Anda di halaman 1dari 6

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

Struktur ekonomi secara sederhana dapat diartikan sebagi peran atau sumbangan
sektor-sektor dalam perekonomian Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia. menurut Eka Nurdiano Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai
komposisi peranan masing-masing sektor dalam perekonomian baik menurut
lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan
tersier.

Hal tersebut dijelaskan oleh Sadono Sukirno (2006) bahwa,berdasarkan lapangan


usaha maka sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam
tiga kelompok utama yaitu:

Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan,


perikanan, pertambangan dan penggalian.
Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air,
bangunan.
Sektor tertier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan
komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk
pemerintahan).

Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan membawa


suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan
pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-
sektor nonprimer. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan
ekonomi yang akan membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per-kapita,
semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain
mendukung proses tersebut, seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi
tersedia.

Berikut merupakan teori-teori yang menjelaskan perubahan struktur ekonomi:

Teori Arthur Lewis (Teori Migrasi)

Pada dasarnya teori ini membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di
perdesaan dan di perkotaan. Dalam teorinya, mengasumsikan bahwa perekonomian
suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu perekonomian tradisional di
perdesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di
perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan tingkat pertumbuhan
penduduk sangat tinggi, sehingga kelebihan supply tenaga kerja dan tingkat hidup
yang subsistence, sehingga produk marjinalnya sama dengan nol dengan upah yang
rendah.
Diperkotaan, sektor industri kekurangan tenaga kerja, sehingga produktivitas tenaga
kerja menjadi tinggi dan nilai produk marjinalnya positif yang menunjukkan fungsi
produksinya belum mencapai titik optimal, sehingga upahnya juga tinggi

Teori Hollis Chenery (Teori transformasi structural atau pattern of


development)
Kerangka pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama seperti di model
Lewis. Teori Chenery, dikenal dengan teori pattern of development,
memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan
ekonomi di NSB, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional
(subsistens) ke sektor industri sebagai mesin penggerak utama pertumbuhan
ekonomi.
Kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya
dengan jumlah dari 4 faktor berikut :
Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung untuk
produk industri manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan
domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap sektor industri
manufaktur.
Perluasan ekspor (pertumbuhan dan diversivikasi) atau efek total dari
kenaikan jumlah ekspor tehadap produk industri manufaktur.
Subsitusi impor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan disetiap
sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri
manufaktur.
Perubahan teknologi atau efek total dari perubahan koefisien input-output
didalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap
sektor industri manufaktur.
Didalam kelompok negara-negara sedang berkembang (NSB), banyak negara
yang juga mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat dalam tiga dekade
terakhir ini, walaupun pola dan prosesnya berbeda antarnegara. Variasi ini
disebabkan oleh perbedaan antarnegara dalam sejumlah faktor internal seperti
berikut :
Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)
Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya sudah
memiliki industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami proses
industrialisasi yang lebih cepat/pesat dibandingkan dengan negara yang hanya
memiliki industri-industri ringan.
Besarnya pasar dalam negeri
Besarnya pasar domestik ditentukan oleh kombinasi antara jumlah populasi
dan tingkatan pendapatan rill per-kapita. Pasar dalam negeri yang besar
merupakan salah satu faktor intensif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi,
termasuk industri, karena menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi
dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya
mendukung).
Pola distribusi pendapatan
Faktor ini sangat mendukung faktor pasar diatas. Walaupun tingkat
pendapatan rata-rata per-kapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya pincang
maka kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan
industri-industri selain industri-industri yang membuat barang-barang
sederhana, seperti makanan, minuman, sepatu, dan pakaian jadi (tekstil).
Karakteristik dan industrialisasi
Misalnya, cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang
diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan
insentif yang diberikan. Aspek-aspek ini biasanya berbeda antarnegara yang
menghasilkan pola industrialisasi yang juga berbeda antarnegara.
Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya akan SDA mengalami
pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan
industrialisasi atau tidak berhasil melakukan diversivikasi ekonomi
(perubahan struktur) daripada negara yang miskin SDA.
Kebijakan perdagangan luar negeri
Fakta menunjukan bahwa di negara yang menerapkan kebijakan ekonomi
tertutup (inward looking), pola dan hasil industrialisasinya berbeda
dibandingkan dengan negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka
(outward looking).
Teori Clark

Aspek penting lain dari perubahan struktural adalah sisi ketenagakerjaan. Bahwa
pertumbuhan ekonomi melalui 2 proses transformasi dapat dicapai melalui
peningkatan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor dan transfer tenaga kerja dari
sektor yang produktivitas tenaga kerjanya rendah ke sektor yang produktivitas tenaga
kerjanya lebih tinggi . Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor akan
memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap penciptaan
lapangan kerja. Tanggung jawab ideal dari dunia kerja adalah bagaimana dapat
menyerap sebesar-besarnya tambahan angkatan kerja yang terjadi setiap tahun,
dengan tetap memperhatikan peningkatan produktivitas pekerja secara keseluruhan.
Sebab dengan meningkatnya produktivitas, diharapkan upah juga meningkat sekaligus
kesejahteraan pekerja dapat diperbaiki. Perubahan struktural tersebut juga
memberikan dampak tidak langsung terhadap perubahan struktur ketenagakerjaannya.
Ketidakserasian antara perkembangan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, secara
umum akan menimbulkan kelemahan pada sistem penawaran dan permintaan tenaga
kerja.

Berikut adalah periodesasi perubahan struktur ekonomi Indonesia

Struktur Ekonomi Indonesia Masa Orde Lama (1945-1966)


Pada masa orde lama perekonomian Indonesia masih dalam keadaan terpuruk
dikarenakan Indonesia baru memproklamasikan kemerdekaannya sehingga
kondisi perekonomiannya masih mewarisi masalah-masalah ekonomi dari
peninggalan penjajahan. Selama periode 1950-an, struktur ekonomi Indonesia
masih peninggalan zaman kolonialisasi. Sektor formal seperti pertambangan,
distribusi, transportasi, bank, dan pertanian komersil yang memiliki kontribusi
lebih besar daripada sector informal terhadap output nasional atau PDB
didominasi oleh perusahaan-perusahaan asing kebanyakan berorientasi ekspor.
Tingkat produksi dan investasi di berbagai sektor utama menunjukkan kemunduran
semenjak tahun 1950.Pendapatan riil perkapita dalam tahun 1966 lebih rendah dari
pada tahun 1938. . Pada masa ini defisit anggaran belanja negara mencapai 50 % dari
pengeluaran total negara, ditambah lagi dengan penerimaan ekspor yang sangat
menurun serta hiperinflasi periode 1964-1966, menjadikan Indonesia mengalami
kelumpuhan perekonomian.

Selain tu, selama periode orde lama, kegiatan paroduksi di sektor pertanian dan sektor
industri manufaktur berada pada tingkat yang sangat rendah karena keterbatasan
kapasitas produksi dan infrastruktur pendukung, baik fisik maupun nonfisik seperti
pendanaan dari bank. Akibat rendahnya volume produksi dari sisi suplai dan
tingginya permintaan akibat terlalu banyaknya uang beredar di masyarakat
mengakibatkan tingginya tingkat inflasi yang sempat mencapai lebih dari 300%
menjelang akhir periode orde lama.
Struktur Ekonomi Indonesia Masa Orde Baru (1966-1998)
Menjelang tahun 1977 perekonomian Indonesia telah mengalami perubahan
struktural yang cukup menyolok,sebagai akibat kebijaksanaan pemerintah yang
ditunjang oleh naiknya harga minyak bumi. Dalam sektor pertambangan,
sampai dengan tahun 1985 masih memegang peran yang penting dalam
pemasukan PDB bagi negara, meskipun sudah mulai mengalami penurunan
Sektor industri disini diartikan sebagai industri pengolahan (manufaktur
ringan,manufaktur padat pemrosesan dan manufaktur padat engineering) dan
industri pertanian, yang dibedakan dengan industri pertambangan. Meskipun
industrialisasi di Indonesia bisa dikatakan baru mulai (dibandingkan negara
berkembang lainnya seperti India dan Cina), namun telah memperlihatkan
kemajuan yang menggembirakan.
Jika tolok ukur proses industrialisasi adalah sumbangan sektor manufaktur terhadap
PDB,maka Indonesia baru memasuki industrialisasi tahap kedua pada akhir Repelita I
(1974-1978). Hal tersebut ditunjukkan oleh bagian nilai tambah sub sektor
manufaktur terhadap PDB baru mampu melampaui ambang batas 10 %pada tahun
1974,yaitu 10,4 %. Tetapi jika tolok ukurnya adalah sektor-sektor komoditi,maka
indeks industrialisasi di Indonesia baru berhasil melampaui ambang batas 20 %pada
tahun 1978. Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa proses industrialisasi
haruslah diikuti dengan penyiapan keterampilan dan keahlian bagisumber
dayamanusia pendukungnya,serta diarahkan kepada perlakuan yang samaantara
industri besar dengan industri kecil dan menengah.

Struktur Ekonomi Indonesia Masa Reformasi sampai SBY (1998-2013)


Pada masa reformasi pemerintahan Indonesia dibawah kendali persiden BJ.
Habibie, dan pada masa pemerintah B.J. Habibie Indonesia berhasil mengatasi
permasalah ekonomi yang disebabkan karena krisis ekonomi dunia yang
berimbas pula pada perekonomian Indonesia. Hal ini diperkuat dengan
kebijakan pemerintahanB.J Habibie yang memprioritaskan pengembangan
industri berkeunggulan kompetitif dalam rangka memulihkan perekonomian
yang pada tahun 1997 terkena krisis
Kemudian pemerintahan dilanjutkan oleh presiden Abdurahman Wahid yang tidak
lama diturunkan dari kursi jabatannya yang kemudian digantikan oleh Megawati
Soekarno Putri, ia merupakan presiden pertama wanita Indonesia.
Dan kemudian dilanjutkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono. SBY nama panggikan
akrabnya, memerintah Indonesia selama 10 tahun, perekonomian Indonesia dibawah
kepemimpinan SBY dan berada pada masa keemasannya. Terbukti dengan saat terjadi
krisis dunia pada tahun 2008 perekonomian Indonesia tetap tangguh, gemilangnya
perekonomian Indonesia ini menyebabkan investor asing tertarik untuk berinvestasi di
Indonesia.

Sumber:

https://meilina03.wordpress.com/2013/04/06/perubahan-struktur-ekonomi/

https://www.academia.edu/11882236/STRUKTUR_EKONOMI_INDONESIA-
Mutia_Farida_Hudaya?auto=download

Kebijaksanaan Pangan Pada Pemerintahan Orde Lama

Anda mungkin juga menyukai