Anda di halaman 1dari 9

MODUL MATERI

PENGANGGARAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

MODUL MATERI – 04
Mekanisme dan Siklus Penyusunan Anggaran Negara APBN

TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa diharapkan:
1) Mampu menguasai perencanaan dan penganggaran pembangunan nasional
2) Mampu menguasai mekanisme penyusunan anggaran pendapatan dan belanja
negara
3) Mampu menguasai siklus penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara

1. Apa itu APBN? Apa Fungsi APBN?


Berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen empat kali, di Bab VIII Hal
Keuangan pasal 23 dijelaskan:
“Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.” >>> Pasal 23 ayat 1 UUD 1945
“Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan
oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.” >>> Pasal 23 ayat 2
UUD 1945
“Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.” .” >>>
Pasal 23 ayat 3 UUD 1945

Fungsi APBN:
Sebagai instrument akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi.
Anggaran sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk
mendorong terwujudnya pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta
pemerataan pendapatan.

2. Postur APBN dan Asumsi Dasar APBN


Postur APBN terdiri dari:
(a) Pendapatan Negara dan Hibah,
Besaran pendapatan negara dalam tahun tertentu dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: (1) indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi
dasar makro ekonomi; (2) kebijakan pendapatan negara; (3) kebijakan
pembangunan ekonomi; (4) perkembangan pemungutan pendapatan Negara
secara umum; dan (5) kondisi dan kebijakan lainnya.
Contoh: target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh
besaran asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar.
Target penerimaan perpajakan ditentukan oleh target pertumbuhan inflasi
serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan seperti perubahan besaran

1
MODUL MATERI
PENGANGGARAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

pendapatan tidak kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan jumlah


wajib pajak, kebijakan pemberian stimulus fiskal, dan lainnya.
Contoh: besaran belanja subsidi energi dipengaruhi oleh asumsi ICP, nilai
tukar, serta perkiraan volume BBM bersubsidi, dan kebijakan harga BBM
bersubsidi.
(b) Belanja Negara,
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
(1) asumsi dasar makro ekonomi;
(2) kebutuhan penyelenggaraan negara;
(3) kebijakan pembangunan;
(4) risiko (bencana alam, dampak kirisi global),
(5) gejolak ekonomi makro,
(6) kebijakan stimulus fiskal, dan
(7) kondisi dan kebijakan lainnya.
(c) Defisit dan Pembiayaan Anggaran
Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) asumsi
dasar makro ekonomi; (2) sumber dan kebutuhan pembiayaan; dan (3) kondisi
dan kebijakan lainnya.
Kebijakan pengelolaan APBN:
Balanced budget (besaran Pendapatan Negara dan Hibah sama dengan
besaran Belanja Negara atau zero deficit),
Defisit/Expansif (besaran Belanja Negara lebih besar dari pada besaran
Pendapatan Negara dan Hibah atau defisit), atau
Surplus (besaran Pendapatan dan Hibah lebih besar dari pada besaran Belanja
Negara).

Komponen Postur APBN

2
MODUL MATERI
PENGANGGARAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Struktur APBN dituangkan format I-account. Dalam beberapa hal, isi dari I-account
sering disebut postur APBN. Sebelum menggunakan format I-Account, Format
APBN berupa T- Account (pencantuman untuk penerimaan berada di sebelah kiri
dan belanja di sebelah kanan serta menggunakan prinsip anggaran berimbang dan
dinamis).
Sedangkan I-Account (pencantuman pendapatan dan belanja berada pada satu
kolom, sehingga dapat terlihat besaran surplus/ defisit yang didapat dari besaran
pendapatan negara dikurangi besaran belanja negara, jika terdapat defisit maka
besaran pembiayaan untuk menutupinya dapat dilihat).
Apa Manfaat APBN dengan Format I-Account?
a. meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN,
b. mempermudah pemantauan dalam pelaksanaan pengelolaan APBN,
c. memudahkan analisis komparasi dengan APBN pada negara-negara lain
karena sudah sesuai dengan standar internasional Government Finance
Statistics (GFS),
d. memudahkan pelaksanaan desentralisasi fiskal dan perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Perbedaan Format APBN T-Account dan I-Account?
Format APBN T-Account Format APBN I-Account
1. Anggaran Rutin & Anggaran Pembangunan Anggaran Terpadu
2.Pendekatan Sektor : 2. Pendekatan Fungsi: Fungsi/Sub Fungsi,
Sektor/Subsektor/Program (berbeda ant Program, Kegiatan
Rutin & Proyek) 3. Klasifikasi Ekonomi : Menurut Jenis
3. Klasifikasi Ekonomi : Belanja Rutin menurut Belanja
Jenis & Belanja Pembangunan menurut
Sektor 4. Pengelola Anggaran : Kementerian
4. Pengelola Anggaran : Instansi untuk sebagai Pengguna Anggaran, Satuan Kerja
Belanja Rutin & Proyek/Bagian Proyek untuk sebagai Kuasa Pengguna Anggaran
Belanja Pembangunan 5. Dokumen Anggaran : RKA-KL
5. Dokumen Anggaran : SatuanAnggaran DIPA
DUK/DUP/LK dan Satuan DIK/SKOR/DIKS
untuk Belanja Rutin
DIP/SKOP/DIPP untuk Belanja Pembangunan
Tambahan Perbedaan untuk Pinjaman Proyek:
Pada T-account, pinjaman proyek bersifat in-out yaitu masuk dalam penerimaan
negara sebagai penerimaan pembangunan dan juga masuk dalam pengeluaran
negara sebagai pengeluaran pembangunan.
Selain itu pembayaran bunga dan cicilan utang pada T-account dijadikan satu
dalam pengeluaran rutin.
Pada I-account pinjaman proyek dimasukkan dalam pembiayaan anggaran.
sedangkan pada I-account pembayaran bunga utang dan cicilan utang terpisah,
yaitu pembayaran bunga utang termasuk dalam belanja negara (Belanja
Pemerintah Pusat), sedangkan pembayaran utang/ pembayaran cicilan pokok
termasuk dalam pembiayaan anggaran.
Akibatnya untuk tahun yang sama jumlah penerimaan maupun pengeluaran pada
APBN format T-account berbeda dengan APBN format I-account, namun secara
kumulatif jumlahnya sama.

3
MODUL MATERI
PENGANGGARAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Gambar 1. Perbedaan Format APBN T-Account and I-Account


(Sumber: Direktorat Penyusunan APBN, Kemenkeu, 2014)

Asumsi Dasar Ekonomi APBN dan Satuannya


Asumsi dasar ekonomi makro memiliki pengaruh dalam penyusunan APBN, asumsi
tersebut adalah:
(a) pertumbuhan ekonomi (%),
(b) tingkat inflasi (%),
(c) tingkat bunga (SPN/Surat Perbendaharaan Negara 3 bulan),
“Sri Mulyani Indrawati mengusulkan untuk menggunakan suku bunga Surat
Berharga Negara (SBN) tenor lima atau 10 tahun dari sebelumnya Surat
Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan sebagai asumsi dasar ekonomi
makro Rancangan APBN 2021. Menurutnya, asumsi suku bunga SPN 3 bulan
sudah tidak relevan.” (Azzura, 2020)
(d) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (Rp/US$),
(e) Harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia (Indonesian Crude Price, ICP)
(US$/barel)
(f) produksi/lifting minyak atau lifting gas (ribu barel/ hari)

4
MODUL MATERI
PENGANGGARAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Gambar 2. Perbedaan Format APBN T-Account and I-Account


(Sumber: Direktorat Penyusunan APBN, Kemenkeu, 2014)

Gambar 3. I-Account Ringkas dan Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN TA 2010 – 2013
(Sumber: Direktorat Penyusunan APBN, Kemenkeu, 2014

5
MODUL MATERI
PENGANGGARAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

3. Mekanisme Penyusunan APBN


a) Perencanaan dan penganggaran APBN
Perencanaan APBN meliputi:
(1) penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional;
(2) Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif
baru dan indikasi kebutuhan anggaran;
(3) Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji
usulan inisiatif baru berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa
pemenuhan kelayakan dan efisiensi indikasi kebutuhan dananya;
(4) Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan;
(5) K/L menyusun rencana kerja (Renja);
(6) Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dilaksanakan antara K/L,
Kementerian Perencanaan, dan Kementerian Keuangan;
(7) Rancangan awal RKP disempurnakan;
(8) RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan
DPR;
(9) RKP ditetapkan.
Penganggaran APBN meliputi:
(1) penyusunan kapasitas fiskal (resource envelope) yang menjadi bahan
penetapan pagu indikatif (baseline & new initiative);
(2) penetapan pagu indikatif
(3) penetapan pagu anggaran K/L;
(4) penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L);
(5) penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan
rancangan undang-undang tentang APBN; dan
(6) penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU
tentang APBN kepada DPR.
Alur Perencanaan dan Penganggaran:

Gambar 4. Alur Perencanaan dan Penganggaran APBN dan APBD


(Sumber: Materi Perencanaan dan Penyusunan Anggaran, BNN Indonesia)

6
MODUL MATERI
PENGANGGARAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

b) Penetapan/Persetujuan APBN
Kegiatan penetapan dilakukan pada APBNt-1, sekitar bulan Oktober-
November. Kegiatan dalam tahap ini berupa pembahasan Rancangan APBN
dan Rancangan Undang-undang APBN serta penetapannya oleh DPR.

c) Pelaksanaan APBN
Kegiatan pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31 Desember pada
tahun berjalan (APBNt).

d) Pelaporan dan Pencatatan APBN


Tahap pelaporan dan pencatatan APBN dilaksanakan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan APBN, 1 Januari-31 Desember.
Laporan keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses akuntansi, dan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintah yang terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas, serta
catatan atas laporan keuangan.

e) Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN


Untuk pertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan APBN secara
keseluruhan selama satu tahun anggaran, Presiden menyampaikan rancangan
undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR
berupa laporan keuangan yang telah diperiksa BPK, selambat-lambatnya 6
(enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

7
MODUL MATERI
PENGANGGARAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Siklus Penyusunan APBN

Gambar 4. Proses Penyusunan APBN


Sumber: BPKP RI
Penugasan:
1) Buatlah ringkasan berbentuk narasi yang menarik (Ms Word/Ms Excel) atau
gambar atau poster atas kajian RAPBN TAHUN ANGGARAN 2021 UNTUK
MELANJUTKAN PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL (terlampir)
2) Ketentuan:
i. Disusun sistematis
ii. Ada judul
iii. Referensi sumber yang jelas
Penilaian:
(Poin gagasan bentuk penyampaian ringkasan, 20 poin)
(Poin kualitas konten ringkasan/gambar, 60 poin)
(Poin sistematika, 10 poin)
(Poin adanya referensi, 10 poin)

8
MODUL MATERI
PENGANGGARAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Sumber:
Azzura, S.N. 2020. “Sri Mulyani Usul SPN 3 Bulan Sebagai Acuan Asumsi Makro Diganti”
https://www.merdeka.com/uang/sri-mulyani-usul-spn-3-bulan-sebagai-
acuan-asumsi-makro-diganti.html diakses 7 Oktober 2020.

Direktorat Penyusunan Anggaran. 2014. Dasar- Dasar Praktek Penyusunan APBN di


Indonesia. Edisi II. Direktorat Jenderal Anggaran. Kementerian Keuangan.
Jakarta.

___, Materi Perencanaan dan Penyusunan Anggaran, BNN Indonesia)

BPKP RI. Skema Penyusunan APBN.


http://www.bpkp.go.id/sesma/konten/284/Penyusunan-Anggaran.bpkp.
Diakses 7 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai