TUJUAN
Materi bab lima ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa
terkait siklus penyusunan APBN di Indonesia, yang meliputi beberapa pokok bahasan,
antara lain:
1. review baseline,
2. alokasi baseline jangka menengah,
3. inisiatif baru,
4. penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Belanja (RAB),
5. penyusunan pagu indikatif,
6. trilateral meeting,
7. penyusunan pagu anggaran,
8. penelitian dan review RKA-KL,
9. penelaahan RKA-KL,
10. penyusunan Alokasi Anggaran K/L dan Penyesuaian RKA-KL, dan
11. penyusunan DIPA.
B. PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencanan keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). APBN disusun berdasarkan siklus anggaran (budget cycle) yang sangat
sistematis pelaksanaannya, meliputi penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran,
pengawasan anggaran, dan pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran.
Penyusunan APBN bertujuan untuk menciptakan dan meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara meneyluruh, serta penyusunannya
didasarkan atas asas berimbang dan dinamis, berarti sektor penerimaan
diusahakan selalu meningkat dan sektor pengeluaran diusahakan untuk
dilakukan penghematan dan diarahkan pada dana pembangunan untuk kegiatan
yang menunjang peningkatan produksi nasional, sehingga besarnya belanja
seimbang dengan penerimaannya.
C. SIKLUS PENYUSUNAN APBN
Gambar 5.1. Siklus Penyusunan Anggaran
Berdasarkan Gambar 4.1 tentang Siklus Penyusunan APBN dan Gambar 5.1 dan
Siklus Penyusunan Anggaran, maka tahap-tahap penyusunan APBN dilakukan dengan
beberapa langkah, berikut adalah uraiannya:
1. Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional
Kegiatan penyusunan konsep arah kebijakan diawali dengan inventarisasi
berbagai arahan Presiden pada berbagai forum melalui berbagai dokumen risalah
sidang kabinet, rapat terbatas, retreat, atau acara rapat pimpinan lainnya.
Penyusunan konsep arah kebijakan untuk tahun anggaran (TA) yang
direncanakan dimulai sejak bulan November 2 tahun sebelum TA yang
direncanakan. Misalnya, untuk arah kebijakan TA 2020, maka penyusunan konsep
arah kebijakan dimulai sejak bulan November 2018 sehingga dapat disampaikan
oleh Presiden pada bulan Januari 2019. Dengan demikian, arahan tersebut
didasarkan pada berbagai kondisi dan kebijakan yang terjadi di tahun 2018 dengan
rencana di tahun 2019.
Berdasarkan bahan-bahan yang dikumpulkan melalui inventarisasi dan
klasifikasi arahan menurut tema dan bidang, kemudian diformula- sikan konsep
usulan arah kebijakan oleh Kemenkeu (Ditjen Anggaran).
Konsep arah kebijakan Presiden tersebut disampaikan sebagai usulan Menteri
Keuangan kepada Presiden dalam sidang kabinet tentang persiapan penyusunan
RAPBN tahun yang direncanakan.
Rumusan arah Kebijakan Presiden kemudian digunakan sebagai bahan acuan
dan pertimbangan pada penyusunan arah, prioritas, dan kebijakan tahun yang
direncanakan dalam APBN.
Cara perhitungannya :
a. Alokasi anggaran pada tahun (t+2) dilakukan dengan memperhitungkan
target (volume) output pada tahun (t+1), target pada tahun (t+2), dan jumlah
anggaran pada tahun (t+1) ditambah dengan inflasi.
b. Bila target (t+2) = 8; target (t+1) = 6; dan anggaran (t+1) = 3.000.000; inlasi
tahun (t+2) = 4%; maka KPJM pada tahun (t+2) yaitu:
=(8/6) x 3.000.000 + 0,04[(8/6) x 3.000.000] = 4.160.000
c. Bila target (t+3) = 7; target (t+2) = 8; dan anggaran (t+2) = 4.160.000; inlasi
tahun (t+3) = 4,5%; maka KPJM pada tahun (t+3) yaitu:
=(7/8) x 4.160.000+ 0,045[(7/8) x 4.160.000] = 3.803.800 atau
=[(7/6) x 3.000.000] x 1,04 x 1,045 = 3.803.800
d. Bila target (t+4) = 5; target (t+3) = 7; dan anggaran (t+3) = 3.803.800; inlasi
tahun (t+4) = 4,7%; maka KPJM pada tahun (t+4) yaitu:
=(5/7) x 3.803.800 + 0,047[(5/7) x 3.803.800] = 2.844.699 atau
=[(5/6) x 3.000.000] x 1,04 x 1,045 x 1,047 = 2.844.699
5. Inisiatif Baru
Inisiatif baru adalah kebijakan baru atau perubahan kebijakan berjalan yang
menyebabkan adanya konsekuensi anggaran, baik pada anggaran baseline
maupun anggaran ke depan. Inisiatif Baru dapat berupa: Penambahan Program
(Fokus Prioritas)/Outcome/Kegiatan/Output baru, Penambahan Volume Target,
atau Percepatan Pencapaian Target. Sebagai syaratnya semua Inisiatif baru harus
sesuai dengan Arah Kebijakan & Prioritas Pembangunan Nasional yang ditetapkan
Presiden (di awal tahun berjalan)
a. Tujuan inisiatif baru
Tujuan inisiatif baru antara lain:
1) memberikan fleksibilitas pada Sistem Perencanaan dan Penganggaran,
2) menjaga konsistensi pencapaian tujuan pembangunan nasional,
3) meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, dan
4) melakukan efisiensi.
b. Landasan konseptual inisiatif baru
Landasan konseptual inisiatif baru antara lain:
1) fleksibilitas dalam perencanaan dengan tetap menjaga akuntabilitas,
2) perencanaan berorientasi pada arah kebijakan,
3) penerapan prinsip tata kelola yang baik (transparansi dan akuntabilitas), dan
4) berorientasi pada pencapaian kinerja.
c. Kategori inisiatif baru
1) Program/Outcome/Kegiatan/Output Baru
Inisiatif baru erupa penambahan:
a. program baru/fokus prioritas baru,
b. outcome baru,
c. kegiatan baru, dan
d. output baru
membawa konsekuensi dibutuhkannya penambahan anggaran atau
perubahan baseline
2) Penambahan volume target
3) Percepatan pencapaian target
Percepatan pencapaian target berupa penambahan target baru yang bersifat
percepatan, sehingga membutuhkan penambahan anggaran. Namun, pagu
baseline jangka menengah awal tidak boleh berubah
d. Kategori bukan inisiatif baru
Kegiatan yang tergolong bukan inisiatif baru antara lain:
1) penyesuaian anggaran terhadap parameter ekonomi, seperti inflasi dan
kurs;
2) penyesuaian anggaran terhadap parameter non-ekonomi;
3) perubahan target tanpa mengubah anggaran yang telah ditetapkan (di luar
prioritas nasional, prioritas bidang dan prioritas K/L);
4) penambahan target yang disebabkan tidak tercapainya target tahun
sebelumnya, sehingga target tahun ini ditambahkan, tapi total pagu
anggaran unit kerja tidak berubah; dan
5) jenis-jenis perubahan kebijakan/anggaran lainnya
e. Sumber pendanaan Inisiatif Baru yang diusulkan oleh K/L dapat berasal dari:
1) Tambahan Anggaran (On Top)
Merupakan tambahan alokasi yang dapat berupa rupiah murni, pinjaman atau
hibah. Penambahan anggaran ini akan menyebabkan bertambahnya
anggaran baseline.
2) Realokasi Anggaran
a) Realokasi Tahun Direncanakan
Realokasi dengan mengambil anggaran dari program/kegiatan lain
pada tahun yang direncanakan, tanpa merubah total anggaran tahun
direncanakan. Syaratnya target program/kegiatan yang direalokasi tidak
boleh berubah.
b) Realokasi Antar Tahun
Realokasi dengan mengambil anggaran program yang sama di tahun
selanjutnya. Syaratnya target jangka menengah tidak berubah. Pendanaan
ini digunakan untuk mendanai usulan Inisiatif Baru jenis Percepatan
Pencapaian Target.
3) Kombinasi On Top dan Realokasi Anggaran
f. Usulan Inisiatif Baru dapat dilakukan pada 3 kesempatan dalam siklus
perencanaan/penganggaran
1) Sebelum Pagu Indikatif – Januari/Februari
Diusulkan setelah dikeluarkannya SE Menteri PPN
2) Sebelum Pagu Anggaran – Mei/Juni
Diusulkan untuk mengakomodasi arahan presiden dan usulan yang muncul
dalam musrenbangnas.
3) Sebelum Alokasi Anggaran – Agustus/September
Diusulkan untuk mengakomodasi arahan Presiden dan hal-hal yang belum
tertampung dalam dua kali pengusulan sebelumnya.
g. Dokumen terkait inisiatif baru
1) Proposal Inisiatif Baru
2) Rekapitulasi Penilaian Proposal (Blue Note)
3) Daftar Usulan Inisiatif Baru (DUIB)
6. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rincian Anggaran Biaya (RAB)
Kerangka Acuan Kerja (KAK)/ Term of Reference (TOR) merupakan dokumen
yang memberikan gambaran umum dan penjelasan mengenai output yang akan
dicapai sesuai dengan tugas dan fungsi unit eselon 1 yang memuat latar belakang,
penerima manfaat, strategi pencapaian, waktu pencapaian, dan biaya yang
diperlukan. Terdapat 2 jenis peruntukan KAK yaitu 1) untuk output dalam kerangka
angka dasar & 2) untuk output dalam kerangka inisiatif baru. Output dalam
kerangka angka dasar diperuntukkan bila terdapat perubahan pada level
komponen output. Output dalam kerangka inisiatif baru diperuntukkan bila output
yang diajukan secara signifikan berbeda dengan output yang sudah ada.
Rencana Anggaran Belanja (RAB) adalah suatu dokumen yang berisi rincian
komponen-komponen dari sebuah kegiatan/output serta besaran biaya dari
masing-masing komponen. RAB merupakan penjabaran lebih lanjut dari unsur
perkiraan biaya dalam KAK. RAB sekurang-kurangnya memuat komponen input
dari kegiatan baik berupa honorarium dan operasional (termasuk pemeliharaan dan
perjalanan), volume dan satuan ukur, harga per satuan ukur, jumlah biaya masing-
masing komponen serta perhitungan biaya satuan dan total biaya yang
menunjukkan biaya keluaran (output). Dokumen ini menjelaskan besaran total
biaya tiap komponen yang merupakan tahapan pencapaian output kegiatan.
“Komponen” pada RAB mengacu pada level data RKA-KL. Level atau struktur data
RKA-KL meliputi satker, program, kegiatan, output, suboutput, komponen,
subkomponen, akun, detail biaya. Komponen merupakan tahapan yang diperlukan
dalam pencapaian output/suboutput (yang dapat berupa paket-paket pekerjaan).
10.Penelitian RKA-KL
Landasan hukum dari penyusunan dan penelaahan RKA-KL ditetapkan
setiap tahun dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelaahan RKA-KL dan DIPA. RKA-KL merupakan dokumen rencana
keuangan dan rencana kinerja tahunan K/L yang disusun menurut Bagian
Anggaran K/L. Berhubung RKA-KL merupakan “Rencana Keuangan”, maka
mekanisme penyusunan/input RKA-KL mencakup rencana belanja dan
rencana/target pendapatan. Selain “Rencana Keuangan”, informasi pada RKA-KL
juga mencakup rencana kinerja yang berupa outcome, output, dan indikator
kinerjanya.
Setelah Kemenkeu dan Bappenas menetapkan Pagu Anggaran K/L, maka
atas dasar Pagu Anggaran tersebut, K/L/unit eselon 1 mengalokasikan anggaran
tersebut ke satker-satker di lingkungan K/L/unit eselon 1 yang bersangkutan.
Selanjutnya atas Pagu Anggaran yang sudah di ”breakdown” ke masing-masing
satuan kerja (satker), satker menyusun RKA-KL.
Setelah dilakukan penyusunan RKA-KL maka dilakukan penelitian dan
review RKA-KL. Sebelum disampaikan ke Kementerian Keuangan, RKA-KL (yang
telah dibuat oleh K/L/Unit Eselon 1/satker) harus dilakukan penelitian oleh
Sekjen/Sekretariat Utama/ Sekretariat c.q. Biro Perencanaan/Unit Perencanaan,
untuk selanjutnya direviu oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Kementerian
/Lembaga (APIP K/L)
Penelitian RKA-KL adalah penelaahan atas penyusunan dokumen RKA-KL
yang dilakukan oleh Biro/Unit Perencanaan K/L yang bertujuan untuk memastikan
kelengkapan dan kebenaran RKA-KL sebelum disampaikan kepada Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk memastikan kepatuhan penerapan
kaidah-kaidah perencanaan penganggaran. Penelitian RKA-KL dilaksanakan saat.
a. Penyusunan RKA-KL oleh Kementerian/Lembaga setelah ditetapkannya Pagu
Anggaran Kementerian/lembaga (bulan Juli).
b. Penyesuaian RKA-KL oleh Kementerian/Lembaga setelah diperolehnya
Alokasi Anggaran (bulan Oktober).
E. RANGKUMAN
Tahapan perencanaan dan penganggaran dilaksanakan 1 tahun sebelum tahun
anggaran (untuk APBN 2021 maka perenanaan dan penganggaran dilakukan 2020).
Proses penyusunan anggaran memerlukan satu kesatuan langkah yang sistematis dan
melibatkan beberapa pihak, tidak hanya Kementerian Keuangan saja yang ikut andil
di dalamnya, seperti Bappenas, DPR, K/L dan BPK.
F. PENGAYAAN
Tekanan Pandemi mereda, Defisit APBN 2021 Diperkecil
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan,
defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada 2021 dapat berada pada
level 3,21 hingga 4,17 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut
turun signifikan dibanding proyeksi defisit terbaru tahun ini yaitu 6,27 persen dari PDB.
Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani mengatakan, penyempitan defisit
anggaran pada tahun depan menunjukkan tekanan ekonomi yang sudah berkurang.
Khususnya di tengah perlambatan aktivitas ekonomi akibat pandemi Covid-19.
"Tendensinya sudah turun," ujarnya dalam konferensi pers Kinerja APBN Kita, Rabu
(20/5). Proyeksi defisit yang turun itu sudah tertuang dalam Kerangka Ekonomi
Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2021. Menurut Askolani,
detailnya akan dijelaskan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo melalui pidato nota
keuangan pada Agustus mendatang.
Askolani mengatakan, penurunan defisit tersebut merupakan upaya konsisten
pemerintah untuk mengimplementasikan APBN sebagai countercyclical. Arahan ini
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1
Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan.
Perencanaan defisit tahun depan disebutkan Askolani akan menjadi basis evaluasi
pemerintah dalam menyusun arah ekonomi makro pada tahun-tahun berikut. Khususnya
pada 2023 ketika defisit ditargetkan kembali ke maksimal tiga persen.
Pemerintah meyakini APBN sebagai countercylclical tetap dapat diiringi dengan
kondisi defisit yang stabil. Askolani memberikan contoh situasi selama tiga tahun terakhir
sebelum terjadi pandemi Covid-19. "Pemerintah sudah berhasil mengendalikan defisit
APBN dan fiskal APBN dari 2,5 persen ke 1,8 persen dan keseimbangan primer mendekati
nol," katanya.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebutkan, perencanaan defisit tahun
depan kini sudah mulai dibahas Kemenkeu bersama dengan Badan Anggaran DPR
melalui pembicaraan pendahuluan.
Suahasil memastikan, pemerintah tetap mengikuti alur pembahasan APBN seperti
biasa meskipun di tengah situasi yang kerap disebutnya sebagia extraordinary saat ini.
"Kita mulai pembicaran pendahuluan, pagu indikatif, disampaikan ke Presiden, ke DPR,
RAPBN Nota Keuangan dan sebagainya, semua seperti biasa," tuturnya.
Terakhir, pemerintah kembali memperlebar defisit Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) tahun ini dari semula Rp 852,9 triliun atau 5,07 persen terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi Rp 1.028,5 triliun. Besaran defisit yang baru setara
dengan 6,27 persen terhadap PDB.
Pelebaran defisit dikarenakan proyeksi pendapatan negara mengalami kontraksi
hingga 13,6 persen dari yang diperkirakan terakhir. Semula, dalam Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur APBN Tahun Anggaran 2020,
pemerintah menetapkan pendapatan negara dapat mencapai Rp 1.760,9 triliun yang kini
harus ditekan menjadi Rp 1.691,6 triliun.
Sumber : Republika.co.id (https://republika.co.id/berita/qan1yl490/tekanan-pandemi-
mereda-defisit-apbn-2021-diperkecil)