II.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2022 dan Perkiraan Tahun 2023
Perkembangan kondisi ekonomi daerah dapat dilihat dari indikator
ekonomi makro serta perkembangan perekonomian daerah. Perekonomian suatu
daerah tidak dapat terlepas dari perekonomian regional, perekonomian nasional
bahkan perekonomian global. Terdapat faktor-faktor perekonomian yang tidak dapat
dikendalikan oleh daerah seperti kebijakan pemerintah pusat yang menyangkut
sektor moneter maupun sektor riil. Selain itu juga pengaruh perekonomian global
Evaluasi Hasil RKPD Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021 | TW III – 5
BAB II
seperti pengaruh naik turunnya harga minyak dunia, dan nilai tukar mata uang asing
terhadap rupiah, dan yang terakhir adalah pengaruh krisis keuangan global yang
berdampak pada kelesuan pasar ekspor.
Kondisi ekonomi makro Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022
mengalami kenaikan sebesar 2,02 persen bila dibandingkan Tahun sebelumnya 2021
(y-on-y). PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 6,12 trilyun rupiah, PDRB atas
Dasar Harga Konstan 2010 sebesar Rp. 4.21 trilyun rupiah, PDRB Perkapita sebesar
Rp. 32,29 juta rupiah.
Jika dilihat dari struktur pekonomian yang membentuk PDRB pada tahun
2021 antara lain sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi
penyumbang terbesar yakni sebesar 43,46%, diikuti sektor perdagangan, besar dan
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor mencapai 15,51%, kontruksi mencapai
14,66%, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial wajib mencapai
11,25%, lainnya 15,17%. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan
sektor yang masih dominan di tahun 2021 dan menjadi karakteristik sumber
pendapatan utama masyarakat Humbang Hasundutan yang mayoritas masyarakatnya
mengusahakan pertanian yang pada umumnya adalah tanaman pangan (padi dan
jagung), kehutanan (kemenyan) dan perkebunan tahunan (kopi).
Perkiraan ekonomi daerah diprediksi meningkat pada tahun 2022, namun
adanya ancaman resesi global untuk tahun 2023 menyebabkan ekonomi di daerah
mengalami ganguan sehingga penguatan ekonomi di daerah tidak naik significan
dibandingkan tahun sebelumnya, BI memprediksi di Tahun 2023 pertumbuhan
ekonomi Provinsi Sumatra Utara berada di kisaran 3,9-4,7 persen.
II.1.2 Tantangan
Berdasarkan kondisi dan perkembangan perekonomian Nasional
terutama adanya tantangan resesi global pada tahun 2023 serta mempertimbangkan
kondisi lingkungan internal dan eksternal, yang hampir melumpuhkan sendi sendi
perokonomian dihampir semua sektor. Tantangan dimaksud antara lain mencakup:
1) Menekan laju angka kemiskinan;
2) Menurunkan angka pengangguran;
3) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan sektor-sektor
ekonomi potensi lokal dan strategis;
4) Meningkatkan pemerataan pembangunan ekonomi antar wilayah;
5) Meningkatkan iklim investasi yang lebih kondusif dan konstruktif;
6) Menyediakan infrastruktur yang memadai dan berkualitas;
7) Meningkatkan daya saing produk dan sumber daya manusia agar dapat bersaing
di pasar global;
EfektIitas kebijakan, program dan kegiatan serta sub kegiatan pembangunan yang
tertuang dalam RKPD Tahun 2022 mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah sebagai salah
Evaluasi Hasil RKPD Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021 | TW III – 7
BAB II
satu penopang strategis dalam implementasi RKPD, yang akan selalu berdampingan dengan
sumber sumber pendanaan non APBD, seperti APBN, Hibah, dana kemitraan swasta, swadaya
masyarakat serta kontribusi pelaku usaha melalui Corporate Social Resposibility (CSR).
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran, yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah
(penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah). Keuangan daerah dikelola sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku dengan menganut azas tertib, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat