BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) yang dilaksanakan
secara bertahap, dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan seluruh rakyat serta meletakkan landasan yang kuat
untuk pembangunan tahap berikutnya. Titik berat dalam Repelita I
sampai dengan Repelita V adalah pembangunan bidang ekonomi
dengan sasaran utama untuk mencapai struktur ekonomi yang
seimbang di mana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang
maju yang didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang
tangguh, serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat.
B.Topik Bahasan
Makalah ini akan membahas seputar Memantapkan struktur
ekonomi secara seimbang antara sektor industri dan pertanian.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu struktur ekonomi?
2. Mengetahui perubahan struktur ekonomi
3. Mengetahui bagaimana proses struktur ekonomi?
4. Mengetahui laju pertumbuhan sektor industri dan pertanian
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh stabilitas ekonomi
yang mantap juga telah diiringi dengan pergeseran pada struktur
ekonomi Indonesia ke arah yang makin kukuh dan seimbang.
Struktur ekonomi juga telah berkembang dari ekonomi agraris
tradisional menjadi ekonomi yang lebih maju, dengan struktur yang lebih
kukuh, yaitu ekonomi yang didukung oleh industri yang makin kuat dan
pertanian yang makin tangguh sehingga kebutuhan pokok rakyat telah
makin terpenuhi secara makin merata.
Bidang ekonomi: terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan
tercapainya struktur ekonomi yang seimbang, yaitu kemampuan dan
kekuatan industri yang maju didukung oleh kekuatan dan kemampuan
pertanian yang tangguh. Struktur ekonomi yang seimbang ini akan dicapai
secara bertahap melalui Repelita I sampai Repelita V. Repelita I sampai
dengan Repelita V adalah pembangunan bidang ekonomi dengan
sasaran utama untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang di
mana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang
didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, serta
terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat.
D. Sektor Industri
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1988 meng-
amanatkan amanatkan bahwa pembangunan sektor industri harus mampu
mem-bawa perubahan-perubahan fundamental dalam struktur ekonomi
Indonesia sehingga produksi nasional yang berasal dari sek- tor-sektor
di luar pertanian menjadi bagian yang semakin besar. Selanjutnya
digariskan pula bahwa pembangunan industri sekaligus harus dapat
mendorong terwujudnya struktur ekonomi yang semakin seimbang
dengan sektor industri yang maju dan didukung oleh sektor pertanian
yang tangguh.
melainkan hanya merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk
mendukug proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat
pendapatan per kapita yang tinggi (Riedel, 1992). Meskipun pelaksanaannya
sangat bervariasi antarnegara, periode industrialisasi merupakan tahapan
logis dalam proses perubahan struktur ekonomi. Tahapan ini diwujudkan
secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam
permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatan kerja (Chenery,
1992).
Pangsa ekspor manufaktur dari total ekspor juga dapat digunakan
sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat pembangunan industri
manufaktur. Semakin maju industri manufaktur semakin dominan ekspor
produk-produk dari sektor tersebut di dalam total ekspor.
Selama periode 1965-1995, laju pertumbuhan nilai tambah dari industri
manufaktur lebih tinggi daripada laju pertumbuhan nilai tambah dari
pertanian sehingga akhirnya pangsanya melampaui pangsa pertanian.
Struktur industri manufaktur erat kaitannya dengan tiga hal, yakni tingkat
diversifikasi produk, intensitas pemakaian faktor-faktor produksi (termasuk
sumber daya alam), dan orientasi pasar.
Selama pemerintahan orde baru hingga saat ini Indonesia selain
mengalami perubahan struktur ekonomi yang cukup pesat, di sektor industri
manufakturnya sendiri juga terjadi transformasi atau pendalaman struktur
atau diversifikasi industri yang cukup mengesankan. Banyak indikator yang
dapat digunakan untuk menganalisis proses atau tingkat pendalaman
struktur industri, di antaranya adalah nilai output (NO) atau nilai tambah
(NT) per subsektor atau kelompok industri, atau dalam nilai relatif, yakni
pangsa output per subsektor dalam pembentukan total NO/NT dari industri
manufaktur.
Perbedaan pangsa output/NT industri manufaktur antarsubsektor
disebabkan oleh faktor-faktor yang memang berbeda menurut kelompok
industri, yang sifatnya bisa internal atau eksternal. Faktor internal di
antaranya adalah jenis teknologi dan bahan baku yang digunakan, sumber
daya manusia yang tersedia, proses produksi, pola manajemen,dan kendala-
kendala internal yang ada. Sedangkan faktor-faktor ekternal di antaranya
11
yang sangat penting adalah jenis atau karakteristik pasar yang dilayani
(misalnya pembeli menurut kelompok pendapatan dan bentuk serta tingkat
persaingan). Semua faktor ini memang berbeda sesuai dengan perbedaan
karakteristik atau jenis dari produk yang dibuat.
E. Sektor pertanian
1. Kontribusi Produk
Laju paling tinggi dari penurunan pentingnya sektor pertanian secara
relative di dalam ekonomi cenderung berasosiasi dengan kombinasi dari tiga
hal, yakni pangsa awal dari output sektor-sektor nonpertanian yang relative
lebih tinggi daripada pangsa awal dari output pertanian, laju pertumbuhan
output pertanian yang relatif rendah, dan laju pertumbuhan output sektor-
sektor nonpertanian yang relatif tinggi (yang membuat suatu perbedaan
positif yang besar antara pangsa output nonpertanian dan pangsa output
pertanian).
Di dalam sistem ekonomi terbuka, besarnya kontribusi produk dari
sektor pertanian, baik lewat pasar maupun lewat keterkaitan produksi
dengan sektor-sektor nonpertanian, misalnya industri manufaktur, juga
sangat dipengaruhi oleh kesiapan sektor itu sendiri dalam menghadapi
persaingan dari luar (tingkat daya saingnya). Dari sisi pasar, kasus Indonesia
menunjukkan bahwa pasar domestik didominasi oleh berbagai produk
pertanian dari luar negeri, mulai dari beras, buah-buahan, sayuran, hingga
daging. Dari sisi keterkaitan produksi, kasus Indonesia menunjukkan bahwa
banyak industri, seperti industri minyak kelapa sawit (CPO) dan industri
barang-barang dari kayu dan rotan, sering mengalami kesulitan
mendapatkan bahan baku di dalam negeri karena komoditi-komoditi
tersebut di ekspor dengan harga jual di pasar luar negeri jauh lebih mahal
daripada di jual ke industri-industri tersebut.
2.Kontribusi Pasar
Negara agraris dengan proporsi populasi pertanian (petani dan
keluarganya) yang besar, seperti Indonesia, merupakan sumber yang sangat
penting bahi pertumbuhan pasar domestik bagi sektor-sektor nonpertanian,
khususnya industri manufaktur. Pengeluaran petani untuk produk-produk
12
pada pinjaman luar negeri (ULN). Namun, agar peranan sektor pertanian
dapat direalisasikan, ada beberapa kondisi yang harus terpenuhi terlebih
dahulu. Pertama, petani-petani harus menjual sebagian dari output-nya ke
luar sektornya atau dengan perkataan lainharus ada market surplus dari
produk pertanian. Kedua, petani-petani harus merupakan net savers, yakni
pengeluaran mereka untuk konsumsi harus lebih kecil daripada produksi
mereka. Ketiga, tabungan para petani harus lebih besar daripada kebutuhan
investasi di sektor pertanian.
Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992 berbagai hasil pertanian
penting juga mengalami peningkatan produksi. Kesemuanya telah membuat
meningkatnya pendapatan petani, dan berperan besar dalam menurunkan
kemiskinan. Peningkatan produksi pertanian dapat terwujud antara lain
karena dukungan prasarana pengairan yang makin luas. Pembangunan
prasarana pengairan mendapatkan prioritas yang tinggi dalam PJP I seiring
dengan prioritas yang diberikan pada pembangunan pertanian.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang per-tama, maka
dalam Repelita V prioritas diletakkan pada pem-bangunan ekonomi dengan titik
berat pada sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan produksi hasil pertanian lainnya,, serta pada sektor industri, khusus-
nya industri yang menghasilkan untuk ekspor, industri yang banyak menyerap
tenaga kerja, industri pengolahan hasil per-tanian, serta industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri. Semua itu adalah dalam rangka mewujudkan
struktur ekonomi yang seimbang antara industri dan pertanian, baik dari segi nilai
tambah maupun dari segi penyerapan tenaga kerja.
B. Saran
Sektor industri harus diutakan terlebih dahulu sekurang-kurangnya
menganjurkan bahwa hendaknya sektor pertanian tidak diabaikan. Jadi, agar
adanya suatu strategi seimbang antara sektor pertanian dan sektor industri
DAFTAR PUSTAKA
Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.