Anda di halaman 1dari 10

arisigi28.

blog anddres

Sabtu, 21 Mei 2016


prinsip dasar ekonomi islam

ABSTRACK

Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan dasar kajian ilmu Ekonomi yang
membandingkan antara ilmu ekonomi yang berlandaskan islam dengan ekonomi konvensional.
Selain itu tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai pemenuhan tugas kelompok tentang
pengkajian perbandingan antara ilmu ekonomi islam dengan ilmu ekonomi konvensional, sebagai
syarat penambahan nilai dalam proses belajar materi Pengantar Perbankan Sya’riah.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ada tiga sistem ekonomi yang dikenal di dunia, yaitu sistem ekonomi sosialis/komunis, sistem
ekonomi kapitalis, dan sistem ekonomi islam. Masing-masing sitem ini mempunyai karakteristik.
Pertama, Sistem Ekonomi Sosialis/Komunis. Paham ini muncul sebagai akibat dari paham
komunis yang mengeksploitasi manusia, sehingga negara ikut campur cukup dalam dengan
perannya yang sangat dominan. Akibatnya adalah tidak adanya kebebasan dalam melakukan
aktivitas ekonomi bagi individu-individu, melainkan untuk semuanya kepentingan bersama,
sehingga tidal diakuinya kepemilikan pribadi. Negara bertanggung jawab dalam mendistribusikan
sumber dan hasil produksi kepada seluruh masyarakat.
Kedua, Sistem Ekonomi Kapitalis. Berbeda dengan sistem komunis, sistem ini sangat bertolak
belakang dengan sistem Sosialis/Komunis, dimana negara tidak mempunyai peranan utama atau
terbatas dalam perekonomian. Sistem ini sangat menganut sistem mekanisme pasar, sistem ini
mengakui adanya tangan yang tidak kelihatan yang ikut campur dalam mekanisme pasar apabila
terjadi penyimpangan (invisible hand). Yang menjadi cita-cita utamanya adalah adanya
pertumbuhan ekonomi, sehingga sehingga setiap individu dapat melakukan kegiatan ekonomi
dengan diakuinya kepemilikan pribadi.
Ketiga, Sistem Ekonomi Islam. Sistem ekonomi islam hadir jauh lebih dahulu dari kedua sistem
yang di maksud di atas, yaitu pada abad ke 6, sedangkan kapitalis abad 17, dan sosialis abad 18.
Dalam sistem ekonomi islam, yang ditekankan adalah terciptanya pemerataan distribusi
pendapatan, seperti tercantum dalam surat Al-Hasyr ayat 7.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Islam


1. Kejujuran (Amanah)
Kata al-amanah, yang secara etimologis berarti “jujur dan lurus”. Secara terminologis syar’i,
“sesuatu yang harus dijaga dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya” (Majelis Tarjih
dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2006).
Dengan demikian kejujuran (al-amanah) di sini ialah suatu sifat dan sikap yang setia, tulus hati,
dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta benda,
rahasia maupun tugas kewajiban. Pelaksanaan amanat dengan baik dapat disebut ”al-amin” yang
berarti: yang dapat dipercaya, yang jujur, setia, aman.
Kewajiban memiliki sifat kejujuran ini ditegaskan Allah dalam al-Qur’an:

‫س أبمن تبمحكككموُاً صباًملبعمدصل إصنن اب نصصعنماً يبصعظكككمم بصصه إصنن اب بكاًبن بسصميِرعاًبب ص‬
ً‫صيِررا‬ ‫إصنن اب يبأمكمكرككمم بأن تكبؤددواً ماًلببماًبناً ص‬
‫ت إصبلىَ أبمهلصبهاً بوإصبذاً بحبكممتكمم ببميِبن اًلنناً ص‬
“sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An-Nisa’/4:58).
Dalam konteks sekarang, salah satu bentuk penyalahgunaan amanat adalah perilaku KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Ketiganya sangat berpotensi mengabaikan prinsip
profesionalisme dan integritas moral. Adapun metode penyampaian amanah terus berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam al-Quran terdapat beberapa makna tentang amanah
menjadi tiga macam:
a. Amanah hamba kepada Allah,
b. Amanah hamba kepada sesamanya.
c. Amanah hamba kepada dirinya sendiri[1].
2. Keadilan (‘Adalah)
Adil memiliki makna, meletakan sesuatu pada tempatnya; menempatkan secara proporsional;
perlakuan setara atau seimbang. Dalam al-Qur`an kata-kata adil sering di kontradiktifkan dengan
makna dzulm (dzalim) dan itsm (dosa). Adapun makna keadilan disisi lain sering diartikan sebagai
sikap yang selalu menggunakan ukuran sama, bukan ukuran ganda. Dan sikap ini yang
membentuk seseorang untuk tidak berpihak pada salah satu yang berselisih. Menurut Al-
Ashfahani “adil”, dinyatakan sebagai memperlakukan orang lain setara dengan perlakuan terhadap
diri sendiri. Dimana ia berhak mengambil semua yang menjadi haknya, dan atau memberi semua
yang menjadi hak orang lain. (Quraish Shihab, 2002).
Adil dalam segi kemasyarakatan dan pemerintahan misalnya tindakan hakim yang menghukum
orang yang jahat sepanjang neraca keadilan. Jika hakim menegakkan necara keadilannya dengan
lurus dikatakanlah dia hakim yang adil. Jika ia berat sebelah maka dipandanglah ia dzalim.
Pemerintah dipandang adil jika dia mengusahakan kemakmuran rakyat secara merata, baik di
kota-kota maupun di desa-desa[2].

‫ب صللتنمقبوُىَ بواًت نكقوُاً اب إصنن اب بخصبيِ ككر‬


‫شهببدآَبء صباًملقصمسصط بولب يبمجصربمن نككمم بشنببئاًكن قبموُمم بعبلىَ أبلن تبمعصدكلوُاً اًمعصدكلوُاً هكبوُ أبمقبر ك‬
‫بياًأبديبهاً اًل نصذيبن بءاًبمكنوُاً ككوُكنوُاً قبنوُاًصميِبن لص ك‬
{8} ‫بصبماً تبمعبمكلوُبن‬
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmuterhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang akamu kerjakan. ( Al-Maidah ayat 8)

3. Keseimbangan (al-Wustho)
Konsep keseimbangan menjadi konsep lanjutan yang memiliki benang merah dengan konsep
keadilan. Allah menggambarkan posisinya dengan kondisi dimana bila terjadi ketimpangan dalam
kehidupan berekonomi, maka hendaknya dikembalikan pada posisi semula. Posisi yang tuju
adalah keseimbangan, pertengahan, keadilan.
Beberapa landasan yang mendukung prinsip ini diantaranya:
{9} ‫{ بوأبصقيِكموُاً اًملبوُمزبن صباًملقصمسصط بولبتكمخصسكرواً اًملصميِبزاًبن‬8} ‫طبغموُاً صفيِ اًملصميِبزاًبن‬
‫أبلن تب م‬
“Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. (QS. 55:8). Dan tegakkanlah
timbangan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.
Keseimbangan adalah tidak berat sebelah, baik itu usaha-usaha kita sebagai individu yang terkait
dengan keduniaan dan keakhiratan, maupun yang terkait dengan kepentingan diri dan orang lain,
tentang hak dan kewajiban.[3]

4. Kebenaran (al-Shidqah)
Kebenaran (al-Shidqah) ialah berlaku benar, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan.
(Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2006, ibid.). Kewajiban bersifat dan bersikap benar
ini diperintahkan dalam al-Qur’an:

‫بياًأبديبهاً اًلنصذيبن بءاًبمكنوُاً اًتنكقوُاً اب بوككوُكنوُاً بمبع اًل ن‬


‫صاًصدصقيِن‬
”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-
orang yang benar” (QS. Al-Taubah/9:119).
Sikap benar ini adalah salah satu yang menentukan status dan kemajuan perseorangan dan
masyarakat. Menegakkan prinsip kebenaran adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam
hubungan antara manusia dan antara satu golongan dengan golongan lainnya.
Dalam peribahasa sering disebutkan, ”Berani karena benar, takut karena salah”. Betapa kebenaran
itu menimbulkan ketenangan yang dengannya melahirkan keberanian. Rasulullah Shallallâhu
’Alaihi wa Sallam telah memberikan contoh betapa beraninya berjuang karena beliau berjalan di
atas prinsip-prinsip kebenaran[4].

5. Tolong Menolong (Ta’awun)


Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam lainnya yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar pembangunan
masyarakat adalah mewujudkan kerjasama umat manusia menuju terciptanya masyarakat sejahtera
lahir batin (M. Yunan Yusuf, dkk, 1995:4).
Al-Qur’an mengajarkan agar manusia tolong menolong (ta’awun) dalam kebajikan dan taqwa,
jangan tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran:

……….‫…بوتببعاًبوكنوُاً بعبلىَ اًملبصرر بواًلتنمقبوُىَ بولبتببعاًبوكنوُاً بعبلىَ ماًصلمثصم بواًملكعمدبواًصن‬..


“…..Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran….” (QS. al-Maidah/5:2).
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip kerjasama dalam ekonomi Islam adalah
keniscayaan. Umat manusia menginginkan ketersalingan (mutualism) akan rasa tolong menolong
(ta’awun) terutama yang terkait dengan kehidupan ekonomi, tetapi dengan syarat tidak boleh
tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran[5].

6. Kebersamaan dan Persamaan (Ukhuwwah).


Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam selanjutnya yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar
pembangunan masyarakat adalah memupuk rasa persamaan derajat, persatuan, dan kekeluargaan
diantara manusia[6].
Al-Qur’an mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia dari keturunan yang sama:

‫س إصنناً بخلبمقبناًككم رمن بذبكمر وكأنبثىَ بوبجبعملبناًككمم ك‬


‫شكعوُرباً بوقبببآَئصبل إصنن أبمكبربمككمم صعنبد اص أبمتبقاًككمم إصنن اب بعصليِرم بخصبيِرر‬ ‫بيآَأبديبهاً اًلنناً ك‬
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS.
al-Hujurat/49:13)

7. Kebebasan (Freewill)
Secara umum makna kebebasan dalam ekonomi, dapat melahirkan dua pengertian yang luas,
yakni; kreatif dan kompetitif. Dengan kreatifitas, seseorang bisa mengeluarkan ide-ide, bisa
mengekplorasi dan mengekspresikan potensi yang ada dalam diri dan ekonominya untuk
menghasilkan sesuatu. Sedangkan dengan kemampuan kompetisi, seseorang boleh berjuang
mempertahankan, memperluas dan menambah lebih banyak apa yang di inginkannya
Dalam ekonomi Islam, makna kebebasan adalah memperjuangkan apa yang menjadi haknya dan
menunaikan apa yang menjadi kewajibannya sesuai perintah syara’.Sebagaimana konsep
kepemilikan, konsep kebebasan dalam berekonomi menurut Islam, tidak boleh keluar dari aturan-
aturan syari’at. Bahwa manusia diberi keluasan dan keleluasaan oleh Allah untuk berusaha
mencari rizki Allah pada segala bidang, ya. Namun tetap pada koridor usaha yang tidak melanggar
aturan –Nya.
Kebebasan ekonomi Islam adalah kebebasan berakhlaq. Berakhlaq dalam berkonsumsi,
berproduksi dan berdistribusi. Dengan kebebasan berkreasi dan berkompetisi akan melahirkan
produktifitas dalam ekonomi. Dengan dasar ayat diatas juga, Islam menyarankan manusia untuk
produktif. Kegiatan produksi adalah bagian penting dalam perekonomian[7].

Prinsip-prinsip
Penjelasan
Keterangan
1
Kerja;
pemberdayaan sumber daya. Memperoleh penghidupan melalui kerja-kerja nyata.
Jelas
2
Kompensasi;
konsekuensi dari kerja untuk penghidupanyang layak.
Jelas
3
Efisiensi;
alokasi terbaik minimalisasi input-output tertentu atau maksimalisasi output-input tertentu.
Allocation Efficiency and X-Efficiency
4
Professional;
menyerahkan suatu urusan pada ahlinya, sebuah konsekuensi efisiensi yang melahirkan
spesialisasi.
Ekonom, Teknisi, Politikus, Penambak, Sopir, dll
5
Kecukupan;
menjamin kebutuhan hidup bagi pelaku ekonomi, baik muslim maupun non-muslim.
Sandang, Pangan, Pangan, Papan, Pendidikan, Akses Sumber Daya, Kerja, Menikah, dan Kaya
6
Pemerataan kesempatan;
kesamaan dalam memperoleh kecukupan tanpa memerhatikan gender, ras, atau golongan tertentu.
Jelas
7
Kebebasan;
manusia bebas dalam memperoleh kemashlahatan hidupnya dalam konteks kebebasan sesuai
dengan syariat islam.
Bebas dengan artian tidak melenggar syariat islam

B. Perbedaan Bisnis Syari’ah dan Bisnis Konvensional


Terdapat 3 jenis proses bisnis secara syari’ah dan secara konvensional, yaitu:
1. Proses manajemen, yakni proses yang mengendalikan operasional dari sebuah sistem.
Contohnya: Manajemen Strategis.
1. Syari’ah
- Manajemen ini mementingkan perilaku yang terkait denga nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan.
- Manajemen syariah pun mementingkan adanya struktur organisasi. Ini bisa dilihat pada
surat Al An'aam: 65, "Allah meninggikan seseorang di atas orang lain beberapa derajat". Ini
menjelaskan bahwa dalam mengatur dunia, peranan manusi tidak akan sama.
- Manajemen syariah membahas soal sistem. Sistem ini disusun agar perilaku pelaku di
dalamnya berjalan dengan baik.
2. Konvensional
Didalam manajemen ini, manajer di saat menghadapi masalah memecahkannya berdasarkan
kepada tindakan-tindakannya yang terdahulu atau dengan kata lain didasarkan pada masa lalu.
2. Proses Operasional yakni proses yang meliputi bisnis inti dan menciptakan aliran nilai
utama. Contohnya proses pembelian, manufaktur, pengiklanan dan pemasaran, dan penjualan.
1. Syari’ah, didalam proses operasional ini, proses secara syari’ah dibagi menjadi 5 macam,
yaitu:
- Mudharabah (perkongsian untung) ialah pengaturan atau perjanjian di antara pemberi
modal dan pengusaha projek di mana pengusaha projek boleh menggunakan dana bagi
menjalankan aktiviti perniagaan beliau. Sebarang keuntungan yang diperoleh akan dibahagi di
antara pemberi modal dan pengusaha projek tersebut mengikut nisbah yang telah dipersetujui
sementara kerugian akan ditanggung seluruhnya oleh pemberi modal.
- Musyarakah (usaha sama) merupakan konsep perbankan Islam yang biasanya diguna pakai
bagi perniagaan perkongsian atau perniagaan usaha sama untuk sesuatu perusahaan perniagaan.
Keuntungan yang diperoleh akan dikongsi bersama berdasarkan nisbah yang telah dipersetujui
manakala kerugian akan ditanggung berdasarkan nisbah sumbangan modal[8].
- Murabahah (kos tokok) (bahasa Arab: ‫ ))مراًبحه‬ditakrifkan sebagai penjualan barangan, yang
tidak melanggar syariah, pada harga yang termasuk margin keuntungan yang dipersetujui oleh
kedua-dua penjual dan pembeli. Antara syarat adalalah harga belian dan jualan, kos-kos lain serta
margin keuntungan hendaklah dinyatakan dengan jelas semasa perjanjian jualan dilaksanakan.
- Ijarah (pure leasing) adalah pemberian kesempatan kepada penyewa untuk mengambil
kesempatan dari barang sewaan untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya telah
disepakati bersama. Sebagai contoh adalah pembiayaan mobil, pelanggan akan memasuki kontrak
pertama dan memberikan harga sewa mobil tersebut pada kadar sewa yang telah dipersetujui
untuk suatu tempo tertentu. Pada akhir tempo pembayaran, kontrak kedua akan dikuatkuasakan
bagi pelanggan untuk membeli kendaraan tersebut pada harga yang telah dipersetujui.
- Wadiah adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-
waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan
bonus kepada nasabah.
2. Konvensional
-Penciptaan kredit
- Fungsi giral
- Penanaman dan penagihan
- Akumulasi tabungan dan investasi
- Jasa-jasa trust
- Jasa-jasa lain
- Perolehan laba untuk imbalan para pemegang saham
3. Proses pendukung, yaitu yang mendukung proses inti. Contohnya semisal akunting,
rekruitmen, dan pusat bantuan.
Syariah Tidak ada perbedaan proses pendukung antara bank syariah dan bank Non (konvensional),
karena baik bank syariah dan bank konvensional sama-sama membutuhkan akunting, rekruitmen,
dan pusat bantuan[9].

PERBEDAAN BANK SYARIAH DENGAN BANK KONVENSIONAL


Hal yang membedakan antar bank syariah dengan bank konvensional terletak pada prinip
kegiatan usahanya.bank syariah prinsip hukumnya bersumber pada hukum islam yang melarang
hal-hal sebagai berikut:
1. Perniagaan atas barang yang haram.
2. Bunga (riba).
3. Perjudian dan spekulasi yang di sengaja (maisir).
4. Ketidakjelasan dan manipulative (gharar)[10].

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional


BANK SYARIAH

§ Melakukan hanya investasi yang halal menurut islam


§ Memakai prinsip bagi hasil,jual-beli, dan sewa
§ Berorientasi keuntungan dan falah (kebahagian dunia dan akhirat sesuai dengan ajaran islam)
§ Hubungan dengan nasabah dengan bentuk kemitraan
§ Penghimpunan dana penyaluran dana sesuai fatwa dewan pengawasan syariah
BANK KONVENSIONAL

§ Melakukan investasi baik yang halal atau haram menurut hukum islam
§ Memakai perangkat suku bunga

§ Berorientasi keuntungan
§ Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur-debitur
§ Penghimpunan dan penyaluran
§ Dana tdak di atur oleh dewan sejenis
Di antara perbedaan utama antara bank syariah dan bank konvensional adalah bank syariah
tidak menggunakan bunga melainkan bagi hasil .untuk mengetahui perbedaan antara bunga dan
bagi hasil perhatikan table sebagi berikut[11]:

Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil


BUNGA

§ Penetuan bunga di buat pada waktu akad dengan asusmsi harus selalu untung
§ Besarnya bunga adalah suatu prosentase tertentu terhadap besarnya uang yang di pinjam kan
§ Besarnya bunga tetap seperti yang di janjikan tanpa mempertimbangkan apakah proyek / usaha
yang di jalankan oleh nasabah / mudharib untung atau rugi
§ Eksistensi bunga di ragukan oleh semua agama termasuk islam
BAGI HASIL

§ Penentuan besarnya nisbah bagi hasil di buat pada waktu akad dengan ber pedoman pada
kemungkinan untung-rugi
§ Besarnya bagi hasil adalah berdasarkan nisbah terhadap besar-nya keuntungan yang di peroleh
§ Besarnya bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek/usaha yang di jalankan
§ Bila usaha merugi maka kerugian akan di tanggung oleh pemilik dana, kecuali kerugian karena
kelalaian, salah urus, atau pelanggaran oleh mudharib
§ Tidak ada yang meragukan keabsahanbagi-hasil

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di dalam prinsip-prinsip dasar ekonomi islam terbagi menjadi 7 prinsip, yaitu:
1. Kejujuran (Amanah)
Kejujuran (al-amanah) ialah suatu sifat dan sikap yang setia, tulus hati, dan jujur dalam
melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta benda, rahasia maupun
tugas kewajiban
2. Keadilan (‘Adalah)
Makna keadilan disisi lain sering diartikan sebagai sikap yang selalu menggunakan ukuran sama,
bukan ukuran ganda.
3. Keseimbangan (Al-Wustho)
Keseimbangan adalah tidak berat sebelah, baik itu usaha-usaha kita sebagai individu yang terkait
dengan keduniaan dan keakhiratan, maupun yang terkait dengan kepentingan diri dan orang lain,
tentang hak dan kewajiban.
4. Kebenaran (Al-Shidqah)
Sikap benar adalah salah satu yang menentukan status dan kemajuan perseorangan dan
masyarakat.
5. Tolong menolong (Ta’awun)
Umat manusia menginginkan ketersalingan (mutualism) akan rasa tolong menolong (ta’awun)
terutama yang terkait dengan kehidupan ekonomi, tetapi dengan syarat tidak boleh tolong
menolong dalam dosa dan pelanggaran.
6. Kebersamaan dan persamaan (Ukhuwwah)
Umat manusia menginginkan ketersalingan (mutualisme) akan rasa tolong menolong (ta’awun)
terutama yang terkait dengan kehidupan ekonomi, tetapi dengan syarat tidak boleh tolong
menolong dalam dosa dan pelanggaran.

7. Kebebasan (freewill)
Makna kebebasan adalah memperjuangkan apa yang menjadi haknya dan menunaikan apa yang
menjadikewajibannya sesuai perintah islam.
Di dalam prinsip-prinsip dasar ekonomi Konvensional yaitu :
1. Melakukan investasi baik yang halal atau haram menurut hukum islam
2. Memakai perangkat suku bunga
3. Berorientasi keuntungan
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur-debitur
5. Penghimpunan dan penyaluran
6. Dana tdak di atur oleh dewan sejenis

B. Kritik dan Saran


Dalam makalah ini tentunya ada banyak sekali koreksi dai para pembaca, karena kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca yang dengan itu semua kami harapkan makalah ini akan jauh lebih
baik.

[1] Sumar’in. 2012.Konsep Kelembagaan Bank Syari’ah.Yogyakarta: Graha Ilmu.


[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Antonio, Muhamammad Syafi’i. 2001.Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani
[5] Ibid.
[6] Zainul, Arifin. 2005. Dasar- Dasar Management Bank Syari’ah. Jakarta : Alvabet.
[7] Loc.it.
[8] Ali, Zainuddin. 2007. Hukum Perbankan Syari’ah. Palu : Sinar Grafika.
[9] Ibid.
[10] TEMPO interaktif, Jakarta 16 Desember 2003.
[11] Ibid.
Ari Sigit di 04.52
Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link



Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Foto saya
Ari Sigit

Lihat profil lengkapku


Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai