Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN NOTA KEUANGAN 2019

RPJMN 2015-2019 yang memiliki visi “Terwujudnya Indonesia


yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019 dengan tema


yang sejalan, yaitu “Pemerataan Pembangunan untuk Pertumbuhan Berkualitas.”

APBN tahun 2019 mengambil tema “APBN


untuk Mendorong Investasi dan Daya Saing Melalui Pembangunan (Investasi)
Sumber Daya Manusia.”

Tiga strategi utama APBN, yaitu:


(i) mobilisasi pendapatan yang realistis dengan tetap menjaga iklim investasi;
(ii) peningkatan kualitas belanja agar lebih produktif dan efektif dengan penguatan
value for money untuk mendukung program prioritas termasuk pendidikan dan
kesehatan; serta
(iii) mendorong efisiensi dan inovasi pembiayaan

Tantangan perekonomian global ke depan masih akan bersumber dari dampak beberapa hal
berikut:
(i) kebijakan proteksionisme dan perpajakan Amerika Serikat;
(ii) keberlanjutan normalisasi kebijakan moneter di negara maju yang berpotensi
menimbulkan dinamika likuiditas pada sektor keuangan global; dan
(iii) situasi geopolitik yang sewaktu-waktu dapat berisiko tinggi.

asumsi dasar ekonomi makro di tahun 2019 diperkirakan akan mengalami dinamika yang
disebabkan oleh beberapa aspek, yaitu:
(i) perkembangan perekonomian global, baik dari perkembangan ekonomi
mancanegara, pasar keuangan, maupun perdagangan internasional;
(ii) perkembangan ekonomi domestik yang dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat,
investasi, dan belanja pemerintah;
(iii) arah, sasaran, dan target pembangunan yang diselaraskan dengan dinamika sosial,
demografi, perubahan struktural, dan agenda penting nasional seperti Pemilu;
serta
(iv) tantangan-tantangan yang harus dihadapi seperti akselerasi investasi, peningkatan
daya saing, kemiskinan, kesenjangan, pengangguran, pengarusutamaan gender,
stunting, dan risiko dampak bencana alam.

penguatan pelaksanaan money follows program dengan pendekatan:


a. tematik (terfokus),
b. holistik (menyeluruh),
c. integratif (terpadu), dan
d. spasial.

Strategi pelaksanaan pembangunan dituangkan ke dalam lima prioritas nasional, yang


meliputi:
1. pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan
dasar;
2. pengurangan kesenjangan antarwilayah melalui penguatan konektivitas dan
kemaritiman;
3. peningkatan nilai tambah ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melalui pertanian,
industri, pariwisata, dan jasa produktif lainnya;
4. pemantapan ketahanan energi, pangan, dan sumber daya air; serta
5. stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan Pemilu.

Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN Tahun 2019


1. pertumbuhan ekonomi
2. inflasi
3. suku bunga SPN 3 bulan
4. nilai tukar rupiah
5. harga minyak mentah Indonesia
6. Lifting minyak dan gas bumi

Indikator Kesejahteraan Masyarakat


1. Ketenagakerjaan
2. Kemiskinan dan ketimpangan
3. Indeks pembanguna manusia

Beberapa faktor teknis yang mempengaruhi perkiraan tumbuhnya penerimaan perpajakan


tahun 2019 antara lain
1. meningkatnya kepatuhan sukarela Wajib Pajak sebagai dampak program amnesti
pajak,
2. perbaikan dan penyempurnaan sistem teknologi dan informasi perpajakan yang
mendorong kemudahan,
3. transparansi dan akuntabilitas Wajib Pajak dalam penyelesaian kewajibannya,
4. tindak lanjut program Tax Amnesty,
5. penguatan pemeriksaan seperti adanya joint audit antara Ditjen Pajak dan Ditjen Bea
dan Cukai, dan
6. penyempurnaan peraturan perpajakan
Penurunan tarif pajak penghasilan UMKM (PP No. 23 Tahun 2018), tarif pajak penghasilan
final untuk WP UMKM dengan omet setahun di bawah Rp4,8 M diturunkan dari 1 %
menjadi 0,5 % dari nilai omzet dengan jangka waktu pengenaan tarif dalam 3 kategori:

a. 7 tahun bagi WPOP


b. 4 tahun bagi WP Badan
c. 3 tahun bagi WP berbentuk PT

Pada dasarnya, insentif perpajakan merupakan salah satu bentuk belanja negara yang
umumnya tidak diberikan dalam bentuk uang, melainkan berbentuk pengurangan kewajiban
perpajakan, dan lazim disebut sebagai belanja perpajakan (tax expenditure).

Dalam APBN tahun 2019, akun pendapatan dari kekayaan negara dipisahkan terdiri dari
pendapatan dari bagian pemerintah atas laba BUMN dan pendapatan dari kekayaan
dipisahkan lainnya (antara lain pendapatan dari surplus Bank Indonesia).

Secara garis besar PNBP lainnya dikelompokkan ke dalam beberapa jenis pendapatan, antara
lain:
1. Pendapatan dari penjualan, pengelolaan barang milik negara (BMN), dan iuran badan
usaha;
2. Pendapatan administrasi dan penegakan hukum;
3. Pendapatan k e s e h a t a n , perlindungan sosial, dan keagamaan;
4. pendapatan pendidikan, budaya, riset, dan teknologi;
5. pendapatan jasa transportasi, komunikasi dan informatika;
6. pendapatan jasa lainnya;
7. pendapatan bunga, pengelolaan rekening perbankan, dan pengelolaan keuangan;
8. pendapatan denda; dan
9. pendapatan lain-lain.

Dari 63 Kementerian/Lembaga yang mempunyai kontribusi dalam PNBP lainnya, terdapat 10


Kementerian/Lembaga sebagai penyumbang PNBP terbesar. K/L tersebut adalah:
1. Kementerian Komunikasi dan Informatika;
2. Kementerian Perhubungan;
3. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Kementerian Pertahanan;
5. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi;
6. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
7. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
8. Kementerian Agama;
9. Kementerian Ketenagakerjaan; dan
10. Kementerian Kesehatan.

Pada tahun 2017, jumlah satker BLU sebanyak 203 satker yang tersebar pada 19 K/L.

Dalam APBN tahun 2019, penerimaan hibah juga didasarkan pada komitmen pemberi donor
yang telah menandatangani memorandum of understanding (MoU) dengan Pemerintah
Indonesia.

Penerimaan hibah tersebut akan digunakan untuk membiayai program-program penanganan


perubahan iklim (climate change), pengurangan emisi di perkotaan, keanekaragaman hayati
dan pelestarian hutan.

APBN tahun 2019 difokuskan kepada dua hal utama, yaitu:


1. menjaga kesehatan fiskal dengan mendorong APBN agar lebih produktif, efisien,
berdaya tahan, dan mampu mengendalikan risiko baik dalam jangka pendek, jangka
menengah, maupun jangka panjang; dan
2. mendorong iklim investasi dan ekspor melalui penyederhanaan dan kemudahan
investasi serta ekspor, peningkatan kualitas layanan publik, dan pemberian insentif
fiskal.

Menurut klasifikasi fungsi, alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dirinci menjadi 11
fungsi yang menggambarkan tugas pemerintah dalam melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan
dan pemerintahan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
Fungsi-fungsi tersebut terdiri atas:
1. fungsi pelayanan umum;
2. fungsi pertahanan;
3. fungsi ketertiban dan keamanan;
4. fungsi ekonomi;
5. fungsi perlindungan lingkungan hidup;
6. fungsi perumahan dan fasilitas umum;
7. Fungsi kesehatan;
8. fungsi pariwisata;
9. fungsi agama;
10. fungsi pendidikan; dan
11. fungsi perlindungan sosial.

Secara umum, arah kebijakan belanja pemerintah pusat menurut fungsi difokuskan untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional dengan memperkuat efektivitas dan efisiensi belanja
(value for money), dengan menempuh beberapa kebijakan:
1. Kebijakan penguatan aparatur negara
2. kebijakan pengendalian belanja barang dan operasional
3. belanja modal didorong untuk dioptimalkan
4. kebijakan penguatan perlindungan sosial

Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi


Anggaran belanja pemerintah pusat secara umum dikelompokkan dalam dua bagian
besar yaitu:
1. anggaran yang dialokasikan melalui Bagian Anggaran (BA) Kementerian/Lembaga
(K/L) dengan menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran (Chief
Operational Officer/COO); dan
2. anggaran yang dialokasikan melalui bagian anggaran Bendahara Umum Negara
(BUN) dengan Menteri Keuangan selaku BUN (Chief Financial Officer/CFO) atau
belanja non-K/L.
A. BA BUN Pengelolaan Utang Negara;
B. BA BUN Pengelolaan Hibah;
C. BA BUN Pengelolaan Belanja Subsidi;
D. BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya; dan
E. BA BUN Pengelolaan Transaksi Khusus.

Dalam penyusunan alokasi belanja pemerintah pusat, Pemerintah menggunakan basis


perhitungan penganggaran jangka menengah (medium term budget framework/MTBF) yang
disusun tahun sebelumnya.

Sebagai pelaksanaan dari kebijakan desentralisasi fiskal, Pemerintah menganggarkan dana


Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKKD) yang bersumber dari APBN kepada daerah
sesuai ketentuan perundang-undangan.

Transfer ke Daerah terdiri dari:


1. Dana Perimbangan (DTU: DBH, DAU, DTK: DAK FISIK, DAK NONFISIK);
2. Dana Insentif Daerah; serta
3. Dana Otsus dan Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta.

DBH Pajak dan DBH SDA dialokasikan kepada daerah berdasarkan dua prinsip, yaitu: (1)
prinsip pembagian berbasis daerah penghasil (by origin), dan (2) prinsip penyaluran
berdasarkan realisasi penerimaan negara yang dibagihasilkan (based on actual revenue).

DAK FISIK:
1. DAK Reguler
DAK reguler bertujuan untuk membantu mendanai kegiatan penyediaan pelayanan
dasar sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 dengan target pemenuhan SPM dan
ketersediaan sarana dan prasarana, dengan mencakup 10 bidang yaitu: (1) Bidang
pendidikan; (2) Bidang kesehatan dan KB; (3) Bidang air minum; (4) Bidang sanitasi;
(5) Bidang perumahan dan permukiman; (6) Bidang industri kecil dan menengah; (7)
Bidang pertanian; (8) Bidang kelautan dan perikanan; (9) Bidang pariwisata; dan (10)
Bidang jalan.
2. DAK Penugasan
DAK penugasan bertujuan untuk mendukung pencapaian prioritas nasional tahun
2019 yang menjadi kewenangan daerah dengan lingkup kegiatan spesifik dan lokasi
prioritas tertentu. Bidang DAK penugasan pada tahun 2019 mencakup sembilan
bidang yaitu: (1) Bidang Pendidikan; (2) Bidang Jalan; (3) Bidang Irigasi; (4) Bidang
Kesehatan; (5) Bidang Air Minum; (6) Bidang Pasar; (7) Bidang Lingkungan Hidup
dan Kehutanan; (8) Bidang Sanitasi; dan (9) Bidang Pariwisata.
3. DAK Afirmasi
DAK afirmasi bertujuan untuk membantu mempercepat pembangunan infrastruktur
dan pelayanan dasar pada lokasi prioritas yang termasuk kategori daerah perbatasan,
kepulauan, tertinggal, dan transmigrasi (area/spatial based).

DAK Nonfisik terdiri atas:


1. dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
2. dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP
PAUD),
3. dana Tunjangan Profesi Guru PNSD,
4. dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD,
5. dana Tunjangan Khusus Guru PNSD di daerah khusus,
6. dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK),
7. dana Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB),
8. dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PK2UKM),
9. dana Pelayanan Administrasi Kependudukan, dan empat jenis inisiatif baru DAK
Nonfisik, yaitu:
10. dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan Kesetaraan,
11. dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Museum dan Taman Budaya,
12. dana Pelayanan Kepariwisataan, dan
13. dana Bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah (BLPS).

Dana Insentif Daerah (DID)

Pengalokasian DID ditujukan untuk mendorong daerah agar meningkatkan:


1. kualitas kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah;
2. kualitas pelayanan umum pemerintahan;
3. kualitas pelayanan dasar publik di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur;
dan
4. kesejahteraan masyarakat.

Kriteria utama merupakan kriteria yang harus dimiliki oleh suatu daerah sebagai penentu
kelayakan daerah penerima, terdiri dari:
1. Opini BPK atas LKPD,
2. Penetapan Perda APBD tepat waktu,
3. Penggunaan e-government dan
4. Ketersediaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Dana Otonomi Khusus
alokasi Dana Otsus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat besarnya setara dengan 2%
dari pagu DAU Nasional, terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan.
Dana Otonomi Khusus yang besarnya ditetapkan setara dengan 2 % dari pagu DAU Nasional
dialokasikan kepada Provinsi Aceh

Kebijakan Defisit APBN Tahun 2019


Dari sisi pengelolaan fiskal, strategi kebijakan fiskal yang ditempuh Pemerintah tahun 2019
antara lain:
1. Mobilisasi pendapatan yang realistis;
2. strategi belanja agar lebih efektif dan produktif; serta
3. mengembangkan pembiayaan yang efisien dan kreatif.

Arah kebijakan fiskal yang akan ditempuh Pemerintah pada tahun 2019 masih akan bersifat
ekspansif terarah dan terukur. Kebijakan fiskal yang ekspansif tersebut diharapkan:
(1) mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan;
(2) mendukung kegiatan produktif guna meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing;
(3) menjaga pengelolaan fiskal yang sehat dan berkesinambungan.

Kebijakan Pembiayaan Anggaran APBN Tahun 2019


Pembiayaan Utang
Pembiayaan utang dalam postur APBN berperan dalam membiayai defisit anggaran,
pembiayaan investasi terutama PMN kepada BUMN dan BLU, serta pemberian pinjaman
kepada BUMN dan Pemda.

a. Pinjaman Dalam Negeri (Neto)


Pemanfaatan pinjaman dalam negeri di tahun 2019 tetap difokuskan untuk upaya
pemberdayaan industri dalam negeri untuk pengadaan alutsista dan almatsus pada
Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara RI, dalam rangka menjaga
kedaulatan negara dan stabilitas keamanan nasional.
b. Pinjaman Luar Negeri (Neto)
Pinjaman luar negeri merupakan instrumen utang pertama yang dimanfaatkan
Pemerintah untuk membiayai defisit APBN.
Penarikan pinjaman kegiatan terutama berasal dari mitra pembangunan
bilateral dan multilateral antara lain dari Jepang, Tiongkok, Jerman, Korea Selatan,
World Bank, IDB, ADB, AIIB, dan pengadaan pinjaman yang bersumber dari
kreditur swasta asing.

Pembiayaan Investasi
Investasi kepada BUMN
Investasi kepada BUMN dilakukan Pemerintah dengan tujuan memperoleh manfaat
ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya melalui BUMN. Pembiayaan investasi kepada
BUMN dalam APBN tahun 2019 dialokasikan sebesar Rp17.800,0 miliar yang akan
diberikan kepada
1. PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero),
adalah Perseroan Terbatas yang bertujuan untuk menyelenggarakan usaha penyediaan
tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta
memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang
ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-
prinsip Perseroan Terbatas.
2. PT Hutama Karya/HK (Persero),
adalah BUMN yang 100 persen sahamnya dimiliki oleh Negara, yang bergerak di bidang
konstruksi serta pengusahaan jalan tol.
3. PT Sarana Multigriya Finansial/SMF (Persero).
merupakan Special Mission Vehicle (SMV) yang berperan sebagai fiscal tools bagi
Kementerian Keuangan dalam rangka membangun dan mengembangkan pasar
pembiayaan sekunder perumahan, serta meningkatkan tersedianya sumber dana jangka
menengah/panjang untuk sektor perumahan yang memungkinkan kepemilikan rumah
menjadi terjangkau bagi setiap keluarga Indonesia.

Investasi kepada Lembaga/Badan Lainnya


Investasi kepada lembaga/badan lainnya dalam APBN tahun 2019 dialokasikan
kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebesar Rp2.500,0 miliar. LPEI
dibentuk dalam rangka melaksanakan pembiayaan ekspor nasional berupa pembiayaan,
asuransi, dan penjaminan.

Investasi kepada Badan Layanan Umum


Investasi kepada BLU dalam APBN tahun 2019 terdiri dari
1. Dana Bergulir,
Dana bergulir merupakan dana yang dipinjamkan untuk dikelola dan
digulirkan kepada masyarakat yang bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan
tujuan lainnya. Dalam APBN tahun 2019, Pemerintah mengalokasikan dana bergulir
kepada BLU Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) dan BLU
Pusat Investasi Pemerintah (PIP).
2. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN),
3. BLU Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI),
Pemerintah akan melakukan integrasi pengelolaan dana kerja sama
pembangunan internasional dengan pembentukan BLU LDKPI di bawah pembinaan
Menteri Keuangan. Lembaga ini berperan penting dalam mendukung penyediaan dana
bagi kerja sama pembangunan Indonesia dengan melakukan investasi dan mengelola
dana yang berasal dari berbagai mitra Indonesia. LDKPI juga dibentuk untuk
mendukung pelaksanaan program kerja sama pembangunan internasional yang
memiliki karakteristik tahun jamak (multiyear).
Keempat Menteri (Menteri Keuangan, Menteri Luar Negeri, Menteri
Sekretaris Negara, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas) akan bertindak pula sebagai anggota Komite Pengarah LDKPI, yang akan
memberikan arahan kebijakan dan operasional LDKPI.
4. BLU Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN),
LMAN merupakan satuan kerja di lingkungan Kementerian Keuangan RI yang
dibentuk untuk memberikan layanan kepada publik di bidang pengelolaan properti
pemerintah.
5. Dana Abadi Penelitian.
Dalam APBN Tahun 2019, Pemerintah juga berupaya untuk fokus pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan riset. Oleh karena
itu, Pemerintah mengalokasikan anggaran awal Dana Abadi Penelitian sebesar
Rp990,0 miliar pada tahun 2019. Dana ini merupakan bagian dari 20 persen dana
pendidikan dan diharapkan dapat menjadi pijakan dalam menggerakkan penelitian-
penelitian selanjutnya di Indonesia yang masih jauh tertinggal.
Investasi kepada Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional/Badan Usaha
Internasional
Investasi kepada Organisasi/LKI/Badan Usaha Internasional ditujukan dalam rangka
memenuhi kewajiban Indonesia sebagai anggota serta mempertahankan proporsi
kepemilikan saham (shares) dan hak suara (voting rights).
A. Investasi Kepada Islamic Development Bank (IDB)
Tujuan utama pendirian IDB adalah untuk mendorong pembangunan ekonomi
dan kemajuan sosial dari negara anggota dan masyarakat muslim secara individu
maupun bersama-sama sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Penambahan
tersebut untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan IDB kepada negara anggota,
yang secara tidak langsung juga akan memberikan tambahan akses pembiayaan untuk
pembangunan Indonesia.
B. Investasi Kepada The Islamic Corporation for the Development of the Private
Sectors (ICD)
ICD merupakan salah satu badan independen yang tergabung dalam IDB.
Tujuan utama dari ICD adalah untuk mengidentifikasi peluang investasi di sektor
swasta di negara-negara anggota, sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk
menyediakan berbagai produk dan jasa keuangan berbasis syariah yang kompatibel
serta memperluas akses ke pasar modal Islam oleh perusahaan swasta di negara-
negara anggota.
C. Investasi Kepada International Fund for Agricultural Development (IFAD)
Sebagai badan khusus PBB, IFAD merupakan salah satu hasil dari Konferensi
Pangan Internasional tahun 1974. Konferensi tersebut sepakat untuk mendirikan
sebuah lembaga keuangan internasional yang berfungsi sebagai badan untuk
mendanai pembangunan pertanian. Dengan penambahan investasi tersebut, Indonesia
memperoleh bantuan berupa pembiayaan dalam bentuk pinjaman jangka panjang (40
tahun) untuk proyek-proyek di sektor pertanian, pedesaan, dan kelautan.
D. Investasi Kepada International Development Association (IDA)
IDA merupakan salah satu anak Grup Bank Dunia yang terbentuk pada tahun 1960,
dengan misi untuk membantu negara-negara termiskin di dunia untuk keluar dari
lubang kemiskinan.
E. Investasi Kepada Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)
Pada tanggal 29 Juni 2015, Indonesia bersama-sama dengan 57 negara
prospective founding members (PFMs) lainnya telah menandatangani Article of
Agreement (AoA) AIIB. Dengan penandatanganan tersebut status Indonesia telah
resmi menjadi anggota pendiri (founding member) AIIB. Latar belakang pembentukan
AIIB adalah tingginya kebutuhan pembiayaan infrastruktur di kawasan Asia dan
adanya kesenjangan pendanaan (financing gap) dalam pembiayaan infrastruktur.

Pemberian Pinjaman
Pinjaman kepada BUMN/Pemda
Pada tahun 2019, direncanakan terdapat 24 pemberian pinjaman kepada BUMN/Pemda, yaitu
PT PLN (Persero) sebanyak 18 pinjaman, PT Pertamina (Persero) satu pinjaman, dan PT
Sarana Multi Infrastruktur (Persero) empat pinjaman, serta Pemprov DKI Jakarta satu
pinjaman untuk proyek Mass Rapid Transit (MRT).
Pemberian Pinjaman kepada BUMN
Sumber pembiayaan diperoleh melalui pinjaman luar negeri dari lembaga/kreditur bilateral,
multilateral, swasta asing, dan/atau lembaga penjamin kredit ekspor.
Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah
Mulai tahun 2019 hanya terdapat satu proyek infrastruktur yang dibiayai melalui mekanisme
pemberian pinjaman yaitu pinjaman kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Penerimaan Cicilan Pengembalian Pinjaman kepada BUMN/ Pemda


Penyelesaian Pinjaman BUMN
Sampai saat ini jadwal pembayaran kembali dilakukan setiap semester oleh BUMN.
Bagi debitur BUMN yang terlambat melakukan pembayaran dikenakan sanksi/penalti biaya
administrasi. Apabila debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu
dua kali jatuh tempo, maka status pinjaman debitur masuk ke dalam kategori macet.
Penyelesaian Pinjaman Pemerintah Daerah
optimalisasi penyelesaian
atau restrukturisasi kewajiban debitur dapat dilakukan melalui mekanisme (1) penjadwalan
kembali; (2) perubahan persyaratan; dan/atau (3) penghapusan.

Pembiayaan Lainnya
Pembiayaan lainnya dalam APBN tahun 2019 seluruhnya bersumber dari penggunaan dana
Saldo Anggaran Lebih (SAL). Salah satu sumber penerimaan pembiayaan dalam APBN
adalah SAL, yang bersumber dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran
sebelumnya. SAL dapat digunakan untuk:
1. mendanai pembiayaan anggaran,
2. bantalan fiskal (fiscal buffer) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis
sebagai dampak perekonomian global, serta
3. untuk memenuhi kebutuhan kas awal tahun anggaran akibat pendapatan negara dan
penerbitan SBN yang belum mencukupi untuk membiayai belanja negara dan
pengeluaran pembiayaan.

RISIKO FISKAL
Risiko fiskal diartikan sebagai segala sesuatu yang di masa mendatang dapat
menimbulkan tekanan fiskal terhadap APBN.
Dari sisi perdagangan global, tekanan timbul akibat kebijakan dagang proteksionis
yang diinisiasi oleh Amerika Serikat sehingga memunculkan perang dagang antarnegara,
terutama global main players seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa.
Selain kondisi ekonomi global, risiko fiskal juga bersumber dari kebijakan dan
kondisi ekonomi politik dalam negeri. Pada tahun 2019 akan dilaksanakan pemilihan
legislatif dan eksekutif.
Dalam APBN tahun 2019, risiko fiskal lainnya yang berpotensi membebani APBN
adalah penyelenggaraan program jaminan sosial nasional yang bersumber dari
ketidaksesuaian antara penerimaan iuran dengan pembayaran klaim manfaat program
jaminan sosial.

SUMBER RISIKO FISKAL


Risiko fiskal utamanya bersumber dari berbagai aktivitas pemerintah yang berkaitan
dengan kebijakan fiskal yang mengatur perekonomian negara melalui instrumen pendapatan
dan belanja negara. Pada APBN tahun 2019, sumber risiko fiskal dapat diidentifikasi ke
dalam5 kelompok, yaitu:
1. Risiko asumsi dasar ekonomi makro;
2. risiko pendapatan negara;
Beberapa faktor penyebab tidak tercapainya target pajak adalah sebagai berikut:
a. Lemahnya Kepatuhan Wajib Pajak
b. Tingginya Shadow Economy
c. Struktur Penerimaan Pajak yang Tidak Berimbang
d. Rendahnya Tax Buoyancy
e. Rumitnya Administrasi dan Perubahan Kebijakan Perpajakan yang Dinamis
3. risiko belanja negara;
Secara garis besar, risiko fiskal yang bersumber dari belanja negara dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko kebijakan (policy risk) dan risiko
penyerapan anggaran (budget execution risk). Risiko kebijakan terkait dengan
kemungkinan adanya belanja negara yang tidak terencana ataupun sifatnya darurat
yang menyebabkan defisit meningkat di atas ketentuan perundang-undangan.
Kebijakan pemerintah yang mengakibatkan ruang gerak fiskal (fiscal space)
menjadi terbatas yang perlu mendapat perhatian antara lain: (1) pemenuhan
pengeluaran negara yang diwajibkan (mandatory spending); dan (2) besaran
pengeluaran negara dalam rangka memberikan subsidi, baik energi maupun
nonenergi.
Mandatory spending adalah pengeluaran negara pada program tertentu yang
dimandatkan atau diwajibkan dalam ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku, yaitu:
a. Penyediaan Anggaran Pendidikan dari APBN/APBD yang mengamanatkan
kewajiban penyediaan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN/APBD.
b. penyediaan dana perimbangan berupa Dana Alokasi Umum (DAU) sekurang-
kurangnya sebesar 26% dari penerimaan dalam negeri neto, Dana Bagi Hasil
(DBH), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
c. penyediaan dana otonomi khusus bagi Provinsi Papua yang mencakup Provinsi
Papua dan Papua Barat. Besaran dana otonomi khusus dimaksud masing-
masing sebesar 2% dari DAU Nasional.
d. alokasi dana kesehatan sekurang-kurangnya sebesar 5 persen dari APBN di luar
gaji.
e. sekurang-kurangnya sebesar 10% dari dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota dalam APBD setelah dikurangi DAK.
4. risiko pembiayaan anggaran; dan
5. risiko fiskal tertentu.
Pada APBN tahun 2019, risiko fiskal tertentu diidentifikasi terdiri dari risiko
bencana alam, tuntutan hukum kepada Pemerintah, risiko program pembiayaan
perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, risiko pengembangan energi
baru terbarukan, dan risiko BUMN penugasan.

MITIGASI RISIKO FISKAL


Mitigasi risiko fiskal merupakan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah untuk
meminimalkan terjadinya risiko-risiko fiskal di masa yang akan datang. Dalam hal ini
Pemerintah telah melakukan beberapa jenis langkah mitigasi risiko, diantaranya meliputi
1. mitigasi risiko asumsi dasar ekonomi makro,
Mitigasi risiko asumsi dasar ekonomi makro disusun untuk meminimalkan
dampak atas perubahan asumsi dasar ekonomi makro diantaranya meliputi mitigasi
risiko sensitivitas defisit APBN dan sensitivitas risiko fiskal BUMN.
2. mitigasi risiko pendapatan negara,
Mitigasi risiko secara makro dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki
kondisi perekonomian domestik yang berpengaruh terhadap kemampuan membayar
pajak. Mitigasi risiko secara mikro dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
integritas dan profesionalitas dari pemungut pajak dan pungutan negara lainnya
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap penerimaan negara secara umum.
Dalam hal ini Pemerintah akan melakukan reformasi terhadap institusi
penerimaan negara khususnya terkait dengan organisasi kelembagaan, proses bisnis,
dan sumber daya manusia. Mitigasi risiko secara makro dan mikro dimaksud
dilaksanakan sesuai dengan Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan
Fiskal secara berkelanjutan.
3. mitigasi risiko belanja negara,
4. mitigasi risiko pembiayaan anggaran, dan
5. mitigasi risiko fiskal tertentu.
Mitigasi risiko fiskal tertentu mencakup serangkaian tindakan yang dilakukan
Pemerintah dalam mitigasi terhadap bencana alam, tuntutan hukum kepada
Pemerintah, program pembiayaan perumahan pada masyarakat berpenghasilan
rendah, pengembangan energi baru terbarukan, serta BUMN penugasan.
BMN yang dapat diasuransikan berupa gedung dan bangunan, jembatan, alat
angkutan darat/apung/udara bermotor, dan BMN yang ditetapkan oleh Pengelola
Barang. Pelaksanaan pengasuransian BMN berada pada pimpinan satuan kerja K/L
selaku pengguna barang.

Anda mungkin juga menyukai