Disusun Oleh :
ERLI SASMITA
A1A1 21 008
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ekonomi Pembangunan ini dengan judul
“ Teori Pertumbuhan Regional “dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekonomi Pembangunan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Teori umum Ekonomi Pembangunan dan penerapannya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh dalam mata kulih Ekonomi
Pembangunan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih keada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan apa itu teori pertumbuhan neo-klasik?
2. Menjelaskan apa itu teori pertumbuhan kumulatif?
3. Menjelaskan apa itu teori pertumbuhan core-pheri?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui definisi teori neo-klasik
2. Agar dapat mengetahui definisi teori kumulatif
3. Agar dapat mengetahui definisi pertumbuhan core-pheri
BAB II
PEMBAHASAN
Model ini dipelopori oleh Borts Stein (1964) kemudian dikembangkan oleh
Roman (1965) dan Siebert (1969). Ada hubungan antara tingkat pertumbuhan
ekonomi suatu negara dengan perbedaan kemakmuran antar daerah (disparitas regional).
Agregat fungsi produksi merupakan kunci bagi model pertumbuhan Neo- klasik.
Dalam Perekonomian yang tidak ada pertumbuhan teknologi, pendapatan dapat
ditentukan dari besarnya modal dan tenaga kerja. Berdasarkan variabel dalam fungsi
produksi ini ada dua model pertumbuhan yaitu model pertumbuhan tanpa perkembangan
teknologi dan model pertumbuhan dengan perkembangan teknologi sebagai berikut:
Yt=AK1. L1
Pendapatan akan meningkat bila setiap tenaga kerja mendapat modal peralatan
yang lebih banyak dan proses ini disebut ‘capital deepening’. Tetapi tidak dapat
terus -menerus meningkat tanpa adanya pertumbuhan teknologi karena modal
(seperti juga tenaga kerja) akhirnya akan meningkat dengan pertumbuhan
yang semakin berkurang ( diminishing return).
Yt= f(A1,K,L,)
Dengan g adalah pertumbuhan dari perkembangan teknologi per periode waktu t.
Representasi ini merupakan penyederhanaan dengan mengabaikan kemungkinan terjadi
perkembangan teknologi melalui investasi. Sebagai tambahan, tenaga kerja dapat
juga menjadi lebih terampil sehingga dapat menaikkan efisiensi dan dalam kasus ini
(seperti juga modal) dianggap bersifat
tidak homogen. Asumsi lain yang digunakan model ini adalah sistem perekonomian
berdasarkan pasar berkompetisi sempurna dengan faktor harga yang fleksibel serta
sumber daya pada kesempatan kerja penuh.
Penganut model Neo-klasik beranggapan bahwa mobilitas faktor produksi, baik
modal maupun tenaga kerja, pada permulaan proses pembangunan adalah kurang lancar.
Akibatnya, pada saat itu modal dan tenaga kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah
yang lebih maju sehingga ketimpangan pembangunan regional cenderung melebar
(divergence). Akan tetapi bila proses pembangunan terus berlanjut, dengan semakin
baiknya prasarana dan fasilitas komunikasi, maka mobilitas modal dan tenaga kerja
tersebut akan semakin lancar. Dengan demikian, nantinya setalah negara bersangkutan
telah maju, maka ketimpnagan pembangunan regional akan berkurang (convergence).
Perkiraan ini merupakan kesimpulan kedua dari model ini dan kemudian dikenal sebagai
hipotesa Neo- klasik yang digambarkan oleh grafik 4.1. karena kesimpulan ini bersifat
hipotesa, maka hal ini perlu dilakukan pengetesan untuk mengetahui seberapa jauh
kesimpulan ini dapat dibenarkan.
Ketimpangan Regional
Kurva ketimpangan
Regional
Tingkat pembangunan
Nasional
Sesuai dengan kesimpulan dari model Neo-klasik ini, hipotesa yang dapat ditarik
untuk kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
r = α + βy
Analisa model berkomulatif ini dapat di persentasikan melalui grafik 4.2. kurva G
mewakili pertumbuhan ekonomi daerah. Titik keseimbangan tercapai pada titik E
dimana kurva G berpotongan dengan garis bantu 45. Sebelum titk keseimbangan kurva
G dibawah garis bantu 45 yang berarti sudutnya, g > 1 dan h< 0 pertumbuhan ekonomi
daerah tidak berkomulatif sehingga ketimpangan daerah mengecil (convergence). Akan
tetapi diatas titik E, g > 1 dan h > 0, maka pertumbuhan ekonomi daerah berkomulatif
sehingga ketimpangan cenderung melebar (divergence).
Y t+1
G’
EG
0 45
ye y0 y1 y2 y3 yt
h
Hipotesa yang dapat ditari dari model penyebab berkumulatif ini untuk kegiatan
penelitian antara lain adalah bahwa terdapat proses pertumbuhan yang berkumulatif
sehinga pengurangan ketimpangan regional tidak dapat diserahkan kepada pasar, tetapi
melalui kebijakan pemerintah yang inyensif. Dengan demikian hipotesa yang dapat
ditarik dari model ini untuk kegiatan penelitian antara lain adalah menyangkut dengan
tendensi ketempangan pembangunan antar daerah. Tendensi ketimpangan regional akan
ditentukan oleh koefisien g dan h. Bila g< 1dan h < o, maka tendensi yang terjadi adalah
ketimpangan regional akan cenderung menurun. Sebaliknya terjadi bila g > 1 dan h > o,
maka rendensi yang akan terjadi adalah ketimpangan regional akan cenderung meningkat.
1. Perluasan pasar
2. Penemuan sumber-sumber baru
3. Perbaikan prasarana perhubungan (Prisyarsono, 2007: hal 13)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta. Niaga Swadaya
Ainur, Kikik. 2012. Analisis Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional (Berkas pdf).