Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN ANGKA PENGGANDA (MULTIPLIER)

Multiplier atau angka pengganda adalah hubungan kausal antara variable tertentu denganvariable
pendapatan nasional.Jika angka pengganda tersebut mempunyai angka yang tinggi,maka
perubahan yang terjadi pada variable tersebutakan mempengaruhi terhadap
tingkat pendapatan nasional juga besar dan sebalikanya. Perubahan pendapatan nasional itu ditun
jukanoleh suatu angka pelipat yang disebutdengan koefisien multiplier. Sedangkan Keynes
mendefinisikan Multiplier sebagai “Rasio pasti antara pendapatan dan investasi serta, subyek
penyederhanaan tertentu, antara jumlah pekerjaan dan tenaga kerja yang dipekerjakan padainves
tasi langs
ung.”Angka pengganda menggambarkan perbandingan diantara jumlah
pertambahan/pengurangan dalam pendapatan nasional dengan
jumlah pertambahan/pengurangandalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan perubahan
dalam pendapatan nasional.(Sumber:SadonoSukirno:2011 ).
1.1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MULTIPLIER


Keynes berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai kebiasaan tertentu
mengenai berapa dari pendapatan rumah tangga yang dibelanjakan untuk barang dan jasa (C) dan
berapayang ditabung (S). Biasanya untuk negara-negara yang tingkat penghasilannya tinggi,
persentasedari penghasilan yang ditabung makin tinggi, (misalnya 30%-40%) atau dengan kata
lain persentase dari penghasilannya yang dibelanjakan relative rendah, yaitu 60%-
70%. Sebaliknya persentase yang ditabung biasanya kecil bagi negara-begara yang
tingkat penghasilannya belumtinggi (negara-negara sedang berkembang), mungkin sekitar 5%-
10% atau, persentase penghasilan yang dibelanjakan adalah tinggi, sekitar 90%-
95%.Ini tentunya sesuai dengan pengalaman yang bias kita lihat sehari-
hari, bahwa semakin besar penghasilan seseorang,semakin besar bagian dari penghasilan yang
bias disisihkan untuk ditabung tanpa ia harusmenderita kekurangan makanan / pakaian
dan sebagainya. Persentase dari penghasilan yangditabung disuatu masyarakat menunjukkan
perilaku sector rumah tangga secara keseluruhandalam mengalokasikan penghasilan
mereka.Persentase ini disebut dengan istilah propensity tosave (kecenderungan untuk menabung)
dari masyarakat tersebut.Sedang persentase
dari penghasilan yang dibelanjakan disebut propensity to consume (kecenderungan untuk berkon
sumsi).Kalau s, adalah propensity to save, dan c adalah propensity to consume, maka

S = sY.
2.2 PENGERTIAN AKSELERATOR DAN PERHITUNGAN AKSELERATOR
Pengertian akselerator adalah alat pemercepat partikal subatomic agar me

S = sY.
2.2 PENGERTIAN AKSELERATOR DAN PERHITUNGAN AKSELERATOR
Pengertian akselerator adalah alat pemercepat partikal subatomic agar mempunyai energyyang
sangat besar untuk menimbulkan transmutasi inti yang dikehendaki.Alat pengukurnyadisebut
akselerometer yang bekerja berdasarkan hokum kedua Newton (F=m.a) termasukakselerator
antara lain siklotron, betatron, generator van de graff, dan sinkrotron.Perhitungan keekonomian
sangat dibutuhkan pada setiap perusahaan agar dapat mengetahui proyek yang akan atau sedang
dilaksanakan apakah layak secara ekonomis atau tidak. Demikian juga halnya dengan proyek
akselerator elektron, dimana jasa perhitungan keekonomian terhadapakselerator sangat
diperlukan untuk mengetahui kelayakan ekonominya.Perbandingan biayairadiasi pada kasus
referensi dengan kasus Indonesia serta analisis sensitivitasnya dapat dipakaiuntuk
mencaripemecahan yang optimal dalam pengambilan keputusan. Diasumsikan nilai tukarsebesar
Rp6500 tiap 1 US dollars, umur ekonomis 20 tahun dan data referensi yang sudahdisesuaikan
dengan keadaans ekarang.Perhitungan dilakukan untuk mendapatkan nilai NPV, IRRdan B/C
untuk masing-masing kasus.Kesimpulan yang dapat diambil bahwa kasus referensisebaiknya
tidak diambil sebab tidak layak secara ekonomi, karena NPV negatif, B/C kurangdari1
.Demikian halnya dengan kasus Indonesia walaupun biaya ¬iradiasi lebih tinggi
dari kasusreferensi, tetapi untuk NPV, B/C, maupun IRR sama dengan kasus referensi oleh
karena itu tidaklayak juga secara ekonomi. Untuk layak secara ekonomi sebaiknya menggunakan
kasus referensidengan biaya iradiasi minimal sebesar 'Rp1432/ kg, karena NPV menjadi positif,
B/C lebih dari1. Demikian juga untuk kasus Indonesia sebaiknya menggunakan biaya iradiasi
minimal sebesarRp 2600/ kg.agar layak secara ekonomi. ( Sumber : Mochamad Nasrullah dkk :
2000 ).
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSELERATOR
Faktor akselerator dapat dilihat dari asasnya yaitu akselerato rmenerengkan bagaimanadan
berapa besar tambahan tingkat konsumsi masyarakat akan mendorong tambahan tingkatinvestasi
masyarakat, melalui proses tambah tingkatan pendapatan masyarakat. Apabila terdapattambahan
permintaan akan barang-barang konsumsi dalam jumlah yang besar sekali, sedangkan

tidak cukup dilayani dengan persediaan yang ada, maka akibatnya timbul dorongan bagi
para pengusaha mengadakan penanaman-penanaman baru dalam pembelian barang-
barang modalataupun perluasan pabrik untuk menghasilkan barang-barang konsumsi.Prinsip
akselerator yang menyatakan bahwa investasi merupakan respon terhadap perubahan-
perubahan pada output yang secara tidak langsung menekan kapasitas sebenarnyasudah lama
ada, namun secara formal perkembangannya baru dimulai manakala munculkesadaran di
kalangan para ekonom bahwa gabungan antara prinsip ini dengan model
multiplier bisa membentuk model-
model yang lebih baik tentang perilaku ekonomi siklikal. J.M. Clarkadalah orang pertama yang
mengemukakan adanya kemungkinan itu, namun model formalnyauntuk pertama kalinya
dikembangkan oleh Lundberg (1937) dan Harrod (1936), disusul olehSamuelson (1939a; 1939b),
Hicks (1949; 1950), Goodwin (1948), dan sejumlah ekonom lainnyayang turut berjasa
menyempurnakan modelnya.Bertolak belakang dengan model penggandaanatau multiplier
(aliran Keynesian) yang menghubungkan output dengan perubahan-
perubahan pada investasi, model-
model akselerator menghitung nilai investasi atas dasar perubahan- perubahan pada output.Untuk
memahami investasi, yakni arus pembelanjaan barang-barang modal (capitalgoods), kita perlu
mengetahui seberapa cepat para investor menutup setiap kesenjangan yangterjadi antara stok
modal aktual (yang benar-benar ada) dengan stok modal optimal. Jika X kitatetapkan sebagai
koefisien penyesuaian yang menghitung seberapa cepat kesenjangan antara stokmodal aktual dan
optimal itu dapat tertutup. Koefisien X dan a bersama-sama mengaitkaninvestasi dengan selisih
pertama dalam tingkat-tingkat output, dan hal itulah yang disebutsebagai koefisien pemacu atau
akselerator, yang dilambangkan dengan V. Dalam tingkat analisiselementer ini pun, pengenalan
prinsip akselerator menguak sejumlah implikasi penting. Pertama,investasi netto yang bersumber
dari prinsip akselerator akan positif (negatif, atau nol) jika (Y,

Yt l) positif (negatif atau nol). Kedua, investasi netto itu akan turun kalau tingkat
kenaikanoutputnya berkurang. Di sisi lain, dari tinjauan sederhana ini pun kita dapat melihat
kelemahanmendasar dalam konsep akselerator. Pertama, hasil-hasil hitungan di atas hanya
berlaku jikainvestasinya memang ditentukan oleh akselerator, yakni keinginan menambah
investasi dalamrangka memperbesar kapasitas output. Itu memang saiah satu motif pokok
investasi, namundalam prakteknya perilaku para investor juga sering dipengaruhi oleh aneka
faktor lainnya

seperti perubahan perkiraan, adanya teknologi baru. dan sebagainya. Jadi, konsep akselerator
inihanya menjelaskan sebagian motif investasi yang tentunya tidak bisa diandalkan
untukmemahami total investasi yang tercipta. Lagipuia, argumen investasi atas dasar kapasitas
outputseperti ini hanya bertumpu pada model stok modal optimal Untuk mengetahui arus
atau perkembangan investasinya, kita masih memerlukan penerapan koefisiensi yang sesungguhn
yahanya bisa dibenarkan untuk kasus-kasus tertentu seperti dalam kajian kondisi
penawaraninvestasi barang industri, atau dalam kasus perkiraan investasi tertentu. Tanpa
didukung olehasumsi-asumsi tambahan seperti itu, maka kita hanya bisa mengatakan bahwa I
bisa lebih besaratau lebih kecil dari O tergantung pada apakah K, lebih besar atau lebih kecil.
Jadi, prinsipakselerator hanya akar. bermanfaat jika dipadukan dengan konsep penggandaan
(multiplier).Masalahnya adalah, meskipun model itu dapat dipakai untuk memahami sebab -
sebab terjadinyafluktuasi siklikai berulang-ulang), penerapan konsep V memunculkan taksiran
instabilitasekonomi yang bar biasa besarnya, dan tentu saja tak sesua: dengar, kenyataan sehari-
hari.Kelemahan ini dapa: diatasi dengan memadukan akselerator (V) ITU dengan
sejumlahdeterminan investasi yang lazim dalam model-model yang lebih umum dengan penet
apan “batasatas” dan “batas bewah fluktuasi pendapatan dalam perhitungannya agar meredam
interaksi
berlebihan antara akselerator dan multiplier. Namun terlepas dari kelemahan itu. model-
modelumum akselerator telah terbukti berguna sebagai basis penyehdikan empiris terhadap
perilakuinvestasi.2.3
HUBUNGAN ANTARA PENGGANDA (MULTIPLIER) DAN
PERCEPATAN(ACCELELATOR)
Perekonomian internasional memperlihatkan tentang hubungan timbal balik yang
akanmemperkuat faktor pengganda (multiplier) dengan accelelator. Dengan adanya
multiplier,dampak investasi menjadi meningkat menjadi berlipat ganda. Semakin meningkat
jumlahkonsumsi masyarakat, maka akan semakin besar jumlah multipiernya. Dan akan
mempengaruhi jumlah investasi dalam perekonomian. Selain multipier yang berdampak pada inv
estasi,akselerator pun ikut berdampak pada investasi perekonomian. Prinsip akselerator
secarasederhana adalah perubahan dalam pendapatan nasional akan menyebabkan terjadinya
perubahandalam jumlah investasi. Perubahan jumlah investasi perekonomian, akan berdampak
pada
pendapatan nasional. Jika jumlah investasi bertambah, maka pendapatan nasional pun akan berta
mbah sehingga akan lebih baik jika ada perpaduan antara multiplier dengan akselerator.Tujuan
dari berbagai pendapat para tokoh sebenar

Anda mungkin juga menyukai