Anda di halaman 1dari 20

EKONOMI MAKRO LANJUTAN (EKI 214/A4)

TEKNOLOGI DAN TEORI PERTUMBUHAN

Disusun Oleh:
I Nyoman Mertadana (2107511011/06)
I Gst A.A. Bintang Setya Maharani (2107511036/12)
Novia Ramadhani Savitri (2107511051/18)
Nyoman Diah Praba Anggari (2107511079/24)
Bagis Adityo (2107511121/30)
Elliezer Umbu Mila Ringu Langu (2107511262/36)

Disampaikan Kepada:
Dr. Made Dwi Setyadi Mustika, S.E., M.Si.
Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Makro Lanjutan

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2023
PEMBAHASAN

1. Kemajuan Teknologi dalam Model Solow


A. Efisiensi tenaga Kerja
Untuk memasukkan kemajuan teknologi, kita harus kembali ke fungsi
produksi yang mengaitkan modal total 𝐾 dan tenaga kerja total 𝐿 dengan output
total 𝑌. Jadi, fungsi produksi itu adalah
𝑌 = 𝐹(𝐾, 𝐿).
Kini kita tulis fungsi produksi sebagai
𝑌 = 𝐹(𝐾, 𝐿 𝑋 𝐸),
mana 𝐸 adalah variabel baru (dan abstrak) yang disebut efisiensi tenaga kerja.
efesiensi tenage kerja mencerninkan pengetahuan masyarakat tentang metode-
metode pruduksi: Ketika teknologi mengalami kemajuan, efisiensi tenaga kerja
meningkat. Sebagai contoh, efisiensi tenaga kerja meningkat ketika produksi lini-
perakitan mentransformasi sistem manufaktur pada awal abad kedua puluh, dan
meningkat lagi ketika komputerisasi diperkenalkan di akhir abad ke dua puluh.
Efisiensi tenaga kerja juga meningkat ketika ada pengembangan dalam Kesehatan,
pendidikan, atau keahlian angkatan kerja. 𝐿 × 𝐸 mengukur jumlah para pekerja
gektif. Perkalian ini memperhitung jumlah pekerja L dan efisiensi inasing-masing
pekerja 𝐸. Fungsi produkti yang baru ini menyatakan bahwa output total 𝑌
bergantung pada jumlah unit modal K dan jumlah pekerja efektif, 𝐿 × 𝐸
Inti dari pendekatan terhadap model kemajuan teknologi ini addalah bahwa
peningkatan si tenaga kera efisiensi tenaga kerja 𝐸 sejalan 𝐸 dengan peningkatan
angkatan kerja 𝐿 Sebagai contoh anggaplah bahwa metode produksi, telah melipat
gandakan efisiensi tenaga kerja 𝐸 antara tahun 1980 dan 2010. Hal ini berarti bahwa
dua orang pekerja di tahun 1980, sama produktifnya dengan satu orang pekerja di
tahun 2010. Artinya, meskipun jumlah pekerja actual (𝐿) sama antara tahun 1980
dan 2010,jumlah pekerja efekrif (𝐿 × 𝐸) meningkat dua kali lipat, dan
perekonomian mendapatkan keuntungan dari peningkatan produksi barang dan
jasa.
Asumsi yang paling sederhana kemajuan teknologi adalah bahwa kemajuan
teknologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja 𝐸 rumbuh pada tingkat konstan g.
Sebagai contoh, jika g = 0,02, maka setiap unit tenaga kerja menjadi 2 persen lebih
efisien setiap tahun : output meningkat jika Angkatan kerja meningkat sampai 2
persen tambahan itu. Bentuk kemajuan teknologi itu disebut pengoptimalan tenaga
kerja, dan g disebut tingkat kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja
(labor-augmenting technological progress). Karena Angkatan kerja 𝐿 tumbuh pada
tingkat 𝑛, dan efisiensi dari setiap unit tenaga kerja 𝐸 tumbuh pada tingkat g, maka
jumlah pekerja efektif 𝐿 × 𝐸 tumbuh pada tingkat 𝑛 + 𝑔

B. Kondisi Mapan dengan Kemajuan Teknologi


Karena kemajuan teknologi yang dimodelkan di sini menambah efisiensi
tenaga kerja, maka itu memiliki pengaruh yang sama terhadap populasi. Meskipun
kemajuan teknologi tidak menyebabkan jumlah pekerja aktual meningkat. Namun
sebenarnya, setiap pekerja menghasilkan unit yang lebih banyak sepanjang waktu.
Jadi kemajuan teknologi menyebabkan jumlah pekeja efekif meningkat. Alat analis
yang kita gunakan pada Bab 7 mempelajari model Solow dengan pertumbuhan
populasi mudah diadapasikan untuk mempelajari model Solow dengan kemajuan
teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja.
Untuk melakukan hal ini, kita perlu mempertimbangkan kembali notasi kita.
Sebelumnya. kita menganalisis perekonomian dalam kuantias per pekerja, sekarang
kita menganalisis perekonomian dalam hal kuantias per pekeja efekif. Kita
nyatakan k = K/(L xE) menunjukkan modal per pekerja efektif, dan y = Y/(L x E)
menunjukkan ouput per pekerja efektif. Dengan definisi ini, kita bisa menulis
kembali y = f(k).
Analisis kita tentang perekononian membuahkan hasil kecika kita mengkaji
pertumbuhan populasi. Persamaan yang menunjukkan evolusi K sepanjang waktu
sekarang berubah menjadi
∆𝑘 = 𝑠𝑓(𝑘) − (𝛿 + 𝑛 + 𝑔)𝑘
Seperti sebelumnya, perubahan persediaan modal ∆𝑘 sama dengan investasi 𝑠𝑓(𝑘).
Dikurangi investasi pulang-pokok (𝛿 + 𝑛 + 𝑔)𝑘. Namun demikian, karena k =
K/(L x E), maka investasi pulang-pokok meliputi tiga kaidah: untuk menjaga K
tetap konstan, 𝛿𝑘 dibutuhkan untuk mengganti modal yang terdepresiasi, nk
dibutuhkan untuk memberi modal bagi para pekerja baru, dan gk dibutuhkan untuk
memberi modal bagi "para pekeja efektif" baru yang diciptakan oleh kemajuan
teknologi.
Penjelasan tentang kemajuan teknologi tidak secara mencolok membedakan
analisis kita tentang kondisi mapan. Ada satu tingkat k, yang dinyakatan dengan
K*,di mana modal per pekerja efektif dan otrput per pekerja efektif adalah konstan.
Seperti sebelumnya, kondsi mapan ini menunjukkan ekuilibrium perekonomian
jangka Panjang.

C. Dampak Kemajuan teknologi


Dengan adanya kemajuan teknologi, model kita akhirnya bisa menjelaskan
kenaikan yang berkelanjutan dalam standar kehidupan yang kita amati. Yaitu, kita
telah menunjukkan bahwa kemajuan teknologi bisa mengarah ke pertumbuhan yang
berkelanjutan dalam output per pekerja. Sebaliknya, tingkat tabungan yang tinggi
mengarah ke tingkat pertumbuhan yang tinggi hanya jika kondisi mapan dicapai.
Sekali perekonomian berada dalam kondisi mapan tingkat pertumbuhan output per
pekerja hanya bergantung pada tingkat kemajuan teknologi mengacu pada model
Solow, hanya kemajuan teknologi yang bisa menjelaskan peningkatan standar
kehidupan yang berkelanjutan.
Kemajuan teknologi juga memodifikasi kriteria untuk Kaidah Emas, tingkat
modal kaidah emas kini didefinisikan sebagai kondisi mapan yang memaksimalkan
konsumsi per prakerja efektif. Dengan mengikuti argumen yang sama yang kita
gunakan sebelumnya, kita bisa menunjukkan bahwa konsumsi per pekena efektif
pada kondisi mapan adalah
𝑐 ∗ = 𝑓(𝑘 ∗ ) − (𝛿 + 𝑛 + 𝑔)∗
konsumsi pada kondisi mapan dimaksimalkan jika
𝑀𝑃𝐾 = 𝛿 + 𝑛 + 𝑔
Atau
𝑀𝑃𝐾 − 𝛿 = 𝑛 + 𝑔
Yaitu, pada tingkat modal Kaidah Emas, produk marjinal modal neto, 𝑀𝑃𝐾 − 𝛿
sama dengan tingkat pertumbuhan output total, 𝑛 + 𝑔. Karena perekonomian actual
mengalami pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi, maka kita harus
menggunakan kroteria ini untuk mengevaluasi apakah hal itu memiliki modal yang
lebih besar atau lebih kecil dari kondisi mapan Kaidah Emas.
2. Kebijakan Mendorong Pertumbuhan
Setelah menggunakan model Solow untuk menyingkap hubungan di antara
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang berbeda, dan kita telah mendiskusikan
beberapa bukti empiris yang menjelaskan pengalaman pertumbuhan aktual. Ada
beberapa hal yang bisa ditempuh dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi,
yakni sebagai berikut:
A. Mengevaluasi tingkat tabungan
Menurut model Solow, seberapa banyak negara menabung dan
berinvestasi adalah determinan penting dari standar kehidupan
penduduknya. Sebagaimana yang telah kita ketahui, tingkat tabungan
menentukan tingkat modal dan output pada kondisi mapan (steady
state). Satu tingkat tabungan tertentu menghasilkan kondisi mapan
Kaidah Emas, yang akan memaksimalkan konsumsi per pekerja
sekaligus kesejahteraan ekonomi. Kaidah Emas memberikan tolak ukur
yang bisa kita bandingkan dengan perekonomian AS.
B. Mengubah tingkat tabungan
Pada prinsip akuntansi, tabungan nasional yang lebih tinggi
berarti tabungan masyarakat yang lebih tinggi, atau kombinasi dari
keduanya. Banyak perdebatan tentang kebijakan meningkatkan
pertumbuhan yang berpusat pada hal ini cenderung menjadi paling
efektif. Cara yang paling tepat yang bisa dilakukan pemerintah untuk
mempengaruhi tabungan adalah melalui tabungan masyarakat--
perbedaan antara jumlah penerimaan pajak pemerintah dan
pengeluarannya. Bila pengeluaran pemerintah melebihi
penerimaannya, maka pemerintah dikatakan mengalami defsit
anggaran, yang menunjukkan tabungan masyarakat negatif.
Sebaliknya, jika pengeluaran pemerintah lebih kecil dari
penerimaannya, dikatakan telah terjadi surplus anggaran. Pemerintah
bisa membayar sebagian utang nasional dan mendorong investasi.
Pemerintah juga mempengaruhi tabungan nasional dengan
mempengaruhi tabungan swasta--tabungan yang dilakukan oleh rumah
tangga dan perusahaan. Sebaliknya, berapa banyak orang yang
menabung bergantung pada insentif yang mereka terima, dan insentif
ini dibedakan oleh berbagai kebijakan publik. Banyak ekonom
berpendapat bahwa tarif pajak atas modal yang tinggi--termasuk pajak
pendapatan perusahaan, pajak pendapatan federal, dan berbagai jenis
pendapatan negara bagian--menghambat tabungan swasta dengan
mengurangi tingkat pengembalian yang diterima oleh para penabung.
Di sisi lain, pos penghapusan pajak, seperti IRA, dirancang untuk
mendukung tabungan swasta dengan memberikan perlakuan khusus
atas pendapatan yang ditabung dalam pos ini.
C. Membangun institusi yang tepat
Beberapa ekonomi yang mempelajari standar kehidupan pada
negara-negara di dunia mengaitkan perbedaan ini pada input modal
manusia dan modal fisik, sementara ekonom lainnya mengaitkannya
pada produktivitas di mana input-input tersebut digunakan. Salah satu
alasan mengapa setiap negara memiliki tingkat efisiensi produk yang
berbeda adalah karena mereka memiliki institusi yang berbeda dalam
memberikan petunjuk tentang pengalokasian sumber daya langka yang
tersedia di negara tersebut. Menciptakan institusi yang tepat penting
agar kita dapat memastikan sumber daya yang tersedia dialokasikan
sebaik-baiknya. Studi membuktikan bahwa tingkat korupsi yang cukup
tinggi di suatu negara merupakan faktor penentu yang cukup penting
bagi pertumbuhan ekonomi.
Tradisi hukum suatu negara merupakan contoh dari institusi
tersebut. Contohnya pada sistem hukum gaya-Inggris perlindungan
hukum bagi pemegang sahan dan kreditor lebih kuat dibandingkan
dengan gaya-Prancis. Hasilnya, negara-negara dengan hukum gaya-
Inggris memiliki pasa modal yang lebih berkembang sehingga
pertumbuhannya juga lebih cepat. Perbedaan institusi penting lainnya
yang terjadi antarnegara adalah kualitas dari pemerintahan negara itu
sendiri. Suatu negara yang ideal harus berperilaku sebagai “tangan yang
menolong” pada sistem pasar, perlindungan hak milik, pelaksanaan
perjanjian yang telah disetujui, penindakan pelaku kejahatan, dan lain
sebagainya. Namun dalam praktiknya, seringkali pemerintah
menyimpang dan berperilaku sebagai “tangan yang menyerobot”
dengan menggunakan wewenang yang dimiliki negara untuk
memperkaya sekelompok kecil individu sementara masyarakatnya
menderita.
D. Mengalokasikan investasi perekonomian
Model Solow menyederhanakan asumsi bahwa hanya ada satu
jenis modal. Di dunia, tentu saja, ada banyak jenis modal. Perusahaan-
perusahaan swasta melakukan investasi dalam jenis jenis modal
tradisional, seperti pabrik buldoser dan baja, serta jenis- jenis modal
baru, seperti komputer dan robot. Pemerintah melakukan investasi
dalam berbagai bentuk modal masyarakat, yang disebut infrastruktur,
seperti jalan raya, jembatan, dan sistem pembuangan air.
Selain itu, juga ada modal manusia--ilmu pengetahuan dan
keahlian yang didapatkan oleh para pekerja dari pendidikan. Meskipun
Model Solow hanya mencakup modal fisik dan tidak berusaha
menjelaskan efisiensi tenaga kerja, dalam banyak hal modal manusia
analog dengan modal fisik. Seperti modal fisik, modal manusia
meningkatkan kemampuan kita untuk memproduksi barang dan jasa.
Menaikkan tingkat modal manusia membutuhkan investasi dalam
bentuk para pengajar, perpustakaan, dan waktu belajar. Riset terakhir
tentang pertumbuhan ekonomi menekankan bahwa modal manusia
sama pentingnya dengan modal fisik dalam menjelaskan perbedaan-
perbedan dalam standar kehidupan internasional.
Para pembuat kebijakan yang berusaha mendorong
pertumbuhan ekonomi harus menghadapi isu tentang jenis-jenis modal
apa yang paling dibutuhkan perekonomian. Dengan kata lain, jenis-
jenis modal apakah yang menghasilkan produk magjinal tertinggi?
Untuk itu, para pembuat kebijakan bisa mengandalkan pasar untuk
mengalokasikan tabungan ke jenis-jenis investasi altematif. Industri-
industri dengan produk marjinal modal tertinggi secara alami akan
bersedia meminjam pada tingkat bunga pasar untuk mendanai investasi
baru. Para ekonom lain menyarankan agar pemerintah secara aktif
mendorong bentuk-bentuk modal tertentu. Anggaplah, misalnya,
pengembangan teknologi terjadi sebagai produk sampingan dari
aktivitas ekonomi tertentu. Ini akan terjadi jika proses produksi baru
dan perbaikannya dijalankan selama proses pengumpulan modal
(fenomena yang disebut belajar melalui tindakan) dan jika gagasan ini
menjadi bagian dari telaga pengetahuan masyarakat.
Produk-sampingan itu disebut eksternalitas teknologi (atau
imbasan ilmu pengetahuan). Dengan adanya eksternalitas itu,
pengembalian modal sosial melebihi pengembalian perseorangan, dan
manfaat dari peningkatan modal bagi masyarakat lebih besar ketimbang
yang dinyatakan oleh Model Solow. Selain itu, beberapa jenis
akumulasi modal bisa menghasilkan eksternalitas yang lebih besar
ketimbang akumulasi modal lainnya. Jika, misalnya, memproduksi
robot bisa menghasilkan eksternalitas yang lebih besar ketimbang
membangun pengolahan baja baru, maka barangkali pemerintah
seharusnya menggunakan undang-undang pajak untuk mendukung
investasi dalam robot. Keberhasilan kebijakan industri itu, yang
terkadang disebut demikian, mensyaratkan bahwa pemerintah harus
mampu mengukur eksternalitas dari berbagai aktivitas ekonomi
sehingga bisa memberikan insentif yang tepat bagi setiap aktivitas.
E. Mendorong kemajuan teknologi
Model Solow menunjukkan bahwa pertumbuhan yang
berkelanjutan dalam pendapatan per pekerja harus berasal dari
kemajuan teknologi. Sayangnya, determinan kemajuan teknologi ini
tidak dipahami dengan baik. Di samping pemahaman yang terbatas,
banyak kebijakan publik yang dirancang untuk mendorong kemajuan
teknologi. Sebagian besar kebijakan tersebut untuk mendorong sektor
swasta untuk menyalurkan sumber daya ke inovasi teknologi.
Contohnya sistem paten memberikan monopoli sementara kepada
investor produk-produk baru; prinsip perpajakan menawarkan
penghapusan pajak untuk perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam
penelitian dan pengembangan; serta kantor kantor pemerintah. Selain
itu, kebijakan industri juga menyarankan bahwa pemerintah seharusnya
mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan industri-
industri tertentu yang merupakan kunci bagi kemajuan teknologi yang
pesat. Adanya inovasi yang terus dikembangkan akhirnya juga bisa
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Teori Pertumbuhan Endogen


Untuk memahami sepenuhnya proses pertumbuhan ekonomi, kita
perlu keluar dari model Solow dan mengembangkan model-model yang
menjelaskan kemajuan teknologi yang berasal dari luar. Model-model ini sering
disebut teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) karena menolak
asumsi model Solow tentang perubahan teknologi yang berasal dari luar (eksogen).
Untuk menggambarkan perubahan teknologi yang berasal dari luar (eksogen), dapat
digambarkan dalam 2 model, yaitu sebagai berikut:
a. Model Dasar
Untuk menggambarkan gagasan di belakang teori pertumbuhan
endogen, kita mulai dengan fungsi produksi sederhana:
Y = AK,
di mana Y adalah output, K adalah persediaan modal, dan A adalah konstanta
yang mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit model.
Satu unit modal tambahan memproduksi unit output tambahan sebesar A,
tanpa memperhitungkan berapa banyak modal yang ada. Ketiadaan
pengembalian modal yang kian menurun ini merupakan perbedaan penting
antara model pertumbuhan endogen dan model Solow.
Mengenai bagaimana fungsi produksi ini berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi, misal kita asumsikan sebagian pendapatan ditabung
dan diinvestasikan. Karena itu, kita jelaskan akumulasi modal dengan
persamaan yang telah kita gunakan sebelumnya:
𝛥𝐾 = 𝑠𝑌 − 𝛿𝐾.
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan persediaan modal (𝛥𝐾) sama
dengan investasi (sY) dikurangi depresiasi (𝛿𝐾). Menggabungkan
persamaan ini dengan fungsi produksi Y=AK, didapatkan:
𝛥𝑌/𝑌 = 𝛥𝐾/𝐾 = 𝑠𝐴 − 𝛿.
Persamaan ini menunjukkan apa yang menentukan tingkat pertumbuhan
output 𝛥𝑌/𝑌. Selama 𝑠𝐴 > 𝛿, pendapatan perekonomian tumbuh
selamanya, meskipun tanpa asumsi kemajuan teknologi eksogen.
Jadi, perubahan sederhana dalam fungsi produksi bisa mengubah
secara dramatis prediksi tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam model
Solow, tabungan akan mendorong pertumbuhan untuk sementara, tetapi
pengembalian modal yang kian menurun pada akhirnya akan mendorong
perekonomian mencapai kondisi mapan di mana pertumbuhan hanya
bergantung pada kemajuan teknologi eksogen. Sebaliknya, dalam model
pertumbuhan endogen, tabungan dan investasi bisa mendorong
pertumbuhan yang berkesinambungan.

b. Model Dua Sektor


Meskipun model Y = AK adalah contoh pertumbuhan endogen yang paling
sederhana, teori itu berjalan dengan baik. Sebuah linu penelitian telah
berupaya mengembangkan model dengan lebih dari satu sektor produksi
untuk memberikan penjelasan yang lebih baik tentang kekuatan-kekuatan
yang mengelola kemajuan teknologi. Untuk melihat apa yang bisa kita
pelajari dari model itu, kita gunakan sebuah contoh.
Perekonomian memiliki dua sektor, yang bisa kita sebut perusahaan
manufaktur dan universitas riset. Perusahaan memproduksi barang dan jasa,
yang digunakan untuk konsumsi serta investasi dalam modal fisik.
Universitas memproduksi faktor-faktor produksi yang disebut "ilmu
pengetahuan," yang kemudian digunakan secara bebas oleh kedua sektor.
Perekonomian dijelaskan oleh fungsi produksi untuk perusahaan, fungsi
produksi untuk universitas, dan persamaan akumulasi-modal.
𝑌 = 𝐹[𝐾, (1 − 𝑢)𝐿𝐸] (fungsi produksi dalam perusahaan manufaktur)
𝛥𝐸 = g(u)E (fungsi produksi dalam universitas riset)
𝛥𝐾 = 𝑠𝑌 − 𝛿𝐾 (akumulasi modal)
di mana u adalah bagian dari angkatan kerja di universitas (dan 1 - u
perusahaan manufaktur), E adalah persediaan ilmu pengetahuan (yang pada
gilirannya menentukan efisiensi tenaga kerja), dan g adalah fungsi yang
menunjukkan bagaimana pertumbuhan ilmu pengetahuan bergantung pada
bagian angkatan kerja yang berada di universitas. Seluruh not itu bersifat
standar. Seperti biasa, fungsi produksi untuk perusahaan manufaktur
diasumaikan memiliki skala pengembalian konstan: jika kita
melipatgandakan kedua jumlah modal fisik (KY) dan jumlah pekerja efektif
dalam perusahaan manufaktur [(1 − 𝑢)𝐿𝐸], maka kita melipatgandakan
output barang dan jasa (Y).
Yang terpenting, perekonomian ini memiliki pengembalian modal
konstan (bukan yang kian menurun), selama modal secara luas didefinisikan
meliputi ilmu pengetahuan. Biasanya, jika kita melipatgandakan modal fisik
K dan ilmu pengetahuan E, maka kita melipatgandakan output kedua sektor
dalam perekonomian. Akibatnya, seperti model Y = AK, model ini mampu
menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan tanpa asumsi pergeseran
eksogen dalam fungsi produksi. Di sini pertumbuhan yang berkelanjutan itu
meningkat secara endogen karena penciptaan ilmu pengetahuan di
universitas tidak pernah surut.
Namun demikian, pada saat yang sama model ini juga merupakan
persamaan dari model pertumbuhan Solow. Jika u, bagian dari angkatan
kerja yang berada di universitas, dinyatakan konstan, maka efisiensi tenaga
kerja E tumbuh pada tingkat konstan g(u). Hasil pertumbuhan konstan
dalam efisiensi tenaga kerja pada tingkat g ini adalah sama dengan asumsi
yang dibuat dalam model Solow dengan kemajuan teknologi. Lebih jauh,
keseluruhan model fungsi produksi perusahaan manufaktur dan persamaan
akumulasi-modal-juga merakit kembali seluruh model Solow. Akibatnya,
untuk setiap nilai tertentu dari u, model pertumbuhan endogen ini bekerja
seperti halnya model Solow.
Ada dua variabel keputusan penting dalam model ini. Seperti dalam
model Solow, bagian output yang digunakan untuk tabungan dan investasi,
s, menentukan persediaan modal fisik pada kondisi mapan. Selain itu,
bagian tenaga kerja yang berada di universitas, u, menentukan pertumbuhan
persediaan ilmu pengetahuan. Baik s maupun u mempengaruhi tingkat
pendapatan, meskipun hanya u yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan
pendapatan pada kondisi mapan. Jadi, model pertumbuhan endogen ini
mengambil langkah kecil dengan tujuan menunjukkan keputusan-keputusan
kemasyarakatan mana yang menentukan tingkat perubahan teknologi.
STUDI KASUS

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi yang merupakan perkembangan kegiatan ekonomi
yang berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil
semakin berkembang (Sukirno, 2013). Perkembangan perekonomian akan
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah.
Penggunaan PDRB konstan dalam mengetahui pertumbuhan ekonomi secara rill
dari tahun ke tahun atau tidak dipengaruhi oleh faktor harga. (Arifin, 2009).
Kemajuan teknologi merupakan komponen paling penting, karena diartikan
sebagai meningkatnya aplikasi pengetahuan ilmiah baru, dalam bentuk temuan dan
inovasi berkenaan dengan modal fisik dan modal manusia. Kontribusi teknologi
penting dalam pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah peran dari teknologi
komunikasi dan informasi (TIK). Peran Telekomunikasi pada perekonomian suatu
negara yang disampaikan International Telecommunication Union (ITU), bahwa
setiap 1% pertumbuhan teledensitas TIK akan meningkatkan 3% pertumbuhan
ekonomi di negara tersebut (Ngantono, 2016). Peranan TIK di Indonesia, terutama
di daerah-daerah sangatlah penting dalam proses pertukaran dan penyebaran
informasi dalam proses pembangunan serta menurunkan keterbelakangan dengan
negara dan daerah lainnya.
Perkembangan TIK dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (IP-TIK). Kondisi IP-TIK di Indonesia memperlihatkan
pengaruh positif yang dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan
produktivitas. IP-TIK digunakan untuk mengukur pertumbuhan pembangunan TIK,
kesenjangan digital antarwilayah, dan potensi pembangunan TIK.
Sumber: BPS, 2017-2019 (diolah)
Gambar 1 IP-TIK di Indonesia Tahun 2017-2019.

Pada gambar 1, nilai dari IP-TIK masing-masing provinsi pada tiga tahun
terakhir selalu mengalami peningkatan. Akan tetapi, Provinsi Papua pada tahun
2018, mengalami penurunan nilai IP-TIK sebesar 0,2%, namun tahun 2019 kembali
mengalami kenaikan. Provinsi DKI Jakarta memperoleh nilai IP-TIK tertinggi
selama 3 tahun berturut-turut. IP-TIK ini memperlihatkan bahwa perkembangan
TIK di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan.
Saat ini penggunaan TIK sangat dibutuhkan dalam kemajuan di berbagai
bidang, seperti ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Apalagi dengan adanya
kondisi yang mendesak dan mengharuskan segala aktivitas harus dilakukan dengan
adanya bantuan TIK. Akan tetapi terdapat permasalahan di Indonesia mengenai
perkembangan TIK yaitu belum merata akan kondisi TIK antar satu provinsi
dengan yang lainnya. Hal ini menyebabkan ketidaksetaraan yang mengacu pada
kesenjangan antara kelompok demografis dan wilayah dalam memiliki akses ke
teknologi informasi dan komunikasi moderen, masalah ini biasanya disebut dengan
“kesenjangan digital”.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan menggunakan
metode analisis regresi data panel. Data panel merupakan gabungan dari data deret
waktu (time series) dan deret lintang (cross section). Dalam penelitian ini, cakupan
yang digunakan adalah data time series dari tahun 2012-2019 dan data cross section
dari 33 provinsi di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Variabel yang digunakan pada
penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel, yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel
independennya adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Tenaga Kerja,
Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK), Pengguna Internet, Pengguna Telepon Seluler,
dan Pengeluaran Rumah Tangga untuk Telekomunsikasi.

PEMBAHASAN
Uji kesesuaian model
Uji kesesuaian model dilakukan dengan uji chow dan uji hausman.

Tabel 1. Hasil uji Chow

Sumber: Pengolahan Data dengan Eviews 9

Tabel 2. Hail uji Hausman

Sumber: Pengolahan Data dengan Eviews 9


Dapat dilihat pada tabel 1 bahwa nilai dari probabilitas cross-section F
sebesar 0,0000. Pada tabel 2 memperlihatkan untuk probabilitas cross-section
random sebesar 0,0000. Oleh karena itu, dari hasil pengujian kesesuaian model
diperoleh bahwa Fixed Effect Model adalah model yang digunakan pada penelitian.
Estimasi FEM Robust Standard Error dengan Cross Section Weights

Dari tabel 3 diperoleh hasil estimasi FEM robust standard error dengan cross
section weight yang menunjukkan variabel PMTB, Pengguna Internet, Pengguna
Telepon Seluler, dan Pengeluaran RT untuk Telekomunikasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2012-2019.
Sedangkan variabel Tenaga Kerja dan IP-TIK berpengaruh tidak signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2012-2019.

Pengaruh PMTB terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia


Berdasarkan hasil estimasi regresi, diperoleh hasil bahwa variabel PMTB
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Variabel PMTB sama-sama berpengaruh positif baik di Kawasan Indonesia Barat
atau Timur, ini menandakan bahwa investasi yang besar ditunjukkan dalam
mendukung aktivitas perekonomian baik di Indonesia bagian barat atau timur.
Modal berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang
maupun negara maju harus mempromosikan perkembangan modal dalam
mendorong pertumbuhan tambahan dan berkelanjutan (Maneejuk &
Yamaka,2020).

Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia


Berdasarkan hasil estimasi regresi, diperoleh hasil bahwa variabel Tenaga
Kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Variabel
tenaga kerja tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia bagian barat
dikarenakan cenderung mengandalkan substitusi terhadap modal (capital intensive)
(Wardhana dkk., 2020). Tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dikarenakan jumlah tenaga kerja yang lebih besar nantinya
akan menambah tingkat produksi, tetapi pertumbuhan penduduk yang lebih besar
berarti ukuran pasar domestiknya akan lebih besar. Pertumbuhan penduduk yang
besar memiliki kecenderungan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi lambat
apabila tidak dapat mengatasi angkatan kerja yang tidak terserap oleh lapangan
kerja.

Pengaruh IP-TIK terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia


Berdasarkan hasil estimasi regresi, diperoleh hasil bahwa variabel IP-TIK
tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hasil pengujian ini
sama dengan hasil uji yang dilakukan oleh Khoirunnisa dan Winih Budiarti (2020)
yang menyebutkan bahwa pengaruh IP-TIK negatif terhadap tingkat kemiskinan.
Hal tersebut masih terjadi dikarenakan adanya keterbatasan dalam ketersediaan
akses dan fasilitas masyarakat dalam penggunaan TIK, yang biasa disebut dengan
digital poverty. Dalam digital poverty terdapat empat kategori, Indonesia masuk
dalam kategori pertama dan kedua, yaitu Digitally Poor dan Extremely Digitally
Poor. Kategori tersebut menunjukkan bahwa TIK yang masih dominan digunakan
oleh masyarakat adalah teknologi tradisional tanpa akses internet.

Pengaruh Pengguna Internet terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia


Berdasarkan hasil estimasi regresi, diperoleh hasil bahwa variabel Pengguna
Internet berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Internet dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dikarenakan dengan adanya
internet dapat menyebarkan dan memperoleh informasi, merangsang inovasi,
membangun jaringan, pembuatan bisnis, memperoleh modal, memperketat
persaingan pasar, memperoleh tenaga kerja, dan manfaat bagi perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari penjualan produk yang akan membantu pada saat
krisis ekonomi. Masyarakat yang menempatkan koneksi internet untuk mengakses
dan menghasilkan pengetahuan baru yang akan berpengaruh terhadap kualitas
hidupnya. Semakin banyak penggunaan internet sebagai sarana dalam mengakses
pengetahuan baru maka akan mempercepat kapasitas produktif dalam penghasilkan
produk baru

Pengaruh Pengguna Telepon Seluler terhadap Pertumbuhan Ekonomi di


Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi regresi, diperoleh hasil bahwa variabel Pengguna
Telepon Seluler berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi. Dampak dari penggunaan telepon seluler memperlihatkan bahwa telepon
berkontribusi dengan pembangunan ekonomi dengan mendukung kegiatan
ekonomi. Hal ini dikarenakan telepon seluler mempermudah masyarakat dalam
mengakses informasi dengan biaya yang lebih rendah. Penggunaan telepon seluler
pada masyarakat untuk meningkatkan pasokan manajemen rantai serta membuka
peluang kerja di bidang TIK sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Penggunaan telepon seluler juga mempermudah pengoperasian e-commerce pada
kegiatan bisnis mereka untuk memacu pembangunan perusahaan kecil/besar untuk
bersaing lebih aktif.

Pengaruh Pengeluaran Rumah Tangga untuk Telekomunikasi terhadap


Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi regresi, diperoleh hasil bahwa variabel
Pengeluaran RT untuk Telekomunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi. Hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa pengeluaran
RT untuk telekomunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia, sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Shavira Oktaviani (2017). Pengeluaran konsumsi RT berkontribusi dalam
menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu. Pengaruh
pengeluaran masyarakat memiliki pengaruh jangka panjang pada pertumbuhan
ekonomi, tidak terkecuali konsumsi masyarakat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1) Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2012-2019.
2) Tenaga Kerja tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
tahun 2012-2019.
3) Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) tidak
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2012-2019.
4) Pengguna Internet memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2012-2019.
5) Pengguna Telepon Seluler memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2012-2019.
6) Pengeluaran Rumah Tangga untuk Telekomunikasi memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2012-2019.
DAFTAR PUSTAKA

Kamilla, S. (2021). PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN


KOMUNIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
INDONESIA TAHUN 2012-2019. DINAMIC: Directory Journal of
Economic, 619-631.
Mankiw, N. G. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai