Anda di halaman 1dari 55

Analysis of Indonesian Economics

KEBIJAKAN FISKAL INDONESIA

Priyanto Soedarsono
Nov, 2021

Source of Material: MoF, BKF, Special Staff Minister of Finance, MS

1
Priyanto Soedarsono
KEBIJAKAN FISKAL 2021

2
Priyanto Soedarsono
APBN Tahun 2021

Source : MoF
3
Priyanto Soedarsono
Asumsi Makro Ekonomi RAPBN dan APBN
Prospek perekonomian nasional tahun 2021 diperkirakan membaik sejalan dengan proyeksi pemulihan
perekonomian global dan dampak dukungan fiskal terhadap percepatan pemulihan ekonomi termasuk
dukungan pengendalian pandemi. Namun demikian, kerangka ekonomi makro tahun 2021 disusun dengan risiko
ketidakpastian yang tinggi, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya divergensi proyeksi ekonomi global di
tahun 2020 dan 2021. Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi Makro tahun 2021 adalah sebagai berikut.

4
Priyanto Soedarsono
Asumsi Makro Ekonomi RAPBN dan APBN

Mengacu pada kerangka ekonomi makro tahun 2021, Pemerintah menyusun strategi kebijakan fiskal
yang ditujukan untuk pemulihan ekonomi dan penguatan reformasi agar bersifat inklusif dalam
meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata dengan target tahun 2021
diperkirakan sebagai berikut: (1) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada kisaran 7,7-9,1 persen; (2)
tingkat kemiskinan pada kisaran 9,2-9,7 persen; (3) tingkat ketimpangan (rasio gini) pada kisaran
0,377- 0,379; (4) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diharapkan mencapai 72,78-72,95; dan (5)
melalui kebijakan fiskal 2021 juga diharapkan dapat mencapai indikator pembangunan tahun 2021
dengan target Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) mencapai kisaran 102-104.

5
Priyanto Soedarsono
Pendapatan Negara
Dari sisi kebijakan pendapatan negara, Pemerintah berupaya untuk melakukan optimalisasi penerimaan
negara melalui perluasan basis pajak sekaligus mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional
melalui pemberian insentif sejalan dengan upaya reformasi di bidang perpajakan dan PNBP.
Target pendapatan negara pada APBN 2021 mencapai Rp1.743,6 triliun yang terdiri atas:

a. Penerimaan perpajakan ditargetkan mencapai Rp1.444,5 triliun.


• Penerimaan Pajak, diproyeksikan akan mencapai Rp1.229,6 triliun atau tumbuh optimal sekitar 2,6
persen dari target Perpres Nomor 72 Tahun 2020, dengan fokus memberikan dukungan insentif
secara selektif dan terukur untuk percepatan pemulihan ekonomi serta melanjutkan reformasi
pajak.
• Kepabeanan dan Cukai ditargetkan sebesar Rp215,0 triliun atau meningkat sebesar 4,5 persen dari
target Perpres Nomor 72 Tahun 2020, yang disertai dengan dukungan percepatan pemulihan dan
transformasi ekonomi serta penguatan pengawasan yang terintergrasi.

b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diproyeksikan sebesar Rp298,2 triliun, yang didukung oleh
prospek meningkatnya harga komoditas utama dunia terutama minyak bumi serta optimalisasi
penerimaan dari pelayanan PNBP Kementerian/Lembaga dan BLU sejalan dengan membaiknya
aktivitas masyarakat.
6
Priyanto Soedarsono
Pendapatan Negara
c. Penerimaan Hibah diperkirakan mencapai Rp 0,9 triliun antara lain ditujukan untuk program-program
pengembangan desa dan perkotaan termasuk penyediaan air bersih dan penanganan perubahan iklim.

Belanja Negara

Belanja negara pada APBN 2021 diproyeksikan mencapai Rp2.750,0 triliun atau 15,6 persen terhadap PDB,
yang diarahkan untuk mendukung pemulihan ekonomi dan prioritas pembangunan di bidang kesehatan,
pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi, infrastruktur, ketahanan pangan, pariwisata, dan
perlindungan sosial.

a. Anggaran Kesehatan direncanakan sebesar Rp169,7 triliun atau setara 6,2 persen terhadap belanja
negara, dengan kebijakan diarahkan antara lain untuk: (1) peningkatan dan pemerataan dari sisi supply,
serta dukungan untuk pengadaan vaksin; (2) penguatan program promotif dan preventif, serta akselerasi
penurunan stunting; (3) perbaikan mutu layanan, efektivitas dan validitas data program jaminan
kesehatan nasional (JKN); serta (4) penguatan pencegahan, deteksi, dan respon penyakit, serta sistem
kesehatan terintegrasi.

7
Priyanto Soedarsono
Belanja Negara
b. Anggaran Pendidikan sebesar Rp550,0 triliun atau 20 persen terhadap belanja negara, yang
difokuskan untuk meningkatkan kualitas SDM, kemampuan adaptasi teknologi, dan peningkatan
produktivitas melalui pengetahuan ekonomi di era industri 4.0. Pemerintah akan melakukan
reformasi pendidikan, melalui transformasi kepemimpinan kepala sekolah, transformasi pendidikan
dan pelatihan guru, mengajar sesuai tingkat kemampuan siswa, standar penilaian global, serta
kemitraan daerah dan masyarakat sipil. Selain itu, juga dilakukan penguatan program vokasi dan kartu
prakerja, penguatan penyelenggaraan PAUD, peningkatan efektivitas penyaluran bantuan pendidikan
(BOS, PIP, dan LPDP), percepatan peningkatan kualitas sarpras pendidikan terutama untuk daerah 3T,
serta penajaman KIP Kuliah dan pendanaan pendidikan tinggi.

c. Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan anggaran Rp29,6 triliun (termasuk
TKDD) difokuskan untuk: (1) mengakselerasi transformasi digital untuk penyelenggaraan
pemerintahan; (2) mewujudkan pelayanan publik yang efisien dan cepat, seperti di bidang
pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan; (3) mengonsolidasi dan mengoptimasi infrastruktur dan
layanan bersama; serta (4) mewujudkan inklusi masyarakat di wilayah prioritas pembangunan dan
mendorong kesetaraan dengan penyediaan akses internet pada sekitar 12.377 lokasi layanan publik.

8
Priyanto Soedarsono
Belanja Negara
d. Pembangunan Infrastruktur dianggarkan sekitar Rp413,8 triliun, yang diarahkan untuk: (1) penguatan
infrastruktur digital dan mendorong efisiensi logistik dan konektivitas; (2) infrastruktur padat karya
yang mendukung kawasan industri dan pariwisata; serta (3) pembangunan sarana kesehatan
masyarakat dan penyediaan kebutuhan dasar untuk penguatan sistem kesehatan nasional; dan (4)
penyelesaian kegiatan prioritas 2020 yang tertunda.

e. Anggaran Ketahanan Pangan dianggarkan sekitar Rp104,2 triliun, yang diarahkan untuk: (1)
mendorong produksi komoditas pangan dengan membangun sarpras dan penggunaan teknologi; (2)
revitalisasi sistem pangan nasional dengan memperkuat korporasi petani/nelayan dan distribusi
pangan; serta (3) pengembangan food estate untuk meningkatkan produktivitas pangan.

f. Perlindungan Sosial di tahun 2021 dianggarkan Rp421,7 triliun yang diarahkan untuk percepatan
pemulihan sosial dan mendukung reformasi sistem perlindungan sosial secara bertahap. Langkah
perlindungan sosial dilakukan melalui : (1) melanjutkan program perlindungan sosial (perlinsos) untuk
akselerasi pemulihan (antara lain Kartu Sembako, PKH, Bansos Tunai selama 6 bulan, dan Kartu Pra
kerja); (2) mendorong program perlindungan sosial yang komprehensif berbasis siklus hidup dan
antisipasi aging population; (3) penyempurnaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan
perbaikan mekanisme penyaluran program perlindungan sosial, serta penguatan monitoring dan
evaluasi.
9
Priyanto Soedarsono
Belanja Negara
g. Pembangunan Pariwisata tahun 2021 dianggarkan sekitar Rp15,7 triliun, diarahkan untuk: (1)
pemulihan pariwisata, dengan pengembangan destinasi pada 5 fokus kawasan (Danau Toba, Borobudur,
Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang); (2) pengembangan aspek 3A (atraksi, aksesibilitas, dan
amenitas) serta peningkatan pada 2P (promosi dan partisipasi pelaku usaha swasta); (3) pendekatan
storynomics tourism yang mengedepankan narasi, konten kreatif, living culture, dan kekuatan budaya;
serta (4) pemanfaatan skema KPBU dalam membangun pusat-pusat hiburan, seperti theme park yang
akan menyerap banyak wisatawan.

h. Pemerintah tetap akan melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 dengan fokus
kepada dukungan penanganan kesehatan, perlindungan sosial, sektoral Kementerian/Lembaga dan
Pemda, UMKM, pembiayaan korporasi, dan insentif usaha.

Prioritas anggaran tersebut tercakup dalam komponen belanja pemerintah pusat serta transfer ke daerah
dan dana desa. Selanjutnya, penguatan reformasi belanja, khususnya belanja Pemerintah Pusat, dilakukan
melalui Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran, menggunakan pendekatan spending better
yang fokus pada pelaksanaan program prioritas, berbasis pada hasil, efisiensi kebutuhan dasar, serta
antisipatif terhadap berbagai tekanan.

10
Priyanto Soedarsono
Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
TKDD diproyeksikan mencapai Rp795,5 triliun atau meningkat 4,1 persen dibandingkan alokasi dalam Perpres
Nomor 72 Tahun 2020, yang diarahkan untuk peningkatan quality control anggaran TKDD dan mendorong
pemerintah daerah dalam pemulihan ekonomi, serta meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan dalam
rangka mendukung pemulihan dan penguatan ekonomi nasional, dengan fokus kebijakan sebagai berikut.

1. mendukung upaya pemulihan ekonomi sejalan dengan program prioritas nasional antara lain melalui
pembangunan aksesibilitas dan konektivitas sentra pertumbuhan ekonomi serta dukungan insentif untuk
menarik investasi, perbaikan sistem pelayanan investasi, dan dukungan terhadap UMKM;
2. mensinergikan anggaran TKDD dan belanja K/L dalam pembangunan SDM (terutama sektor pendidikan
dan kesehatan);
3. mendorong belanja infrastruktur daerah melalui creative financing untuk mendukung pencapaian target
RPJMN;
4. redesain pengelolaan TKDD (DTU dan DTK) dengan mengedepankan penganggaran dan pelaksanaan
berbasis kinerja dan peningkatan akuntabilitas;
5. meningkatkan kinerja TKDD dan melakukan reformasi APBD melalui implementasi Standar Harga Satuan
Regional (SHSR) dan penyempurnaan Bagan Akun Standar (BAS).

11
Priyanto Soedarsono
Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
Dana Alokasi Umum (DAU) dengan pokok kebijakan: Pagu DAU Nasional bersifat dinamis mengikuti PDN neto
yang ditetapkan pemerintah, penyaluran secara asimetris berbasis kinerja untuk mendukung optimalisasi
penggunaan DAU untuk pencapaian output layanan, serta diarahkan untuk penguatan SDM, perlindungan
sosial, dan ekonomi masyarakat daerah dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional akibat
pandemi Covid-19.
Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik, dengan pokok kebijakan antara lain refocusing dan simplifikasi
bidang/kegiatan DAK Fisik untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimal dan pemenuhan gap layanan dasar
pendidikan, kesehatan dan konektivitas, peningkatan sinergi dengan belanja K/L dan sumber dana lainnya,
serta peningkatan dan pemerataan penyediaan infrastruktur pelayanan publik.

DAK Nonfisik diarahkan untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi pada sektor yang mendukung
penyerapan tenaga kerja dan investasi, peningkatan pemerataan kemampuan pelayanan kesehatan untuk
mendukung pencegahan dan penanganan krisis kesehatan, meningkatkan pengelolaan DAK Nonfisik antara
lain melalui perencanaan dan penganggaran berbasis output dan outcome, memperluas dukungan pendanaan
pada sektor strategis melalui penambahan DAK Nonfisik jenis baru yaitu dana fasilitasi penanaman modal,
dana pelayanan perlindungan perempuan dan anak, serta dana ketahanan pangan dan pertanian.

12
Priyanto Soedarsono
Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
Dana Desa sebesar Rp72,0 triliun, dengan arah kebijakan (1) reformulasi pengalokasian dan penyaluran Dana
Desa melalui penyesuaian porsi dan metode perhitungan serta penguatan kinerja; (2) mendukung pemulihan
perekonomian desa melalui program padat karya tunai, jaring pengaman sosial, pemberdayaan UMKM, sektor
usaha pertanian dan pengembangan potensi desa; dan (3) mendukung pengembangan sektor prioritas antara
lain melalui pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, program ketahanan pangan dan ketahanan
hewani, pengembangan pariwisata, peningkatan infrastruktur dan konektivitas, serta program kesehatan
nasional.

Defisit APBN Tahun 2021


Defisit anggaran direncanakan sebesar Rp1.006,4 triliun atau setara 5,7 persen dari PDB, menurun
dibandingkan defisit anggaran dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2020 sebesar Rp1.039,2 triliun atau sekitar 6,34
persen dari PDB. Defisit ini sejalan dengan upaya melanjutkan penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan
ekonomi nasional, ketika potensi sisi penerimaan belum sepenuhnya pulih. Dengan demikian, diharapkan
momentum pertumbuhan ekonomi dapat dijaga, serta menghindari opportunity loss dalam mendorong
pencapaian target pembangunan nasional.

13
Priyanto Soedarsono
Defisit APBN Tahun 2021
Besaran defisit tersebut juga telah mempertimbangkan kebijakan fiskal konsolidatif secara bertahap kembali
menuju batasan maksimal 3,0 persen PDB di tahun 2023, sejalan dengan kebijakan dalam Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2020. Dalam memenuhi defisit anggaran
tersebut juga dilakukan kebijakan pembiayaan anggaran yang hati-hati dan terukur, dengan tetap menjaga
keberlanjutan fiskal.

14
Priyanto Soedarsono
Fiscal Policy

FISCAL POLICY
Line ministries and regional
govt: budget priorities to tackle Maintaining people's purchasing
COVID-19 power and ease of export and
import:
• Fiscal stimulus
• Non-Fiscal Stimulus
• Policy in the Financial Sector
Rp190 T Spending cut/saving
Rp55 T Spending Reallocation

Budget Refocusing
STIMULUS I STIMULUS II STIMULUS III
%% T Realokasi Belanja (March)
(Feb) (March)
& Reallocation
Rp8.5 T Rp22.5 T Rp405.1 T

Strengthening the domestic Rescuing national health and economy, as well as


economy through: maintaining the stability of the financial sector
• Accelerating spending & (through Perppu No.1/2020)
encouraging labor-intensive • State Financial Policy (health, social safety net,
policies business support & economic recovery
• Stimulus for specific sectors financing support)
• Policy in the Financial Sector

15
Priyanto Soedarsono
National Economic Recovery (Pemulihan Ekonomi Nasional)

16
Priyanto Soedarsono
Defisit Anggaran

17
Priyanto Soedarsono
Pendapatan dan Belanja Negara

Penerimaan perpajakan di masa pemulihan tahun 2021


diproyeksikan tumbuh optimal 5,5% dengan fokus kebijakan
mendukung pemulihan ekonomi dan melanjutkan reformasi

18
Priyanto Soedarsono
Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Belanja Pemeritah Pusat

Didukung oleh prospek meningkatnya harga


komoditas utama dunia terutama minyak bumi
serta optimalisasi penerimaan dari pelayanan
PNBP Kementerian/Lembaga dan BLU sejalan
dengan membaiknya aktivitas masyarakat

19
Priyanto Soedarsono
Belanja Kementerian/Lembaga dan Anggaran Kesehatan
Belanja Kementerian/Lembaga Anggaran Kesehatan

Diarahkan untuk percepatan


pemulihan kesehatan pasca
pandemi, diikuti peningkatan akses
dan mutu layanan melalui
penguatan sistem kesehatan 20
Priyanto Soedarsono
Anggaran Pendidikan, TI & Kom, Perlindungan Sosial and Ketahanan Pangan
Anggaran Pendidikan Pengembangan Bidang
Teknologi Informasi & Komunikasi

Anggaran
Anggaran Ketahanan
Perlindungan Pangan
Sosial

21
Priyanto Soedarsono
Anggaran Infrastruktur dan Subsidi

Anggaran Infrastruktur Subsidi

22

Priyanto Soedarsono
Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Transfer ke Daerah dan Dana Desa Dana Desa

23
Priyanto Soedarsono
KINERJA APBN 2020 (as of July)

24
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN

25
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN

26
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN

27
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN

28
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN

Perkembangan Defisit dan Keseimbangan Primer (Rp. Trilliun)

29
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN

30
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN

31
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
Kinerja APBN Sampai dengan Juli

Source : MoF
32
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN

33
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
Penyerapan Penanganan Covid dan PEN

Source : MoF
34
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN

35
Priyanto Soedarsono
Lesson Learn dari Pandemi

36
Priyanto Soedarsono
Lesson Learn dari Pandemi

37
Priyanto Soedarsono
Lesson Learn dari Pandemi

38
Priyanto Soedarsono
PERKEMBANGAN KEBIJAKAN FISKAL 2020

39
Priyanto Soedarsono
The government expects budget deficit (2020) to widen to 6.34% of GDP

It plans to incorporate the new fiscal figures in the official budget revision which is likely to be
published in 1-2 weeks

Source: MoF, MS
40
The Total Fiscal Stimulus is Expected to Reach Almost 5% of GDP
Stimulus Comparison (in Rp tn)
As of 19 As of 04
No. Programs APBN Perpres
May June
1 Family Hope Program (PKH) 37.4 37.4 37.4
2 Food Aid 43.6 43.6 43.6
3 Jabodetabek Food Aid 3.4 6.8 6.8
4 Non-Jabodetabek Cash Transfer (BLT) 16.2 32.4 32.4
5 Pre-work Program 20.0 20.0 20.0
6 Electricity tariff exemption/discount 3.5 6.9 6.9

7 Food Logisitc Support 25 25.0 25.0

8 Social safety net reserve 11.2

9 Village Fund Cash Transfer 31.8


10 PPh 21 exemption 39.7 39.7
11 PPh 22 import exemption 14.8 14.8
12 PPh 25 discount 64 14.4 14.4
13 VAT restitution 5.8 5.8
14 Other business sector stimulus 26.0 26.0
15 Corporate income tax cut 20 20.0 20.0
16 Housing incentives 1.5 1.3 1.3
17 Interest rate subsidy 6.1 34.2 35.3
18 Liquidity placement for loan restructuring 87.6 78.8
19 Loan guarantee fee for SMEs 5.0 5.0
20 Loan guarantee reserve for SMEs 1.0 1.0
21 Investment financing through LPDB UMKM 1.0
22 SME income tax exemption 2.4 2.4
23 Working capital loan bailout 19.7 19.7
24 State capital injection 25.3 15.5
25 Compensation fund for Pertamina and PLN 90.4 76.1
26 Liquidity placement for labor intensive business loan restucturing 150 3.4
27 loan guarantee fee for labor intensive business 5.0
28 Loan guarantee reserve for labor intensive business 1.0
29 Labor intensive program in Ministries/Institutions 18.4
30 Tourism incentives 3.8 3.8
31 Regional incentives fund for national recovery 5.0 5.0
32 Reserve for physical special allocation fund 9.1 8.7
33 Loan facility for regional government 1.0 1.0
34 Reserve for other stimulus 60.0 58.9
35 Covid-19 Handling spending 65.8 65.8
36 Incentives for medical personnels 5.9 5.9
37 Compensation for passed away medical personnels 0.3 0.3
75
38 Additional national healthcare insurance premium subsidy 3.0 3.0
39 Covid-19 task force 3.5
40 Tax incentives in healthcare sector 9.1
41 Biofuel subsidy (B-30) 2.78 2.78
Total 476.9 716.2 756.1
Source: MoF, MS Total to GDP (%) 2.93 4.39 4.64
41
Priyanto Soedarsono
Details on the latest fiscal budget outlook
Non-energy subsidy improved due to additional interest rate subsidy

Source: MoF, MS
42
Priyanto Soedarsono
Details on the latest fiscal budget outlook
Other expenditure budget increases due to the additional stimulus

Source: MoF, MS
43
Priyanto Soedarsono
Fiscal stimulus comparison
On the healthcare stimulus, the government increases the budget by Rp 12.6 tn

Source: MoF, MS
44
Priyanto Soedarsono
The Government Also Allocates Rp 18.4 tn of Ministries Spending for Labor-Intensive
Projects
It is important to enhance labor absorption due to potential higher unemployment

Source: MoF, MS
45
Priyanto Soedarsono
The higher deficit will raise the government debt and interest payment in medium term
It could reduce the government support on consumption related spending

Source: MoF, MS
46
Priyanto Soedarsono
Hasil Lelang Surat Utang Negara

Hasil Lelang Surat Utang Negara - Pemerintah


melaksanakan lelang Surat Utang Negara pada
tanggal 6 Oktober 2020 untuk seri
SPN12210108 (reopening), SPN12211007
(new issuance), FR0086 (reopening), FR0087
(reopening), FR0080 (reopening), FR0083
(reopening) dan FR0076 (reopening) melalui
sistem lelang Bank Indonesia. Total
penawaran yang masuk sebesar
Rp49.474.700.000.000,00 (empat puluh
sembilan triliun empat ratus tujuh puluh
empat miliar tujuh ratus juta rupiah) dengan
rincian sebagai berikut:

Total nominal yang dimenangkan dari ketujuh


seri yang ditawarkan tersebut adalah
Rp26.100.000.000.000,00 (dua puluh enam
triliun seratus miliar rupiah).

47
Priyanto Soedarsono
KEBIJAKAN PERPAJAKAN

48
Priyanto Soedarsono
Kebijakan Perpajakan
Kebijakan fiskal ekspansif dan konsolidatif akan dijalankan untuk mendukung pencapaian berbagai sasaran dan
target pembangunan nasional dengan tetap mengedepankan pengelolaan fiskal yang fleksibel dan berkelanjutan.
Hal tersebut akan ditempuh melalui beberapa langkah yaitu:
1) mengendalikan defisit anggaran pada kisaran 3,21-4,17 persen,
2) menjaga rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) pada kisaran 36,67-37,97 persen dan
3) mendorong negatif keseimbangan primer (primary balance) menurun.

49
Priyanto Soedarsono
Kebijakan Perpajakan
Hampir seluruh pemerintahan dunia memberikan insentif perpajakan baik untuk Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan
dalam masa pandemi ini. Insentif tersebut diberikan khususnya untuk mengatasi masalah likuiditas dan menahan
perlambatan laju ekonomi

Source: IMF, PwC, Tax Foundation, BKF

50
Priyanto Soedarsono
Kebijakan Perpajakan
Tabel berikut adalah rincian insentif perpajakan yang diberikan
pemerintah Indonesia, terlihat bahwa insentif perpajakan yang
diberikan oleh pemerintah Indonesia sebagai respon pandemi
COVID-19
Insentif Perpajakan Usaha Sebagai Respon COVID-19 di Indonesia

Source: MoF
51
Priyanto Soedarsono
Kebijakan Perpajakan
Fasilitas Perpajakan Untuk Sektor Kesehatan sebagai Respon Pandemi Covid-19

Source: BKF, MoF


52
Priyanto Soedarsono
Kebijakan Perpajakan
Insentif restitusi PPN yang dipercepat sudah sangat
tinggi. Hal ini disebabkan restitusi PPN yang dipercepat
memang merupakan hak nya Wajib Pajak, hanya
prosesnya saja yang dipercepat. Apabila proses normal
memerlukan waktu sampai dengan 1 tahun karena harus
melalui pemeriksaan, dengan insentif ini, restitusi
Realisasi Insentif Pajak per Juni 2020 tersebut bisa di cairkan dalam waktu 1 bulan saja tanpa
melalui pemeriksaan.

Khusus untuk pengurangan PPh Pasal 25 dan


penghapusan PPh Pasal 22 impor, pada dasarnya
bertujuan untuk membantu likuiditas WP, karena kedua
hal ini merupakan pembayaran pajak yang dapat di
kreditkan di akhir tahun (prepaid tax). Hanya PPh Pasal
21 DTP dan PPh Final UMKM DTP lah yang memang
benar-benar tidak perlu dibayar oleh WP. Walaupun
untuk kedua jenis insentif ini, realisasi nya masih sangat
kecil.

Source: BKF, MoF


53
Priyanto Soedarsono
Kebijakan Perpajakan

Melihat realisasi insentif pajak khususnya PPh Pasal 21 DTP oleh pemerintah khususnya Kementerian Keuangan
dan PPh Final UMKM DTP yang relatif masih sangat kecil, dengan fungsi fiskalnya. Selain insentif perpajakan yang
harus ada terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah, merupakan insentif dari sisi pendapatan, pemerintah
misalnya dengan mempermudah administrasi untuk juga harus memberikan insentif dari sisi belanja. Hal ini
mendapatkan insentif dan memperluas sosialisasi pemberian sudah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, bahkan
insentif ini dengan lebih masif dan melibatkan seluruh pemerintah memberikan insentif dari sisi belanja yang
stakeholders yang terkait. Misalnya dengan melibatkan lebih besar yaitu sebesar Rp563,44 triliun yang ditujukan
Kementerian Koperasi dan UKM, Dinas-Dinas Koperasi dan untuk sektor kesehatan, perlindungan sosial, UMKM,
UKM di daerah untuk ikut mensosialisasikan insentif yang pembiayaan korporasi dan sektoral K/L dan Pemda.
diberikan untuk UMKM.
Kebijakan fiskal saja juga tidak akan cukup, kerjasama
Walaupun harus diakui, insentif yang diberikan oleh dan insentif dari pihak moneter juga sangat diperlukan,
Pemerintah dalam menghadapi situasi yang luar biasa ini sehingga dampak ekonomi yang besar dari pandemi ini
tidak cukup hanya insentif perpajakan saja. Insentif dapat diminimalisir. Tanpa adanya bauran dan kerjasama
perpajakan hanyalah merupakan salah satu bagian yang dari seluruh pihak (fiskal dan moneter), niscaya dampak
dilakukan dari pandemi COVID-19 akan sulit terbendung.

Source: BKF, MoF


54
Priyanto Soedarsono
The Key to Making Money is to Stay Invested
- Suze Orman

Priyanto Soedarsono

Anda mungkin juga menyukai