Anda di halaman 1dari 16

Administrasi

Belanja Negara
KELOMPOK 2
 Amelia
 Dini Alma Agustina
 Mita Auliana
 Firnanda Oktavia
 Ratu Farah Hilyati
 Siti Mufliha
1
Definisi Belanja Negara
Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja negara terdiri atas
belanja pemerintah pusat, dan transfer ke daerah. Besaran belanja
negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: asumsi dasar
makro ekonomi, kebutuhan penyelenggaraan negara, kebijakan
pembangunan, risiko (bencana alam, dampak krisis global) kondisi
dan kebijakan lainnya.

Belanja negara merupakan bentuk realisasi rencana kerja


pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan. Akitivitas pemerintah
baru dapat dirasakan oleh masyarakat ketika proses belanja selesai
dilakukan, seperti belanja penyediaan infrastruktur, belanja subsidi,
belanja di bidang pendidikan, dan lain-lain. Salah satu titik strategis
penyelenggaraan pemerintahan adalah belanja negara. Mekanisme
belanja harus disusun sedemikian rupa sehingga proses belanja dapat 2
dilakukan secara terkendali.
Proses belanja tidak dapat dipisahkan dari proses
perencanaan anggaran. Mekanisme penyusunan anggaran
sangat berpengaruh pada kualitas belanja. Sistem penganggaran
berbasis kinerja yang saat ini diterapkan mendorong proses
penyusunan anggaran menjadi lebih terukur. Berdasarkan sistem
ini, setiap penyusunan anggaran harus disusun atas output yang
ingin dicapai. Indikator output ini sangat bermanfaat untuk
mengetahui efektivitas belanja. Oleh karena itu, kualitas output
sangat menentukan kualitas belanjanya. Output yang baik akan
memberikan outcome (hasil) dan benefit (manfaat) yang baik,
sementara output yang buruk akan berakibat pada tidak
optimalnya hasil sehingga belanja yang dikeluarkan pun tidak
efektif. Selain itu, output yang baik adalah output yang disusun
atas dasar analisis kebutuhan.

3
Faktor-faktor yang mempengaruhi belanja
negara

a.) Asumsi dasar makro ekonomi


Asumsi dasar ekonomi makro sangat berpengaruh pada
besaran komponen dalam struktur APBN. Asumsi dasar tersebut
adalah: pertumbuhan ekonomi, nominal produk domestik bruto,
inflasi y-o-y, rata-rata tingkat bunga SPN 3 bulan, nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS, harga minyak (USD/barel),
produksi/lifting minyak (MBPD), lifting gas (MBOEPD). Indikator
lainnya adalah jumlah penduduk, pendapatan per kapita,
tingkat kemiskinan, dan tingkat pengangguran.

4
b.) Kebutuhan penyelenggaraan negara
Kebutuhan adalah salah satu hal yang seringkali
dilupakan, kalaupun ada pada umumnya tidak disusun secara
komprehensif. Roger Kaufman dan Fenwick W. English (1979)
mendefinisikan kebutuhan sebagai sutu proses formal untuk
menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan
dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang
diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini
dalam skala prioritas, lalu memilih hal yang paling penting untuk
diselesaikan masalahnya. Beberapa kata kunci dalam kebutuhan
yaitu: 1) kondisi existing 2) kondisi ideal dan 3) skala prioritas.
Kesenjangan antara kondisi yang ada (existing) dengan kondisi
ideal menimbulkan kebutuhan. Dalam pemenuhan kebutuhan
tersebut tentu memerlukan sumber daya yang mungkin
terbatas, sehingga harus ada skala prioritas atas pemenuhan
kebutuhan tersebut. 5
Evaluasi Value For Money
Value for money terdiri atas tiga prinsip yaitu, ekonomis,
efisien, dan efektif. Di Inggris konsep ini digunakan sebagai alat
untuk asesmen efektivitas penganggaran dan belanja sektor
publik. Tiga prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
• Prinsip ekonomis berarti bagaimana mendapatkan sumber
daya input dengan nilai biaya minimal.
• Prinsip efisien berarti bagaimana meminimalkan sumber daya
input untuk mendapatkan output tertentu.
• Prinsip efektif berarti bagaimana output yang dihasilkan
menghasilkan outcome yang telah ditentukan.

6
Macam-macam Belanja Negara
1. Belanja penyelenggaraan pemerintah pusat
Belanja pemerintah pusat, adalah belanja yang digunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan pemerintah pusat, baik yang
dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas
pembantuan). Belanja pemerintah pusat menurut fungsi adalah sebagai
fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsi ketertiban dan
keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan
dan fasilitas umum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata, fungsi agama,
fungsi pendidikan, dan fungsi perlindungan sosial.

• Belanja pegawai
Kompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan
kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan pensiunan serta pegawai
honorer yang akan diangkat sebagai pegawai lingkup pemerintahan baik
yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan
• Belanja barang
Pengeluaran untuk pembelian barang dan/atau jasa yang habis
pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa yang dipasarkan maupun 7
yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang
• Belanja modal
Pengeluaran untuk pembayaran perolehan asset
dan/atau menambah nilai asset tetap/asset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan
melebihi batas minimal kapitalisasi asset tetap/asset lainnya
yang ditetapkan pemerintah.
Kriteria kapitalisasi dalam pengadaan/pemeliharaan
barang/asset merupakan suatu tahap validasi untuk penetapan
belanja modal atau bukan dan merupakan syarat wajib dalam
penetapan kapitalisasi atas pengadaan barang/asset
• Belanja Bunga Utang
Pembayaran kewajiban atas penggunaan pokok utang
(principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang
luar negeri yang dihitung berdasarkan ketentuan dan
persyaratan dari utang yang sudah ada dan perkiraan utang
baru, termasuk untuk biaya terkait dengan pengelolaan utang. 8
• Belanja Subsidi
Alokasi anggaran yang diberikan kepada
perusahaan/lembaga untuk memproduksi, menjual, mengekspor,
atau mengimpor barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup
orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat
dijangkau oleh masyarakat. Belanja subsidi diberikan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
Belanja subsidi terdiri dari:
1. Energi.
2. Non Energi.
• Belanja Hibah
Belanja pemerintah pusat dalam bentuk transfer
uang/barang kepada pemerintah negara lain, organisasi
internasional, BUMN/D, dan pemerintah daerah yang bersifat
sukarela, tidak wajib, tidak mengikat, dan tidak perlu dibayar
kembali serta tidak terus menerus dan dilakukan dengan naskah
perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah dengan
pengalihan hak dalam bentuk uang, barang, atau jasa

9
• Belanja Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan oleh
Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi
dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau
lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan, keagamaan, dan
bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok
dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
• Belanja Lain-Lain
Pengeluaran negara untuk pembayaran atas kewajiban
pemerintah yang tidak masuk dalam kategori belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, belanja bunga utang, belanja
subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial serta bersifat
mendesak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
10
2. Anggaran belanja ke daerah
Transfer ke daerah adalah dana yang dialokasikan untuk
mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan
daerah, mengurangi kesenjangan pendanaan urusan pemerintahan
antar daerah, mengurangi kesenjangan layanan publik antar
daerah, mendanai pelaksanaan otonomi khusus dan keistimewaan
daerah. Dalam kebijakan transfer ke daerah, terdapat 4 alokasi
dana, yaitu:
• Dana bagi hasil
Pengeluaran negara yang dialokasikan kepada daerah atas
penerimaan negara yang dilakukan oleh pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat berdasarkan besaran alokasi yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Dana alokasi umum
Pengeluaran negara yang dialokasikan kepada daerah untuk
pendanaan kebutuhan operasional rutin pemerintahan daerah.

11
• Dana alokasi khusus
Pengeluaran negara yang dialokasikan kepada daerah
untuk pendanaan kegiatan-kegiatan daerah yang bersifat
prioritas nasional.
• Dana otonomi khusus dan penyesuaian
Pengeluaran anggaran yang dialokasikan kepada daerah
yang ditetapkan sebagai daerah otonomi yang dikhususkan
berdasarkan Undang-Undang

12
Rencana Belanja Negara

Belanja Negara dalam APBN tahun 2020 direncanakan


mencapai Rp2.540,4 triliun, meningkat Rp11,6 triliun dari usulan
Pemerintah dalam RAPBN tahun 2020. Jumlah tersebut terdiri
dari Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.683,5 triliun (66,3
persen) dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar
Rp856,9 triliun (33,7 persen). Peningkatan besaran belanja
negara akan diikuti oleh peningkatan kualitas belanja, tidak
hanya dalam aspek efisiensi, namun juga fokus pada program
program yang memiliki multiplier effect untuk meningkatkan
daya saing nasional dan mendukung perekonomian, dengan
memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat

13
Alokasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.683,5
triliun akan dialokasikan melalui Kementerian/Lembaga (K/L)
sebesar Rp909,6 triliun dan Belanja Non K/L sebesar Rp773,9
triliun. Belanja Pemerintah Pusat tersebut akan difokuskan pada
beberapa hal strategis, yang mencakup:
a. Peningkatan kualitas SDM, yang ditujukan untuk
menciptakan generasi inovator yang kreatif dan sehat secara
jasmani-rohani, baik dalam bidang pendidikan maupun
kesehatan.
b. Penguatan program perlindungan sosial dan pengurangan
ketimpangan, sebagai wujud nyata kehadiran negara dalam
melindungi masyarakat khususnya kelompok masyarakat
pendapatan menengah ke bawah dari risiko sosial dan
ekonomi.
c. Akselerasi pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan
kapasitas produksi dan daya saing investasi dan ekspor. 14
d. Perbaikan birokrasi yang efisien, melayani, dan bebas korupsi,
melalui upaya peningkatan produktivitas, integritas dan
pelayanan publik, serta birokrasi yang berbasis kemajuan ICT
e. Antisipasi ketidakpastian, yang antara lain mencakup mitigasi
risiko bencana dan penguatan fiskal buffer untuk fleksibilitas dan
sustainabilitas

Komitmen Pemerintah untuk mempercepat


pembangunan di daerah ditunjukkan dengan alokasi anggaran
TKDD yang mencapai Rp856,9 triliun, terdiri atas transfer ke
daerah sebesar Rp784,9 triliun dan Dana Desa sebesar Rp72,0
triliun. Alokasi anggaran tersebut diarahkan untuk mendukung
perbaikan kualitas layanan dasar publik, akselerasi daya saing
dan mendorong belanja produktif yang dapat meningkatkan
aset daerah.
15
TERIMAKASIH

16

Anda mungkin juga menyukai