Semoga ini bermanfaat bagi para pembaca, terutama kami sebagai
mahasiswa Universitas Udayana.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
BAB II .......................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
terlihat pada bagan 10.1. Hal tersebut juga menjelaskan bahwa indikator efisien kelembagaan
bisa dilihat dari tinggi atau rendahnya biaya transaksi.
Bagan 10.1 (Pertumbuhan Ekonomi : Kasus Statis)
Semakin rendah biaya transaksi dari kegiatan ekonomi maka hal tersebut menunjukkan
kelembagaan yang efisien. Ada dua jalur yang bisa dilakukan untuk mendesain kelembagaan
ekonomi yang memunculkan biaya transaksi rendah. Pertama, membuat regulasi yang menjamin
kepastian pelaku ekonomi melakukan transaksi atau pertukaran. Kedua, memperkuat sistem
penegakan apabila terjadi masalah dalam proses transaksi. Kelembagaan informal yang kuat dan
baik, seperti menghargai waktu, disiplin, kerja keras dan jujur diyakini akan mempengaruhi
tingkat produktivitas.
3
Schumpeter (1947 : 83) memperkenalkan konsep creative destructive yaitu keberanian
untuk merusak konsep lama untuk digantikan dengan konsep baru, khususnya yang bertujuan
menangkap peluang barang baru yang dibutuhkan konsumen, metode produksi dan transportasi
baru, pasar baru, dan bentuk baru dari organisasi industrial. Perusahaan dapat memperoleh laba
dengan cara melalui perubahan dan peningkatan teknologi sehingga produk yang dihasilkan
kompetitif di pasar. Dalam jangka panjang cara ini dapat bertahan karena kemampuannya untuk
terus melakukan pembaruan produk lewat perubahan dan adaptasi teknologi baru.
Mekanisme itulah yang disebut sebagai creative destruction dan menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi yang abadi. Seperti yang terlihat pada bagan 10.2.
Bagan 10.2 (Pertumbuhan Ekonomi : Kasus Dinamis)
Peran terpenting dari kelembagaan adalah mendesain aturan yang membuat perusahaan
mempunyai insentif untuk melakukan proses perusakan kreatif yang pada akhirnya berimplikasi
kepada penemuan teknologi baru dan memicu pertumbuhan ekonomi. Namun di negara
berkembang kesadaran meletakkan aspek penelitian dan pengembangan masih sangat rendah,
sehingga pada level perusahaan komitmen untuk mengerjakan itu hampir tidak terlihat. Hal
tersebut dapat dilihat dari struktur pembiayaan R&D yang masih bertumpu pada pemerintah.
Padahal semestinya sektor swasta harus melakukan hal itu karena kemampuan pemerintah untuk
membiayai R&D sangat terbatas.
Kunci bagi negara berkembang untuk bersaing dengan negara maju adalah dengan
meningkatkan anggaran R&D sehingga potensi penemuan teknologi baru dimungkinkan terjadi.
Hal lain yang bisa dilakukan oleh negara berkembang adalah membenahi sektor pendidikan. Ada
dua aspek yang bisa dikerjakan pemerintah pada sektor pendidikan. Pertama, memberikan
kebebasan akademik yang luas sehingga manusia yang bekerja disektor pendidikan memiliki
ruang dan keberanian untuk melakukan eksperimen baru. Kedua, meningkatkan anggaran sektor
public sehingga kesempatan penduduk memperoleh akses terhadap pendidikan semakin besar.
4
Akhirnya, dengan peningkatan kemampuan dan pendidikan diharapkan menjadi elemen penting
bagi proses creative destruction sehingga sasaran pertumbuhan ekonomi lebih mungkin dicapai.
Saat ini terdapat tiga pendekatan yang berbeda dalam menjalankan organisasi ekonomi, yakni
teori hak kepemilikan (property rights), teori agensi (agency theory)/desain mekanisme, dan
5
biaya transaksi. Secara umum teori organisasi ekonomi dapat dipisahkan dalam dua kategori
besar, yakni kontraktual (kelembagaan) dan non-kontraktual (klasik/teknologis).Schlicht
(Groenewegen, 2002:548-549) menganggap perusahaan sebagai suatu kombinasi dari tiga
mekanisme organisasi berikut: pasar internal dengan pertukaran, mekanisme perintah
(komando), dan mekanisme kebiasaan (custom). Elemen pertukaran merujuk pada motivasi
pekerja dalam struktur insentif. Elemen perintah (komando) menyebabkan perusahaan seperti
dapat menggantikan pasar. Sedangkan, elemen kebiasaan/tradisi melihat perusahaan semacam
suku kecil dengan peran sosial yang saling menutup dan melekat dalam pembagian kerja. Proses
inilah yang kemudian menumbuhkan budaya korporasi.
Dalam pendekatan ekonomi biaya transaksi, perusahaan (firms) dilihat sebagai struktur tata
kelola (governance structures), menggantikan pandangan aliran neoklasik yang menempatkan
perusahaan sebagai fungsi produksi. Dalam pendekatan neoklasik, kuantitas input digunakan
dalam proses produksi yang telah terspesifikasi, yakni melihat teknologi sebagai faktor eksogen
yang akan menentukan kuantitas output. Dalam tradisi ekonomi biaya transaksi, perbedaan
derajat sisa stok dari input yang berlainan akan mempengaruhi perilaku pemilik modal;
ketidakmampuan untuk mengamati kualitas atau upaya akan mempengaruhi efektivitas dari
input-input yang lain; kualitas manajerial akan menentukan seberapa baik input-input bila
dikombinasikan; dan seterusnya. Mekanisme tersebut berlangsung untuk menghindari terjadinya
masalah biaya transaksi. Oleh karena itu sejak pandangan neoklasik mendominasi teori ekonomi
dalam beberapa dekade terakhir, pendekatan yang dimunculkan oleh ekonomi biaya transaksi ini
bisa disebut sebagai hal yang dramatis dan revolusioner.
Lebih detail lagi dengan asumsi kinerja perusahaan yang tidak memuaskan,manajemen pada
awalnya masih bisa bekerja dengan strategi-strategi yang ada dengan pengetatan pembayaran
atau kontrol yang ada. Jika ini tidak cukup, tahap yang lebih mendasar akan dikerjakan, yakni
rekonstruksi strategi. Tetapi perkembangan baru akan terus dilakukan untuk mengaplikasikan
asumsi-asumsi yang mendasari di mana perusahaan tersebut beroperasi,misalnya,
mengeksploitasi posisi pasar produk. Dengan menggunakan teori perilaku (behavior theory),
6
kegiatan pencarian akan mendorong ke solusi yang memuaskan. Atau, di dalam kerangka Nelson
dan Winter (1982), perkembangan kebijakan bisnis akan didominasi oleh rutinitas organisasi
yang ada. Terakhir , jika restrukturisasi ini kurang cukup untuk menjangkau perkembangan
lingkungan, menurut Dietrich (1994:145), maka perusahaan harus mengubah keyakinan dan
asumsi yang mendasari dan dengan demikian praktik organisasi menjadi berubah, demikian pula
dengan motivasi manajerial, dan sebagainya. Melalui langkah-langkah tersebut, kinerja korporasi
bisa diperbaiki dan dalam jangka panjang budaya korporasi (baru) dapat dicapai.
Terakhir, pendekatan biaya transaksi terhadap studi organisasi dapat diterapkan dalam ketiga
tingkatan analisis berikut (Williamson, 1981:549)
Pertama, pada struktur usaha keseluruhan (overall structure of the enterprise). Pendekatan ini
memerlukan cakupan usaha yang luas,seperti bagaimana bagian-bagian yang bekerja harus
dihubungkan satu dengan yang lain. Kesatuan (unitary), perusahaan induk (holding company),
dan bentuk-bentuk multidivisional harus ditangani secara cermat bila isu ini hendak diatasi.
Kedua, atau level menengah (middle level), memfokuskan kepada bagian operasional dan
bertanya aktivitas mana yang seharusnya ditampilkan di dalam perusahaan, yang mana di
luar,dan mengapa. Ketiga, level analisis yang berhubungan dengan cara di mana aset manusia
diorganisasi. Obyek analisis yang berhubungan dengan cara di mana aset manusia diorganisasi.
Obyek analisis pada level ini memadukan struktur tata kelola internal dengan kelengkapan
kelompok kerja dengan cara yang berbeda. Dengan pendekatan biaya transaksi ini, aktivitas
perusahaan diupayakan memiliki desain yang efisien sehingga memiliki efek yang bagus bagi
produksi. Jadi, yang ditekankan di sini bukan bagaimana cara mendapatkan bahan baku yang
murah atau melakukan kombinasi dari input-input yang tersedia agar menghasilkan output yang
optimal, namun mengupayakan agar manajemen perusahaan bekerja secara efektif melalui
kelembagaan yang efisien (ditunjukkan oleh biaya transaksi yang rendah).
7
KASUS
PT Lapindo Brantas, Inc sangat dikenal secara luas balik dalam maupun luar negeri semenjak
peristiwa banjir lumpur panas sidoarjo, atau yang biasa dikenal dengan perisitwa Lumpur
Lapindo•yang terjadi pada 29 Mei 2006. Peristiwa Lumpur Lapindo, adalah peristiwa
menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Sumur Banjar Panji 1
(BJP-1) yang terletak di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. Semburan lumpur yang berbahaya ini sampai
sekarang masih berlanjut dan belum dapat di tutup, atau bahkan untuk diberhentikan. Semburan
lumpur lapindo ini merupakan suatu peristiwa yang sangat memilukan dan merugikan banyak
pihak. Oleh karena peristiwa ini, menyebabkan tutupnya tidak kurang dari 10 pabrik, merendam
lebih dari 100 hektar lahan produktif dan pemukiman penduduk yang pada akhirnya memaksa
para penduduk setempat untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman agar tidak terendam
lumpur panas tersebut. Selain itu lumpur panas di Sidoarjo tersebut mengganggu jadwal
perjalanan kereta api dan akses transportasi jalan tol Surabaya-Gempol yang harus ditutup.
Semburan atas lumpur panas ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar hingga tidak dapat
diperkirakan atas kerugian ekonomi dan lingkungannya. Di sisi lain, pengrajin kulit di daerah
Tanggulangin terpaksa untuk gulung tikar dan mengakibatkan kerugian serta pengangguran yang
meningkat. Lumpur panas yang tersembur tersebut juga berbahaya bagi kesehatan masyarakat
karena dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker, menyebabkan sel
darah merah pecah (hemolisis), jantung berdebar (cardiac aritmia), dan gangguan ginjal.
Ringkasnya, Selain perusakan lingkungan dan gangguan kesehatan,dampak sosial banjir lumpur
tidak bisa dipandang remeh. Kasus ini tidak menunjukkan perbaikan kondisi, ketidakpastian
penyelesaian, dan tekanan psikis yang bertubi-tubi, dan krisis sosial mulai mengemuka.
Dalam tata kelola perusahaan, perusahaan yang mempraktikan tata kelola perusahaan yang baik
akan menjadi kunci sukses perusahaan untuk tumbuh menguntungkan dalam jangka panjang,
sedangkan perusahaan yang tidak menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dapat memiliki
kegagalan dalham usahanya.
8
DAFTAR PUSTAKA