Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ANEMIA PADA KEHAMILAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Program Profesi Ners Angkatan XXXIV
Bagian Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :
GITA PUSPITASARI
220112170022

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXIV


BAGIAN KEPERAWATAN MATERNITAS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2017
ANEMIA DALAM KEHAMILAN

1. Definisi

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin

dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2,

nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi

karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005). Anemia

yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat kekurangan

zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan. Anemia defisiensi

zat besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh,

sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan

gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum dan jumlah

jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi

dalam sumsum tulang serta tempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama

sekali (Wirakusumah, 1999).

Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami

hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang

puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah

18 % sampai 30 % dan hemoglobin sekitar 19 % (Manuaba, 2010).

2
2. Faktor Resiko

a. Umur Ibu

Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20

tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil

yang berumur 20 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang

berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang

tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan

ibu hamil maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat

menyebabkan ibu mengalami anemia.

b. Paritas

Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko

1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas

rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran

(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

c. Kurang Energi Kronis (KEK)

41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi

pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial,

ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan

sebagainya.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui

resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran

3
LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi dalam

jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk

tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK

adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK

denganukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan

protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan

kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu

hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina,

2003).

d. Infeksi dan Penyakit

Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh

agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar

Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang

rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan

tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan,

pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi

cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil

sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya

meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak

berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus,

pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat

bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui

saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan.

4
Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan

tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).

e. Jarak kehamilan

Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu

dengan prioritas 1 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata

jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih

banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai

waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke

kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko

terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih.

Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.

f. Pendidikan

Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di

derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah

pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan

dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat

social ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin dkk

(2007), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah tingkat pendidikan

rendah.

5
3. Etiologi

Secara umum ada tiga penyebab anemia pada ibu hamil yaitu:

a. Kehilangan Banyak Darah

Banyaknya darah yang keluar berperan pada kejadian anemia karena wanita

tidak mempunyai persediaan Fe yang cukup dan absorbsi Fe ke dalam tubuh tidak

dapat menggantikan hilangnya Fe saat menstruasi. Perdarahan patologis akibat

penyakit/infeksi parasit dan saluran pencernaan berhubungan positif terhadap

terjadinya anemia.

b. Asupan Fe yang Tidak Memadai

Hanya sekitar 25% WUS memenuhi kebutuhan Fe sesuai angka kecukupan

gizi yaitu 26 mikogram/hari. Secara rata-rata wanita mengonsumsi 6,5g per hari

melalui diet makanan. Kecukupan intake Fe tidak hanya dipenuhi dari konsumsi

makanan sumber Fe (daging sapi, ayam, ikan, telur dan lain-lain), tetapi

dipengaruhi oleh variasi penyerapan Fe. Variasi ini disababkan oleh perubahan

fisiologis tubuh seperti hamil dan menyusui sehingga meningkatkan kebutuhan Fe

bagi tubuh, tipe Fe yang dikonsumsi. Jenis Fe yang dikonsumsi jauh lebih penting

daripada jumlah Fe yang dimakan. Heme iron dari Hb dan mioglobin hewan lebih

mudah dicerna. Non heme iron yang membentuk 90% Fe dari makanan non

daging tidak mudah diserap oleh tubuh.

c. Peningkatan Kebutuhan Fisiologi

Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah

yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa

6
kehamilan dan menyusui. Kebutuhan Fe meningkat selama hamil untuk

memenuhi kebutuhan Fe akibat peningkatan volume darah, untuk menyediakan Fe

bagi janin dan plasenta, dan untuk menggantikan kehilangan darah saat

persalinan. Peningkatan absorps Fe selama trimester II kehamilan membantu

peningkatan kebutuhan. Beberapa studi menggambarkan hubungan suplementasi

Fe selama kehamilan dan peningkatan konsentrasi Hb pada trimester III

kehamilan dapat meningkatkan berat lahir bayi dan usia kehamilan

4. Manifestasi Klinis

Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan

menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika.

Selain itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin,

dinama hal ini karena adanya peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada saat

menelan. Gejala anemia pada ibu hamil yang paling sering dijumpai yaitu cepat

lelah, sering pusing, mata berkunangkunang , malaise, lidah luka, nafsu makan

turun, konsentrasi hilang dan nafas pendek jika sudah parah. Bila kadar Hb <

7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang

digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan kriteria WHO

2001 ditetapkan 3 kategori yaitu:

a. Normal : 11 gr/dl

b. Anemia ringan : 9-10 gr/dl

c. Anemia sedang : 7-8 gr/dl

d. Anemia berat : < 7 gr/dl

7
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat

dan mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas normal. Anemia

adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah atau

massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa

oksigen keseluruh jaringan. Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan

kadar

8
5. Pathway Anemia pada ibu hamil

9
6. Klasifikasi

Secara umum menurut Proverawati (2009) anemia dalam kehamilan

diklasifikasikan menjadi:

a. Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3%

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi

dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi

untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk

menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese.

Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-

kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan

pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan

minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.

b. Anemia Megaloblastik sebanyak 29%.

Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan

defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono

(2007) tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila disebabkan oleh

defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mikrogram sehari, baik per os

maupun parenteral.

10
c. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak %

Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu membuat

sel-sel darah baru.

d. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%

Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat

daripada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling

banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan viamin

B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya

ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam

folat, dan vitamin B12.

7. Dampak Anemia Pada Ibu Hamil

Dampak Anemia Pada Ibu Hamil dan Janin Akibat yang akan terjadi pada

anemia kehamilan adalah :

kehamilan trisemster pertama: abortus, missed abortion dan kelainan

congenital,

kehamilan trisemester kedua: persalinan premature, gangguan

pertumbuhan janin dalam rahim, BBLR, infeksi dan kematian buat

janin dan ibu (Sukarsih, 2002)

Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan

gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan

tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan

persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer A. dkk., 2008). Anemia kehamilan

11
dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu

saat mengedan untuk melahirkan bayi (Smith et al., 2012). Bahaya anemia pada

ibu hamil saat persalinan : gangguan his- kekuatan mengejan.

Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar

Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering

memerlukan tindakan operasi kebidanan

Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum akibat

atonia uteri

Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.

Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan

post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang,

dekompensasi kosrdis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas,

mudah terjadi infeksi mammae (Saifudin, 2006)

8. Penatalaksanaan

Terapi oral

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi.

Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau

suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika

diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1

tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap

zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang

lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan

pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja

12
menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan

tidak berbahaya. Dan biasanya asupan nutrisi yang mengandung zat besi

cenderung lebih tinggi pada ibu hamil daripada wanita normal. Umumnya

asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat daripada wanita normal.

Pengobatan yang lain:

1. Asam folik 30 mg per hari

2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga

dapat diberikan transfusi darah.

5. Therapi parenteral Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi

peroral ada gangguan penyerapan oenyakit saluran pencernaan atau

apabila kehamilannya sudah tua. Terapi parenteral ini diberikan dalam

bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran besi

(imferon) atau sorbitol besi (Jectofer).

9. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Ibu Hamil

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan

kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Promosi kesehatan,

pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di

dalam pencegahan primer. Dalam hal ini pencegahan primer ditujukan kepada ibu

hamil yang belum anemia. Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau menunda

13
terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah

berkembangnya faktor risiko.

Pencegahan primer meliputi:

a. Edukasi (Penyuluhan)

Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti memberikan nutrition

education berupa dorongan agar ibu hamil mengkonsumsi bahan makanan yang

tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah minimal selama 90

hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum

hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan. Selain

itu, petugas kesehatan juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber

berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan.31

Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan intake Fe yang

berhasil hanya jika individu mematuhi aturan konsumsinya. Banyak faktor yang

mendukung rendahnya tingkat kepatuhan tersebut, salah satunya adalah efek

samping yang tidak nyaman dari mengkonsumsi Fe adalah melalui pendidikan

tentang pentingnya suplementasi Fe dan efek samping akibat minum Fe.

b. Suplementasi Fe (Tablet Besi)

Anemia defisiensi besi dicegah dengan memelihara keseimbangan antara asupan

Fe dan kehilangan Fe. Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk memelihara

keseimbangan ini bervariasi antara satu wanita dengan yang lainnya tergantung

pada riwayat reproduksi. Jika kebutuhan Fe tidak cukup terpenuhi dari diet

makanan, dapat ditambah dengan suplemen Fe terutama bagi wanita hamil dan

14
masa nifas. Suplemen besi dosis rendah (30mg/hari) sudah mulai diberikan sejak

kunjungan pertama ibu hamil.

c. Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi

Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat

merupakan inti pengawasan anemia di berbagai Negara. Fortifikasi makanan

merupakan cara terampuh dalam pencegahan defisiensi besi. Produk makanan

fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari

jagung dan bubur jagung serta beberapa produk susu.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan

deteksi untuk menenmukan status patogenik setiap individu di dalam populasi.

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit

menuju suatu perkembangan kearah kerusakan atau ketidakmampuan.29 Dalam

hal ini pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada ibu

hamil yang sudah mengalami gejala-gejala anemia atau tahap pathogenesis yaitu

mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit

atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh

tenaga kesehatan diantaranya adalah :

a. Skrining diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang harus

diobati dalam mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita hamil harus

dilakukan skrining pada kunjungan I dan rutin pada setiap trimester.

Skrining dilakukan dengan pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk

mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu

15
hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga

dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti

tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal

tersebut. Sehingga, tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan yang

sesuai dengan hasil tersebut. Jika anemia berat ( Hb < 9 g/dl) dan Hct

<27% harus dirujuk ke dokter ahli yang berpengalaman untuk mendapat

pertolongan medis.

b. Pemberian terapi dan Tablet Fe, Jika ibu hamil terkena anemia, maka

dapat ditangani dengan memberikan terapi oral dan parenteral berupa Fe

dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk

diberikan transfusi (jika anemia berat).

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan

dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan

sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan. Dalam hal ini pencegahan tersier

ditujukan kepada ibu hamil yang mengalami anemia yang cukup parah dilakukan

untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk untuk

memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah

terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah

serangan ulang dan memperpanjang hidup.

Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu :

a. memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin

16
b. mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat

pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan

tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus Keperawatan

1. Riwayat kesehatan keluarga, Adakah keluarga yang menderita anemia

2. Riwayat penyakit hepatic, alergi obat, alergi makanan, plester dan larutan.

3. Pengkajian Dasar

a. Sirkulasi : riwayat masalah jantung, edema pulmonal,

penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler, riwayat kehilangan darah

kronis, CRT >3 detik

b. Integritas ego : perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya

faktor stress multiple.

c. Makanan/cairan : Nafsu makan menurun, mual/muntah

d. Pernafasan : Nafas pendek, pada saat istirahat maupun aktifitas

e. Nyeri : Lokasi nyeri terutama pada bagian abdomen dan

kepala

f. Aktifitas : Keletihan, Kelemahan, malaise umum, kehiliangan

produktifitas, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk istirahat

dan tidur banyak

4. Pemeriksaan Penunjang

17
a. Pemeriksaan darah lengkap : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit

b. USG untuk melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan,

dan presentasi janin.

c. Urinalisis untuk menentukan kadar albumin/glukosa.

d. Kultur untuk mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.

e. Pelvimetri untuk menentuka CPD.

f. Amniosentesis untuk mengkaji maturitas paru janin.

g. Tes stress kontraksi atau tes nonstress, untuk mengkaji respon janin

terhadap gerakan/stress dari pola kontraksi uterus atau pola abnormal.

h. Pemantauan elektronik continue, untuk memastikan status janin atau

aktivitas uterus (Doengoes, 2001).

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

suplai oksigen ke jaringan/ke sel

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

kebutuhan dan suplai oksigen

4. Risiko cedera terhadap janin

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan

mengenai anemia

18
19
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Hasil Intervensi Rasional
1 Ketidakefektifan perfusi Setelah diberikan 1. Perhatikan status fisiologis 1. kejadian perdarahan potensial
jaringan perifer b.d asuhan keperawatan ibu, status sirkulasi dan merusak hasil kehamilan,
penurunan suplai O2 ke selama. ..x24 volume darah. kemungkinan menyebabkan
jaringan jam,perfusi ke 2. Auskultasi dan laporkan DJJ, hipovolemia atau hipoksia
jaringan/ke sel efektif catat bradikardi, atau uteroplasenta.
dengan kriteria hasil : takikardi. Catat perubahan 2. mengkaji berlanjutnya hipoksia
Tidak terdapat pada aktivitas janin (hipoaktif janin. Pada awalnya janin
perubahan istik kulit atau hiperaktif). berespon pada penurunan kadar
(rambut, kuku, 3. Anjurkan tirah baring pada oksigen dengan takikardia dan
kelembaban) posisi miring kiri peningkatan gerakan. Bila tetap
Tidak terdapat 4. Kolaborasi pemberian deficit, bradikardia dan
kebiruan pada kulit Oksigen sesuai kebutuhan penurunan aktivitas terjadi.
CRT dalam batas 5. Kolaborasi pemberian terapi 3. menghilangkan tekanan vena
normal (kembali tablet besi kava inferior dan meningkatkan
dalam kurun waktu 6. Kolaborasi pemberian sirkulasi plasenta atau janin dan
kurang dari 2 detik) transfusi pertukaran oksigen.
4. meningkatkan ketersediaan
oksigen untuk ambilan
janin.sehingga kapasitas oksigen
yang dibawa janjin meningkat.
5. Suplementasi tablet besi
diberikan untuk memenuhi
kebutuhan Fe
6. mempertahankan volume
sirkulasi yang adekuat untuk

20
Tujuan dan Kriteria Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Hasil Intervensi Rasional
transport oksigen. Bila
penyimpanan oksigen menetap,
janin kehabisan tenaga untuk
melakukan mekanisme koping,
dan kemungkinan SSP rusak /
janin meninggal.
2 Ketidakseimbangan nutrisi setelah dilakukan 1. Tentukan keadekuatan 1. kesejahteraan janin dan ibu
kurang dari kebutuhan asuhan keperawatan kebiasaan asupan mutrisi tergantung pada nutrisi ibu
tubuh berhubungan dengan selama. ...x.... jam dulu/sekarang selama 24 jam. selama kehamilan.
diharapkan kebutuhan 2. Berikan informasi 2. Menambah pengetahuan klien
mual, muntah
nutrisi klien terpenuhi tertulis/verbal yang tepat dalam memperbaiki pola makan
dengan kriteria hasil: tentang diet prenatal dan 3. ketidak adekuatan penambahan
Berat badan klien suplemen vitamin/zat besi berat badan pranatal dan/atau di
dalam batas normal. setiap hari. bawah berat badan normal masa
Klien tidak 3. Timbang berat badan klien; kehamilan, meningkatkan risiko
mengalami mual- Berikan informasi tentang reetardasi pertumbuhan
muntah penambahan pranatal yang intrauterin (IUGR) pada janin
Klien tidak optimum. dengan berat badan lahir rendah.
menunjukkan 4. Kaji ulang mual/muntah Penelitian menemukan adanya
penurunan nafsu 5. Pantau kadar hemoglobin hubungan positif antara
makan (Hb)/hematokrit (Ht). kegemukan ibu pregravid dan
6. Kolaborasi pada ahli gizi peningkatan angka morbiditas
terkait diet yang cocok bagi perinatal berkenaan dengan
klien kelahiran preterm
7. Lakukan pemasangan kateter. 4. mual/muntah trimester pertama
dapat berdampak negatif pada

21
Tujuan dan Kriteria Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Hasil Intervensi Rasional
status nutrisi pranatal, khususnya
pada periode kritis
perkembangan janin.
5. mengidentifikasi adanya anemia
dan potensial penurunan
kapasitas pembawa oksigen ibu.
Klien dengan kadar Hb kurang
dari 12 g/dL atau kadar Ht
kurang atau sama dengan 37 %
dipertimbangkan anemia pada
trimester pertama. Membantu
mengurangi nyeri, meningkatkan
kenyamanan klien.
6. Menentukan kebutuhan kalori,
jumlah dan nutrisi yang
diperlukan oleh ibu hamil
3 Intoleransi aktivitas Tujuan : Setelah 1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Untuk menentukan intervensi
berhubungan dengan diberikan asuhan beraktifitas : apa saja yang selanjutnya
ketidakseimbangan antara keperawatan selama. masih ditoleransi 2. Tindakan ini ditujukan untuk
..x24 jam diharapkan 2. Jelaskan alasan perlunya tirah mempertahankan janin jauh dari
kebutuhan dan suplai
pasien dapat baring, penggunaan posisi serviks dan meningkatkan perfusi
oksigen beraktivitas dengan rekumben lateral kiri/miring, uterus. Tirah baring dapat
baik. Kriteria hasil : dan penurunan aktivitas. menurunkan peka rangsang
Nadi dan tekanan 3. Pantau TTV dan tekanan uterus.
darah dalam batas hemodinamik, sebelum dan 3. Hipotensi, takikardia, dan
normal (nadi 60- sesudah aktifitas. penurunan tekanan hemodinamik

22
Tujuan dan Kriteria Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Hasil Intervensi Rasional
100x/menit; TD 4. Berikan aktivitas pengalihan, menunjukkan tingkat toleransi
90/60-140/90 seperti membaca, terhadap aktifitas
mmHg) mendengarkan radio, dan 4. Membantu klien dalam koping
Pasien tidak menonton televisi, atau dengan penurunan aktivitas.
mengeluh lemah kunjungan dengan teman yang
dan lelah dipilih atau keluarga.
4 Risiko cedera terhadap janin Tujuan: Setelah 1. Perhatikan kondisi ibu yang 1. Faktor yang mempengaruhi atau
dilakukan asuhan berdampak pada sirkulasi menurunkan sirkulasi/oksigenasi
keperawatan janin. ibu mempunyai dampak yang
selama..x24jam 2. Ajari ibu untuk mengobservasi sama pada kadar oksigen
diharapkan risiko gerakan janin janin/plasenta. Janin yang tidak
cedera pada janin dapat 3. Pantau DJJ secara berkala mendapatkan cukup oksigen
tertanggulangi, dengan 4. Lakukan pemeriksaan leofold untuk kebutuhan metabolisme
kriteria hasil : untuk mengetahui keadaan anaerob yang menghasilkan asam
Denyut jantung bayi janin terutama mengukur laktat yang menimbulkan kondisi
dalam batas normal tinggi fundus. asidosis.
(120-160 x/menit) 2. secara normalnya dalam
USG tidak kandungan janin bergerak dan
menunjukan tanda- merupakan tanda yang sehat pada
tanda abnormalitas janin. Jika janin tidak bergerak
Tinggi fundus arteri perlu diwaspai terjadi cedera
sesuai umur pada janin akibat kekurangan
kehamilan nutrisi.
3. hipoksia ibu, khusus pada
trimester ketiga dapat
mengakibatkan kelainan SSP

23
Tujuan dan Kriteria Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Hasil Intervensi Rasional
janin. Krisis berulang
mempredisposisikan klien dan
janin pada peningkatan mortalitas
dan laju morbiditas
4. tinggi fundus sesuai usia
kehamilan merupakan satu tanda
bahwa pertumbuhan janin dalam
kandungan ibu tidak mengalami
gangguan.
5. Aktivitas betahap dapat
dilakukan klien sesuai keinginan,
memberikan rasa tenang dan
aman pada klien.
9 Kurang pengetahuan b.d. Setelah diberikan 1. Kaji kesiapan dan motivasi 1. Pendidikan ksesehatan diberikan
kurang informasi mengenai asuhan keperawatan klien untuk belajar. untuk membantu meningkatkan
penyakit selama. ..x24 jam 2. Libatkan orang terdekat dalam kemampuan ibu dalam perawatan
diharapkan proses belajar-mengajar. diri.
pengetahuan pasien 3. Memberikan pendkes tentang 2. Dukungan dari orang terdekat
mengenai anemia penyebab anemia, tanda dan dapat membantu menghilangkan
menjadi adekuat. gejala anemia, ansietas yang nantinya
Kriteria hasil : penatalaksanaan anemia menguatkan prinsip-prinsip
Dapat menjelaskan 4. Anjurkan pemberian intake belajar dan mengajar.
kembali mengenai yang adekuat, banyak nutrisi 3. Meningkatkan pengetahuan klien
pengertian anemia untuk kebutuhan ibu dan janin. terhadap penyakitnya
Dapat mengikuti
instruksi dan

24
Tujuan dan Kriteria Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Hasil Intervensi Rasional
prosedur perawatan 4. Intake nutrisi yang adekuat dapat
Dapat menunjukkan memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
prilaku kesehatan dan janin terutama zat besi, asam
yang positif untuk folat, vit. B 12, dll. Dan berikan
menanggulangi informasi kepada pasien tentang
anemia dampak obat-obatan terutama SF
yang dapat menyebabkan mual
dan muntah oleh karena itu
ajarkan cara memakan obat
dengan benar misalnya
mengkonsumsi buah-buahan
yang mengandung vitamin C
untuk membantu mempercepat
reabsorpsi obat dan
menganjurkan pasien untuk tidak
meminum kopi atau teh selama
meminum obat karena akan
memperlambat reabsorpsi obat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Bobak, Irene M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi
VIII, Philadelphia, Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :
Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi
II, EGC, Jakarta.
Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-
2002,Philadelphia,USA.
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Mc Closky & Bulechek. 2005. Nursing Intervention Classification (NIC). United
States of America: Mosby.
Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America: Mosby.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Pitriani, Risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal
(ASKEB III). Yogyakarta: Deepublish
Wong, D.L., Perry, S.E., Hockenberry, M.J. 2002. Maternal Child Nursing Care.
Second Edition. USA : Mosby.Inc

26

Anda mungkin juga menyukai