Anda di halaman 1dari 23

Ekonomi Kesejahteraan

(Welfare Economic)
Pengertian Ekonomi Kesejahteraan
 Ilmu ekonomi kesejahteraan adalah salah satu cabang ilmu
ekonomi yang normatif. Bidang bahasan berkaitan dengan
pertanyaan apa yang buruk dan apa yang baik. Bidang kajian
sangat berbeda dengan bidang kajian cabang ilmu ekonomi positif,
seperti ilmu ekonomi tenaga kerja, sejarah perekonomian,
perdagangan internasional, moneter serta ekonomi makro. Setiap
ilmu ekonomi positif mencoba menjelaskan berbagai fenomena
empirik (Allan M. Feldman: 2000).
 Ekonomi kesejahteraan membahas tentang bagaimana akhirnya
kegiatan ekonomi bisa berjalan secara optimal, dalam bahasannya
akan memikirkan prinsip keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat,
artinya pembahasan dalam ekonomi kesejahteraan adalah
pembahasan yang tidak terlepas dari konteks ilmu sosial.
LANJUTAN
 Ilmu ekonomi kesejahteraan memulihkan
hubungan antara pasar yang kompetitif dan
optimalitas. Sehingga pasar kompetitif
menjadi sempurna.
 Sisi praktis dari ilmu ekonomi kesejahteraan
memulihkan kesenjangan antara pasar privat
yang sempurna dengan realitas adanya
eksternalitas dan barang publik (Allan M.
Feldman: 2000).
LANJUTAN
 Ekonomi Kesejahteraan merupakan cabang ilmu ekonomi
yang menggunakan teknik ekonomi mikro untuk
menentukan secara serempak efisiensi alokasi dari
ekonomi makro dan akibat distribusi pendapatan yang
berhubungan dengan itu (O’Connel, 1982).
 Ekonomi kesejahteraan adalah kerangka kerja yang
digunakan oleh sebagian besar ekonom publik untuk
mengevaluasi penghasilan yang diinginkan masyarakat
(Rosen, 2005:99).
 Ekonomi kesejahteraan menyediakan dasar untuk menilai
prestasi pasar dan pembuat kebijakan dalam alokasi
sumberdaya (Besley, 2002).
LANJUTAN
 Ekonomi kesejahteraan mencoba untuk
memaksimalkan tingkatan dari
kesejahteraan sosial dengan pengujian
kegiatan ekonomi dari individu yang ada
dalam masyarakat.
 Kesejahteraan ekonomi mempunyai kaitan
dengan kesejahteraan dari individu, sebagai
lawan kelompok, komunitas, atau
masyarakat sebab ekonomi kesejahteraan
berasumsi bahwa individu adalah unit dasar
pengukuran.
Pendekatan Ekonomi Kesejahteraan
 Teori ekonomi kesejahteraan ada dua pendekatan,
yaitu pendekatan Neo-Klasik dan pendekatan
ekonomi kesejahteraan yang baru (modern).
 Pendekatan Neo-klasik telah dikembangkan oleh
Pigou, Bentham, Sidgwich, Edgeworth, dan
Marshall. Pendekatan Neo-Klasik berasumsi
bahwa nilai guna merupakan kardinal dan
konsumsi tambahan itu menyediakan peningkatan
yang semakin kecil dalam nilai guna (diminishing
marginal utility).
LANJUTAN
 Pendekatan Neo-Klasik lebih lanjut berasumsi
bahwa semua individu mempunyai fungsi nilai
guna yang serupa, oleh karena itu hal tersebut
mempunyai makna untuk membandingkan nilai
guna individu dengan nilai guna milik orang
lain.
 Oleh karena asumsi ini, hal tersebut
memungkinkan untuk membangun suatu fungsi
kesejahteraan sosial dengan hanya
menjumlahkan seluruh fungsi nilai guna
individu.
LANJUTAN
 Kebanyakan ahli ekonomi menggunakan efisiensi Pareto, sebagai
tujuan efisiensi mereka. Menurut ukuran ini dari kesejahteraan
sosial, suatu situasi adalah optimal hanya jika tidak ada individu
dapat dibuat lebih baik tanpa membuat orang lain lebih buruk.
 Kondisi ideal ini hanya dapat dicapai jika empat kriteria dipenuhi.
1. Rata-rata marginal substitusi dalam konsumsi harus identik untuk
semua konsumen (tidak ada konsumen dapat dibuat lebih baik
tanpa membuat konsumen yang lain lebih buruk).
2. Rata-rata transformasi di dalam produksi harus identik untuk
semua produk (adalah mustahil meningkatkan produksi setiap
barang baik tanpa mengurangi produksi dari barang-barang yang
lain).
LANJUTAN
3. Biaya sumber daya marginal harus sama dengan
produk pendapatan marginal untuk semua proses
produksi (produk fisik marginal dari suatu faktor
harus sama dengan semua perusahaan yang
memproduksi suatu barang).
4. Rata-rata marginal substitusi konsumsi harus sama
dengan rata-rata marginal transformasi dalam
produksi (proses produksi harus sesuai dengan
keinginan konsumen).
Ukuran Kesejahteraan
 Sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi
kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan
dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan
pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang
bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan
partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Terdapat berbagai perkembangan pengukuran tingkat kesejahteraan
dari sisi fisik, seperti Human Development Index (Indeks
Pembangunan Manusia), Physical Quality Life Index (Indeks Mutu
Hidup), Basic Needs (Kebutuhan Dasar), dan GNP/Kapita
(Pendapatan Perkapita).
 Ukuran kesejahteraan ekonomi inipun bisa dilihat dari dua sisi,
yaitu konsumsi dan produksi (skala usaha). Dari sisi konsumsi maka
kesejahteraan bisa diukur dengan cara menghitung seberapa besar
pengeluaran yang dilakukan seseorang atau sebuah keluarga untuk
kebutuhan sandang, pangan, papan, serta kebutuhan lainnya dalam
waktu atau periode tertentu.
Lanjutan
 Ukuran tingkat kesejahteraan manusia selalu mengalami
perubahan.
 Pada 1950-an, sejahtera diukur dari aspek fisik, seperti gizi,
tinggi dan berat badan, harapan hidup, serta income.
 Pada 1980-an, ada perubahan di mana sejahtera diukur dari
income, tenaga kerja, dan hak-hak sipil.
 Pada 1990-an, Mahbub Ul-Haq, sarjana keturunan Pakistan,
merumuskan ukuran kesejahteraan dengan yang disebut Human
Development Index (HDI). Dengan HDI, kesejahteraan tidak
lagi ditekankan pada aspek kualitas ekonomi-material saja,
tetapi juga pada aspek kualitas sosial suatu masyarakat
LANJUTAN
 Todaro secara lebih spesifik mengemukakan bahwa fungsi
kesejahteraan W (walfare) dengan persamaan sebagai berikut:
W = W (Y, I, P)
Dimana Y adalah pendapatan perkapital, I adalah ketimpangan
dan P adalah kemiskinan absolut. Ketiga variabel ini
mempunyai signifikan yang berbeda, dan harus dipertimbangkan
secara menyeluruh untuk menilai kesejahteraan negara
berkembang.
 Berkaitan dengan fungsi persamaan kesejahteraan diatas,
diasumsikan bahwa kesejahteraan sosial berhubungan positif
dengan pendapatan perkapita, namun berhubungan negatif
dengan kemiskinan.
Kriteria Pareto
 Kriteria yang paling banyak digunakan dalam menilai ekonomi kesejahteraan
adalah pareto criteria yang dikemukakan oleh ekonom berkebangsaan Italia
bernama Vilfredo Pareto. Kriteria ini menyatakan bahwa suatu perubahan
keadaan (eg. Intervention) dikatakan baik atau layak jika dengan perubahan
tersebut ada (minimal satu) pihak yang diuntungkan dan tidak ada satu
pihakpun yang dirugikan.
 Hal yang perlu diperhatikan dalam pareto criteria adalah pareto
improvement dan pareto efficient. Kedua hal ini akan mempengaruhi
pengambilan keputusan suatu kebijakan ekonomi. Adapun yang dimaksud
dengan pareto improvement adalah jika keputusan perubahan masih
dimungkinkan menghasilkan minimal satu pihak yang better off tanpa
membuat pihak lain worse off.
 Pareto efficient adalah sebuah kondisi di mana tidak dimungkinkan lagi
adanya perubahan yang dapat mengakibatkan pihak yang diuntungkan
(bettering off) tanpa menyebabkan pihak lain dirugikan (worsening off).
Tingkat Kesejahteraan Menurut Teori Pareto
• Dalam teori ekonomi mikro ada yang dikenal dengan teori Pareto
yang menjelaskan tentang tiga jenis tingkatan kesejahteraan,
yaitu pertama pareto optimal. Dalam tingkatan pareto optimal
terjadinya peningkatan kesejahteraan seseorang atau kelompok
pasti akan mengurangi kesejahteraan orang atau kelompok lain.
• Kedua, pareto non optimal. Dalam kondisi pareto non-optimal
terjadinya kesejahteraan seseorang tidak akan mengurangi
kesejahteraan orang lain.
• Ketiga, pareto superior. Dalam kondisi pareto superior
terjadinya peningkatan kesejahteraan seseorang tidak akan
mengurangi kesejahteraan tertinggi dari orang lain.
• Menurut teori pareto tersebut, ketika kondisi kesejahteraan
masyarakat sudah mencapai pada kondisi pareto optimal maka
tidak ada lagi kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan.
Barang publik dan externalitas
1. Karakteristik barang publik
2. Efisiensi penyediaan barang publik
3. Masalah-masalah dalam penyediaan
barang publik
4. Externalitas, efisiensi dan keadilan
5. Pilihan masyarakat
Karakteristik barang publik
• Bersifat non rival (non rivalry) yaitu barang yang
dapat dikonsumsi bersamaan pada waktu yang
sama (joint consumption) tanpa saling meniadakan
manfaat
• Bersifat non eksklusiv yaitu bahwa seseorang
tidak perlu membayar untuk menikmati manfaat
barang publik
• Tidak semua barang publik mempunyai sifat non
rival dan non eksklusiv
Klasifikasi barang
Sifat barang eksklusiv Non eksklusiv

Rival Barang privat Barang publik


Makanan, semu
pakaian,
kendaraan
Non rival Barang publik Barang publik
semu
TV kabel
Efisiensi penyediaan barang
publik
• Karena sifatnya pengadaan barang publik
tidak dapat dilakukan melalui mekanisme
pasar persaingan sempurna
• Penyediaan barang publik dapat efisien bila
diketahui permintaan dan penawarannya
Masalah-masalah dalam
penyediaan barang publik
1. Pengukuran permintaan barang publik (terdapat banyak
persepsi kelompok masyarakat terhadap barang publik)
2. Pendanaan (mengalami kesulitan siapa sebenarnya pihak
yang harus mendanai pengadaan barang publik supaya
dicapai asas keadilan)
3. Penyediaan dan produksi barang publik (barang publik
boleh disediakan swasta, tetapi birokrat pada umumnya
akan memanfaatkan kekuasaan monopoli sehingga
cenderung menimbulkan kasus suap menyuap, tender
yang tidak adil, dll)
Externalitas, efisiensi dan
keadilan
• Externalitas adalah kerugian atau keuntungan
yang dialami pelaku ekonomi karena tindakan
pelaku ekonomi lain yang tidak tercermin dalam
harga pasar
• Externalitas yang menguntungkan maupun yang
merugikan menyebabkan pasar tidak bisa efisien
• Externalitas sering dipandang tidak adil karena
justru menguntungkan golongan kaya
Pilihan masyarakat
• Kesulitan menentukan alokasi yang efisien dalam
menyediakan barang publik menyebabkan masyarakat
demokratis menempuh pemilihan suara atau voting
• Voting mengandung kelemahan:
a. Pilihan individu seringkali tidak konsisten (tidak
transitif) apalagi bila pilihan yang dibandingkan semakin
banyak
b. Opsi dalam voting seringkali merupakan pilihan
kelompok yang mendominasi dan mampu memaksakan
kehendak kepada masyarakat.
Contoh-contoh barang publik di
Indonesia
• Jalan raya
• Jasa pertahanan dan keamanan
• Taman kota
• Halte bis
Contoh-contoh barang publik
semu
• Bersifat rival tetapi non eksklusiv misalnya
konsultasi pelajar di sekolah-sekolah (BP)
• bersifat non rival tetapi eksklusiv misalnya
angkutan penumpang bus kota, jalan tol, dll

Anda mungkin juga menyukai