Anda di halaman 1dari 18

PERTUMBUHAN EKONOMI II : TEKNOLOGI, BUKTI EMPIRIS dan

KEBIJAKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Makro Lanjutan

Dosen Pengampuh :

Prof. Dr. I Komang Gde Bendesa, M.A.D.E

Disusun Oleh :

Ni Putu Urmila Pujadevi 1506105067


Trisna Dwi Septi 1506105068
Muadz Abdul Aziz 1506105080
Putri Indah Trisnawati 1506105130
FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Prof. Dr. I K. G. Bendesa, M.A.D.E
atas bimbingannya selaku dosen mata kuliah Makro Lanjutan. Juga kepada rekan rekan
mahasiswa yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah kami kedepannya. Semoga ini bermanfaat bagi para pembaca,
terutama kami sebagai mahasiswa Universitas Udayana.

Bukit Jimbaran, Maret 2017

Kelompok 6
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................
1.3. Tujuan Manfaat....................................................................................................
BAB II Pembahasan
2.1 Kemajuan teknologi model Solow......................................................................
2.2 Teori pertumbuhan sampai data empiris.............................................................
2.3 Kebijakan untuk mendorong pertumbuhan.........................................................
2.4 Teori pertumbuhan endogen...............................................................................
BAB III Penutup
3.1 Simpulan..............................................................................................................

Daftar Pustaka.................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan varsi dari model Solow sebagai titik awal, analisis lanjutan dari bab
sebelumnya dimana menyangkut tentang kekuatan-kekuatan yang mengarahkan
pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Dimana hal yang pertama adalah dengan membuat model Solow lebih umum dan
realistis. Dimana siap menambahkan sumber pertumbuhan ketiga, yakni perubahan
teknologi kedalam bauran. Model Solow tidak menjelaskan kemajuan teknologi
namun memasukkannya sebagai variabel eksogen tertentu dan menunjukkan
bagaimana variabel tersebut berinteraksi dengan variabel lainnya pada proses
pertumbuhan.
Selanjutnya adalah berpindah dari teori ke fakta empiris yaitu,
mempertimbangkan apakah model Solow sesuai dengan fakta. Dan mengkaji
bagaimana kebijakan publik suatu negara bisa mempengaruhi tingkat dan
pertumbuhan standar kehidupannya.
Dan yang terakhir adalah mempertimbangkan hasil dari model Solow apakah telah
membuatnya menjadi terlalu sederhana. Dibagian terakhir, menelaah satu set teori
pertumbuhan endogen, yang berusaha menjelaskan kemajuan teknologi yang pada
model Solow dianggap sebagai eksogen.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana kemajuan teknologi dalam model Solow
1.2.2 Bagaimana teori sampai data empiris
1.2.3 Bagaimana kebijakan untuk mendorong pertumbuhan
1.2.4 Bagaimana teori pertumbuhan endogen
1.3 Manfaat
1.3.1 Mengetahui tentang kemajuan teknologi dalam model Solow
1.3.2 Mengetahui bagaimana teori samapai data empiris dan kebijakan untuk
mendorong pertumbuhan
1.3.3 Mengetahui bagaimana teori pertumbuhan endogen dijelaskan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kemajuan Teknologi dalam Model Solow

Sejauh ini model Solow mengasumsikan hubungan yang tidak berubah antara
input modal dan tenaga kerja serta output barang dan jasa. Tetapi model ini dapat
dimodifikasi untuk mencakup kemajuan teknologi yang merupakan variabel eksogen,
yang meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi sepanjang waktu.

2.1.1 Efisiensi Tenaga Kerja

Untuk memasukkan kemajuan teknologi, maka harus kembali ke fungsi produksi


yang mengkaitkan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y. Jadi
fungsi produksi itu dapat ditulis:
                 Y = F(K,L)
Kini dapat ditulis fungsi produksi sebagai
                 Y = F(K,L x E)
E disini adalah variable baru (dan abstrak) yang disebut efisiensi tenaga kerja. Efisiensi
tenaga kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang metode-metode produksi,
ketika teknologi mengalami kemajuan, efisiensi tenaga kerja meningkat.
Asumsi yang paling sederhana tentang kemajuan teknologi adalah bahwa
kemajuan teknologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat konstan g.
Bentuk kemajuan teknologi disebut pengoptimalan tenaga kerja, dan g disebut tingkat
kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja (labor-augmenting technological
progress). Karena angkatan kerja L tumbuh pada tingkat n, dan efisiensi dari setiap unit
tenaga kerja E tumbuh pada tingkat g, maka jumlah pekerja efektif L x E tumbuh pada
tingkat n + g .

2.1.2 Kondisi Mapan dengan Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi yang dimodelkan di sini menambah efisiensi tenaga kerja,


maka hal ini memiliki pengaruh yang sama terhadap populasi. Pada pertumbuhan
ekonomi II menganalisis perekonomian dalam kaidah jumlah per pekerja efektif dan
membiarkan jumlah pekerja efektif meningkat.
Untuk melakukan hal tersebut, maka perlu mempertimbangkan kembali notasi,
yaitu
k = K/ (L x E)
Menunjukkan modal per pekerja efektif, dan y = Y/ (L x E) menunjukkan output
per pekerja efektif. Dengan demikian dapat ditulis y = f(k).
Analisis tentang perekonomian membuahkan hasil ketika mengkaji pertumbuhan
populasi. Persamaan yang menunjukkan evolusi k sepanjang waktu berubah menjadi:
∆k = sf (k) – (∂ + n + g )k.
Persediaan modal ∆k sama dengan investasi sf (k) dikurangi investasi pulang-pokok (∂ +
n + g)k. Namun demikian, karena k = K/ (E x L), maka investasi pulang-pokok menjadi
tiga kaidah untuk menjaga k tetap konstan, yaitu:
 ∂k dibutuhkan untuk mengganti modal yang terdepresiasi
 nk dibutuhkan untuk memberi modal bagi para pekerja baru
 gk dibutuhkan untuk memberi modal bagi para pekerja efektif baru yang
diciptakan oleh kemajuan teknologi.

2.1.3 Dampak Kemajuan Teknologi

Dengan adanya kemajuan teknologi, model Sollow akhirnya menjelaskan


kenaikan yang berkelanjutan dalam standar kehidupan yang di amati, yaitu menunjukkan
bahwa kemajuan teknologi bisa mengarah ke pertumbuhan yang berkelanjutan dalam
output per pekerja. Sebaliknya, tingkat tabungan yang tinggi mengarah ke tingkat
pertumbuhan yang tinggi hanya jika kondisi mapan dicapai. Sekali perekonomian berada
pada kondisi mapan, tingkat pertumbuhan output per pekerja hanya bergantung pada
tingkat kemajuan teknologi. Mengacu pada model Sollow, hanya kemajuan teknologi
yang bisa menjelaskan peningkatan standar kehidupan yang berkelanjutan.
Kemajuan teknologi juga memodifikasi kriteria untuk Kaidan Emas. Tingkat
modal Kaidah Emas didefinisikan sebagai kondisi mapan yang memaksimalkan konsumsi
per pekerja efektif. Dengan mengikuti argument yang sama, dapat menunjukkan bahwa
konsumsi per pekerja efektif pada kondisi mapan adalah :
                             c* = f(k*) – (∂ + n + g)k*
Konsumsi pada kondisi mapan dimaksimalkan jika
                             MPK = ∂ + n + g
Atau
                             MPK - ∂ = n + g
Yaitu, pada tingkat modal Kaidah Emas, produk marginal modal neto, MPK - ∂ ,
sama dengan tingkat pertumbuhan output total, n + g . Karena perekonomian aktual
mengalami pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi, maka harus menggunakan
kriteria ini untuk mengevaluasi apakah hal itu memiliki modal yang lebih besar atau lebih
kecil dari kondisi mapan Kaidah Emas.

2.2 Teori Pertumbuhan sampai Data Empiris Pertumbuhan


2.2.1 Pertumbuhan yang Seimbang
Menurut model Solow, kemajuan teknologi menyebabkan nilai berbagai variabel
meningkat secara bersamaan pada kondisi mapan. Hal ini disebut “pertumbuhan yang
seimbang” (balance growth).

Prediksi model Solow tentang harga faktor dan ketepatan prediksi patut
diperhatikan ketika dibandingkan dengan teori perkembangan perekonomian kapitalis
Karl Max. Marx memprediksi bahwa pengambilan modal akan menurun sepanjang
waktu dan dalam hal ini akan mengarah pada krisis politik serta ekonomi. Sejarah
perekonomian belum mendukung prediksi Marx, yang sebagian menjelaskan mengapa
saat ini kita mempelajari teori pertumbuhan Solow dan bukan teori Marx.

2.2.2 Convergence
Banyak penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah ekonomi saling
mendukung satu sama lain sepanjang waktu. Secara khusus, apakah perekonomian yang
dimulai dari bawah atau miskin lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan perekonomian
yang kaya? Jika iya, maka perekonomian dunia yang miskin akan dapat mengejar
perekonomian dunia yang sudah maju. Cara mengejar ini disebut convergence. Jika tidak
ada convergence, maka negara-negara yang memulai dengan miskin akan tetap
selamanya miskin.
Model Solow meramalkan kapan convergence terjadi. Kapan pertemuan
(convergence) perekonomian terjadi, bergantung pada perbedaan saat mereka memulai.
Jika dua perekonomian dengan kondisi mapan yang sama seperti yang ditingkat oleh
tingkat tabungan, pertumbuhan populasi, dan efisiensi tenaga kerja, karena kesalahan
sejarah mulai dengan persediaan modal yang berbeda. Perekonomian akan berkonvergen
dengan kondisi mapannya sendiri-sendiri, yang akhirnya akan ditentukan oleh tabungan,
pertumbuhan populasi dan pendidikan.

2.2.3 Akumulasi Faktor Versus Efisiensi Produksi


Dilihat dari sisi akuntansi, perbedaan internasional dalam pendapatan per kapita
dapat dibagi menjadi: (1) perbedaan faktor produksi, seperti kuantitas modal fisik dan
modal manusia, atau (2) perbedaan efisiensi dalam penggunaan faktor produksi. Yaitu,
sesorang pekerja di negara miskin mungkin miskin karena ia kekurangan alat dan
keahlian atau karena peralatan dan keahliannya tidak digunakan dengan optimal.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk memperkirakan kepentingan relatif dari
dua sumber perbedaan pendapatan. Dimana terdapat variasi hasil yang diperoleh, namun
baik faktor akumulasi maupun efisiensi produk tampak penting. Lebih jauh, suatu
penemuan manyatakan bahwa kedua hal itu berkorelasi secara positif : negara-negara
yang mempunyai tingkat modal fisik dan sumberdaya manusia yang besar cenderung
menggunakan faktor produksinya secara efisien.
Ada beberapa cara untuk menginterpretasikan korelasi positif ini. Salah satu
hipotesisnya adalah bahwa perekonomian yang efisien dapat mendorong akumulasi
modal. Sebagai contoh, seseorang dalam perekonomian yang berfungsi dengan baik
mungkin mempunyai sumber daya dan insentif untuk tetap bersekolah serta
mengakumulasi modal manusia yang lebih besar. Hipotesis lainnya adalah bahwa
akumulasi modal dapat mendorong efisiensi yang lebih baik. Jika ada eksternalitas
positif terhadap modal fisik dan modal manusia, maka negara yang menabung dan
menginvestasikan lebih banyak tampaknya akan mempunyai fungsi produksi yang lebih
baik (kecuali jika penelitian tersebut memperhitungkan eksternalitasnya, suatu hal yang
sulit dilakukan). Jadi efisiensi produk yang lebih besar dapat menyebabkan akumulasi
faktor yang lebih besar, atau sebaliknya.
Hipotesis terakhir adalah bahwa faktor akumulasi dan efisiensi produksi
digerakkan oleh variabel ketiga. Variabel ini dapat berupa kualitas institusi negara,
termasuk proses pembuatan kebijakan pemerintah. Seperti yang dikatakan oleh seorang
ekonom, jika pemerintah membuat kesalahan, maka mereka membuat kesalahan yang
besar. Kebijakan yang jelak, seperti inflasi yang tinggi, defisit anggaran yang berlebihan,
campur tangan pasar yang terlalu besar, dan korupsi yang merajalela sering berjalan
beriringan.
2.3 Kebijakan Untuk Mendorong Pertumbuhan
2.3.1 Mengevaluasi Tingkat Tabungan
Menurut model solow, seberapa banyak negara menabung dan berinvestasi adalah
determinan penting dari standar kehidupan penduduknya. Sebagaimana kita telah
ketahui, tingkat tabungan menentukan tingkat modal dan output pada kondisi mapan
(steady state). Satu tingkat tabungan tertentu menghasilkan kondisi mapan kaidah emas,
yang akan memaksimalkan konsumsi per pekerja sekaligus kesejahteraan ekonomi.
Kaidah emas memberikan tolak ukur yang bisa kita bandingkan dengan perekonomian
suatu negara.
Untuk memutuskan apakah perekonomian suatu negara berada pada, diatas, atau
dibawah Kaidah Emas, maka perlu membandingkan produk marjinal modal setelah
depresi (MPK-δ) dengan tingkat pertumbuhan output total (n+g). Kita tahu bahwa pada
kondisi mapan Kaidah Emas, MPK-δ= n + g. Jika perekponomian beroperasi dengan
modal yang lebih kecil dari Kaidah Emas, maka produk marjinal yang kian menurun
menyatakan bahwa MPK-δ > n + g. Dalam hal ini, kenaikan tingkat tabungan secara
bertahap akan meningkatkan akumulasi modal yang mengarah ke kondisi mapan dengan
konsumsi yang lebih tinggi (meskipun konsumsi akan lebih rendah untuk sebagian
transisi menuju kondisi mapan yang baru). Disisi lain jika perekonomian beroperasi
dengan terlalu banyak modal, maka MPK-δ < n + g. Pada kondisi ini, akumulasi modal
akan berlebih: menurunkan tingkat tabungan akan meningkatkan konsumsi untuk saat ini
dan yang akan datang.

2.3.2 Mengubah Tingkat Tabungan


Cara yang paling tepat yang bisa dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi
tabungan nasional adalah melalui masyarakat---perbedaan antaa jumlah penerimaan
pajak pemerintah dan pengeluarannya. Bila pengeluaran pemerintah melebihi
penerimaannya, maka pemerintah dikatakan mengalami defisit anggaran, yang
menunjukkan tabungan masyarakat negatif (defisit anggaran meningkatkan tingkat bunga
dan menyusutkan (crowding out) investasi; penurunan persediaan modal yang
diakibatkannya adalah bagian dari beban urang nasional pada generasi mendatang).
Sebaliknya, jika pengeluaran pemerintah lebih kecil dari penerimaannya, dikatakan telah
terjadi surplus anggaran. Pemerintah bisa membayar sebagian utang nasional dan
mendorong investasi.
Pemerintah juga mempengaruhi tabungan nasional dengan mempengaruhi
tabungan swasta—tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan.
Sebaliknya, berapa banyak orang yang menabung bergantung pada insentif yang mereka
terima, dan insentif ini dibedakan oleh berbagai kebijakan publik. Banyak ekonom
berpendapat bahwa tarif pajak atas modal yang tinggi—termasuk pajak pendapatan
perusahaan—menghambat tabungan swasta dengan mengurangi tingkat pengembalian
yang diterima oleh penabung. Beberapa ekonom mengusulkan peningkatan insentif
untuk menabung dengan mengganti sistem pajak pendapatam saat ini dengan pajak
komsumsi.

2.3.3 Mengalokasikan Investasi Perekonomian


Model Solow menyederhanakan asumsi bahwa hanya ada satu jenis modal. Di
dunia, tentu saja ada banyak jenis modal. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan
investasi dalam jenis-jenis modal tradisonal, seperti pabrik buldoser dan baja, serta jenis-
jenis modal baru, seperti computer dan robot. Pemerintah melakukan investasi dalam
berbagai bentuk modal masyarakat yang disebut infastruktur, seperti jalan raya, jembatan
dan system pembuangan air.
Para pembuat kebijakan yang berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi harus
menghadapi isu tentang jenis-jenis modal apa yang paling dibutuhkan perekonomian.
Dengan kata lain, jenis-jenis modal apakah yang menghasilkan produk marjinal teringgi?
Untuk itu, para pembuat kebijakan bisa mengandalkan pasar untuk mengalokasikan
tabungan ke jenis-jenis investasi alternatif. Industri-industri dengan produk marjinal
modal tertinggi secara alami akan bersedia meminjam pada tingkat bunga pasar untuk
mendanai investasi baru. Banyak ekonom menyarankan bahwa pemerintah semata-mata
hanya menciptakan “tingkat yang menghasilkan” untuk berbagai jenis modal misalnya,
dengan menyakinkan bahwa sistem pajak memperlakukan seluruh jenis modal secara
adil. Pemerintah kemudian bisa mengandalkan pasar untuk mengalokasikan modal secara
efisien.
Para ekonom lain menyarankan agar pemerintah secara aktif mendorong bentuk-
bentuk modal tertentu. Anggaplah, misalnya, pengembangan teknologi terjadi sebagai
produk-sampingan dari aktivitas ekonomi tertentu. Ini akan terjadi jika proses produksi
baru dan perbaikannya dijalankan selama proses pengumpulan modal (fenomena yang
disebut belajar melalui tindakan) dan jika gagasan ini menjadi bagian dari telaga
pengetahuan masyarakat. Produk-sampingan itu disebut eksternalitas teknologi (atau
imbasan ilmu pengetahuan). Dengan adanya eksternalitas itu, pengembalian modal sosial
melebihi pengembalian perseorangan, dan manfaat dari peningkatan akumulasi modal
bagi masyarakat lebih besar ketimbang yang dinyatakan model Solow. Selain itu
beberapa jenis akumulasi modal bisa menghasilkan eksternalitas yang lebih besar
ketimbang akumulasi modal lainnya.
Sebagian besar ekonom bersikap skeptik terhadap kebijakan indusri, karena dua
alasan. Pertama, mengukur ekternalitas dari sektor-sektor yang berbeda begitu sulit
seperti mengantang asap. Jika kebijakan didasarkan pada pengukuran yang buruk, maka
pengaruhnya akan mendekati acak, dan dengan demikian, lebih buruk ketimbang tidak
ada kebijakan sama sekali. Kedua, proses politis adalah jauh dari sempurna. Sekali
pemerintah terlibat dalam bisnis yang memfasilitasi industri-industri tertentu dengan
subsidi dan penghapusan pajak, hal itu cenderung didasarkan pada kepentingan politis
sebagai besaran eksternalitas.

2.3.4 Membangun Institusi yang Tepat


Kata “institusi” sering diterjemahkan dengan “organisasi”, namun demikian institusi
memiliki definisi yang berbeda dalam New Institutional Economics (NIE). Pada literatur
NIE, institusi definisikan sebagai, aturan formal dan informal beserta mekanisme
penegakannya yang membentuk perilaku individu dan organisasi dalam masyarakat
(North, 1990 dan Williamson, 1985). Berbeda dengan definisi organisasi, dimana
definisi organisasi adalah, sebuah kesatuan yang terdiri dari sekelompok orang yang
bertindak secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (Burky dan
Perry, 1998).

Institusi penting untuk membangun pertumbuhan ekonomi jangka panjang karena


institusi membentuk suatu struktur insentif (aturan) untuk menjalankan perekonomian dan
bagi pelaku-pelakunya. Institusi yang baik akan mendorongnya transaksi dilakukan
dengan efektif dan efisien sehingga mampu mengurangi biaya transaksi (transaction cost)
dengan memperbaiki akses dan kualitas informasi dan mendorong tegaknya aturan.

Beberapa ekonom yang mempeljari perbedaan standar kehidupan pada negara-


negara di dunia mengaitkan perbedaan ini pada input modal manusia dan modal fisik,
sementara ekonom lainnya mengaitkannya pada produktivitas di mana input-input
tersebut digunakan. Salah satu alasan mengapa setiap negara memiliki tingkat efisiensi
produksi yang berbeda-beda ini dikarenakan mereka memiliki institusi yang berbeda
dalam memberikan petunjuk tentang pengalokasiansumber daya langka yang tersedia di
negara tersebut. Nah maka dari itu menciptakan atau membentuk institusi yang tepat
sangatlah penting agar kita dapat memastikan bahwa sumber daya yang tersedia telah
dialokasikan sebaik-baiknya.

Tradisi hukum suatu negara adalah sebuah contoh dari institusi tersebut.
Beberapa negara seperti A.S, Australia, India dan Singapura, merupakan daerah bekas
koloni Inggris dan karenanya memiliki sistem hukum dengan gaya-Inggris. Negara-
negara lainnya seperti Italia, Spanyol dan banyak negara di Amerika Latin memiliki
tradisi hukum yang berasal dari Kode Napoleonik Prancis. Penelitian menemukan bahwa
perlindungan hukum bagi pemegang saham dan kreditor lebih kuat dengan gaya-Inggris
daripada sistem gaya-Prancis. Hasilnya, negara-negara dengan hukum gaya-Inggris
memiliki pasar modal yang lebih berkembang. Selanjutnya, negara dengan pasar modal
yang berkembang mengalami pertumbuhan yang lebih cepat, karena lebih mudah
perusahaan kecil atau pun perusahaan baru untuk membiayai proyek investasi, sehingga
terjadi alokasi yang lebih efisien pada modal negara tersebut.
Perbedaan institusi penting lainnya terjadi antarnegara adalah kualitas dari
pemerintahan negara itu sendiri. Suatu pemerintah yang ideal harus berperilaku sebagai
“tangan yang menolong” (helping hand) pada sistem pasar, perlindungan hak milik,
pelaksanaan perjanjian yang telah disetujui, promosi kompetisi, penindakan pelaku
kejahatan dan lain sebagainya. Namun terkadang, pemerintah menyimpang dari bentuk
ideal ini dan berperilaku lebih sebagai “tangan yang menyerobot” dengan menggunakkan
wewenang yang dimiliki negara untuk memperkaya sekelompok kecil individu
sementara masyarakat luas menderita. Studi empiris membuktikan bahwa tingkat korupsi
yang cukup tinggi di suatu negara merupakan faktor penentu yang cukup penting bagi
pertumbuhan ekonomi.

2.3.5 Mendorong Kemajuan Teknologi


Di samping pemahaman yang terbatas ini, banyak kebijakan publik dirancang
untuk mendorong kemajuan teknologi. Sebagian besar dari kebijakan ini mendorong
sektor swasta untuk menyalurkan sumber daya ke inovasi teknologi. Sebagai contoh,
sistem paten memberikan monopoli sementara kepada investor produk-produk baru;
prinsip perpajakan menawarkan menghapus pajak untuk perusahaan-perusahaan yang
terlibat dalam penelitian dan pengembangan; serta kantor-kantor pemerintah seperti
National Science Foundation secara langsung mensubsidi penelitian dasar di universitas.
Selain itu, sebagaimana yang telah dibahas, kebijakan industri juga menyarankan bahwa
pemerintah seharusnya mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan
industry-industri tertentu yang merupakan kunci bagi kemajuan teknologi yang pesat.

2.4 Di Luar Model Solow : Teori Pertumbuhan Endogan


Tujuan adanya teori pertumbuhan ekonomi adalah menjelaskan bagaimana
peningkatan standar hidup di suatu negara bisa berjalan sangat cepat. Dalam Model
Solow ditunjukkan bahwa peningkatan ekonomi yang sangat pesat adalah karena faktor
teknologi. Solow mengasumsikan bahwa perubahan teknologi terjadi karena pengaruh
dari luar (eksogen). Lalu lahirlah teori Pertumbuhan Endogen yang menolak asumsi
dasar Solow tentang perubahan teknologi eksogen (yang berasaldari luar).

2.4.1 Model Dasar


Untuk menggambarkan gagasan di belakang teori pertumbuhan endogen, di mulai
dengan fungsi produksi sederhana :

Y = AK

Y adalah output, K adalah persediaan modal, dan A adalah konstanta yang mengukur
jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal. Fungsi produksi ini tidak
menunjukkan muatan dari pengembalian modal yang kian menurun. Satu unit modal
tambahan memproduksi unit output tambahan sebesar A, tanpa memperhitungkan berapa
banyak modal yang ada. Ketiadaan pengembalian modal yang kian menurun ini
merupakan perbedaan penting antara model pertumbuhan endogen dan model Solow.

Fungsi produksi ini berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, diasumsikan


sebagian pendapatan ditabung dan diinvestasikan. Persamaan akumulasi modal :

∆K = sY - K
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan persediaan modal (∆K) sama dengan
investasi (sY) dikurangi depresiasi (K). Menggabungkan persamaan ini dengan fungsi
produksi Y = AK, didapatkan :

∆Y/Y = ∆K/K = sA - 

Persamaan ini menunjukkan apa yang menetukan tingkat pertumbuhan output


∆Y/Y, selama sA > , pendapatan perekonomian tumbuh selamanya, meskipun tanpa
asumsi kemajuan teknologi eksogen.

Jadi, perubahan sederhana dalam fungsi produksi bisa mengubah secara dramatis
prediksi tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam model Solow, tabungan akan mendorong
pertumbuhan untuk sementara, tetapi pengembalian modal yang kian menurun pada
akhirnya akan mendorong perekonomian mencapai kondisi mapan di mana pertumbuhan
hanya bergantung pada kemajuan teknologi eksogen. Sebaliknya, dalam model
pertumbuhan endogen, tabungan dan investasi bisa mendorong pertumbuhan yang
berkesinambungan.

Penganut pertumbuhan endogen berpendapat bahwa asumsi pengembalian modal


konstan (bukan yang kian menurun) lebih bermanfaat jika K diasumsikan secara lebih
luas. Untuk model pertumbuhan endogen dalam produksi perekonomian baik produksi
barang dan jasa maupun produksi ilmu pengetahuan. Namun demikian, dibandingkan
dengan bentuk modal lain, kurang wajar untuk mengasumsikan bahwa ilmu pengetahuan
memiliki muatan pengembalian yang kian menurun. Bahkan inovasi ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terus meningkat selama beberapa abad terakhir membuat sebagian
ekonom berpendapat bahwa ada pengembalian ilmu yang meningkat.

2.4.2 Model Dua Sektor


Contoh perekonomian memiliki dua sektor, yakni perusahaan manufaktur dan
universitas riset. Perusahaan memproduksi barang dan jasa, yang digunakan untuk
konsumsi investasi dalam modal. Universitas memproduksi faktor-faktor produksi yang
disebut ilmu pengetahuan, yang kemudian digunakan secara bebas oleh kedua sektor.
Perekonomian dijelaskan oleh fungsi produksi untuk perusahaan, funsi produksi untuk
universitas dan persamaan akumulasi modal.

Y = F[K, (1 - u) LE] (fungsi produksi dalam perusahaan manufaktur).


∆E = g(u)E (fungsi produksi dalam universitas riset).

∆K = sY - K (akumulasi modal).

u adalah bagian angkatan kerja di universitas (dan 1- u bagian dalam perusahaan


manufaktur ), E adalah persediaan ilmu pengetahuan (menetukan efisiensi tenaga kerja),
dan g adalah fungsi yang menunjukkan bagaimana pertumbuhan ilmu pengetahuan
bergantung pada bagian angkatan kerja yang berada di universitas, ∆K adalah perubahan
persediaan modal, sY adalah investasi, K adalah depresiasi.

Jika kita menggadakan jumlah modal (K) dan jumlah pekerja efektif dalam perusahaan
manufaktur [(1 – u)LE], maka output berupa barang dan jasa (Y) akan menjadi ganda.

Perekonomian ini memiliki pengembalian modal konstan (bukan yang kian


menurun), selama modal secara luas didefinisikan meliputi ilmu pengetahuan. Biasanya,
jika kita melipatgandakan modal fisik (K) dan ilmu pengetahuan (E), maka
melipatgandakan output kedua sektor dalam perekonomian. Model ini mampu
menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan tanpa asumsi pergeseran eksogen dalam fungsi
produksi. Pertumbuhan yang berkelanjutan itu meningkat secara endogen karena
penciptaan ilmu pengetahuan di universitas tidak pernah surut.

Pada saat yang sama model ini juga merupakan bagian dari model pertumbuhan
Solow. Jika u, bagian dari angkatan kerja yang berada di universitas, dinyatakan konstan,
maka efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat konstan g(u). Hasil pertumbuhan
konstan dalam efisiensi tenaga kerja pada tingkat g ini sama dengan asumsi yang dibuat
dalam model Solow dengan kemajuan teknologi, maka untuk setiap nilai tertentu dari u,
model pertumbuhan endogen ini bekerja seperti halnya model Solow.

Ada dua variabel penting dalam model ini. Seperti dalam model Solow, dalam
bagian output yang digunakan untuk tabungan dan investasi :

1. Menentukan persediaan modal pada kondisi mapan.


2. Bagian tenaga kerja yang berada di universitas u menentukan pertumbuhan persediaan
ilmu pengetahuan dan u mempengaruhi tingkat pendapatan .

Jadi, tujuan model pertumbuhan endogen ini adalah untuk menunjukkan


keputusan-keputusan masyarakatan dalam menetukan tingkat perubahan teknologi.
2.4.3 Mikroekonomi dari Penelitian dan Pengembangan
Teori endogen membantu kita memahami bagaimana proses teknologi berjalan
yaitu melalui pertambahan pengetahuan. Namun teori ini hanya menjelaskan secara
mendasar penciptaan sebuah pengetahuan. Padahal kalau kita berfikir sejenak, maka ada
hal lain yang perlu dipertimbangkan :
1 Meskipun pengetahuan secara garis besar adalah barang publik, tapi banyak penelitian
dilakukan oleh perusahaan dengan motif mencari keuntungan.
2 Penelitian sangat menguntungkan karena penemuan dapat memberikan perusahaan
sebuah monopoli sementara, akibat sistem paten maupun keuntungan karena menjadi
perusahaan pertama dengan produk terbaru.
3 Ketika sebuah perusahaan berinovasi, perusahaan lain juga mengembangkan inovasi
itu untuk menghasilkan inovasi generasi selanjutnya yang lebih sempurna.

Fakta ini (terutama mikroekonomi) tidak mudah dikaitkan dengan model-model


pertumbuhan (terutama makroekonomi). Sebagian model pertumbuhan endogen
berusaha memasukkan fakta-fakta tentang penelitian dan pengembangan. Untuk
melakukan hal ini diperlukan pemodelan keputusan yang dihadapi perusahaan ketika
terlibat dalam penelitian dan pemodelan interaksi diantara perusahaan yang memiliki
kekuatan monopoli atas inovasi mereka. Secara teoritis ketika sebuah perusahaan
menciptakan teknologi baru, hal itu membuat perusahaan lain diuntungkan karena
menerima dasar ilmu pengetahuan untuk dikembangkan dalam penelitian di masa depan.
Perusahaan memutuskan untuk melakukan terlalu sedikit atau terlalu banyak riset
bergantung pada apakah eksternalitas positif atau eksternalitas negatif yang lebih besar.

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi jangka panjang adalah determinan terpenting dari
kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara. Dalam kondisi mapan model
pertumbuhan Solow, tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita hanya ditentukan oleh
tingkat kemajuan teknologi eksogen. Dalam model Solow juga dapat menjelaskan lebih
banyak, seperti pertumbuhan yang seimbang dan covergence kondisional. Dalam model
Solow dengan pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi, kondisi mapan Kaidah
Emas dicirikan dengan kesetaraan antara produk marjinal modal neto dan tingkat
pertumbuhan kondisi mapan. Teori pertumbuhan endogen modern berusaha
menjelaskan tingkat kemajuan teknologi, yang dalam model Solow disebut variabel
eksogen. Model ini berusaha menjelaskan keputusan-keputusan yang menentukan
penciptaan ilmu pengetahuan melalui penelitian dan pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, N. Gregory. Makroekonomi, edisi keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.

Anda mungkin juga menyukai