Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS MENGENAI ARAH & KEBIJAKAN, STRATEGI

DAN PRIORITAS PADA APBN, APBD, DAN APBDES


KOTA SEMARANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Akuntansi Sektor Publik


Dosen Pengampu: Dr. Hasni Yusrianti, S.E., M.Acc., Ak

Disusun Oleh:
Kelompok 8
Adelia Diva Andini 01031282025084
Maharani Zetira 01031282025087
Nurani Rama Dwi Putri 01031282025092
Nurul Fatimah 01031282025121
Sur Anisah 01031182025016
Lina Pujiartini 01031082223021

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022/2023
1.1 Penyusunan Analisis Kebijakan, Strategi, Prioritas, dan Analisis
Perbandingan APBN Pada Tahun Anggaran 2020-2021

1.1.1 Analisis Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


Tahun Anggaran 2020-2021 
TAHUN 2020
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan ada lima fokus APBN
2020 antara lain:
1. Meningkatan kualitas SDM dan perlindungan sosial dalam rangka
penguatan modal dasar manusia yang sangat penting dalam menghadapi era
revolusi industri 4.0 dan teknologi digital, dengan memperkuat bantuan
pendidikan dan pelatihan melalui perluasan Kartu Indonesia Pintar (KIP)
untuk Perguruan Tinggi dan Kartu Prakerja yang didukung oleh pemenuhan
kebutuhan pangan melalui kartu sembako.
2. Pengembangan infrastruktur untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional
dalam jangka menengah dan panjang, serta penyerapan tenaga kerja dan
pengurangan pengangguran.
3. Pemberian insentif perpajakan dalam rangka mendukung peningkatan SDM
dan daya saing untuk kegiatan vokasi dan litbang, serta industri padat karya.
4. Penguatan transfer ke daerah dan dana desa pemerataan pembangunan
hingga ke seluruh wilayah nusantara, termasuk dalam penyerapan tenaga
kerja.
5. Penguatan dana abadi di bidang pendidikan untuk untuk meningkatkan
SDM, pemajuan kebudayaan nasional, pengembangan riset nasional, serta
peningkatan kualitas perguruan tinggi nasional untuk menuju world class
university.

TAHUN 2021
Pemerintah telah menentukan empat fokus dalam APBN 2021 antara
lain:
1. Pengganggaran Kesehatan
Dalam hal ini, penanganan kesehatan fokus pada vaksinasi COVID-
19. Selain itu, anggaran juga akan dialokasikan untuk penguatan sarana dan
prasarana kesehatan, laboratorium penelitian dan pengembangan yang sangat
dibutuhkan.

2. Perlindungan Sosial
Pemerintah akan fokus pada kebijakan perlindungan sosial, terutama
bagi kelompok rentan dan kurang mampu. Pemerintah memberikan tiga
program bansos antara lain:
 Program Keluarga Harapan (PKH)
 Program Bansos Tunai untuk peserta program sembako/BPNT Non-
PKH
 Bansos Beras (BSB)

3. Pemulihan Ekonomi
Pemulihan ekonomi dialokasikan dalam bentuk pemberian dukungan
yang lebih besar kepada dunia usaha, sektor usaha mikro, kecil dan
menengah. Subsidi bunga mencapai Rp35,28 triliun yang akan mencakup
lebih dari 60 juta account.

4. Reformasi Struktual
Pemerintah akan membangun fondasi yang lebih kuat melalui
reformasi struktural di bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan sosial,
dll.

1.1.2 Strategi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun


Anggaran 2020-2021
TAHUN 2020
1. Peningkatan Kualitas SDM dan Perlindungan Sosial
 Kartu Indonesia Pintar Kuliah → mendukung kelanjutan pendidikan
pada masyarakat miskin ke jenjang yang lebih tinggi.
 Kartu Sembako → mendukung penguatan perlindungan masyarakat
miskin akan akses pangan.
 Kartu Pra Kerja → untuk peningkatan produktivitas bagi pencari kerja.

2. Pemberian Intensif Pajak


 Super deduction → untuk kegiatan vokasi & litbang
 Mini tax holiday→ untuk investasi di bawah Rp500 miliar
 Invesment allowance → untuk industri padat karya

3. Percepatan Penyelesaian 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas


Pengembangan destinasi wisata Danau Toba, Borobudur, Labuan
Bajo, Mandalika, dan Likupang dengan sinergi lintas K/L dan Pemda.

4. Penguatan Transfer ke Daerah dan Dana Desa


 Penguatan DAK Fisik pada 2 bidang baru: sosial dan transportasi laut
 Pengalokasian DAU Tambahan untuk Penyetaraan Penghasilan Tetap
(Siltap) Kepala Desa dan Perangkat Desa serta Dukungan Penggajian
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)

5. Penguatan Neraca Transaksi Berjalan


Mendukung penurunan defisit neraca transaksi berjalan baik dalam
jangka panjang maupun pendek.

6. Dana Abadi untuk SDM dan Kebudayaan


Pemanfaatan hasil investasi dana abadi antara lain untuk pemajuan
kebudayaan nasional dan peningkatan kualitas perguruan tinggi, melalui:
 Dana abadi kebudayaan
 Dana abadi perguruan tinggi
 Penambahan dana abadi penelitian secara signifikan

TAHUN 2021
Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan
Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Ubaidi Socheh menjelaskan, ada 7
kebijakan strategis yang akan dilakukan pemerintah dengan menggunakan APBN
2021 diantaranya adalah
1. Pada bidang pendidikan dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp550,5
triliun. Dana tersebut digunakan untuk mendukung peningkatan skor PISA
dan kualitas guru serta penguatan penyelenggaraan PAUD.
2. Pada bidang kesehatan dengan anggaran Rp169,7 triliun yang masih
dilakukan untuk percepatan pemulihan akibat Covid-19 dan melaksanakan
reformasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta mempersiapkan Health
Security preparedness.
3. Pada bidang perlindungan sosial dengan alokasi anggaran hingga Rp421,7
triliun untuk mendukung reformasi secara bertahap yang komprehensif
berbasis siklus hidup dan mengantisipasi aging population.
4. Pada bidang infrastruktur dengan anggaran Rp413,8 triliun dalam rangka
penyediaan layanan dasar, peningkatan konektivitas, mendukung pemulihan
dan melanjutkan program prioritas yang tertunda.
5. Pada sektor ketahanan pangan dengan alokasi anggaran senilai Rp104,2
triliun untuk meningkatkan produksi pangan dan mendukung pemulihan
ekonomi melalui revitalisasi sistem pangan nasional dan pengembangan food
estate atau lumbung pangan.
6. Pada bidang pariwisata melalui alokasi anggaran sebesar Rp15,7 triliun yang
digunakan untuk mendorong pemulihan sektor dengan fokus pada lima
kawasan dan pengembangan skema KPBU.
7. Pada bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) dengan anggaran
sebesar Rp29,6 triliun untuk mendukung dan meningkatkan kualitas
pelayanan publik, termasuk yang terkait dengan efisiensi, kemudahan dan
percepatan.
1.1.3 Prioritas Anggran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2020-2021
TAHUN 2020
APBN tahun 2020 memiliki tema “APBN untuk Akselerasi Daya Saing
melalui Inovasi dan Penguatan Kualitas Sumber Daya Manusia” maka
pemerintah telah membuat 5 program prioritas kerja APBN 2020 yang dinilai
mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional dan menurunkan angka
kemiskinan serta pengangguran. 5 program prioritas kerja, tersebut mencakup:
(1) Sumber Daya Manusia yang Berkualitas
- Peningkatan produktivitas/daya saing SDM
- Bidang Pendidikan → perluasan akses pendidikan, peningkatan skill,
enterpreneurship, penguasaan ICT, dukungan kegiatan penelitian
- Bidang Kesehatan → percepatan pengurangan stunting, penguatan
promotif preventif, melanjutkan program jaminan kesehatan nasional
(2) Penguatan Program Perlindungan Sosial
- Mengakselerasi pengentasan kemiskinan
- Peningkatan akurasi data dan perbaikan mekanisme penyaluran,
- Sinergi/sinkronisasi antar program
- Subsidi yang tepat sasaran dan efektif
(3) Akselerasi Pembangunan Infrastruktur
- Meningkatkan daya saing investasi dan ekspor
- Mendukung tranformasi industrialisasi (konektivitas, pangan, energi, dan
air) dan antisipasi masalah sosial perkotaan (air bersih, sanitasi,
pengelolaan sampah, & transportasi massal)
- Mendorong K/L menggunakan skema pembiayaan kreatif (KPBU: VGF
atau AP)
(4) Birokrasi yang efisien, melayani, dan bebas korupsi
- Mendorong efektivitas birokrasi → produktivitas, integritas & pelayanan
publik
- Menjaga tingkat kesejahteraan aparatur dan pensiunan (antisipasi
reformasi pensiun)
- Birokrasi yang berbasis kemajuan ICT
(5) Antisipasi Ketidakpastian
- Stabilitas ekonomi, keamanan dan politik
- Mitigasi risiko bencana, pelestarian lingkungan, dan pengembangan
EBT
- Penguatan fiscal buffer untuk fleksibilitas dan sustainabilitas

Lima program prioritas diatas mampu mendorong pertumbuhan ekonomi


Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global yang merata di era pandemi
ini, dimana kinerja ekonomi Indonesia kedepan diupayakan bisa tumbuh 5,3
persen, serta tingkat kemiskinan turun sekitar 8,5 persen – 9 persen, tingkat
ketimpangan turun menjadi 0,375-0,380, dan tingkat pengangguran turun
menuju 4,8 persen – 5 persen. Ada 5 prioritas untuk terus ditingkatkan kualitas
destinasi wisata tersebut, dan peguatan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(TKDD), penguatan neraca transaksi berjalan.

TAHUN 2021
APBN Menjadi Instrumen Utama dalam Penanganan Dampak Covid-19
dan Pemulihan Ekonomi Nasional 2021. Sehingga APBN berprioritas pada:
1. Kesehatan
- Pengadaan vaksin Covid-19
- Imunisasi, Sarpras, Lab, Litbang
- Cadangan Bantuan Iuran BPJS utk PBPU/BP
- Percepatan pemulihan kesehatan akibat Covid-19
- Penguatan Sinergi dan Koordinasi Pusat dan Daerah
- Health Security Preparedness
- Penguatan program generasi unggul
- Reformasi JKN
- Reformasi Sistem Kesehatan Nasional
2. Perlindungan Sosial
- Melanjutkan program perlinsos untuk akselerasi pemulihan (antara lain
Kartu Sembako, PKH, Bansos Tunai selama 6 bulan, dan Kartu Pra kerja).
- Mendorong program perlinsos yang komprehensif berbasis siklus hidup dan
antisipasi penuaan penduduk (aging population)
- Penyempurnaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan perbaikan
mekanisme penyaluran program perlinsos, serta penguatan monitoring dan
evaluasi
3. Pembangunan Bidang Teknologi Informasi & Komunikasi
- Penyediaan Base Tranceiver Station (BTS) di desa di wilayah 3T
- Penyediaan akses internet
- Pembangunan Pusat Data Nasional
- Literasi Digital, Transformasi Digital Sektor Strategis, Digital
Technopreneur
- Pengendalian Penyelenggaraan Sistem Elektronik
- Mendukung digitalisasi pendidikan seperti pengadaan alat TIK dan media
pembelajaran
4. Infrastruktur
- Melanjutkan pembangunan infrastruktur pascapandemi Covid 19 melalui
penguatan infrastruktur digital dan mendorong efisiensi logistik dan
konektivitas
- Diarahkan dalam bentuk infrastruktur padat karya yang mendukung
kawasan industri dan pariwisata
- Pembangunan sarana kesehatan masyarakat dan penyediaan kebutuhan
dasar (air, sanitasi, pemukiman) untuk mendukung penguatan sistem
kesehatan nasional
- Penyelesaian kegiatan prioritas 2020 yang tertunda
5. Pendidikan
- Penguatan vokasi & kartu prakerja
- Percepatan peningkatan kualitas sarpras
- Penguatan penyelenggaraan PAUD
- Penajaman KIP Kuliah & penajaman pendidikan tinggi.
- Peningkatan efektifitas penyaluran bantuan pendidikan
6. Sektor K/L dan Pemda, UMKM, Pembiayaan Korporasi, Insentif Usaha, Dan
lainnya
- Dukungan Pariwisata - Penjaminan Loss Limit
- Ketahanan Pangan - Cadangan Pembiayaan PEN
- Pengembangan ICT - PMN kpd Lembaga penjaminan
- Kawasan Industri - PMN kepada BUMN yang
- Cadangan Belanja PEN menjalankan penugasan
- Subsidi bunga KUR regular - Penjaminan backstop loss limit
- Dukungan Pembiayaan - Pajak DTP
terhadap KUMKM - Pembebasan PPh 22 Impor
- Penempatan Dana di - Percepatan Pengembalian
perbankan Pendahuluan PPN

Hal ini akan menjadi instrumen penting untuk percepatan pemulihan


ekonomi di 2021. Defisit APBN 2021 sekitar 5,50% dari produk domestik bruto
(PDB) atau sebesar Rp971,2 triliun, dan ini ditujukan untuk mendukung
percepatan pemulihan ekonomi dan penguatan reformasi. Berbagai program dan
kebijakan PEN akan dilanjutkan di Tahun Anggaran 2021 untuk menjaga
momentum pemulihan ekonomi nasional. Usulan anggaran PEN di RAPBN 2021
sebesar Rp356,5 triliun, yang terbagi atas anggaran kesehatan (Rp25,4 triliun),
perlindungan sosial (Rp110,2 triliun), sektoral dan pemda (Rp136,7 triliun),
dukungan UMKM (Rp48,8 triliun), serta pembiayaan korporasi dan insentif
(Rp20,4 triliun). Berbagai perkembangan dan dinamika global harus terus
diantisipasi dalam upaya percepatan pemulihan ekonomi Indonesia di 2021.
1.1.4 Analisi Perbandingan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2020-2021
TAHUN 2020

Pada APBN tahun 2020 mengalami penurunan pertumbuhan yang cukup


drastis karena adanya pandemi Covid-19 sehingga menghasilkan berbagai
kebijakan baru, serta untuk mengatasi ancaman yang mengganggu stabilitas
perekonomian nasional. Salah satu kebijakannya ialah Work From Home (WFH)
sehingga menyebabkan aktivitas perekonomian yang sedang berjalan melambat.
Tidak hanya itu adanya insentif pajak juga salah satu yang mempengaruhi
pendapatan negara.
Pemerintah memutuskan untuk membentuk APBN-P sebagai salah satu
respon dari penyebaran pandemi Covid-19 untuk mencegah hal itu. Pada tabel
diatas terdapat perbandingan postur APBN dan APBN-P 2020. Pada postur
APBN-P khususnya komponen pendapatan negara pemerintah melakukan
penurunan target sebesar Rp. 472.3 triliun. Penurunan terjadi pada subkomponen
pendapatan dalam negeri, dan pada subkomponen penerimaan hibah tidak
dilakukan perubahan. Penurunan pendapatan negara dilakukan karena beberapa
sektor mengalami tekanan dalam, sehingga target penerimaan pun mengalami
konstraksi. Seperti Pendapatan negara hanya mencapai Rp1.760,9 triliun, turun
10%.
Rinciannya penerimaan perpajakan ditaksir hanya menyentuh Rp1.462,6
triliun, turun dibanding postur sebelumnya kisaran Rp1.865,7 triliun. Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) diperkirakan hanya mencapai Rp297,7 triliun turun
dari postur sebelumnya di kisaran Rp367 triliun. diperkirakan defisit anggaran di
2020 bisa menyentuh 853 triliun setara 5,07 persen dari PDB. Angka ini melebar
dari posisi Rp307,2 triliun atau setara 1,76 persen terhadap PDB di postur APBN
sebelumnya. Sementara itu, PNBP menunjukan pertumbuhan yang baik 36,8%
dengan realisasi sebesar Rp. 96 triliun.

TAHUN 2021

Tahun 2021 pendapatan negara di proyeksikan sebesar 1743,6 triliun


rupiah, tumbuh 2,6% dari tahun 2020. Jumlah tersebut didominasi dari
penerimaan perpajakan sebesar 1.444,5 triliun rupiah, Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) sebesar 298,2 triliun rupiah, serta hibah sebesar 0,9 triliun rupiah.
Alokasi penerimaan tersebut bersifat proyeksi, artinya masih sangat bergantung
pada kondisi penanganan pandemi Covid-19 tahun 2021.

Kebijakan belanja APBN 2021 adalah melanjutkan penanganan kesehatan


akibat Covid-19, utamanya peningkatan supply side dan antisipasi pengadaan
vaksin, melanjutkan program perlindungan sosial untuk akselerasi pemulihan,
dukungan program/kegiatan pada sektor terdampak, serta perluasan akses modal
UMKM melalui subsidi bunga KUR. Untuk mengakomodir kebijakan tersebut,
belanja pada APBN 2021 dianggarkan sebesar 2.750 triliun rupiah, nilai tersebut
tumbuh sebesar 0,4% dari belanja pada APBN 2020. Alokasi belanja tersebut
terbagi atas belanja pemerintah pusat sebesar 1.954,5 triliun rupiah dan Transfer
Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar 795,5 triliun rupiah.

Pada analisis ini, secara umum dapat dilihat pada tahun 2020 dan 2021
realisasi pendapatan negara mengalami penurunan sedangkan belanja negara
mengalami kenaikan. Selain itu, Tren pendapatan juga dipengaruhi oleh PNBP
yang menunjukkan penurunan.
1.2 Penyusunan Analisis Kebijakan, Strategi, Prioritas, dan Analisis
Perbandingan APBD di Kota Semarang Pada Tahun Anggaran 2020-
2021.

1.2.1 Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


(APBD)
Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai
berikut:

1) Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah aerah;

Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah ditetapkan


terlebih dahulu, mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila
dilihat dari perspektif waktunya, perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi
menjadi tiga kategori yaitu: Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan
perencanaan pemerintah daerah untuk periode 20 tahun; Rencana Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk
periode 5 tahun; dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan
perencanaan tahunan daerah.

Sedangkan perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari: Rencana Strategi


(Renstra) SKPD merupakan rencana untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja
(Renja) SKPD merupakan rencana kerja tahunan SKPD. Proses penyusunan
perencanaan di tingkat satker dan pemda dapat diuraikan sebagai berikut:

2) Penyusunan Rancangan Kebijakan Umum Anggaran;

Proses penyusunan KUA adalah sebagai berikut:

1. Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan umum


APBD (RKUA).
2. Penyusunan RKUA berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yanG
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun. Sebagai contoh untuk
bahan penyusunan APBD Tahun 2007 Menteri Dalam Negeri telah
menerbitkan Permendagri Nomor 26 Tahun 2006 tertanggal 1 September 2006
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2007.
3. Kepala daerah menyampaikan RKUA tahun anggaran berikutnya, sebagai
landasan penyusunan RAPBD, kepada DPRD selambat-lambatnya
pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan.
4. RKUA yang telah dibahas kepala daerah bersama DPRD dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD
(KUA). Pedoman Penyusunan Anggaran seperti tercantum dalam Permendagri
Nomor 26 Tahun 2006 tersebut di atas memuat antara lain:
1) Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah
dengan pemerintah daerah
2) rinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran bersangkutan;
3) Teknis penyusunan APBD; dan
4) Hal-hal khusus lainnya.

3) Penetapan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara;

Selanjutnya berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah daerah


menyusun rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
Rancangan PPAS tersebut disusun dengan tahapan sebagai berikut:

 Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan;


 Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; dan
 Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program.

KUA serta PPAS yang telah disepakati, masing-masing dituangkan ke


dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah
dengan pimpinan DPRD. Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang
bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk
menandatangani nota kepakatan KUA dan PPAS. Dalam hal kepala daerah
berhalangan tetap, penandatanganan nota kepakatan KUA dan PPAS dilakukan
oleh pejabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.

4) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD;


Berdasarkan nota kesepakatan yang berisi KUA dan PPAS, TAPD
menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan
RKA SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD. RKA-
SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi
kerja.

5) Penyusunan rancangan perda APBD

Selanjutnya, berdasarkan RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD


dilakukan pembahasan penyusunan Raperda oleh TAPD. Pembahasan oleh
TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA,
PPA, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan
dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok
sasaran kegiatan, standar analisis belanja, standar satuan harga, standar pelayanan
minimal, serta sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD.

Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian, kepala


SKPD melakukan penyempurnaan. RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh
kepala SKPD disampaikan kepada PPKD sebagai bahan penyusunan rancangan
peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD.

6) Penetapan APBD.

Proses penetapan APBD melalui tahapan sebagai berikut:

1. Penyampaian dan Pembahasan Raperda tentang APBD


2. Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala
Daerahtentang Penjabaran APBD
3. Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah
tentangPenjabaran APBD

1.2.2 Analisis Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Kota Semarang Pada Tahun Anggaran 2020 – 2021
Pendapatan daerah Provinsi Jawa Tengah sebagaimana amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019, terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan
Transfer dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah terdiri
atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Pendapatan Transfer
terdiri atas Transfer Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan dan DID) serta Transfer
Antar Daerah (Pendapatan Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan). Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah terdiri atas Hibah, Dana Darurat, serta Lain- lain Pendapatan sesuai
dengan Ketentuan Perundangundangan. Kebijakan Pendapatan Daerah yang akan
dilakukan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan pada semua sumber melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi yang memperhatikan aspek legalitas, keadilan,
kepentingan umum, karakteristik daerah dan kemampuan masyarakat dengan
memegang teguh prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi.

Belanja daerah diarahkan pada:

1. Peningkatan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat;


2. Penanganan masalah sosial, kemiskinan dan pengangguran termasuk pada
kelompok miskin baru;
3. Pencapaian target, sasaran dan program unggulan RPJMD 2018-2023;
4. Upaya pemenuhan alokasi persentase belanja sebagaimana amanat peraturan
perundang-undangan yaitu untuk 20 persen fungsi pendidikan dan 10 persen
fungsi kesehatan. Sedangkan mandatory untuk belanja infrastruktur, pelatihan
ASN dan anggaran pengawasan (APIP) akan disesuaikan dengan potensi
anggaran;
5. Dukungan kebijakan, rencana program/kegiatan pembangunan dan pendanaan
6. Kesiapsiagaan terhadap bencana baik alam maupun non alam;
7. Upaya mengakomodir masukan usulan pembangunan yang disampaikan
masyarakat dari berbagai forum musyawarah dan koordinasi di bidang
perencanaan dengan tetap memperhatikan kapasitas, kewenangan, prioritas
pembangunan serta peraturan perundangan yang berlaku termasuk usulan
masyarakat melalui Pokok-Pokok Pikiran/aspirasi Legislatif.
1.2.3 Analisis Strategi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kota Semarang Pada Tahun 2020 – 2021
Pada tahun 2020,pandemi virus Corona (Covid-19) berdampak besar pada
penurunan pendapatan seluruh pemerintah daerah, termasuk Semarang. Meski begitu,
upaya mempertahankan kinerja pendapatan tetap dilakukan, agar keuangan daerah
tidak turun.

Untuk mempertahankan kinerja pendapatan, antara lain dengan intensifikasi


dan ekstensifikasi sumber pendapatan, dengan memperhatikan aspek legalitas,
karakteristik daerah dan kemampuan masyarakat untuk koordinasi secara sinergis
dengan pemerintah pusat dan stake holder terkait

Kinerja badan usaha milik daerah juga ditekan untuk mampu memberikan
pendapatan. Pelayanan kepada masyarakat juga diperbaiki. Sehingga, meningkatkan
kesadaran mereka dalam membayar kewajiban pajak. Pajak kendaraan bermotor
misalnya, menjadi salah satu sumber pendapatan. Maka Pemerintah berusaha semakin
memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi kewajiban tersebut.

Pelayanan dilakukan dengan mendayagunakan Samsat Induk, Samsat Keliling,


Samsat Malam, aplikasi Sakpole melalui penganggaran, karena pembayaran bisa
dilakukan melalui berbagai kanal. Seperti PT Pos, minimarket, marketplace dan
dompet elektronik,

Pemerintah juga memberikan stimulus pajak daerah kepada masyarakat,


berupa bebas denda administrasi, dan bebas bea balik nama kendaraan bermotor. Agar
strategi yang dilakukan mampu menopang kebutuhan keuangan daerah.

Pada 2021 pemerintah Kota Semarang meresmikan hasil kegiatan Organisasi


Perangkat Daerah (OPD) tahun anggaran 2021. Anggaran Penerimaan dan Belanja
Daerah (APBD) Kota Semarang tahun 2021 sebesar Rp5,3 triliun lebih, serapan
anggaran sebesar 95,14 persen. Dibandingkan tahun 2020, serapan anggaran tahun
2021 mengalami peningkatan. Sebelumnya, APBD Kota Semarang berada di angka
Rp4,3 triliun dimana serapannya berada di angka 94,32 persen. Pada tahun 2021,
APBD digunakan untuk tiga peruntukan utama. Antara lain pembangunan fisik,
pengadaan barang, serta penanganan pandemi.
Pembangunan fisik dilakukan untuk memperbaiki sekolah-sekolah tingkat
Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, serta Sekolah Menengah Pertama. APBD juga
digunakan untuk membangun gedung laboratorium kesehatan dan puskesmas,
pengendali banjir, serta perbaikan saluran air. Sementara itu, Pemerintah Kota
Semarang juga melakukan pengadaan barang berupa alat kesehatan, road sweeper,
serta pendukung sarana dan prasarana Museum Kota Lama. Penanganan pandemi
Covid-19 seperti pembuatan tempat karantina, vaksin, serta fasilitas 3T dan perawatan
pasien juga menggunakan APBD. APBD digunakan untuk membeli produk-produk
UMKM di Semarang. Sebagai contoh, dinas-dinas pemerintah diminta
menganggarkan dana untuk belanja masker buatan UMKM. APBD juga dianggarkan
untuk membeli makanan yang diproduksi UMKM yang mana setiap Jumat, makanan
itu diberikan kepada masyarakat yang paling membutuhkan.

1.2.4 Prioritas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota


Semarang Pada Tahun Anggaran 2020-2021
Bupati Kabupaten Semarang menyerahkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) APBD tahun 2020 kepada seluruh Kepala meminta para kepala SKPD dapat
melaksanakan tugas dengan baik dan sesuai peraturan yang berlaku. Bupati berharap
dengan struktur seperti itu, para Kepala SKPD dan jajarannya dapat melaksanakan
kegiatan sesuai peruntukannya dan memperhatikan prinsip keuangan yang efisien.
Adapun sebanyak 46 kepala satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) Kabupaten
Semarang sepakat untuk mencegah praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN)
dengan dilakukanya transparansi terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan
belanja daerah Kabupaten Semarang.

Pada 2022 ini, prioritas Pemerintah Kabupaten Semarang adalah Pemulihan


ekonomi pada APBD Kota Semarang. Penempatan skala prioritas dalam anggaran
melihat kondisi masih dalam pandemi Covid-19. Masyarakat perlu didorong untuk
bisa bangkit dan memulihkan perekonomian, APBD Kota Semarang tahun 2022
sebesar Rp 5,2 triliun. Anggaran pada APBD 2022 naik dibanding 2021 yang hanya
sebesar Rp 4,8 triliun. Prioritas anggaran APBD Kabupaten Semarang antara lain
untuk peningkatan ketahanan ekonomi berbasis potensi lokal, peningkatan kualitas
dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan produktif, pemenuhan
hak dasar dan percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran. Pemulihan
ekonomi pada APBD 2022 sekitar 35 persen. Peningkatan ketahanan ekonomi
berbasis lokal mencapai Rp 273,33 miliar. Anggaran tersebut dialokasikan untuk
kegiatan yang berkaitan dengan pemulihan ekonomi dalam bentuk fasilitasi usaha,
iklim usaha, dan kesempatan berusaha bagi pelaku ekonomi.

1.2.5 Analisis Perbandingan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


(APBD) Kota Semarang Pada Tahun Anggaran 2020-2021
Rincian Realisasi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Semarang Tahun Anggaran 2020.
Rincian Realisasi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Semarang
Tahun Anggaran 2021.
1. Rasio Efektivitas PAD

Rp 2.024.537.808.307,00
2020: x 100% = 107,14%
Rp 1.889.598.813.000,00

Rp 1.385.948.066.862,00 x 100% = 91,50%


2021:
Rp 2.607.693.085.628

Pada tahun 2020, hasil perhitungan Rasio Efektivitas PAD kota Semarang
sebesar 107, 14% Maka dari itu, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan kota
Semarang adalah efektif karena berada dalam kisaran lebih dari 100%. Hal ini
berarti bahwa realisasi PAD pada tahun 2020 telah melampaui anggaran PAD
yang telah ditetapkan.

Pada tahun 2021, hasil perhitungan Rasio Efektivitas PAD kota Semarang
sebesar 91, 50%. Maka dari itu, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan kota
Semarang adalah kurang efektif karena berada dalam kisaran lebih dari 100%.
Hal ini berarti bahwa realisasi PAD pada tahun 2021 tidak melampaui anggaran
PAD yang telah ditetapkan.

2. Rasio Ketergantungan Daerah


2020: 50.82%

Rp 3.385.062.664.824,00 x 100% = 46,62%


2021:
Rp 5.11.782.364.563,00

Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Ketergantungan Daerah, dapat


diketahui bahwa kota Semarang masih sangat bergantung kepada penerimaan
pusat dan/atau pemerintah provinsi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan
yang >50%.

3. Rasio Ketergantungan Daerah


Rp 13.416.455.283.600
2020: x 100% = 91,87%
Rp14.602.974.636.829
Rp 12.696.321.096.000 x 100% = 86,51%
2021:
Rp 14.675.560.728.899

Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Ketergantungan Daerah, dapat


diketahui bahwa kota Semarang masih sangat bergantung kepada penerimaan
pusat dan/atau pemerintah provinsi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan
yang >50%.

4. Rasio Efisiensi PAD


Rp 12.606.997.656.660,60
2020: x 100% = 96,75%
Rp 13.030.852.042.529,30

Rp 14.859.606.462.835,80 x 100% = 107,01%


2021:
Rp 13.885.923.486.851,20

Pada tahun 2020, Rasio Efisiensi PAD kota Semarang sebesar 96,75%
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan kota Semarang adalah efisien. Hal ini
dapat terlihat dari hasil perhitungan rasio efisiensi yang berada di bawah 100%.
Artinya, Pemerintah kota Semarang pada tahun 2020 telah mampu
mengefisienkan biaya yang dikeluarkan.

Pada tahun 2021, Rasio Efisiensi PAD kota Semarang sebesar 107,01%
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan kota Semarang adalah tidak efisien. Hal
ini dapat terlihat dari hasil perhitungan rasio efisiensi yang berada di atas 100%.
Artinya, Pemerintah kota Semarang pada tahun 2021 belum mampu
mengefisienkan biaya yang dikeluarkan.
5. Rasio Desentralisasi Fiskal

Rp 1.185.019.353.229
2020: x 100% = 8,11%
Rp 14.602.974.636.829

Rp 1.977.739.632.899 x 100% = 13,48%


2021:
Rp 14.675.560.728.899

Pada tahun 2020, Rasio Desentralisasi Fiskal Provinsi Papua sebesar 8,11%
menunjukkan bahwa tingkat keadilan atas bagi hasil pendapatan sesuai potensi
daerah adalah sangat rendah. Hal ini dikarenakan rasio desentralisasi fiskal kota
Semarang Tahun 2020 yang berada di kategori 0,00-10,00.
Pada tahun 2021, Rasio Desentralisasi Fiskal kota Semarang sebesar
13,48% menunjukkan bahwa tingkat keadilan atas bagi hasil pendapatan sesuai
potensi daerah adalah rendah. Hal ini dikarenakan rasio desentralisasi fiskal kota
Semarang Tahun 2021 yang berada di kategori 10,01- 20,00.
6. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rp 1.185.019.353.229
2020: x 100% = 8.83%
Rp 13.416.455.283.600

Rp 1.977.739.632.899 x 100% = 15.58%


2021:
Rp 12.696.321.096.000

Berdasarkan perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah untuk tahun


anggaran 2020 dan 2021, menunjukkan adanya pola hubungan instruktif, yaitu
peran pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian Pemerintah Daerah.
Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah
yang berada dalam intervsk 0-25%, di mana pada tahun 2020 hasilnya adalah
8,83% dan tahun 2021 sebesar 15,58%. Sehingga, dapat diketahui bahwa pada
wilayah Semarang, pemerintah pusat masih mendominasi dalam menyokong
bantuan atau pendapatan daerah Semarang.
7. Rasio Keserasian Belanja
a. Rasio Belanja Operasi

Rp 10.931.561.576.793
2020: x 100% = 72,17%
Rp 15.147.965.315.411

Rp 13.073.312.621.594 x 100% = 74,38%


2021:
Rp 17.577.357.443.639

b. Rasio Belanja Modal

Rp 1.145.341.020.698
2020: x 100% = 7,56%
Rp 15.147.965.315.411

Rp 1.428.870.777.370 x 100% = 8,13%


2021:
Rp 17.577.357.443.639
Hasil perhitungan rasio belanja operasi untuk APBD kota Semarang
Tahun Anggaran 2020-2021 adalah sebesar 72,17% dan 74,38%. Nilai rasio
ini tergolong rendah, karena umumnya rasio belanja operasi akan
mendominasi 60-90% dari total belanja daerah. Artinya, masih dibutuhkan
lebih banyak total belanja daerah untuk menyokong pembangunan daerah.

Kemudian, hasil perhitungan rasio belanja operasi untuk APBD kota


Semarang Tahun Anggaran 2020-2021 adalah sebesar 7,56% dan 8,13%. Nilai
rasio ini tergolong sangat rendah, karena umumnya rasio belanja modal
adalah 5-20% dari total belanja daerah. Artinya, Semarang masih
membutuhkan lebih banyak belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis rasio keuangan terhadap APBD


kota Semarang tahun anggaran 2020-2021, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
secara keseluruhan dari analisis rasio, rata-rata kinerja APBD kota Semarang
selama 2 tahun anggaran dapat dikatakan menurun. Pada tahun 2020, tingkat
efisiensi pengelolaan biaya yang dikeluarkan sudah sangat efisien. Sedangkan
pada tahun 2021, justru tingkat efisiensi ini menjadi tidak efisien.

Selain itu, dapat dikatakan bahwa pengelolaan keuangan di kota


Semarang masih sangat membutuhkan peningkatan. Beberapa aspek yang
perlu ditingkatkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, seperti
meningkatkan kemandirian keuangan kota Semarang yang masih rendah,
mengurangi adanya dominasi dari pemerintah dalam pengalokasian dana untuk
belanja daerah, meningkatkan efisiensi biaya yang dikeluarkan, dan menambah
total belanja daerah untuk menyokong pembangunan kota Semarang.

1.3 Penyusunan Analisis Kebijakan Strategi, Prioritas, dan Analisis


Perbandingan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di
Desa Keru Tahun Anggaran 2020-2021

1.3.1 Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di


Desa Keru Tahun Anggaran 2020-2021
Kebijakan yang dilakukan Desa Keru dalam menyusun APBDes pada tahun
anggaran 2020-2021 sebagai berikut:
1. Pendapatan
Pendapatan desa pada tahun 2020 sebesar Rp. 1.890.125.000,00 dan pada tahun
2021 pendapatan desa mengalami penaikan sebanyak 2% sehingga pendapatan
menjadi 1.932.416.800,00
2. Alokasi Dana

1) Alokasi dana
2) Bidang pelaksanaan pembangunan pembangunan desa
3) Bidang pembinaan kemasyarakatan
4) Bidang pemberdayaan masyarakat
5) Penanggulangan Bencana, Keandaan Darurat dan Mendadak
6) Pembiayaan

 Beberapa strategi yang dilakukan dalam menysun APBDes pada tahun


2020-2021 anatara lain seperti, strategi penguatan regulasi, Strategi
peningkatan pengelolaan dana desa, Strategi tata cara pembagian dan
rincian dana desa, Strategi penanganan Pandemi Covid-19 dan lain-lain.

 Prioritas Dana Desa dilaokasikan untuk membiayai bidang pemberdayaan


masyarakat didasarkan atas kondisi dan potensi desa, sejalan dengan
pencapaian target RPJMDes setiap tahunnya.

 Berdasarkan hasil analisis melalui perhitungan Rasio Kemandirian


Keuangan Desa menunjukkan bahwa kinerja keuangan pemerintah Desa
Sakatiga Seberang untuk 2 tahun anggaran, termasuk dalam kategori tidak
mandiri karena tidak mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Untuk
perhitungan rasio efektivitas menunjukkan bahwa dapat Desa Sakatiga
Seberang dalam 2 tahun (2020-2021) terkategori efektif dalam kinerja
keuangannya. Sedangkan melalui perhitungan rasio efisiensi menunjukkan
bahwa kinerja keuangan pemerintah Desa Sakatiga Seberang dalam 2
tahun termasuk dalam kategori tidak efisien dimana, kategori ini
menunjukkan bahwa tingkat jumlah realisasi pendapatan lebih kecil dari
tingkat jumlah realisasi belanja.
1.3.2 Analisis Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di
Desa Keru Tahun Anggaran 2020-2021
1) Pendapatan

Pendapatan desa pada tahun 2020 sebesar Rp. 1.890.125.000,00 dan pada
tahun 2021 pendapatan desa mengalami penaikan sebanyak 2% sehingga
pendapatan menjadi 1.932.416.800,00.

2) Penyelenggaraan dana

Penggunaan dana untuk penyelenggaraan dana pada tahun 2021 sebesar


Rp. 910.449.768,00. jumlah ini mengalami kenaikan, sedangkan pada tahun 2020
sebesar 845.467.039,88 dengan selisih 7%.

3) Bidang pelaksanaan pembangunan desa

Alokasi dana untuk bidang pelaksanaan pembangunan desa pada tahun


2021 sebesar Rp. 327.764.000 jumlah ini juga mengalami penurunan dari pada
pada tahun 2020 Rp. 407.474.976 dengan selisih sebesar 24%.

4) Bidang pembinaan kemasyarakatan

Alokasi pada dana untuk bidang pembinaan kemasyarakatan pada tahun


2021 sebesar Rp. 165.666.419. jumlah dana untuk bidang pembinaan ini
mengalami kenaikan sebesar 44% dari tahun 2020 yang dananya 91.127.637,36

5) Bidang pemberdayaan masyarakat

Penggunaan dana untuk bidang pemberdayaan masyarakat pada tahun


2021 sebesar Rp. 12.396.328 jumlah ini mengalami kenaikan sebanyak 100% dari
tahun 2020 yang dananya Rp.0,00.

6) Penanggulangan bencana darurat

Alokasi dana ini baru dianggarkan pada tahun 2020 sebesar Rp.
681.925.165. anggaran ini muncul akibat adanya pandemic Covid-19 yang
melanda indonesia dan pemberian bantuan langsung kepada warga desa.
7) Pembiayaan

Penggunaan dana pada bidang pemberdayaan masyarakat sebesar Rp.


115.400.000, sedangkan pada tahun 2021 desa tidak menggarkan dana untuk
pembiayaan.

1.3.3 Strategi Aanggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa


Keru Tahun Anggaran 2020-2021
APBDes merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang memuat
perkiraan pendapatan, rencana belanja, program dan kegiatan serta rencana
pembiayaan desa dengan konsep rumusan untuk mencapai tujuan dalam membangun
dan mengatur desannya. Manajemen APBDes dilakukan oleh Pemerintah Desa sendiri
dimana Pemerintah Daerah sudah memberi kewenangan yang penuh kepada desa
untuk mengelola keuangan secara bertanggung jawab. Desa sebagai penyelenggara
urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat diharuskan menyusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Keberhasilan suatu desa dalam
penyelenggaraan urusan pemerintah pusat dan daerah dapat dinilai dari kualitas
APBDes yang diukur melalui terlaksananya strategi dan program pengembangan
desa. Desa keru merupakan Desa pemekaran dari Desa Sedau yang dimekarkan pada
tahun 1999 dan dinyatakan difinitif pada tanggal 21 Maret 2000, yang dibuktikan
dengan keputusan Gubernur Nusa Tenggara barat 409 tahun 2000 yang mana pada
awal pemekaran terdiri dari 2 (dua) dusun yaitu Dusun Darmasaba dan dusun Saba
Lendang. Kemudian kini menjadi 7 (tujuh) dusun, yaitu Dusun Darmasaba, Dusun
Keru, Dusun Saba Lendang, Dusun Repo atas, Dusun Darmasaba Dasan, Dusun
Drmasaba Dasan Satu Gondang.

Adapun visi dan misi pada desa Keru sebagai berikut :

Visi

Membangun tata kelola pemerintah desa yang baik dan AKIK (Aktif, Kreatif, Inovatif
dan Komunikatif) guna terwujudnya Desa Keru yang AMAN, ADIL, SEJAHTERA ,
dan BERMANFAAT.

Misi
1. Melanjutkan program yang telah dan belum dilaksakan pada periode sebelumnya

2. Menyelenggarakan pemerintah desa yang bersih dan terbatas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme

3. Mengoptimalisasikan lembaga desa yang suda desa ada serta mengembangkan


potensi masyarakat melalui pemanfaatan potensi desa.

4. Meningkatkan mutu kesejahteraan masyarakat untuk mencapa tahap kehidupan


yang baik dan berpendidikan.

Analisis Strategi Pengelolaan APBDes dalam Desa Keru Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2020 – 2021

ASPEK KONDISI EKSISTENSI PERATURAN STRATEGI

Tata cara Dana desa merupakan dana - Peraturan Bupati - Strategi


pembagian dan yang bersumber dari (PERBUB) NO. 7, Bagian penguatan
rincian dana desa anggaran pendapatan dan Hukum Kab. Lombok regulasi.
belanja negara yang Barat Tahun Anggaran
diperuntukan untuk desa 2020.
yang ditransfer melalui - Strategi

APB-Des. Rician dana desa peningkatan

di Kab.Lombok Barat tahun - Berdasarkan Pasal 12 ayat pengelolaan

anggaran 2020 dialokasikan (1) Peraturan Pemerintah dana desa.

secara merata dan Nomor 60 Tahun 2014

berkeadilan berdasarkan Tentang Dana Desa yang

berdasarkan : Bersumber dari Anggaran - Strategi Tata

Pendapatan Belanja cara pembagian


1. Alokasi Dasar dan rincian
Negara sebagaimana telah
2. Alokasi Afirmasi diubah terakhir kali dana desa

dengan Peraturan
3. Alokasi Kinerja
Pemerintah Nomor 8
4. Alokasi Formula Tahun 2016 tentang
perubahan kedua atas
peraturan pemerintah
Alokasi dana pada tahun Nomor 60 Tahun 2014
2021 : tentang Dana Desa yang
bersumber dari Anggaran
1. Dana bagi hasil
Pendapatan dan Belanja
2. Dana alokasi umum Negara tentang Dana Desa

3. Dana alokasi khusus fisik yang bersumber dari


Anggaran Pendapatan dan
4. Dana alokasi khusus
Belanja Negara, Bupai
nonfisik
menetapkan rincian Dana
5. Dana insetif daerah Desa untuk setiap Desa.

- Undang-undang Nomor 69
Tahun 1958 undang-
undang Nomor 6 Tahun
2014 undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014
Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014
Peraturan Pmerintah
Nomor 60 Tahun 2014
Perturan Presiden Nomor
78 Tahun 2019 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor
205/PMK.07/2019
Peraturan Menteri dalam
Negeri Nomor 20 Tahun
2018 Peraturan Daerah
Kab.Lombok Barat Nomor
1 Tahun 2016. Peraturan
Daerah Kab.Lombok Barat
Nomor 13 Tahun 2019
Peraturan Bupati Lombok
nomor 61 tahun 2019

Kebijakan Kebijakan keuangan negara - UU NO.2 Tahun 2020 - Strategi


penanganan dan stabilitas sistem tentang penetapan penangan
Covid-19 keuangan untuk penanganan peraturan pemerintah. Pandemi
pandemi Covid-19 atau Covid-19.
- UU penggunaan dana desa
ancaman yang dapat
dapat digunakan untuk
membahayakan
bantuan langsung tunai
perekonomian Nasional.
kepada penduduk yang
kurang mampu desa.

Penangulangan Pemerintah telah - Keputusan menteri - Strategi


Covid-19 memfokuskan kebijakan kesehatan RI pemberian
dalam pencegahan dan NO.HK.01.07/MENKES/4 vaksinasi dalam
penanganan Pandemi 241/2021 tentang petunjuk penanggulanga
Covid-19, dengan Program teknis perencanaan n Covid-19
Pemulihan Ekonomi penganggaran pelaksanaan
- Strategi
Nasional (PEN) dengan vaksinasi untuk
pemberian
kebijakan tersebut penanggulangan Covid-19
honorium untuk
diharapkan pertumbuhan
- Peraturan Bupati tentang tenagan
ekonomi dapat mengalami
petunjuk teknis pemberian kesehatan agar
rebound. Salah satu tools
honorarium tim vaksinator dilaksanakan
dalam bauran kebijakan
pada wilayah kerja disan vaksinasi.
tersebut adalah melalui dana
kesehatan
transfer ke daerah dan dana
desa. Selain mengemban
peran dalam mendukung
berjalannya pemerintahan
didaerah, TKDD juga
menjadi alat dalam
pencegahan/penanganan
pandemi Covid-19 dan
sekaligus alat untuk
stimulasi peningkatan
ekonomi daerah. Dimulai
dari kebijakan Refocusing
arah penggunaan TKDD
hingga relaksasi
penyalurannya, TKDD
mampu menjalankan
perannya secara baik dalam
mendukung program
pemulihan ekonomi
nasional didaerah baik itu
melalui penjagaan aspek
supply seperti alokasi
Cadangan DAK Fisik, dan
DID maupun penjagaan
aspek demand melalui
kebijakan BLT Dana Desa.

Petunjuk teknis Dalam rangka tertib - Peraturan BUPATI Strategi


pelaksanaan administrasi pelaksanaan (PERBUB) NO.22, bagian pelaksanaan dana
dana desa dana desa yang bersumber Hukum KAB.LOMBOK desa.
dari APB-Des Tahun 2021 BARAT
di kabupaten Lombok Barat
- Dalam rangka
perlu adanya petujuk teknis
memberikan pedoman
pelaksanaan dana desa di
terkait dengan pelaksanaan
setiap desa
program Bantuan
Langsung Tunai yang
bersumber dari Dana Desa
untuk penanganan dampak
Covid-19 maka perlu
menyusun Petunjun
Pelaksanaan Bantuan
Langsung Tunai Dana
Desa Di kabupaten
Lombok Barat.

- Undang-undang Nomor 69
Tahun 1958 undang-
undang Nomor 6 Tahun
2014 Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014.

- Ruang lingkup pengaturan


meliputi :

a. Sasaran dan kri teria

b. Pendapatan

c. Perhitungan alokasi

d. Penganggaran

e. Penyaluran dan besaran

f. Pembinaan dan
pengawasan

g. Pelaporan pertanggung
jawaban

h. Dukungan stakeholder

i. Ketentuan penutup.

Sehubung dengan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2020-2021 dalam bentuk arahan
kegiatan bagi pemetintah desa dan lembaga desa dalam pengelolaan APBDes yang dapat
mendukung pelayanan dan memperbedayaan masyarakat dengan mengelola dan desa dengan
sebaiknya.

1.3.4 Strategi Perbandingan Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa


Keru Tahun Anggaran 2020-2021
a. Analisis Kemandirian Keuangan Desa
Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah
daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan yang diperlukan daerah (Halim, 2007: 128). Rasio
kemandirian keuangan desa merupakan kemampuan desa dalam membiayai
sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Berikut rumus untuk menghitung rasio efektivitas menurut Sartika (2019).

Pendapatan Asli Desa


x 100%
Pendapatan Lain-lain Desa

Kriteria Pengukuran Kemandirian Keuangan Desa

Persentase Kemandirian Keuangan


0-25% Sangat rendah
25%-50% Rendah
50%-75% Sedang
75%-100% Tinggi
Sumber: Sumarna (2017)

Rasio Kemandirian Kuangan Desa Keru

Rp 20.685.000
2020: x 100% = 0%
Rp 1.869.440.000

Rp 34.925.000
2021: x 100% = 0%
Rp 1.897.491.800

Berdasarkan rasio kemandirian keuangan desa, kinerja keuangan Desa


Keru pada tahun 2020 dan 2021 termasuk dalam kategori sangat rendah dalam
kemandirian keuangan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kemandirian selama
tahun 2020 dan 2021 sebesar 0%.

Tingkat kemandirian keuangan yang sangat rendah menunjukkan bahwa


Pemerintah Desa Keru masih sangat bergantung dengan bantuan dana dari
pemerintah pusat dan daerah dalam membiayai kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, dan pemerdayaan masyarakat.

Kemandirian keuangan yang sangat rendah ini terjadi karena pendapatan


asli desa yang diterima oleh Desa Keru terbilang sangat kecil dibandingkan
dengan pendapatan transfer yang berasal dari pemerintah pusat dan daerah.
Rendahnya pendapatan asli desa yang diterima karena sumber pendapatan asli
desa belum dikelola secara maksimal.

b. Rasio Efektivitas
Rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintahan desa dalam
merealisasikan pendapatan asli desa (PADes) yang direncanakna dibandingkan
dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil desa. Pemerintahan desa
dikatakan mampu menjalankan tugasnya apabila rasio yang dicapai minimal 1-
100% akan tetapi semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan kemampuan
desa yang baik (Sumarna, 2017)

Realisasi Penerimaan PADes


x 100%
Anggaran Penerimaan PADes

Kriteria Penilaian Efektivitas

Persentase Ketergantungan Keuangan Dearah


>100% Sangat efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup efektif
60%-80% Kurang efektif
<60% Tidak efektif
Sumber: Mahsun (2016)

Rasio Kemandirian Kuangan Desa Keru

Rp 1.916.303.450,56
2020: x 100% = 101,3%
Rp 1.890.125.000

2021: Rp 1.909.233.877,75 x 100% = 98,8%


Rp 1.932.416.800

Tahun 2020 tinkgat efektivitas keuangan Pemerintah Desa Keru kembali


dikategorikan sangat efektif dengan nilai rasio efektivitas sebesar 101,3%. Hal
ini menunjukkan bahwa kegiatan/program yang direncanakan untuk
merealisasikan pendapatan asli desa telah terlaksana dengan baik sehingga
realisasi PADes yang diterima melebihi dengan yang dianggarkan.

Berdasarkan rasio efektivitas kinerja keuangan Pemerintah Desa Keru


tahun anggaran 2021 berada pada kategori efektif dengan rasio sebesar 98,8%.
Dengan kata lain, Pemerintah Desa Keru telah mampu merealisasikan pendapatan
asli desa melebihi dana yang dianggarkan.

c. Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang
dikeluarkan dalam memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang
diterima. Pemerintah desa dikatakan efisien apabila rasi yang dicapai <1% atau
<100% jadi semakin kecil rasio efisiensi maka kinerja pemerintahan desa
semakin baik.

Realisasi Biaya Belanja


x 100%
Realisasi Penerimaan PADes

Kriteria Penilaian Efisinesi

Persentase Ketergantungan Keuangan Dearah


>100% Tidak efisien
90%-100% Kurang efisien
80%-90% Efisien
60%-80% Cukup efisien
<60% Sangat Efisien
Sumber: Abdul Halim (2007)
Rasio Penilaian Efisiensi Kuangan Desa Keru

2020 Rp 1.943.299.052 x 100% = 101,4%


: Rp 1.916.303.450,56

2021 Rp 1.756.624.866
x 100% = 92%
: Rp 1.909.233.877,75
Kinerja keuangan Pemerintah Desa Pejarakan tahun anggaran 2020
berdasarkan rasio efisiensi dikategorikan tidak efesien dengan nilai rasio sebesar
101,4%. Hal ini terjadi karena pengeluaran atau belanja desa yang dilakukan oleh
Pemerintah Desa Keru melebihi dari pendapatan yang diterima.
Pada tahun 2021, belanja desa sudah tidak melebihi pendapatan desa
sehingga rasio efisiensi dibandingkan tahun 2020 menurun menjadi 92%, namun
masih berada pada kategori kurang efisien. Tingkat efisiensi yang masih berada
pada kategori kurang efisien menunjukkan bahwa Pemerintah Desa Keru untuk
merealisasikan pendapatan yang dianggaran, pemerintah desa mengeluarkan
biaya atau belanja desa yang cukup besar.

Laporan Realisasi APBDes Pemerintahan Kota Keru Tahun Anggaran 2020

Laporan Realisasi APBDes Pemerintahan Kota Keru Tahun Anggaran 2021


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkeu. (2021) Daftar Alokasi Dana Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa Tahun
Anggaran 2021 (Provinsi Nusa Tenggara Barat). https://djpk.kemenkeu.go.id/wp-
content/uploads/2020/1. Diakses 2 September 2022

Keru desa. (2020). Desa Keru Kabupaten Lombok Barat. http://keru.desa.id/about-us.


Diakses 2 September 2022

JDIH BPK RI. (2020). Peraturan Bupati (PERBUP) tentang Petunjuk Pelaksanaan
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Untuk Penanganan Dampak Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) Di Kabupaten Lombok Barat.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/145688/perbup-kab-lombok-barat-no-
22-tahun-2020. Diakses 2 September 2022

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. (2020). Rencana Kerja Pemerintah Daerah


(Rkpd) Kabupaten Lombok Barat 2020. https://lombokbaratkab.go.id/wp-
content/uploads/2021/lakip2020/RKPD2020KabLombokBarat.pdf. Diakses 2
September 2020

Saifulrahman. (2010). Struktur, Penyusunan Dan Penetapan Apbd.


http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2010/03/Pertemuan-4.pdf. Diakses 2
September 2022

Anda mungkin juga menyukai