Teori pertumbuhan baru ini masih bergantung dengan asumsi neo-klasik yang sering tidak
sesuai dengan perekonomian yang ada pada negara berkembang sehingga hal ini menjadi
kelemahannya tersendiri. Teori baru ini hanya menekankan pada faktor penentu tingkat pertumbuhan
jangka panjang sehingga dampaknya pada pertumbuhan jangka pendek dan menengah terabaikan.
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang terhambat karena berbagai masalah seperti infrastruktur
yang jelek, struktur kelembagaan yang tidak memadai, juga pasar modal dan barang yang tidak
sempurna. Teori pertumbuhan endogen mengabaikan faktor-faktor berpengaruh ini, sehingga
penerapannya dalam studi pembangunan ekonomi menjadi terbatas, terutama ketika melibatkan
perbandingan antar negara. Contohnya, di negara-negara berpendapatan rendah yang terjadi
kelangkaan modal membuat penggunaan kapasitas pabrik juga rendah, dan teori ini gagal
menjelaskannya.
Kegagalan koordinasi merupakan kondisi lembaga tidak mampu untuk mengatur prilaku
(pilihannya) untuk memberikan hasil (ekuilibrium) sehingga membuat semua lembaga tersebut berada
dalam kondisi yang lebih buruk. Misalnya, perusahaan tidak dapat memasuki pasar di sebuah daerah
jika para pekerjanya tidak mempunyai keterampilan tersebut. Masalah ini membuat tingkat
pendapatan rata-rata yang rendah atau pada tingkat pertumbuhan yang rendah, atau juga dengan
penduduk yang berada dalam kondisi sangat miskin.
Ekuilibria Jamak
Ketika suatu investasi gabungan yang menguntungkan tidak dapat dilakukan karena tidak ada
koordinasi, ekuilibria jamak dapat tercapai, dimana ada individu-individu yang sama bisa mencapai
sumber daya dan teknologi yang sama tetapi bisa berakhir dalam situasi yang berbeda. Negara-negara
terbelakang bisa saja mengalami kondisi tersebut. Ada banyak penyebab yang membuat ekuilibria
jamak tidak tercapai, misalnya ada tekanan politik dari berbagai pihak yang merasa akan dirugikan
apabila terjadi moderenisasi dinegara mereka sehingga membutuhkan transfer teknologi dari negara
lain. Akan tetapi transfer teknologi dari negara lain juga memberikan efek pada perusahaan lain.
Paul Rosenstein-Rodan pelopor model dorongan besar (big push) yang merupakan model
kegagalan koordinasi yang menunjukan bagaimana kegagalan peasar menimnulkan kebutuhan akan
perekonomian yang terencana dan usaha-usaha agar proses pembangunan ekonomi yang panjang
dapat berjalan atau di percepat. Masalah kegagalan koordinasi ini akan menghambat keberhasilan
industrialisasi dan menjadi kendala bagi dorongan pembangunan.
Ada 4 kondisi yang memerlukan dorongan besar :
3. Efek infrastruktur. Jika sebuah daerah infrastruktur nya sudah memadai akan
memudahkanperusahaan melakukan investasi dan biaya yang harus mereka
keluarkan juga berkurang. Akan tetapi apabila masalh koordinasi masih ada
proses industrialisasi yang efisien juga akan sulit terjadi.