Anda di halaman 1dari 12

KONDISI PSIKO-SOSIAL LANSIA;

Studi Kasus Pada Panti Wreda (PW) Siti Khadijah


Di Kota Cirebon

Suryadi, Anisul Fuad


Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, IAIN Syekh Nurjati Cirebon
suryadi@syekhnurjati.ac.id, anisulfuad77@gmail.com

ABSTRAK

Proses transisi demografis berdampak pada peningkatan harapan hidup yang berakibat
langsung pada perubahan struktur penduduk menjadi menua (ageing population) jumlah dan
proporsi populasi lansia. perubahan dalam sistem dan struktur keluarga dan tekanan
kehidupan di masyarakat menimbulkan residu, dalam bentuk masalah pada populasi lansia.
Orang lanjut usia yang tinggal di panti jompo dengan semua masalah mereka adalah
tantangan yang harus dihadapi oleh manajer institusi. Perawatan di rumah Siti Khadijah
sebagai salah satu contoh Model Filantropis berbasis Faith. Dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif, peneliti mengeksplorasi data dari narasumber melalui
observasi, wawancara mendalam dan FGD. Temuan penelitian menunjukkan; 1) manajemen
panti jompo konvensional merupakan kendala untuk mengoptimalkan program lansia yang
tetap aktif dan produktif dan 2) lansia yang tinggal di institusi pada dasarnya tidak sesuai
dengan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal bangsa kita. Dengan demikian persepsi dan
kondisi psiko-sosial mereka skeptis terhadap keluarga, masyarakat dan lingkungan mereka.

Kata Kunci: Transisi Demografi, Lansia, Psikososial

ABSTRACT

Demographic transition processes have an impact on increasing life expectancy which has a
consequence of increasing the number and proportion of the elderly population. Changes in
the system and family structure and the pressures of life in the community give rise to
residues, in the form of problems in the elderly population. Elderly people who live in
nursing homes with all their problems are challenges that must be faced by the institution
manager. Siti Khadijah home care as one example of a Faith-based Philanthropic Model. By
using a descriptive qualitative research method, the researcher explored data from the
resource persons through observation, in-depth interviews and FGDs. Research findings
show; 1) conventional nursing home management is an obstacle to optimizing the program of
the elderly who remain active and productive and 2) the elderly who live in the institution are
basically not in accordance with the traditional values and local wisdom of our nation. Thus
that their psycho-social perceptions and conditions are skeptical to the family, society and
their environment.

Keywords: Demographic Transition, Elderly, Psycho-social

17
PENDAHULUAN diperlukan juga progam sosial lainnya
Perubahan struktur penduduk yang seperti program pem-berantasan
semakin menua merupakan tahapan dalam kemiskinan, perbaikan kualitas lingkungan
proses transisi demografi, ditandai dengan hidup, kecukupan pangan dan gizi. Dengan
tingkat mortalitas yang semakin rendah asumsi kecenderungan IMR menurun serta
diikuti dengan tingkat fertilitas juga perubahan susunan umur penduduk seperti
semakin menurun. Penurunan angka telah diuraikan di atas, maka harapan hidup
mortalitas yang diikuti semakin rendahnya penduduk Indonesia (laki-laki dan
angka fertilitas dalam kurun waktu tertentu. perempuan) naik. Indikator Angka Harapan
Di samping itu kemajuan di bidang Hidup tidak bisa didapatkan dari sistem
teknologi dan ilmu medis-kedokteran telah pencatatan pelaporan rutin, tetapi melalui
dapat menekan angka kematian yang estimasi berdasarkan data primer hasil
disebabkan oleh penyakit menular. survei atau sensus yang diterbitkan oleh
Bersamaan itu tingkat pendidikan dan Badan Pusat Statistik (BPS). Angka
pengetahuan masyarakat turut mengubah Harapan Hidup saat lahir yang
pola hidup masyarakat yang menjadi anti merepresentasikan dimensi umur panjang
mortalitas akan berimplikasi pada dan hidup sehat terus meningkat dari tahun
peningkatan usia harapan hidup. ke tahun.
Angka Harapan Hidup (AHH)
merupakan salah satu indikator derajat Gambar 1
kesehatan yang digunakan sebagai salah Usia Harapan Hidup (UHH) Penduduk
satu dasar penghitungan Indeks Indonesia Tahun 2008 – 2015 dan
Pembangunan Manusia (IPM). Angka Proyeksi Tahun 2030-2035
Harapan Hidup memberikan gambaran
probabilitas umur maksimal yang dapat
dicapai seorang bayi baru lahir. Indikator
ini dipandang dapat menggambarkan taraf
hidup suatu bangsa, sehingga dijadikan
salah satu indikator untuk mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya
dan me-ningkatkan derajat kesehatan pada
khususnya.
Peningkatan Angka Harapan Hidup Sumber: BPS, 2015
menunjukkan adanya peningkatan
kehidupan dan kesejahteraan penduduk Dari gambar 1 di atas terbaca dengan
serta meningkatnya derajat kesehatan suatu jelas tren peningkatan usia harapan hidup
bangsa. Untuk dapat meningkatkan Umur (life expectancy at birth) penduduk
Harapan Hidup bukan saja diperlukan Indonesia. Dari tahun 2008 ketika Usia
program pembangunan ke-sehatan namun Harapan Hidup (UHH) penduduk ada pada
18
angka sekitar 69,0 tahun, akan tetapi
berturut-turut pada tahun-tahun berikutnya
angkanya tercatat terus menunjukan
penigkatan. Sampai pada tahun 2015
diperkirakan UHH penduduk Indonesia
sudah mencapai 70,8 tahun dan
diproyeksikan akan terus meningkat sampai
tahun 2035 di-perkirakan akan mencapai
72,2 tahun.
Tren peningkatan UHH penduduk
terjadi hampir pada setiap provinsi di
Indonesia, keadaan ini secara umum satu
Fenomena mengejutkan justru terjadi
sisi menggambarkan keberhasilan pem-
pada Kabupaten Kuningan, di mana UHH
bangunan di Indonesia khususnya pada
penduduk nya menunjukan angka yang
bidang medis-kesehatan, sosial, dan
lebih tinggi dari Kota atau Kabupaten di
ekonomi. Meskipun perlu penelaahan lebih
Wilayah Ciayumajakuning, Povinsi Jawa
lanjut dan lebih terperinci dibalik tren
Barat dan bahkan di atas angka UHH
peningkatan usia harapan hidup penduduk
penduduk Indonesia. Ini tentu mengundang
tersebut. Pertanyaan besar adalah apakah
minat bagi peneliti untuk menyelidiki lebih
mereka tetap sehat, tetap produktif, tetap
lanjut dan lebih terperinci, faktor apakah
dapat melekukan aktivitas dan tetap
yang men-jadikannya? Apakah faktor
terlingkupi dalam kondisi psiko-sosial yang
sosio-kultural juga turut berperan dalam
kondusif.
peningkatan usia harapan hidup penduduk?
Jawa Barat sebagai provinsi
Sudah menjadi pola yang baku, tren
penyangga Provinsi DKI Jakarta memiliki
peningkatan UHH penduduk merupakan
peran strategis sebagai etalase kemajuan
bukti kemajuan kualitas masyarakat
pembangunan Indonesia. Pada tabel 1 di
Indonesia secara umum. Akan tetapi jika
bawah ini digambarkan secara lebih terinci
ditilik berdasarkan jenis kelamin, ternyata
perkembangan UHH penduduk Jawa Barat
UHH kelompok penduduk perempuan lebih
yang juga dilihat berdasarkan jenis
panjang dibandingkan UHH penduduk laki-
kelamin, di Wilayah Ciayu-majakuning,
laki. Penduduk perempuan ternyata
Provinsi Jawa Barat dan Nasional pada
memiliki usia harapan hidup lebih panjang
tahun 2014 dan 2015. Angka usia harapan
dengan selisih usia sebesar 4 (empat) tahun
hidup penduduk Jawa Barat pada tahun
daripada penduduk laki-laki. Hal ini sudah
tersebut, baik laki-laki dan perempuan terus
menjadi pengetahuan umum perbedaan
menunjukkan kenaikan dan sudah di atas
tersebut merupakan dampak dari 1) faktor
angka UHH tingkat nasional.
biologis, yaitu perbedaan kromosom, 2)
perbedaan gaya hidup, yaitu meliputi
kebiasaan laki-laki yang cenderung
perokok dan konsumsi makanan tanpa diet,
19
serta 3) potensi risiko kecelakaan yang (60+) juga terus meningkat. Keadaan ini
diakibatkan oleh jenis pekerjaan dan lebih merupakan konsekuensi logis sebagai
besarnya proporsi laki-laki berada di ruang akibat langsung dari peningkatan usia
publik. harapan penduduk yang konsisten dalam
Peningkatan jumlah penduduk lansia jangka waktu beberapa tahun berjalan. Pada
yang terjadi hampir di seluruh provinsi di tahun 2010, diperkirakan penduduk lansia
Indonesia merupakan ke-berhasilan kita sudah pada angka 7,6 persen.
pembangunan dan program-program Berdasarkan fakta dan angka tersebut, hal
pemerintah seperti disebutkan di atas. ini menunjukan bahwa Indonesia pada
Terutama berkaitan dengan program tahun 2010 telah masuk dalam kategori
peningkatan akses terhadap pelayanan penduduk berstruktur tua karena berada
fasilitas kesehatan dasar bagi masyarakat pada angka di atas 7 persen (Mundiharno,
dengan adanya Puskemas yang didukung 1997). Prosentase lansia Indonesia akan
program KB, serta diperluas jangkauannya semakin meningkat pada tahun-tahun yang
dengan mengembangkan Posyandu yang akan datang dan hal ini merupakan
secara langsung bersentuhan dengan rumah tantangan tersendiri bagi banyak kalangan.
tangga sebagai unit terkecil dalam Terkhusus adalah keluarga, masyarakat dan
masyarakat. pemerintah karena mereka adalah pihak-
pihak yang berhadapan langsung dengan
Gambar 2 fenomena peningkatan prosentase lansia.
Persentase Penduduk Lansia di Jumlah penduduk lanjut usia Kota
Indonesia Cirebon pada tahun 2015 adalah sebesar
Tahun 2010 – 2035 23.513 jiwa dengan rincian sebagai; laki-
laki 10.669 jiwa dan perempuan 12.844
jiwa. Berturut-turut jumlah lansia Kota
Cirebon terus mengalami peningkatan;
2016 sebesar 23.803 jiwa dan 2017 menjadi
sebesar 24.083 jiwa. Data lansia di Kota
Cirebon juga sekaligus mem-buktikan
bahwa proporsi lansia perempuan lebih
besar dari pada lansia laki-laki (Tabel 2).

Sumber: BPS, 2015

Sebagaimana tren UHH penduduk


Indonesia yang terus me-nunjukkan
peningkatan, demikian pula ditampilkan
dalam gambar 2 di bawah ini, proporsi
penduduk lanjut usia (lansia) yaitu
penduduk yang berusia 60 tahun atau lebih
20
masyarakat, bangsa, dan negara. Lansia
tetap melakukan aktivitas adalah gambaran
lansia yang masih memiliki optimisme
dalam hidup. Karena dengan melalui
aktivitas tersebut meng-indikasikan mereka
tetap bahagia dan gembira. Kondisi
psikologis lansia yang bahagia dapat
mempengaruhi tingkat harapan hidup
mereka yang diisi dengan aktivitas yang
bermanfaat.
Setidaknya ada 5 (lima) tantangan
dengan munculnya fenomena peningkatan
Permasalahan berikutnya adalah
penduduk lansia, yaitu (WHO, 2001):
apakah mereka menjalani masa tua mereka
1. Proses penuaan penduduk yang relative
dalam keadaan sehat, bahagia dan tetap
cepat di negara-negara berkembang;
produktif? Karena banyak hasil penelitian
2. Kecacatan dan beban karena menderita
menunjukkan lansia kita baru sekadar
beberapa penyakit;
meningkat usia harapan hidupnya tetapi
3. Mengubah paradigma lama dan usang;
tingkat kesakitan (morbiditas) masih tinggi.
4. Feminisasi penduduk lansia; dan
Temuan penelitian juga melaporkan bahwa
5. Etika dan Ketidaksetaraan.
lansia perempuan cenderung lebih rentan
sakit dan dalam disabilitas menjalani masa
Sedangkan menurut Novak (1997: 17)
tuanya. Kondisi demikian akan
ada 3 (tiga) wilayah penelitian dalam
menghambat lansia tetap dapat beraktivitas
gerontologi menghadapi peningkatan
produktif dan aktivitas yang memberi
jumlah penduduk lansia yang semakin
manfaat bagi masyarakat atau lansia itu
tinggi yang menjadi perhatian para
sendiri. Bahkan mungkin juga terjadi
akademisi, yaitu: 1) biomedecine, 2)
keadaan yang sebaliknya, karena lansia kita
psychosocial, dan 3) socioeconomic-
malas beraktivitas akhirnya menjadi sakit-
environmental. Pada wilayah penelitian
sakitan dan pada gilirannya menjadi tidak
psychosocial dan socioeconomic-environ-
produktif. Ahli fisiologi menuturkan bahwa
mental memiliki fokus pada fenomena
lansia rentan terkena penyakit hipokinetik
peningkatan penduduk lansia dan
(hypokinetic disease) yaitu penyakit yang
dampaknya pada struktur sosial, seperti: a)
diakibatkan karena kurang bergerak,
perubahan yang terjadi pada diri lansia dan
beraktivitas dan berolahraga (Novak, 1997:
keterkaitannya dengan lingkungan yang ada
241).
di sekitarnya, b) kebutuhan akan perawatan
Karena itu, sejak akhir tahun 1990
kesehatan, juga, serta c) dampaknya
WHO menetapkan program Lansia yang
terhadap kebijakan dukungan ekonomi
sehat dan produktif. Karena lansia yang
terhadap lansia, sistem pe-rawatan
sehat dan produktif artinya mereka masih
kesehatan dan dukungan sosial formal.
memiliki arti bagi dirinya sendiri, keluarga,
21
Fenomena Penduduk lansia dengan cepat, sedang angka kelahiran turun dengan
berbagai problemanya, menarik untuk lam ban. Akibatnya terjadi kesenjangan
dilakukan penelitian yang berkenaan antara angka kelahiran dan kematian yang
dengan kondisi psikososial, sosio-ekonomi besar dan terjadilah ledakan penduduk.
serta lingkungan dengan segala aspek yang
berkaitan dengan individu lansia itu sendiri, Tahap ketiga:
keluarga, masyarakat dan seluruh bagian Pada tahap ketiga transisi demografi
yang ada di panti. ditandai dengan angka kematian yang
rendah di bawah 15 per seribu setahun
Teori Transisi Demografi dengan angka kelahiran yang rendah pula
Transisi demografi adalah proses di di bawah 20 dan berfluktuasi dengan angka
mana suatu negara bergerak dari kelahiran kelahiran yang rendah dan angka kematian
tinggi dan tingkat kematian tinggi terus yagn rendah pertumbuhan penduduk juga
berangsur-angsur menuju ke tingkat rendah. Pada dasarnya transisi demografi
kelahiran rendah dan tingkat kematian erat hubungannya dengan perkembangan
rendah dengan pertumbuhan populasi terus ekonomi. Tahap pertama transisi terjadi
bergerak. Transisi demografi pada dasarnya dalam masyarakat agraris tradisional.
dapat dibagi dalam tiga tahap Angka kelahiran tinggi secara alami
(Tjiptoherijanto, 1990): tercermin dalam Total Fertility Rate di atas
10, sebagaimana dialami dalam masyarakat
Tahap pertama: yang masih terbelakang pada masa ini.
Angka kelahiran tinggi dan berada antara Angka tersebut stabil pada tingkat yang
40-50 per seribu setahun dan relatif stabil. tinggi. Sebaliknya angka kematian
Bersamaan dengan itu angka kematian juga berfluktualisi sesuai dengan kondisi
tinggi dan berfluktuasi antara 30-50 per ekonomi. Jika pertanian berhasil baik,
seribu setahun. Angka kematian yang tinggi makanan cukup angka kematian rendah
ini disebabkan baik oleh bencana alam dengan catatan tidak ada bencana lain.
maupun akibat perbuatan manusia. Sebaliknya kegagalan panen dapat
Bencana alam dapat berupa bahaya berakibat fatal, di mana penduduk dalam
kelaparan akibat kegagalan panen atau waktu singkat menjadi separohnya.
datangnya wabah dan bencana buatan
manusia berupa peperangan atau kekacauan Tahap keempat:
lain. Akibat angka kelahiran dan kematian Pada tahap keempat adalah ketika tingkat
yang tinggi, pertumbuhan penduduk yang kelahiran dan tingkat kematian yang
merupakan selisih kedua-nya juga rendah. rendah. Sejak tahun 1960, transisi
demografis di beberapa negara berkembang
Tahap kedua: telah terjadi jauh lebih cepat daripada di
Tahap kedua transisi demografi adalah negara-negara maju. Transisi demografi
tahap pertumbuhan penduduk yang cepat, terjadi dalam rentang 10 tahun. Keadaan
karena angka kematian turun dengan relatif terjadi karena penemuan dalam bidang

22
medis kesehatan yang diadopsi oleh didasarkan pada kerjasama, saling
negara-negara berkembang, tingkat ke- ketergantungan, berbagi hal yang bernilai
sejahteraan dan pendidikan penduduk yang dan bermanfaat, penyesuaian oleh individu
semakin membaik. terhadap masyarakat untuk menuju
Bersamaan dengan proses transisi keseimbangan sosial (equili-brium).
demografi adalah peningkatan usia harapan Terdapat 3 (tiga) teori utama dalam
hidup penduduk waktu lahir (life pandangan fungsionalis yang diberkaitan
expectancy at birth). Keadaan tersebut dengan fenomena struktur peduduk yang
merupakan output dari semakin menua (Novak, 1997: 21):
membaiknya kondisi kesehatan, a. Teori pelepasan (disengagement
kesejahteraan, pendidikan penduduk, theory), yaitu suatu proses yang tidak
sebagaimana telah dijelaskan pada bagian bisa dihindarkan oleh individu dan
terdahulu. Data pada tabel 1 di bawah ini, akan bahagia jika ketika me-masuki
tergambar jelas tren AHH penduduk yang masa lansia, ia melepaskan semua
cenderung terus meningkat di 6 (enam) tugas dan kegiatan sosialnya.
provinsi di Pulau Jawa dan pada tingkat b. Teori aktivitas (activity theory),
nasional. Bahkan angka UHH penduduk berbanding terbalik dengan teori
Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi DI pelepasan. Teori aktivitas menetapkan
Yogyakarta terpaut relatif beberapa digit di bahwa individu akan bahagia jika
atas angka nasional. Kondisi ini memasuki masa lansia tetap dapat
menunjukkan pembangunan yang relatif melakukan aktivitas.
semakin membaik, khususnya bidang c. Teori modernisasi (modernization
kesehatan dan sosial-ekonomi pada theory), mengungkapkan bahwa lansia
provinsi-provinsi di Pulau Jawa. harus melakukan adaptasi terhadap
Dampak langsung dari peningkatan perubahan-perubahan yang terjadi dari
UUH penduduk adalah meningkatan masyarakat dengan kultur tradisional
jumlah dan proporsi lanjut usia. Pada satu kepada masyarakat dengan kultur
sisi, peningkatan jumlah penduduk lansia modern.
menjadi indikator keberhasilan 2. Konsep Interaksi Ekologi (ageing-in-
pembangunan. Namun pada bagian lain, place)
ada 2 (dua) permasalahan yang muncul Terdapat 2 (dua) tujuan dari
dengan fenomena ageing population, yaitu: konsep ageing-in-place (Iecovich, 2014 :
1) apakah penduduk lansia tetap dapat aktif 23-24); Pertama, dari perspektif lansia dan
dan produktif dalam menjalani hari tua keluarga mereka, kebanyakan lansia, pada
mereka, 2) apakah pihak-pihak yang terkait hakikatnya lebih suka tinggal di rumah
telah mempersiapkan untuk mereka selama mungkin karena di tempat
menghadapinya. itulah mereka menjalani ke-hidupan, dan
1. Perspektif Fungsionalisme memungkinkan untuk mem-pertahankan
Para fungsionalis memandang bahwa identitas dan kenyamanan. Pindah tempat
keteraturan bisa terwujud dan terpelihara tinggal menjadikan lansia kehilangan relasi

23
sosial, perubahan dalam rutinitas sehari- Indonesia, arti panti adalah rumah atau
hari dan gaya hidup, juga meninggalkan tempat kediaman. Dan arti dari Panti
apa yang menjadi ke-biasaan lansia dalam Werdha adalah rumah tempat me-melihara
kehidupan mereka. Sebagai contoh, dan merawat orang jompo. Arti kata
ditemukan bahwa 26% menolak untuk jompo sendiri menurut Kamus Besar
tinggal di Panti Jompo karena akan Bahasa Indonesia adalah tua sekali dan
kehilangan kebebasan. Bahkan mungkin sudah lemah fisiknya; tua renta; udzur.
menjadikan mereka, merasa tertekan, Pengertian Panti Werdha menurut
depresi, kesepian, sulit beradaptasi, Departemen Sosial RI adalah suatu tempat
kecewa, dan tidak bahagia. untuk menampung lansia dan jompo
Kedua, dari perspektif pembuat terlantar dengan memberikan pelayanan
kebijakan, perawatan lansia di Panti jauh sehingga mereka merasa aman, tentram
lebih mahal daripada perawatan di rumah sengan tiada perasaan gelisah maupun
oleh keluarga di dalam masyarakat. khawatir dalam meng-hadapi usia tua.
Pengeluaran publik yang tinggi di Panti Secara umum Panti Werdha memiliki
Jompo menjadikan perhatian mendesak fungsi sebagai berikut.
pembuat kebijakan serta profesional untuk a. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut
menyediakan pelayanan alternatif untuk usia (dalam memenuhi kebutuhan pokok
lansia di komunitas mereka. Sehingga tidak lansia).
mengherankan, banyak komunitas lansia b. Menyediakan suatu wadah berupa
telah mendukung kebijakan dengan konsep kompleks bangunan dan mem-berikan
ageing-in-place, dan lansia tetap di rumah kesempatan pula bagi lansia melakukan
mereka, serta pelayanan lansia berbasis aktivitasativitas sosial-rekreasi.
masyarakat yang mulai ber-kembang. Bagi c. Bertujuan membuat lansia dapat
banyak kalangan kebijakan tersebut menjalani proses penuaannya dengan
memberikan opsi baru untuk mereka yang sehat dan mandiri.
membutuhkan bantuan agar tetap
independen di tempat mereka dan yang Analisis
tidak ingin pindah menjadi penghuni Panti PW Siti Khadijah adalah salah satu
Jompo dalam jangka waktu yang lama. contoh panti dengan model filantropi
Dengan demikian, pembuat kebijakan dan berbasis agama (faith based philanthropy)
publik sama-sama telah menjadi selaras yang dimiliki oleh Pengurus Daerah
dam sesuai dengan keinginan lansia dengan Aisyiyah Kota Cirebon. Pengelolaan panti
konsep age-in-place. masih relatif konvensional dengan ciri:
manajemen sederhana, belum adanya
TEMUAN DAN ANALISIS tenaga ahli yang dibutuhkan (minimal;
PENELITIAN paramedis dan pekerja sosial), memiliki
Majamen Panti Wreda tujuan memberikan pengetahuan agama
Definisi dan pengertian Panti dengan aktivitas keagamaan, seperti
Werdha Menurut Kamus Besar Bahasa

24
sholat, mengaji iqro/Al-qur’an dan kegiatan rutin harian (daily activities
pengajian. chores), menyapu lantai, mem-bersihkan
Menurut IFRC Panti Perawatan tempat tidur. Aktivitas sosial seperti
Lansia Berbasis Masyarakat (community bercengkerama dengan sesama penghuni
based home care), setidaknya memiliki 3 panti dan sesekali dengan tamu dengan
(tiga) jenis pelayanan: 1) termpat berbagai keperluan. Aktivitas agama
perawatan (home nursing), 2) sebagai hanya sholat, mengaji iqro/Al-Qur’an,
tempat yang membantu untuk memenuhi mendengarkan taklim.
kebutuhan dasar lansia (home help), dan d. Lansia yang tinggal di panti secara
3) yaitu penyediaan para relawan yang prinsip tidak sesuai dengan nilai budaya
membantu kebutuhan psikososial lansia dan local wisdom di negara kita.
(visiting services). Sehingga persepsi lansia menilai diri
Sumber keuangan panti berasal dari; sudah dibuang oleh keluarga dan
pengurus Aisyiyah, sumbangan kerabatnya.
masyarakat, dan bantuan dari Yayasan e. Kondisi psikososial lansia yang tinggal
Dharmais, serta 2 (dua) orang penghuni pada panti terbangun dari latar belakang
yang bayar (dengan jumlah tidak terlalu konstruksi sosial dan kultur yang telah
besar). dilalui dalam lingkungan kehidupan
mereka. Sebagian mereka sebelum
Gambaran Karakteristik Lansia akhirnya harus mau dan betah tinggal di
Sebagian besar lansia dengan status sosial, panti diawali dengan penilaian skeptis
ekonomi yang tidak mandiri atau sudah terhadap lingkungan. Sehingga peran
tidak mampu. Hanya 2 responden saja pendamping untuk memberikan
yang mampu memberikan bantuan masukan yang positif dan konstruktif.
pembayaran kepada pengelola panti.
a. Penghuni berjumlah 13 orang dengan, 5 Analisis:
(lima) penghuni (40%) berusia > 75 Idealnya, keberadaan pekerja sosial
tahun dan 8 (delapan) orang (60%) dan perawat sangat diperlukan karena
berusia 60-74. keadaan psiko-sosial lansia yang sebagian
b. Semua penghuni adalah perempuan besar perlu pendampingan untuk terus
karena merupakan persyaratan penghuni dapat menjalani kehidupan dengan optimis.
panti adalah perempuan, yang tidak Lansia tetap aktif dan produktif (tentu
memiliki (lagi) anak, tidak mengidap proporsional) sangatlah diperlukan agar
penyakit menular dan penyakit yang teringankan dari penyakit hypo-kinetic.
berbahaya. Dengan tetap beraktivitas juga mereka
c. Kondisi kesehatan yang tidak dapat melepaskan ketegangan dan
sepenuhnya prima menjadi hambatan kegundahan serta beban pikiran.
bagi para lansia melakukan banyak Penataan kembali sistem dan
aktivitas. Proporsi terbesar yang bisa konstruksi sosial keluarga merupakan
mereka lakukan adalah melakukan langkah pencegahan untuk menjadikan

25
kehidupan lansia tetap di keluarga di rumah pemenuhan sumberdaya manusia yang
mereka. Karena dalam filosofi Sunda professional.
pengabaian penghargaan anak-anak Semua penghuni adalah perempuan
terhadap orang tua, khususnya ibu, karena merupakan persyaratan penghuni
mengakibatkan kutukan hidup dan tercela panti adalah perempuan, yang tidak
dalam pandangan masyarakat. memiliki (lagi) anak, tidak mengidap
Sebagaimana disebutkan oleh Garna (1996) penyakit menular dan penyakit yang
seorang lansia dalam konsep budaya orang berbahaya. Kondisi kesehatan yang tidak
Sunda statusnya sangat tinggi, khususnya sepenuhnya prima menjadi hambatan bagi
ibu, sehingga jangan sampai keluar supata para lansia melakukan banyak aktivitas.
atau kata-kata serapah terhadap anak- Proporsi terbesar yang bisa mereka lakukan
anaknya atau mereka yang muda. Hal itu adalah melakukan kegiatan rutin harian
antara lain diungkapkan oleh norma (daily activities chores), menyapu lantai,
keluarga, yaitu: indung nu nyandung, bapa membersihkan tempat tidur. Aktivitas
nu ngayuga (ibu yang mengandung bapak sosial seperti bercengkerama dengan
yang memelihara); yang lebih lanjut sesama penghuni panti dan sesekali dengan
disertai pernyataan akan akibatnya: ulah tamu dengan berbagai keperluan. Aktivitas
sok goreng ka kolot, bisi hapa hui, bisi kati agama hanya sholat, mengaji iqro/Al-
deres (jangan berhati dengki kepada orang Qur’an, mendengarkan taklim. Lansia yang
tua, supaya tak kosong ubi dan terperosok). tinggal di panti secara prinsip tidak sesuai
dengan nilai budaya dan local wisdom di
KESIMPULAN negara kita. Sehingga persepsi lansia
Dewasa ini kesan yang masih menilai diri sudah dibuang oleh keluarga
berkembang di masyarakat mengidentikan dan kerabatnya. Kondisi psikososial lansia
Panti Wreda (panti jompo) adalah tempat yang tinggal pada panti terbangun dari latar
penitipan kelompok penduduk lanjut usia belakang konstruksi sosial dan kultur yang
(usia 60 tahun atau lebih) karena telah dilalui dalam lingkungan kehidupan
ketidakmampuan, sanak famili mereka. Sebagian mereka sebelum
mengurusnya baik karena alasan ekonomi, akhirnya harus mau dan betah tinggal di
sosial, psikososial atau karena alasan panti diawali dengan penilaian skeptis
lainnya. Panti Wreda (PW) Siti Khadijah terhadap lingkungan. Sehingga peran
yang berlokasi di Kota Cirebon salah satu pendamping untuk memberikan masukan
bentuk panti yang berasaskan Faith-Based yang positif dan konstruktif.
Philan-thropic (kedermawanan berbasis Berdasarkan gambaran di atas sudah
agama). Di bawah Pengurus Daerah (PD) selayaknya pemerintah serius menghadapi
Aisyiyah Kota Cirebon PW Siti Khadijah fenomena peningkatan jumlah penduduk
dikelola oleh para pengurus panti. lanjut usia dengan banyak implikasi yang
Manajemen (pengelolaan) yang diterapkan mengikutinya. Perawatan lansia yang
pada panti masih sangat sederhana, mulai selama ini menjadi tanggungjawab keluarga
dari: pengelolaan keuangan (fund raising), telah mengalami pergeseran seiring dengan

26
pola keluarga inti yang menjadi tren antar generasi, masyarakat tidak boleh
masyarakat di wilayah perkotaan. mengartikulasi lansia dengan beban dan
Sebetulnya Undang Undang tentang Lansia konservatif, alih-alih sebagai sumberdaya
sudah dibuat yaitu UU RI No. 13 Tahun insani yang dapat turut berkontribusi pada
1998 tentang Kesejahteraan Lansia. keluarga dan masyarakat.
Model panti filantropi berbasis agama
(faith-based philanthropy) merupakan DAFTAR PUSTAKA
gagasan brilian karena usaha ini
mengurangi ketergantungan penyelesaian BPS. 1999. Profil Penduduk Lanjut Usia
permasalahan sosial kepada pemerintah. 1997. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Pada galibnya dana yang ada di dalam
masyarakat bisa tak terbatas, jika dikelola ____. 1997. Laporan Sosial Indonesia
secara profesional. Ke depan model panti 1997. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
berbasis agama tetap harus dikelola dengan
baik dan profesional dengan tidak ____. 2015. Proyeksi Penduduk Indonesia
menghilangkan asas dan tujuan utama 2010-2035. Jakarta: Badan Pusat
organisasi keagamaan tersebut. Sehingga Statistik.
dapat dipastikan bahwa wacana lansia aktif
dan produktif serta mandiri dan berguna ____. 2018. Statistik Penduduk Lanjut Usia
akan dapat diwujudkan. 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Secara prinsip, lansia harus tetap ____. 2018-2017-2016. Kota Cirebon
memiliki nilai, harga diri dan tetep dalam Angka 2017-2016-2015
bermanfaat bagi masyarakat. Sebagai-mana
disebutkan dalam UU RI No. 13 Th 1998 Djohan, Eniarti. 1996. “Lansia di Jepang:
pasal 5 dan 6 ayat 1 bahwa lanjut usia Aspek Demografis dan Sosiologis”.
mempunyai hak dan kewajiban yang sama Buletin Pengkajian Masalah
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa Kependudukan, VII (1 & 2), pp. 63-81
dan bernegara. Masyarakat harus Jakarta: LIPI.
menempatkan penduduk lansia seperti
warga negara lainnya, tidak diskriminatif Garna, Judistira K. 1996. Sistem Budaya
dalam memperoleh hak dan memiliki Indonesia. Program Pascasarjana
kewajiban sebagai warga negara untuk Unpad Bandung.
turut memberikan kontribusi dalam
pembangunan. Sehingga aspek humanisme Herwijayanti, Mediana. 1997. Pusat
perlu dikedepankan. Kita harus melihat Pelayanan Usia Lanjut. Skripsi. Tidak
penduduk lansia dari berbagai aspek; latar dipublikasikan. Gadjah Mada
belakang, kemampuan, keteladanan dan Universitas, Yogyakarta.
kearifan serta bersama dengan mereka ada
keterbatasan sebagai manusia. Diharapkan Iecovich, Esther. 2014. Aging in place:
ke depan akan semakin menyempit gap From theory to practice.

27
Anthropological Notebooks 20 (1): Countries along the Asia-Pasific Rim”.
21–33. ISSN 1408-032X © Slovene Nupri Reprint Series No. 51/1994, pp.
Anthropological Society. 348-373.
https://pdfs.semanticscholar.org/f9fc/8
e6e859408543cb512a499d37a4267ed Rosidi, Ajip. 1984. “Ciri-ciri Manusia Dan
b348.pdf Kebudayaan Sunda”. Masyarakat
Sunda dan Kebudayaannya, Edi
IFRC. 2010. Community-based home care Suhardi Ekadjati, (ed), hal. 125-161.
for older people. Vivienne Seabright Jakarta: Girimukti Pasaka.
(Ed). Hungary.
Setiyaningsih. 1999. Panti Lansia di
https://www.ifrc.org/PageFiles/133694/com Surakarta. Skripsi. Tidak
munity-based-homecare-older-people- dipublikasikan. Universitas Gadjah
minimum-standards-en.pdf Mada, Yogyakarta.

Infodatin Kemenkes RI. 2016. Situasi Suryadi. 2017. Aktivitas Lansia (Kasus
Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Pada Suku Sunda Di Kelurahan
ISSN: 2442-7659 Sekeloa Kecamatan Coblong Kota
Bandung). Ponorogo: Wade Group.
Kantor Menteri Negara
Kependudukan/BKKBN. 1998. Data Tjiptoherijanto, Prijono. 1990. Transisi
dan Informasi Penduduk Lansia Demografi dan Pembangunan Di
Indonesia. Indonesia. Disampaikan dalam Forum
Novak, Mark. 1997. Aging & Society; A Geografi Nomor 06.
Canadian Perspective. Ontario: ITP http://journals.ums.ac.id/index.php/fg/
Nelson. article/download/4856/3245

Ogawa, Naohiro. 1989. “Population WHO. 2001. Health and Ageing : A


Change and Welfare of the Aged”. Discussion Paper.
Nupri Reprint Series No. 32/1989, pp. WHO/NMH/HPS/01.1. Geneva.
105-132.
Wirakartakusumah, M.D. 1998.
Ogawa, Naohiro, et al. 1994. “Health Status “Household Structure and the Elderly
of the Elderly and Their Labour Force in Indonesia”. Asian Population
Participation in the Developing Studies Series No. 152.

28

Anda mungkin juga menyukai