Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER OVARIUM

A. Pengertian
Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel abnormal (kanker) pada satu
atau dua bagian indung telur. Kanker ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang
beragam, tumor tersebut dapat berasal dari ketiga dermoblast (ectodermal, endodermal,
mesodermal) memiliki sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer
& Bare, 2002).

B. Faktor Resiko Kanker Ovarium


Faktor resiko umum
 Diet tinggi lemak
 Merokok
 Alkohol
 Riwayat kanker kolon, endometrium
 Nulipara
 Infertilitas
 Menstruasi dini
 Tidak pernah melahirkan
1. Faktor genetik
Riwayat keluarga menjadi salah satu faktor seorang wanita bisa terkena kanker
ovarium. Pada umumnya kanker ovarium epitel bersifat sporadis, 5-10% dan meningkat
menjadi 7% apabila saudara kandung telah menderita kanker ovarium. Data lain
menyebutkan riwayat keluarga dapat mempengaruhi sebesar 10% (American Cancer Society,
2011)
2. Usia
Angka kejadian kanker ovarium meningkat dengan seiringnya pertambahan usia.
Kanker ovarium umumnya ditemukan pada usia 40 tahun ke atas. Sebanyak 60% penderita
kanker ovarium penderita berusia 40 tahun ke atas dan sebanyak 60% berusia lebih muda.
Kanker ovarium banyak diderita setelah memasuki masa monopause. (American Cancer
Society, 2011).

1
3. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita. Ibu
yang mengalami paritas banyak, memiliki kecenderungan untuk resiko kanker ovarium
(Dewi, 2008). Adapun klasifikasi paritas, yaitu:
Nullipara (wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali)
Primiara (wanita yang telah melahirkan seorang anak)
Multipara (wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali)
Grandemultipara (wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih)
4. Faktor hormonal
Penggunaan hormon estrogen pada terapi hormone yang dilakukan oleh wanita
menjelang menopause maupun yang sedang mengalami menopause berhubungan dengan
peningkatan risiko kanker ovarium baik dari insidensi maupun tingkat mortalitasnya.
Peningkatan risiko secara spesifik terlihat pada wanita dengan penggunaaan hormon estrogen
tanpa disertai progesteron karena peran progesteron yaitu menginduksi terjadinya apoptosis
sel epitel ovarium. Pada kehamilan, tingginya kadar progesteron akan membantu menurunkan
risiko tumor ganas ovarium. (Cannistra SA, 2009)
5. Faktor Reproduksi
Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki dampak
terbesar pada penyakit ini. Infertilitas, menarche dini (sebelum usia 12 tahun), memiliki anak
setelah usia 30 tahun dan menopause yang terlambat dapa tjuga meningkatkan risiko untuk
berkembang menjadi kanker ovarium.
Pada kanker ovarium, terdapat hubungan jumlah siklus menstruasi yang dialami
seorang perempuan sepanjang hidupnya, di mana semakin banyak jumlah siklus menstruasi
yang dilewatinya maka semakin tinggi pula risiko perempuan terkena kanker ovarium.
(Coughlinn SS, 2009)
6. Pil Kontrasepsi
Kontrasepsi berarti mengurangi kemungkinan atau mencegah konsepsi.Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang cukup penting pada
wanita saat ini. Pada tahun 2005, megacu kepada United Nation di mana lebih dari 660 juta
wanita yang menikah atau hidup bersama pada usiaproduktif (15-49 tahun) menggunakan
beberapa metode kontrasepsi dan 450 juta orang menggunakan kontrasepsi oral dan
Intrauterina Devices (IUD).

2
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya
kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil kontrasepsi,
yaitu dengan risiko relatif 0,6. Penelitian ini juga melaporkan bahwa pemakaian pil
kontrasepsi selama satu tahun menurunkan risiko sampai 11%, sedangkan pemakaian pil
kontrasepsi sampai lima tahun menurunkan risiko sampai 50%. Penurunan risiko semakin
nyata dengan semakin lama pemakaiannya.
7. Kerusakan sel epitel ovarium (Incessant Ovulation )
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla tahun 1972, yang menyatakan
bahwa pada saat ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan
luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan, terjadi lagi ovulasi atau
trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu dan tidak teratur sehingga dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. (Cannistra SA, 2009)
8. Obat-Obat yang Meningkatkan Kesuburan (Fertility Drugs )
Obat-obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang diberikan secara
oral, dan obat-obat gonadotropin yang diberikan dengan suntikan seperti follicle stimulating
hormone (FSH), kombinasi FSH dengan Luteinizing hormone (LH), akan menginduksi
terjadinya ovulasi atau multiple ovulasi. Pemakaian obat penyubur tersebut dapat
meningkatkan resiko relatif terjadinya kanker ovarium. (Kurageorgi, et al, 2010)
9. Penggunaan Bedak Tabur
Penggunaan bedak tabur langsung pada organ genital atau tissue pembersih bersifat
karsinogenik (menyebabkan kanker) terhadap ovarium. Selain itu, bedak tabur juga
mengandung asbes yaitu bahan mineral penyebab kanker. (Huncharek M. et al, 2003).

C. Tanda dan Gejala Kanker Ovarium


Tanda dan gejala terjadinya kanker ovarium seringkali tidak terlihat sampai masa
perkembangan akhir. Keluhan yang sering muncul terkait dengan kanker ovarium yaitu,
keluhan ketidaknyamanan pada perut, ketidaknyamanan panggul, nyeri, atau pembesaran,
sakit punggung, gangguan pencernaan, ketidakmampuan untuk makan normal, perut terasa
penuh setelah makan dengan porsi sedikit, rasa kembung, sembelit, inkontinensia urin, atau
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Terjadinya tanda kanker ovarium
cenderung progresif, terus-menerus, sering dan berat. dan mungkin terjadi selaras dengan
gejala lainnya. Tanda yang paling umum adalah pembesaran di perut akibat akumulasi cairan
(asites). Kanker ovarium merupakan neoplasma yang berkembang pesat, sehingga diagnosis
tidak dibuat sampai terjadi penyebaran kanker.
3
Pada Ca ovarium ini banyak yang tidak menunjukkan gejala dikarenakan ovarium

yang kecil. Sebagian besar tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, dan

komplikasi tumor.

a. Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembengkakan pada
perut. Tumor yang membesar dapat menekan oang-organ yang ada disekitar. Apabila
tumor membesar an mendesak kandung kemih maka akan mengakibatkan gangguan
miksi sedangkan tumor yng terletak di dalam rongga perut terkadang menimbulkan rasa
berat dalam perut dan mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.
b. Akibat aktivitas hormonal
1) Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali tumor itu sendiri mengeluarkan
hormon
c. Akibat komplikasi
1) Perdarahan di dalam kista
Biasanya terjadi sedikit demi sedikit  yang kemudian menyebabkan pembesaran luka

dan hanya menimbulkan gejala­gejala klinik yang minial. Akan tetapi bila perdarah

terjadi dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan nyeri.
2) Putaran tangkai
Terjadi   pada   tumor   bertangkai   dengan   diameter   5  cm   atau   lebih.   Adanya   putaran

tangkai   menibulkan   tarikan   melalui   ligamentum   infundibelopelvikum   terhadap

peritoneum parietal dan ini menimbulkan rasa sakit
3) Infeksi pada tumor
Terjadi bila tumor berada pada sumber kuman pathogen. Kista dermoid cenderung

mengalami peradangan disusul penanahan.
4) Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, tetai juga dapat terjadi karena trauma seperti jatuh atau

pukulan pada perut dan juga pada saat melakukan hubungan seks. Jika robekan kista

terjadi
5) Perubahan keganasan

Setelah   tumor   diangkat   perlu   dilakukan   pemeriksaan   mikroskopis   yang   seksama

terhadap   kemungkinan   perubahan   keganasan.   Adanya   asites   dalam   hal   ini

mencurigakan, adanya metastasi memperkuat diagnosa keganasan

4
Patofisiologi
Patofisiologi
Zat karsinogenik

Zat onkogen

Masuk ke tubuh

Aktivitas zat onkogen

Antionkogen inadekuat

Kanker ovarium pertumbuhan sel abnormal

Kerusakan respon makrofag


intergritas jaringan terhadap kanker Mudah perdarahan Perubahan ovarium dapat bermetastase ke
organ lain
anemia
Merangsang zat vaso aktif Sekresi hormon
histamin, bradikininin kahektin Perubahan Perubahan fungsi organ
prostaglandin Kurangnya penampilan dan
pembentukan peran
Hipermetabolik
energi Perubahan fungsi
Merangsang ujung penyimpanan lemak
Gangguan citra hormonal
saraf bebas
tubuh dan harga
BB turun kelelahan
diri
Resiko disfungsi seksual
nyeri
Gangguan pemenuhan
nutrisi
D. Stadium Kanker Ovarium
Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO),
yaitu:
Stadium kanker Kategori
ovarium primer
(FIGO, 2014)
Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites
yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan
luar, kapsul utuh
Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asites
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul
intak.
Ic Tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor di
permukaan luar satu atau kedua ovarium, atau dengan kapsul
pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Ic1 Surgical spill
Ic2 Kapsul mengalami rupture sebelum operasi tumor pada
permukaan ovarium
Ic3 Sel maligna pada ascites atau pembersihan peritoneal
Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan
perluasan ke panggul.
IIa Perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba.

IIb Perluasan ke jaringan pelvis lainnya.

IIc Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau
dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti
mikroskopik metastasis kavum peritoneal di luar pelvis,
dan/atau metastasis ke kelenjar limfe regional.
IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara
mikroskopik adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal.
IIIb Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik,
diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening
negatif.
IIIc Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan/atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif
Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya
positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga
metastasis ke parenkim liver.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang harus dilakukan, yaitu:
1. Laparaskopi yaitu untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari ovarium atau tidak,
serta untuk menentukan sifat-sifat kista,
2. Ultrasonografi untuk menentukan letak dan batas kista, apakah kista berasal dari uterus,
ovarium, atau kandung kencing, apakah kista kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan
antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak,
3. Foto Rontgen yaitu pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista,
4. Parasentesis yaitu pungsi asites berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu diperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding
kista tertusuk.

F. Pencegahan Kanker Ovarium


Karena penyebabnya yang belum diketahui, pencegahan kanker ovarium pun tidak bisa
dilakukan secara pasti. Meski demikian, ada beberapa hal yang dapat menurunkan risiko Anda
terkena kanker ini, terutama metode yang bisa menghentikan proses ovulasi. Langkah-langkah
tersebut meliputi:
1. Menggunakan kontrasepsi dalam bentuk pil. Konsumsi pil kontrasepsi selama lima tahun
terbukti dapat mengurangi risiko kanker ovarium hingga setengahnya.
2. Menjalani kehamilan dan menyusui.
3. Menerapkan gaya hidup yang sehat agar terhindar dari obesitas. Contohnya, teratur
berolahraga dan memiliki pola makan yang sehat dan seimbang.
4. Pola makan seimbang, batasi makanan berlemak.
5. Pemeriksaan ginekologi atau USG secara rutin
6. Laktasi berkepanjangan.
7. Meningkatkan aktivitas fisik.

G. Penatalaksanaan
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker
ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang)
yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan
interval 3 - 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efek samping kemoterapi
secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem
saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
1. Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
2. Operasi (stadium awal)
3. Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
4. Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)

H. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
- Nama, usia, tanggal lahir, suku bangsa, agama, diagnosa medis, pendidikan, pekerjaan,
lamanya perkawinan, tanggal pengkajian, alamat
- Nama suami/ penanggungjawab, pendidikan, pekerjaan, alamat
b. Keluhan utama (alasan datang ke RS)
- Nyeri akut atau kronis pada abdomen
c. Riwayat kesehatan sekarang
- Klien datang dengan keluhan nyeri dan lingkar abdomen yang semakin membesar, yang
dapat dijabarkan dengan PQRST.
d. Riwayat kesehatan dahulu
- Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang
demikian. Selain itu juga ditanyakan siklus menstruasi, obstetric, dan perkawinan.
e. Riwayat kesehatan keluarga
- Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kanker lainnya.
f. Riwayat kontrasepsi
 Jenis dan lamanya menggunakan alat kontrasepsi
 Dimana pasangnya?
 Apakah ada keluhan selama memakai kontrasepsi
g. Aktifitas hidup sehari-hari (ADL)
 Nutrisi dan cairan : frekuensi, pola, porsi/ menu, pantangan
 Eliminasi BAB dan BAK
 Istirahat dan tidur : pola lamanya, keluhan yang mengganggu
 Aktivitas
 Personal hygiene
h. Riwayat psikososial
- Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana
pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker ovarium.
- Psikologis : status emosi, koping mekanisme, dan penerimaan.
- Spiritual : agama dan kepercayaan, pengaruh pemuka agama.

I. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DO : Klien tampak Ca Gangguan nyaman
gelisah, perilaku ovariumbermetastasemenginfiltrasi nyeri b.d proses
berhati-hati, daerah sekitarnyaproses inflamasi inflamasi dari
ekspresi tegang, jaringan sekitar pelepasan mediator metastase sel kanker
wajah meringis kimia (bradikinin, serotonin)
DS : Klien merangsang saraf afferent
menyatakan nyeri thalamuscortex cerebri nyeri
pada area perut dipersepsikan
bagian bawah
2 DO : Ca Resiko tinggi
adanya perdarahan ovariumbermetastasemenginfiltrasi kekurngan volume
pervaginam daerah sekitarnyamenekan pembuluh cairan tubuh b.d.
DS : klien darah sekitarperdarahankeluar perdarahan
mengatakan ada lewat vagina pervaginam
darah yang keluar berlebihan.
dari vaginanya

3 DO : klien terlihat Ca Gangguan


lemas, porsi ovariumbermetastasemenginfiltrasi pemenuhan nutrisi
makanan tidak peritoneumperitonitispenimbunan kurang dari
habis, distensi cairan di rongga perutdistensi kebutuhan tubuh b.d
abdomen abdomenkembung, mualanoreksia anoreksia
DS : kilen
mengatakan, terasa
mual,tidak nafsu
makan.
4 DO: Ca Resiko tinggi terhadap
DS:klien ovariumbermetastasemenginfiltrasi disfungsi seksual b.d
mengatakan daerah sekitarnyamenekan pembuluh perubahan struktur
merasa sakit ketika darah sekitarperdarahankeluar atau fungsi tubuh,
coitus, klien lewat vagina perubahan kadar
mengatakan malas Ca hormon
untuk melakukan ovariumbermetastasemenginfiltrasi
hubungan seksual daerah sekitarnyaterjadi proses
karena sakitnya inflamasinyeri saat coitus
5 DO : klien sering Proses penyakit--> krisis situasi, Kecemasan b.d krisis
bertanya tentang ancaman kematian, ancaman atau situasi, ancaman
penyakitnya perubahan pada status kesehatan / kematian, ancaman
DS: klIen sosioekonomi, fungsi peran, pola atau perubahan pada
mengatakan interaksi, kuranganya informasi status kesehatan /
khawatir tentang mengenai penyakitnya dan prosedur sosioekonomi, fungsi
penyakitnya, pemeriksaan mempengaruhi peran, pola interaksi,
psikologis ibukecemasan kuranganya informasi
mengenai
penyakitnya dan
prosedur
pemeriksaan
6 Do: klien terlihat Gejala penyakitmengganggu Perubahan citra
gelisah psikologis klienperubahan citra tubuh, tubuh dan harga diri
DS: klen harga diri klien b.d perubahan dalam
mengatakan tidak penampilan fungsi
bisa lagi menjadi dan peran
istri yang baik, klien
mengatakan takut
tidak bisa punya
anak lagi
7 DO : celana klien Ca Gangguan eliminasi
terlihat basah ovariumbermetastasemenginfiltrasi bak b.d inkontinensia
karena urin, klien jaringan sekitarnyamenekan kandung urin
tidak menyadari kemihinkontinensia urin
bahwa dia bak
DS : klien
mengatakan bak
nya tidak disadari
dan tidak bisa
terkontrol
8 DO: Hb klien Ca ovarium perdarahan Resti infeksi
rendah, asupan berhubungan dengan
nutrisi kurang, klien Asupannutrisi kurangkekebalan tubuh tidak adekuatnya
tak mampu berkurangresti infeksi pertahanan tubuh
merawat diri sekunder dan sistem
DS:- imun (efek
kemotherapi/radiasi),
malnutrisi, prosedur
invasif.
J. Perencanaan Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi


O
1 Nyeri akut b.d agen Tujuan : Klien merasa reda o Kaji karakteristik nyeri : o Untuk mendapatkan data
cidera biologi dari nyeri dan lokasi, kualitas, frekuensi yang akurat
ketidaknyamanan yang
ditimbulkan o Kaji faktor lain yang o Untuk mendapatkan
menunjang nyeri, keletihan, penyebab nyeri sehingga
Kriteria Hasil: marah pasien bisa diintervensi

- Klien menyatakan o Kolaborasi dengan tim medis o Analgetic bisa memblok


nyeri berkurang (skala dalam memberi obat rasa nyeri
3-5) analgesic

- Klien tampak tenang, o Jelaskan kegunaan analgesic o Untuk menimbulkan


ekspresi wajah rileks. dan cara-cara untuk kepatuhan minum obat dan
mengurangi efek samping mengurangi efek samping
- Tanda vital dalam dari obat
batas normal :
o Ajarkan klien strategi baru o Untuk mengalihkan rasa
Suhu : 36-37 0C
untuk meredakan nyeri dan nyeri
N : 80-100 x/m
ketidaknyamanan: imajinasi,
RR : 16-24x/m
relaksasi, stimulasi kutan
TD : Sistole : 100-
130 mmHg
Diastole : 70-80
mmHg
2 Perubahan citra tubuh Tujuan : Klien dapat o Kaji perasaan klien tentang o Untuk menentukkan
dan harga diri b.d memperbaiki persepsi citra citra tubuh dan tingkat harga intervensi yang tepat
perubahan dalam tubuh dan harga dirinya. diri
penampilan fungsi dan
peran o Berikan dorongan untuk o Agar klien merasa dihargai
keikutsertaan kontinyu
dalam aktifitas dan
pembuatan keputusan

o Berikan dorongan pada klien o Agar klien merasa


dan pasangannya untuk didukung dan tidak merasa
saling berbagi kekhawatiran sendiri dalam menghadapi
tentang perubahan fungsi penyakitnya
seksual dan menggali
alternatif untuk ekspresi
seksual yang lazim
3 Ancietas berhubungan Tujuan o Motivasi pasien pasien untuk o Pengungkapan perasaan
dengan krisis situasi, Pasien mampu mengungkapkan perasaan akan mengurangi
ancaman kematian, menunjukkan hilangnya / cemasnya cemasnya
ancaman atau berkurangnya kecemasan
perubahan pada status Kriteria hasil o Beri penjelasan kepada o Pengetahuan yang cukup
kesehatan / - Pasien mengatakan rasa pasien tentang penyakitnya dapat mengurangi
sosioekonomi, fungsi cemas hilang atau dan cara mengatasinya kecemasan akibat kurang
peran, pola interaksi, berkurang informasi
kuranganya informasi - Ekspesi wajah tenang o Ciptakan suasana lingkungan o Lingkungan yang nyaman
mengenai penyakitnya - Tanda-tanda vital dalam yang aman, nyaman dan mengurangi kecemasan
dan prosedur batas normal tenang
pemeriksaan
o Anjurkan keluarga untuk o Peran keluarga sangat
terus mendampingi dan mendukung secara
memberi motivasi pada psikologis untuk
pasien mengurangi kecemasan
o Ciptakan hubungan saling o Hubungan terapeutik
percaya antara perawat dan membantu pasien
pasien mengungkapkan perasaan
cemasnya
4 Gangguan eliminasi Tujuan :klien bisa o Menjaga kebersihan kulit, o Mencegah iritasi kulit
bak b.d inkontinensia mengontrol pola bak nya kulit tetap dalam keadaan
urin kering, ganti sprei atau
Kriteria Hasil: pakaian bila basah.

-klien bisa mengikuti o Anjurkan klien untuk latihan o Menguatkan otot-otot yang
latihan bladder bladder training mengontrol bak

-tidak terjadi iritasi kulit o Anjurkan klien untuk latihan o Untuk membantu
karena keasaman urin perineal atau kegel’s menguatkan kontrol
exercise muskuler ( jika di
Latihan ini dapat dengan indikasikan )
berbaring, duduk atau berdiri
a. Kontr
aksikan otot perineal
untuk menghentikan
pengeluaran urine
b. Kontr
aksi dipertahankan
selama 5-10 detik dan
kemudian
mengendorkan atau
lepaskan
c. Ualngi
sampai 10 kali, 3-4 x /
hari
o Obat-obatan bisa
o Cek obat-obat yang diminum mempengaruhi banyaknya
( narkotik, sedative, diuretik, urin
antihistamin dan anti
hipertensi ), mungkin
berkaitan dengan
inkontinensia.
o Keadaan psikologi bisa
o Cek psikologis klien. menyebabkan ingin bak
5 Resiko terhadap Tujuan o Pantau masukan makanan o Mengidentifikasi kekuatan /
perubahan nutrisi Asupan nutrisi terpenuhi setiap hari defisiensi nutrisi
kurang dari kebutuhan secara adekuat
tubuh berhubungan Kriteria Hasil o Motivasi pasien untuk o Kebutuhan jaringan
dengan anorexia, - Berat badan stabil makan diet tinggi kalori kaya metabolic ditingkatkan serta
penurunan masukan - Nafsu makan meningkat nutrien dengan masukan cairan ( menghilangkan
sekunder terhadap - Porsi makanan yang cairan adekuat produksi sisa )
pembedahan, terapi dihidangkan dihabiskan
radiasi ,penurunan o Hidangkan makanan yang o Untuk menambah nafsu
pemasukan oral, mual sesuai selera pasien makan pasien
muntah dan ketidak
nyamanan mulut o Hindari makanan dengan o Dapat menstimulus respon
bumbu merangsang dan mual muntah
berlemak

o Kolaborasi dengan dokter o Obat antiemetik menurunkan


dalam pemberian obat reaksi mual muntah
antiemetik
6 Resiko tinggi Tujuan : Setelah o Kaji tanda-tanda kekurangan o Agar bisa diinterrvensi lebih
kekurngan volume dilakukan tindakan cairan. dini
cairan tubuh b.d. keperawatan selama 2
perdarahan pervaginam x 24 jam tidak terjadi o Pantau masukan dan haluaran/ o Untuk mendeteksi kekuatan
berlebihan. kekurangan volume monitor balance cairan tiap 24 asupan cairan
cairan tubuh. jam.
Kriteria Hasil :
- Tidak ditemukan o Monitor tanda-tanda vital. o Mendeteksi adanya
tanda-tanda Evaluasi nadi perifer. kekurangan cairan
kekurangan cairan.
Seperti turgor kulit o Observasi pendarahan o Mengetahui jumlah darah yang
kurang, membran keluar
mukosa kering,
demam. o Anjurkan klien untuk minum + o Mencegah kekurangan cairan
1500-2000 ,l/hari
- Pendarahan berhenti,
keluaran urine 1 cc/kg o Kolaborasi untuk pemberian o Mengganti volume cairan yang
BB/jam. cairan parenteral dan kalau perlu hilang dan menambah asupan
transfusi sesuai indikasi, cairan yang kurang lewat oral
- Tanda-tanda vital pemeriksaan laboratorium. Hb,
dalam batas normal : leko, trombo, ureum, kreatinin.
Suhu : 36-370C, Nadi :
80 –100 x/m, RR :16-
24 x/m, TD : Sistole :
100-130 mmHg,
Diastole : 70-80
mmHg

7 Resiko tinggi infeksi Tujuan :infeksi tidak o Cuci tangan sebelum o Mencegah terjadinya
berhubungan dengan terjadi. melakukan tindakan. infeksi silang.
tidak adekuatnya kriteria hasil: Pengunjung juga dianjurkan
pertahanan tubuh 1. Klien mampu melakukan hal yang sama.
sekunder dan sistem mengidentifikasi dan o Jaga personal hygine klien
imun (efek berpartisipasi dalam dengan baik. o Menurunkan/mengurangi
kemotherapi/radiasi), tindakan pecegahan adanya organisme hidup.
malnutrisi, prosedur infeksi
invasif. 2. Tidak menunjukkan o Monitor temperatur.
tanda-tanda infeksi. Kaji semua sistem untuk o Peningkatan suhu
. melihat tanda-tanda infeksi. merupakan tanda
terjadinya infeksi.
o Hindarkan/batasi prosedur o Mencegah/mengurangi
invasif dan jaga aseptik terjadinya resiko infeksi.
prosedur.
o Kolaboratif
Monitor CBC, WBC, o Segera dapat diketahui
granulosit, platelets. apabila terjadi infeksi.
o Berikan antibiotik bila
diindikasikan
o Adanya indikasi yang jelas
sehingga antibiotik yang
diberikan dapat mengatasi
organisme penyebab
infeksi.
8 Resiko tinggi terhadap Tujuan : o Mendengarkan pernyataan o Untuk mengeksplorasi
disfungsi seksual b.d Mengidentifikasi klien dan pasangan perasaan klien dan
perubahan struktur atau kepuasan/ praktik seksual pasangan yang
fungsi tubuh, yang diterima dan sesungguhnya
perubahan kadar beberapa alternatif cara
hormon mengekspresikan o Diskusikan sensasi atau o Untuk menentukkan
keinginan seksual. ketidaknyamanan fisik, intervensi yang tepat
Criteria hasil: klien dan perubahan pada respons
pasangan bisa memaklumi individu
kondisi kesehatan klien.
o Kaji informasi klien dan o Untuk mengetahui sejauh
pasangan tentang anatomi/ mana pengetahuan klien
fungsi seksual dan pengaruh tentang organ
prosedur pembedahan reproduksinya sehingga
bisa menentukkan
intervensi lebih lanjut

o Identifikasi faktor o Factor budaya bisa


budaya/nilai budaya mempengaruhi pola
seksual klien

o Bantu klien untuk menyadari o Agar klien tidak merasa


atau menerima tahap sendiri
berduka

o Dorong klien untuk berbagi o Untuk mencari dukungan


pikiran/masalah dengan dari orang lain
orang terdekatnya

o Berikan solusi masalah o Membantu klien dalam


terhadap masalah potensial. memecahkan masalah
ex : menunda koitus seksual
saat kelelahan
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2011. Cancer Facts And Figures


Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa
Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Cannistra SA. 2009. Cancer of The Ovary. Nursing Eng Journal Medical
Coughlinn SS. 2009. Menopausal Hormone Therapy And Risk Of Ephitelial Ovarium
Cancer. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev
Derek, Liewellyn-Jones.2001. Dasar-dasar Obstetri Dan Ginekologi. Alih Bahasa:
Hadyanto, Ed. 6. Hipokrates, Jakarta
Dewi. 2008. Rerata Usia Manarkhe Wanita Indonesia: Tinjauan Kesehatan Reproduksi
Wanita Indonesi. Journal UI
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Huncharek M. Greschwind JF, Kupelnick B. 2003. Perineal Application Of Cosmetic
Talc And Risk Of Invasive Ephitelial Ovarium Cancer. Anticancer Resources
Kurageorgi, et al. 2010. Reproductives Factors And Postmenopausal Hormone Use In
Relation To Endometrial Cancer Risk In The Nurse’s Health Study Cohort. Int
Journal Cancer
Langseth H,et al. 2008. Perineal Use Of Talc And Risk Of Ovarium Cancer. Journal
Epidemiol Community Health
Prawirohardjo 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Smelzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai