Priyanto Soedarsono
Nov, 2021
1
Priyanto Soedarsono
KEBIJAKAN FISKAL 2021
2
Priyanto Soedarsono
APBN Tahun 2021
Source : MoF
3
Priyanto Soedarsono
Asumsi Makro Ekonomi RAPBN dan APBN
Prospek perekonomian nasional tahun 2021 diperkirakan membaik sejalan dengan proyeksi pemulihan
perekonomian global dan dampak dukungan fiskal terhadap percepatan pemulihan ekonomi termasuk
dukungan pengendalian pandemi. Namun demikian, kerangka ekonomi makro tahun 2021 disusun dengan risiko
ketidakpastian yang tinggi, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya divergensi proyeksi ekonomi global di
tahun 2020 dan 2021. Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi Makro tahun 2021 adalah sebagai berikut.
4
Priyanto Soedarsono
Asumsi Makro Ekonomi RAPBN dan APBN
Mengacu pada kerangka ekonomi makro tahun 2021, Pemerintah menyusun strategi kebijakan fiskal
yang ditujukan untuk pemulihan ekonomi dan penguatan reformasi agar bersifat inklusif dalam
meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata dengan target tahun 2021
diperkirakan sebagai berikut: (1) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada kisaran 7,7-9,1 persen; (2)
tingkat kemiskinan pada kisaran 9,2-9,7 persen; (3) tingkat ketimpangan (rasio gini) pada kisaran
0,377- 0,379; (4) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diharapkan mencapai 72,78-72,95; dan (5)
melalui kebijakan fiskal 2021 juga diharapkan dapat mencapai indikator pembangunan tahun 2021
dengan target Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) mencapai kisaran 102-104.
5
Priyanto Soedarsono
Pendapatan Negara
Dari sisi kebijakan pendapatan negara, Pemerintah berupaya untuk melakukan optimalisasi penerimaan
negara melalui perluasan basis pajak sekaligus mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional
melalui pemberian insentif sejalan dengan upaya reformasi di bidang perpajakan dan PNBP.
Target pendapatan negara pada APBN 2021 mencapai Rp1.743,6 triliun yang terdiri atas:
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diproyeksikan sebesar Rp298,2 triliun, yang didukung oleh
prospek meningkatnya harga komoditas utama dunia terutama minyak bumi serta optimalisasi
penerimaan dari pelayanan PNBP Kementerian/Lembaga dan BLU sejalan dengan membaiknya
aktivitas masyarakat.
6
Priyanto Soedarsono
Pendapatan Negara
c. Penerimaan Hibah diperkirakan mencapai Rp 0,9 triliun antara lain ditujukan untuk program-program
pengembangan desa dan perkotaan termasuk penyediaan air bersih dan penanganan perubahan iklim.
Belanja Negara
Belanja negara pada APBN 2021 diproyeksikan mencapai Rp2.750,0 triliun atau 15,6 persen terhadap PDB,
yang diarahkan untuk mendukung pemulihan ekonomi dan prioritas pembangunan di bidang kesehatan,
pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi, infrastruktur, ketahanan pangan, pariwisata, dan
perlindungan sosial.
a. Anggaran Kesehatan direncanakan sebesar Rp169,7 triliun atau setara 6,2 persen terhadap belanja
negara, dengan kebijakan diarahkan antara lain untuk: (1) peningkatan dan pemerataan dari sisi supply,
serta dukungan untuk pengadaan vaksin; (2) penguatan program promotif dan preventif, serta akselerasi
penurunan stunting; (3) perbaikan mutu layanan, efektivitas dan validitas data program jaminan
kesehatan nasional (JKN); serta (4) penguatan pencegahan, deteksi, dan respon penyakit, serta sistem
kesehatan terintegrasi.
7
Priyanto Soedarsono
Belanja Negara
b. Anggaran Pendidikan sebesar Rp550,0 triliun atau 20 persen terhadap belanja negara, yang
difokuskan untuk meningkatkan kualitas SDM, kemampuan adaptasi teknologi, dan peningkatan
produktivitas melalui pengetahuan ekonomi di era industri 4.0. Pemerintah akan melakukan
reformasi pendidikan, melalui transformasi kepemimpinan kepala sekolah, transformasi pendidikan
dan pelatihan guru, mengajar sesuai tingkat kemampuan siswa, standar penilaian global, serta
kemitraan daerah dan masyarakat sipil. Selain itu, juga dilakukan penguatan program vokasi dan kartu
prakerja, penguatan penyelenggaraan PAUD, peningkatan efektivitas penyaluran bantuan pendidikan
(BOS, PIP, dan LPDP), percepatan peningkatan kualitas sarpras pendidikan terutama untuk daerah 3T,
serta penajaman KIP Kuliah dan pendanaan pendidikan tinggi.
c. Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan anggaran Rp29,6 triliun (termasuk
TKDD) difokuskan untuk: (1) mengakselerasi transformasi digital untuk penyelenggaraan
pemerintahan; (2) mewujudkan pelayanan publik yang efisien dan cepat, seperti di bidang
pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan; (3) mengonsolidasi dan mengoptimasi infrastruktur dan
layanan bersama; serta (4) mewujudkan inklusi masyarakat di wilayah prioritas pembangunan dan
mendorong kesetaraan dengan penyediaan akses internet pada sekitar 12.377 lokasi layanan publik.
8
Priyanto Soedarsono
Belanja Negara
d. Pembangunan Infrastruktur dianggarkan sekitar Rp413,8 triliun, yang diarahkan untuk: (1) penguatan
infrastruktur digital dan mendorong efisiensi logistik dan konektivitas; (2) infrastruktur padat karya
yang mendukung kawasan industri dan pariwisata; serta (3) pembangunan sarana kesehatan
masyarakat dan penyediaan kebutuhan dasar untuk penguatan sistem kesehatan nasional; dan (4)
penyelesaian kegiatan prioritas 2020 yang tertunda.
e. Anggaran Ketahanan Pangan dianggarkan sekitar Rp104,2 triliun, yang diarahkan untuk: (1)
mendorong produksi komoditas pangan dengan membangun sarpras dan penggunaan teknologi; (2)
revitalisasi sistem pangan nasional dengan memperkuat korporasi petani/nelayan dan distribusi
pangan; serta (3) pengembangan food estate untuk meningkatkan produktivitas pangan.
f. Perlindungan Sosial di tahun 2021 dianggarkan Rp421,7 triliun yang diarahkan untuk percepatan
pemulihan sosial dan mendukung reformasi sistem perlindungan sosial secara bertahap. Langkah
perlindungan sosial dilakukan melalui : (1) melanjutkan program perlindungan sosial (perlinsos) untuk
akselerasi pemulihan (antara lain Kartu Sembako, PKH, Bansos Tunai selama 6 bulan, dan Kartu Pra
kerja); (2) mendorong program perlindungan sosial yang komprehensif berbasis siklus hidup dan
antisipasi aging population; (3) penyempurnaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan
perbaikan mekanisme penyaluran program perlindungan sosial, serta penguatan monitoring dan
evaluasi.
9
Priyanto Soedarsono
Belanja Negara
g. Pembangunan Pariwisata tahun 2021 dianggarkan sekitar Rp15,7 triliun, diarahkan untuk: (1)
pemulihan pariwisata, dengan pengembangan destinasi pada 5 fokus kawasan (Danau Toba, Borobudur,
Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang); (2) pengembangan aspek 3A (atraksi, aksesibilitas, dan
amenitas) serta peningkatan pada 2P (promosi dan partisipasi pelaku usaha swasta); (3) pendekatan
storynomics tourism yang mengedepankan narasi, konten kreatif, living culture, dan kekuatan budaya;
serta (4) pemanfaatan skema KPBU dalam membangun pusat-pusat hiburan, seperti theme park yang
akan menyerap banyak wisatawan.
h. Pemerintah tetap akan melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 dengan fokus
kepada dukungan penanganan kesehatan, perlindungan sosial, sektoral Kementerian/Lembaga dan
Pemda, UMKM, pembiayaan korporasi, dan insentif usaha.
Prioritas anggaran tersebut tercakup dalam komponen belanja pemerintah pusat serta transfer ke daerah
dan dana desa. Selanjutnya, penguatan reformasi belanja, khususnya belanja Pemerintah Pusat, dilakukan
melalui Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran, menggunakan pendekatan spending better
yang fokus pada pelaksanaan program prioritas, berbasis pada hasil, efisiensi kebutuhan dasar, serta
antisipatif terhadap berbagai tekanan.
10
Priyanto Soedarsono
Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
TKDD diproyeksikan mencapai Rp795,5 triliun atau meningkat 4,1 persen dibandingkan alokasi dalam Perpres
Nomor 72 Tahun 2020, yang diarahkan untuk peningkatan quality control anggaran TKDD dan mendorong
pemerintah daerah dalam pemulihan ekonomi, serta meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan dalam
rangka mendukung pemulihan dan penguatan ekonomi nasional, dengan fokus kebijakan sebagai berikut.
1. mendukung upaya pemulihan ekonomi sejalan dengan program prioritas nasional antara lain melalui
pembangunan aksesibilitas dan konektivitas sentra pertumbuhan ekonomi serta dukungan insentif untuk
menarik investasi, perbaikan sistem pelayanan investasi, dan dukungan terhadap UMKM;
2. mensinergikan anggaran TKDD dan belanja K/L dalam pembangunan SDM (terutama sektor pendidikan
dan kesehatan);
3. mendorong belanja infrastruktur daerah melalui creative financing untuk mendukung pencapaian target
RPJMN;
4. redesain pengelolaan TKDD (DTU dan DTK) dengan mengedepankan penganggaran dan pelaksanaan
berbasis kinerja dan peningkatan akuntabilitas;
5. meningkatkan kinerja TKDD dan melakukan reformasi APBD melalui implementasi Standar Harga Satuan
Regional (SHSR) dan penyempurnaan Bagan Akun Standar (BAS).
11
Priyanto Soedarsono
Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
Dana Alokasi Umum (DAU) dengan pokok kebijakan: Pagu DAU Nasional bersifat dinamis mengikuti PDN neto
yang ditetapkan pemerintah, penyaluran secara asimetris berbasis kinerja untuk mendukung optimalisasi
penggunaan DAU untuk pencapaian output layanan, serta diarahkan untuk penguatan SDM, perlindungan
sosial, dan ekonomi masyarakat daerah dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional akibat
pandemi Covid-19.
Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik, dengan pokok kebijakan antara lain refocusing dan simplifikasi
bidang/kegiatan DAK Fisik untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimal dan pemenuhan gap layanan dasar
pendidikan, kesehatan dan konektivitas, peningkatan sinergi dengan belanja K/L dan sumber dana lainnya,
serta peningkatan dan pemerataan penyediaan infrastruktur pelayanan publik.
DAK Nonfisik diarahkan untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi pada sektor yang mendukung
penyerapan tenaga kerja dan investasi, peningkatan pemerataan kemampuan pelayanan kesehatan untuk
mendukung pencegahan dan penanganan krisis kesehatan, meningkatkan pengelolaan DAK Nonfisik antara
lain melalui perencanaan dan penganggaran berbasis output dan outcome, memperluas dukungan pendanaan
pada sektor strategis melalui penambahan DAK Nonfisik jenis baru yaitu dana fasilitasi penanaman modal,
dana pelayanan perlindungan perempuan dan anak, serta dana ketahanan pangan dan pertanian.
12
Priyanto Soedarsono
Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
Dana Desa sebesar Rp72,0 triliun, dengan arah kebijakan (1) reformulasi pengalokasian dan penyaluran Dana
Desa melalui penyesuaian porsi dan metode perhitungan serta penguatan kinerja; (2) mendukung pemulihan
perekonomian desa melalui program padat karya tunai, jaring pengaman sosial, pemberdayaan UMKM, sektor
usaha pertanian dan pengembangan potensi desa; dan (3) mendukung pengembangan sektor prioritas antara
lain melalui pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, program ketahanan pangan dan ketahanan
hewani, pengembangan pariwisata, peningkatan infrastruktur dan konektivitas, serta program kesehatan
nasional.
13
Priyanto Soedarsono
Defisit APBN Tahun 2021
Besaran defisit tersebut juga telah mempertimbangkan kebijakan fiskal konsolidatif secara bertahap kembali
menuju batasan maksimal 3,0 persen PDB di tahun 2023, sejalan dengan kebijakan dalam Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2020. Dalam memenuhi defisit anggaran
tersebut juga dilakukan kebijakan pembiayaan anggaran yang hati-hati dan terukur, dengan tetap menjaga
keberlanjutan fiskal.
14
Priyanto Soedarsono
Fiscal Policy
FISCAL POLICY
Line ministries and regional
govt: budget priorities to tackle Maintaining people's purchasing
COVID-19 power and ease of export and
import:
• Fiscal stimulus
• Non-Fiscal Stimulus
• Policy in the Financial Sector
Rp190 T Spending cut/saving
Rp55 T Spending Reallocation
Budget Refocusing
STIMULUS I STIMULUS II STIMULUS III
%% T Realokasi Belanja (March)
(Feb) (March)
& Reallocation
Rp8.5 T Rp22.5 T Rp405.1 T
15
Priyanto Soedarsono
National Economic Recovery (Pemulihan Ekonomi Nasional)
16
Priyanto Soedarsono
Defisit Anggaran
17
Priyanto Soedarsono
Pendapatan dan Belanja Negara
18
Priyanto Soedarsono
Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Belanja Pemeritah Pusat
19
Priyanto Soedarsono
Belanja Kementerian/Lembaga dan Anggaran Kesehatan
Belanja Kementerian/Lembaga Anggaran Kesehatan
Anggaran
Anggaran Ketahanan
Perlindungan Pangan
Sosial
21
Priyanto Soedarsono
Anggaran Infrastruktur dan Subsidi
22
Priyanto Soedarsono
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
23
Priyanto Soedarsono
KINERJA APBN 2020 (as of July)
24
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
25
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
26
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
27
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
28
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
29
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
30
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
31
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
Kinerja APBN Sampai dengan Juli
Source : MoF
32
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
33
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
Penyerapan Penanganan Covid dan PEN
Source : MoF
34
Priyanto Soedarsono
Kinerja APBN
35
Priyanto Soedarsono
Lesson Learn dari Pandemi
36
Priyanto Soedarsono
Lesson Learn dari Pandemi
37
Priyanto Soedarsono
Lesson Learn dari Pandemi
38
Priyanto Soedarsono
PERKEMBANGAN KEBIJAKAN FISKAL 2020
39
Priyanto Soedarsono
The government expects budget deficit (2020) to widen to 6.34% of GDP
It plans to incorporate the new fiscal figures in the official budget revision which is likely to be
published in 1-2 weeks
Source: MoF, MS
40
The Total Fiscal Stimulus is Expected to Reach Almost 5% of GDP
Stimulus Comparison (in Rp tn)
As of 19 As of 04
No. Programs APBN Perpres
May June
1 Family Hope Program (PKH) 37.4 37.4 37.4
2 Food Aid 43.6 43.6 43.6
3 Jabodetabek Food Aid 3.4 6.8 6.8
4 Non-Jabodetabek Cash Transfer (BLT) 16.2 32.4 32.4
5 Pre-work Program 20.0 20.0 20.0
6 Electricity tariff exemption/discount 3.5 6.9 6.9
Source: MoF, MS
42
Priyanto Soedarsono
Details on the latest fiscal budget outlook
Other expenditure budget increases due to the additional stimulus
Source: MoF, MS
43
Priyanto Soedarsono
Fiscal stimulus comparison
On the healthcare stimulus, the government increases the budget by Rp 12.6 tn
Source: MoF, MS
44
Priyanto Soedarsono
The Government Also Allocates Rp 18.4 tn of Ministries Spending for Labor-Intensive
Projects
It is important to enhance labor absorption due to potential higher unemployment
Source: MoF, MS
45
Priyanto Soedarsono
The higher deficit will raise the government debt and interest payment in medium term
It could reduce the government support on consumption related spending
Source: MoF, MS
46
Priyanto Soedarsono
Hasil Lelang Surat Utang Negara
47
Priyanto Soedarsono
KEBIJAKAN PERPAJAKAN
48
Priyanto Soedarsono
Kebijakan Perpajakan
Kebijakan fiskal ekspansif dan konsolidatif akan dijalankan untuk mendukung pencapaian berbagai sasaran dan
target pembangunan nasional dengan tetap mengedepankan pengelolaan fiskal yang fleksibel dan berkelanjutan.
Hal tersebut akan ditempuh melalui beberapa langkah yaitu:
1) mengendalikan defisit anggaran pada kisaran 3,21-4,17 persen,
2) menjaga rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) pada kisaran 36,67-37,97 persen dan
3) mendorong negatif keseimbangan primer (primary balance) menurun.
49
Priyanto Soedarsono
Kebijakan Perpajakan
Hampir seluruh pemerintahan dunia memberikan insentif perpajakan baik untuk Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan
dalam masa pandemi ini. Insentif tersebut diberikan khususnya untuk mengatasi masalah likuiditas dan menahan
perlambatan laju ekonomi
50
Priyanto Soedarsono
Kebijakan Perpajakan
Tabel berikut adalah rincian insentif perpajakan yang diberikan
pemerintah Indonesia, terlihat bahwa insentif perpajakan yang
diberikan oleh pemerintah Indonesia sebagai respon pandemi
COVID-19
Insentif Perpajakan Usaha Sebagai Respon COVID-19 di Indonesia
Source: MoF
51
Priyanto Soedarsono
Kebijakan Perpajakan
Fasilitas Perpajakan Untuk Sektor Kesehatan sebagai Respon Pandemi Covid-19
Melihat realisasi insentif pajak khususnya PPh Pasal 21 DTP oleh pemerintah khususnya Kementerian Keuangan
dan PPh Final UMKM DTP yang relatif masih sangat kecil, dengan fungsi fiskalnya. Selain insentif perpajakan yang
harus ada terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah, merupakan insentif dari sisi pendapatan, pemerintah
misalnya dengan mempermudah administrasi untuk juga harus memberikan insentif dari sisi belanja. Hal ini
mendapatkan insentif dan memperluas sosialisasi pemberian sudah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, bahkan
insentif ini dengan lebih masif dan melibatkan seluruh pemerintah memberikan insentif dari sisi belanja yang
stakeholders yang terkait. Misalnya dengan melibatkan lebih besar yaitu sebesar Rp563,44 triliun yang ditujukan
Kementerian Koperasi dan UKM, Dinas-Dinas Koperasi dan untuk sektor kesehatan, perlindungan sosial, UMKM,
UKM di daerah untuk ikut mensosialisasikan insentif yang pembiayaan korporasi dan sektoral K/L dan Pemda.
diberikan untuk UMKM.
Kebijakan fiskal saja juga tidak akan cukup, kerjasama
Walaupun harus diakui, insentif yang diberikan oleh dan insentif dari pihak moneter juga sangat diperlukan,
Pemerintah dalam menghadapi situasi yang luar biasa ini sehingga dampak ekonomi yang besar dari pandemi ini
tidak cukup hanya insentif perpajakan saja. Insentif dapat diminimalisir. Tanpa adanya bauran dan kerjasama
perpajakan hanyalah merupakan salah satu bagian yang dari seluruh pihak (fiskal dan moneter), niscaya dampak
dilakukan dari pandemi COVID-19 akan sulit terbendung.
Priyanto Soedarsono