Om swastiastu,
Kami panjatkan puji syukur kehadapan Ida sang hyang widhi wasa, karena berkat
rahmatnya kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa halangan apapun. Dan
kami berterima kasih kepada teman – teman di kelas XI B akuntansi karena telah membantu
kami memberikan informasi tentang makalah ini. Dan tidak lupa lagi, saya berterima kasih
kepada keluarga kami yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini membahas tentang perlindungan konsumen. Melalui makalah ini, kami berharap semoga para
siswa dapat memahami tentang perlindungn konsumen di indonesia.
Demikianlah kata – kata yang dapat kami susun, dan kami siap untuk menerima
kritik dan saran terhadap makalah yang kami buat untuk kebaikan bersama di dunia pendidikan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................. 1
Daftar Isi....................................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................ 11
Saran................................................................................................................. 11
Daftar pustaka................................................................................................................ 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
Konsumen adalah raja sebuah ungkapan yang sangat populer dikalangan pengusaha. Namun
terkadang kalimat itu hanya sekedae sebuah ungkapan karena banyak sekali konsumen yang
menjadi korban pengusaha yang tidak bertenggungjawab. Itulah sebabnya pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang perlindungan konsumen, melalui perlindungan ini hak dan
kewajiban konsumen terjamin. Dengan catatan semua pihak bertanggungjawab atas
penerapannya. Untuk itulah dalam kegiatan bisnis harus dikembangkan sikap disiplin, taat
terhadap peraturan, tenggang rasa, perduli terhadap sesama, dan saling menghargai. Pada era
globalisasi dan perdagangan bebas saat ini banyak bermunculan berbagai macam produk
barang/jasa yang dipasarkan kepada konsumen ditanah air, jika tidak hati-hati dalam memilih
produk konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak
bertanggungjawab, tanpa disadari , konsumen menerima begitu saja barang/jasa yang
dikonsumsinya. Latar belakang dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh guru serta untuk mengetahui tentag perlindungan konsumen di indonesia.
1.2.Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud konsumen ?
2. Apa Hak dan Kewajiban konsumen ?
3. Apa hak dan kewajiban pelaku usaha?
4. Apa Azas dan Tujuan Prlindungan Konsumen ?
5. Apa sanksi yang diterima produsen jika merugikan konsumen?
6. Bagaimana peran lembaga perlindungan konsumen dan lembaga pengawasan?
1.3.Tujuan masalah
1. Mengetahui pengertian konsumen dan perlindungan konsumen
2. Mengetahui hak dan kewajiban konsumen
3. Mengetahui hak dan kewajiban pelaku usaha
4. Mengetahui Azas dan Tujuan Prlindungan Konsumen
5. Mengetahui sanksi yang diterima produsen jika merugikan konsumen
6. Mengetahui peran lembaga perlindungan konsumen dan lembaga pengawasan
3
BAB II
PEMBAHASAN
a. Konsumen Akhir adalah Konsumen yang mengkonsumsi secara langsung produk yang
diperolehnya.
Menurut BPHN (Badan Pembinaan Hukum Nasional) :“Pemakai akhir dari barang,
digunakan untuk keperluan diri sendiri atau orang lain dan tidak diperjualbelikan”.
Menurut YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia): “Pemakai Barang atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, bagi keperluan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain dan tidak
untuk diperdagangkan kembali”.
Menurut KUH Perdata Baru Belanda : “orang alamiah yang mengadakan perjanjian tidak
bertindak selaku orang yang menjalankan profesi atau perusahaan”.
b. Konsumen Antara adalah konsumen yang memperoleh produk untuk memproduksi produk
lainnya. Contoh: distributor, agen dan pengecer. 2[2]
Ada dua cara untuk memperoleh barang, yakni :
Membeli. Bagi orang yang memperoleh suatu barang dengan cara membeli, tentu ia terlibat
dengan suatu perjanjian dengan pelaku usaha, dan konsumen memperoleh perlindungan hukum
melalui perjanjian tersebut.
Cara lain selain membeli, yakni hadiah, hibah dan warisan. Untuk cara yang kedua ini,
konsumen tidak terlibat dalam suatu hubungan kontraktual dengan pelaku usaha. Sehingga
4
konsumen tidak mendapatkan perlindungan hukum dari suatu perjanjian. Untuk itu diperlukan
perlindungan dari negara dalam bentuk peraturan yang melindungi keberadaan konsumen, dalam
hal ini UU PK. 3[3]
Pada era globalisasi dan perdagangan bebas dewasa ini, sebagai dampak kemajuan
teknologi dan informasi, memberdayakan konsumen semakin penting. Untuk pemberdayaan itu
di Negara kita telah dibuat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
Dalam hal ini ada dua pasal yang perlu diperhatikan, yaitu yang mengatur hak-hak
konsumen, disamping kewajiban yang harus dilakukan.
5
a. Hak Konsumen (Pasal 4)
Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang, atau jasa
Hak untuk memilih barang dan jasa serta mendapatkan barang dan jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar kondisi serta jaminan yang dijanjikan
Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jamina barang atau
jasa
Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa yang digunakan
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian, apabila barang atau
jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
b. Kewajiban Konsumen (Pasal 5)
Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakain atau pemanfaatan
barang atau jasa demi keamanan dan keselamatan
Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa
Membayar sesuia dengan nilai tukar yang disepakati
Mengikuti upaya penyelesaian hokum sengketa perlindungan konsumen.
Perlindungan konsumen ini adalah jaminan yang seharusnya didapatkan oleh para
konsumen atas setiap produk bahan makanan yang dibeli dari produsen atau pelaku usaha.
a. Azas Perlindungan Konsumen
Dalam Pasal 2 UU No. 8/ 1999, tentang Asas Perlindungan Konsumen : “Perlindungan
konsumen berdasarkan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen,
serta kepastian hukum”.
Azas Perlindungan Konsumen:
Asas Manfaat
mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan ini harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan,
Asas Keadilan
7
partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan
kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya
secara adil,
Asas Keseimbangan
memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam
arti materiil ataupun spiritual,
Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalarn penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan,
Asas Kepastian Hukum
baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
8
E. Sanksi-Sanksi Jika Produsen Merugikan Konsumen
Sanksi bagi pelaku usaha menurt UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Sanksi
perdata ganti rugi dalam bentuk :
1. Pengembalian uang
2. Penggantian uang
3. Perawatan kesehatan
4. Pemberian santunan ganti rugi diberikan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal
transaksi
Maksimal Rp. 200.000.000, melalui BPSK jika melanggar pasal 19 ayat (2) dan (3), 20,25 sanksi
pidana, kurungan :
1. Penjara 5 tahun denda Rp. 2.000.000.000, pasal 8,9,10,13 ayat (2),15,17 ayat (1) huruf a,
b, c, dan edan pasal 182.
2. Penjara 2 tahun denda Rp. 5.000.000.000, pasal 11,12,13,ayat (1),14,16,17 ayat (1) huruf
d dan f ketentuan piidana lain (diluar UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen)
Jika konsumen luka berat, cacat berat, sakit berat, atau kematian dikenakan 11 hukuman
tambahan antara lain :
Dalam hal ini, peran lembaga yang bergerak di bidang perlindungan konsumen
menjadi penting, peran-peran ini diakui oleh pemerintah. Lembaga perlindungan konsumen
yang secaraswadaya didirikan masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan aktif
dalam mewujudkan p e r l i n d u n g a n k o n s u m e n . L e m b a g a p e r l i n d u n g a n
k o n s u m e n b e r p e r a n u n t u k m e n ye b a r k a n i n f o r m a s i d a l a m r a n g k a
meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban dan kehati -hatian .
9
konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa, memberikan nasihat kepada
konsumen yangm e m e r l u k a n n y a , s e r t a b e k e r j a s a m a d e n g a n i n s t a n s i
t e r k a i t d a l a m u p a y a m e w u j u d k a n perlindungan konsumen, membantu
k o n s u m e n d a l a m m e m p e r j u a n g k a n h a k n ya , t e r m a s u k menerima keluhan atau
pengaduan konsumen, melakukan pengawasan bersama pemerintah danmasyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen.S e d a n g k a n L e m b a g a P e n g a w a s a n d a l a m
p e r a n a n n y a d a p a t d i n i l a i s e b a g a i y a n g bertanggungjawab terhadap
pengawasan peredaran barang-barang dan jasa yang dikonsumsimasyarakat yaitu
yang ada pada badan BPOM dan departem en terkait yang mengeluarkan
izin produksi, perdagangan dan peredaran suatu produk. Mestinya pihak -pihak ini
teliti sebelummengeluarkan izin terhadap suatu produk, jangan sampai di ‘kibuli’
pengusaha, yang akhirnyarakyat dirugikan oleh hadirnya produk yang
membahayakan. Padahal seperti kasus formalin, HIT dan juga minuman isotonik
misalnya, ini kan kasus yang sebenarnya sudah lama diketahui,namun ketika media ramai-
ramai mengangkatnya, barulah mereka bergerak. Untuk konteks d a e r a h , B P O M
dan dinas-dinas terkait juga selalu reaktif dalam menanggapi
persoalan.Seharusnya mereka lebih proaktif dan antisipatif, bukan
m e n u n g g u t e l a h m u n c u l k a s u s k e permukaan akibat keluhan konsumen baru
mereka bertindak. Kemudian, problem pembinaan t e r h a d a p p e l a k u u s a h a j u g a
m e s t i d i p e r h a t i k a n a g a r t u m b u h k e s a d a r a n m e r e k a u n t u k t i d a k memproduksi
produk-produk yang tidak berkualitas dan menjualnya kepada konsumen.
Lebihlanjut, penindakan secara hukum mesti tegas agar tidak menjadi preseden buruk dan
kejadiannya berulang
10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
1. Pemenuhan hak-hak konsumen sebagai salah satu pelaku
u s a h a s e h i n g g a t e r c i p t a kenyamanan dalam transaksi perdagangan
2. Mempertegas tanggungjawab pelaku usaha sebagaimana di atur
d a l a m u n d a n g - u n d a n g sehingga tidak merugikan konsumen
3. Pemerintah bertanggungjawab atas pembinaan penyelenggaraan
perlindungan konsumeny a n g m e n j a m i n d i p e r o l e h n ya h a k k o n s u m e n
d a n p e l a k u u s a h a s e r t a d i l a k s a n a k a n n y a kewajiban konsumen dan pelaku
usaha
4. Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta
penerapan ketentuan peraturan perundangundangannya diselenggarakan oleh
pemerintah, masyarakat,dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.
11
DAFTAR PUSTAKA
12