blog anddres
ABSTRACK
Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan dasar kajian ilmu Ekonomi yang
membandingkan antara ilmu ekonomi yang berlandaskan islam dengan ekonomi konvensional.
Selain itu tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai pemenuhan tugas kelompok tentang
pengkajian perbandingan antara ilmu ekonomi islam dengan ilmu ekonomi konvensional, sebagai
syarat penambahan nilai dalam proses belajar materi Pengantar Perbankan Sya’riah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada tiga sistem ekonomi yang dikenal di dunia, yaitu sistem ekonomi sosialis/komunis, sistem
ekonomi kapitalis, dan sistem ekonomi islam. Masing-masing sitem ini mempunyai karakteristik.
Pertama, Sistem Ekonomi Sosialis/Komunis. Paham ini muncul sebagai akibat dari paham
komunis yang mengeksploitasi manusia, sehingga negara ikut campur cukup dalam dengan
perannya yang sangat dominan. Akibatnya adalah tidak adanya kebebasan dalam melakukan
aktivitas ekonomi bagi individu-individu, melainkan untuk semuanya kepentingan bersama,
sehingga tidal diakuinya kepemilikan pribadi. Negara bertanggung jawab dalam mendistribusikan
sumber dan hasil produksi kepada seluruh masyarakat.
Kedua, Sistem Ekonomi Kapitalis. Berbeda dengan sistem komunis, sistem ini sangat bertolak
belakang dengan sistem Sosialis/Komunis, dimana negara tidak mempunyai peranan utama atau
terbatas dalam perekonomian. Sistem ini sangat menganut sistem mekanisme pasar, sistem ini
mengakui adanya tangan yang tidak kelihatan yang ikut campur dalam mekanisme pasar apabila
terjadi penyimpangan (invisible hand). Yang menjadi cita-cita utamanya adalah adanya
pertumbuhan ekonomi, sehingga sehingga setiap individu dapat melakukan kegiatan ekonomi
dengan diakuinya kepemilikan pribadi.
Ketiga, Sistem Ekonomi Islam. Sistem ekonomi islam hadir jauh lebih dahulu dari kedua sistem
yang di maksud di atas, yaitu pada abad ke 6, sedangkan kapitalis abad 17, dan sosialis abad 18.
Dalam sistem ekonomi islam, yang ditekankan adalah terciptanya pemerataan distribusi
pendapatan, seperti tercantum dalam surat Al-Hasyr ayat 7.
BAB II
PEMBAHASAN
س أبمن تبمحكككموُاً صباًملبعمدصل إصنن اب نصصعنماً يبصعظكككمم بصصه إصنن اب بكاًبن بسصميِرعاًبب ص
ًصيِررا إصنن اب يبأمكمكرككمم بأن تكبؤددواً ماًلببماًبناً ص
ت إصبلىَ أبمهلصبهاً بوإصبذاً بحبكممتكمم ببميِبن اًلنناً ص
“sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An-Nisa’/4:58).
Dalam konteks sekarang, salah satu bentuk penyalahgunaan amanat adalah perilaku KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Ketiganya sangat berpotensi mengabaikan prinsip
profesionalisme dan integritas moral. Adapun metode penyampaian amanah terus berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam al-Quran terdapat beberapa makna tentang amanah
menjadi tiga macam:
a. Amanah hamba kepada Allah,
b. Amanah hamba kepada sesamanya.
c. Amanah hamba kepada dirinya sendiri[1].
2. Keadilan (‘Adalah)
Adil memiliki makna, meletakan sesuatu pada tempatnya; menempatkan secara proporsional;
perlakuan setara atau seimbang. Dalam al-Qur`an kata-kata adil sering di kontradiktifkan dengan
makna dzulm (dzalim) dan itsm (dosa). Adapun makna keadilan disisi lain sering diartikan sebagai
sikap yang selalu menggunakan ukuran sama, bukan ukuran ganda. Dan sikap ini yang
membentuk seseorang untuk tidak berpihak pada salah satu yang berselisih. Menurut Al-
Ashfahani “adil”, dinyatakan sebagai memperlakukan orang lain setara dengan perlakuan terhadap
diri sendiri. Dimana ia berhak mengambil semua yang menjadi haknya, dan atau memberi semua
yang menjadi hak orang lain. (Quraish Shihab, 2002).
Adil dalam segi kemasyarakatan dan pemerintahan misalnya tindakan hakim yang menghukum
orang yang jahat sepanjang neraca keadilan. Jika hakim menegakkan necara keadilannya dengan
lurus dikatakanlah dia hakim yang adil. Jika ia berat sebelah maka dipandanglah ia dzalim.
Pemerintah dipandang adil jika dia mengusahakan kemakmuran rakyat secara merata, baik di
kota-kota maupun di desa-desa[2].
3. Keseimbangan (al-Wustho)
Konsep keseimbangan menjadi konsep lanjutan yang memiliki benang merah dengan konsep
keadilan. Allah menggambarkan posisinya dengan kondisi dimana bila terjadi ketimpangan dalam
kehidupan berekonomi, maka hendaknya dikembalikan pada posisi semula. Posisi yang tuju
adalah keseimbangan, pertengahan, keadilan.
Beberapa landasan yang mendukung prinsip ini diantaranya:
{9} { بوأبصقيِكموُاً اًملبوُمزبن صباًملقصمسصط بولبتكمخصسكرواً اًملصميِبزاًبن8} طبغموُاً صفيِ اًملصميِبزاًبن
أبلن تب م
“Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. (QS. 55:8). Dan tegakkanlah
timbangan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.
Keseimbangan adalah tidak berat sebelah, baik itu usaha-usaha kita sebagai individu yang terkait
dengan keduniaan dan keakhiratan, maupun yang terkait dengan kepentingan diri dan orang lain,
tentang hak dan kewajiban.[3]
4. Kebenaran (al-Shidqah)
Kebenaran (al-Shidqah) ialah berlaku benar, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan.
(Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2006, ibid.). Kewajiban bersifat dan bersikap benar
ini diperintahkan dalam al-Qur’an:
7. Kebebasan (Freewill)
Secara umum makna kebebasan dalam ekonomi, dapat melahirkan dua pengertian yang luas,
yakni; kreatif dan kompetitif. Dengan kreatifitas, seseorang bisa mengeluarkan ide-ide, bisa
mengekplorasi dan mengekspresikan potensi yang ada dalam diri dan ekonominya untuk
menghasilkan sesuatu. Sedangkan dengan kemampuan kompetisi, seseorang boleh berjuang
mempertahankan, memperluas dan menambah lebih banyak apa yang di inginkannya
Dalam ekonomi Islam, makna kebebasan adalah memperjuangkan apa yang menjadi haknya dan
menunaikan apa yang menjadi kewajibannya sesuai perintah syara’.Sebagaimana konsep
kepemilikan, konsep kebebasan dalam berekonomi menurut Islam, tidak boleh keluar dari aturan-
aturan syari’at. Bahwa manusia diberi keluasan dan keleluasaan oleh Allah untuk berusaha
mencari rizki Allah pada segala bidang, ya. Namun tetap pada koridor usaha yang tidak melanggar
aturan –Nya.
Kebebasan ekonomi Islam adalah kebebasan berakhlaq. Berakhlaq dalam berkonsumsi,
berproduksi dan berdistribusi. Dengan kebebasan berkreasi dan berkompetisi akan melahirkan
produktifitas dalam ekonomi. Dengan dasar ayat diatas juga, Islam menyarankan manusia untuk
produktif. Kegiatan produksi adalah bagian penting dalam perekonomian[7].
Prinsip-prinsip
Penjelasan
Keterangan
1
Kerja;
pemberdayaan sumber daya. Memperoleh penghidupan melalui kerja-kerja nyata.
Jelas
2
Kompensasi;
konsekuensi dari kerja untuk penghidupanyang layak.
Jelas
3
Efisiensi;
alokasi terbaik minimalisasi input-output tertentu atau maksimalisasi output-input tertentu.
Allocation Efficiency and X-Efficiency
4
Professional;
menyerahkan suatu urusan pada ahlinya, sebuah konsekuensi efisiensi yang melahirkan
spesialisasi.
Ekonom, Teknisi, Politikus, Penambak, Sopir, dll
5
Kecukupan;
menjamin kebutuhan hidup bagi pelaku ekonomi, baik muslim maupun non-muslim.
Sandang, Pangan, Pangan, Papan, Pendidikan, Akses Sumber Daya, Kerja, Menikah, dan Kaya
6
Pemerataan kesempatan;
kesamaan dalam memperoleh kecukupan tanpa memerhatikan gender, ras, atau golongan tertentu.
Jelas
7
Kebebasan;
manusia bebas dalam memperoleh kemashlahatan hidupnya dalam konteks kebebasan sesuai
dengan syariat islam.
Bebas dengan artian tidak melenggar syariat islam
§ Melakukan investasi baik yang halal atau haram menurut hukum islam
§ Memakai perangkat suku bunga
§ Berorientasi keuntungan
§ Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur-debitur
§ Penghimpunan dan penyaluran
§ Dana tdak di atur oleh dewan sejenis
Di antara perbedaan utama antara bank syariah dan bank konvensional adalah bank syariah
tidak menggunakan bunga melainkan bagi hasil .untuk mengetahui perbedaan antara bunga dan
bagi hasil perhatikan table sebagi berikut[11]:
§ Penetuan bunga di buat pada waktu akad dengan asusmsi harus selalu untung
§ Besarnya bunga adalah suatu prosentase tertentu terhadap besarnya uang yang di pinjam kan
§ Besarnya bunga tetap seperti yang di janjikan tanpa mempertimbangkan apakah proyek / usaha
yang di jalankan oleh nasabah / mudharib untung atau rugi
§ Eksistensi bunga di ragukan oleh semua agama termasuk islam
BAGI HASIL
§ Penentuan besarnya nisbah bagi hasil di buat pada waktu akad dengan ber pedoman pada
kemungkinan untung-rugi
§ Besarnya bagi hasil adalah berdasarkan nisbah terhadap besar-nya keuntungan yang di peroleh
§ Besarnya bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek/usaha yang di jalankan
§ Bila usaha merugi maka kerugian akan di tanggung oleh pemilik dana, kecuali kerugian karena
kelalaian, salah urus, atau pelanggaran oleh mudharib
§ Tidak ada yang meragukan keabsahanbagi-hasil
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam prinsip-prinsip dasar ekonomi islam terbagi menjadi 7 prinsip, yaitu:
1. Kejujuran (Amanah)
Kejujuran (al-amanah) ialah suatu sifat dan sikap yang setia, tulus hati, dan jujur dalam
melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta benda, rahasia maupun
tugas kewajiban
2. Keadilan (‘Adalah)
Makna keadilan disisi lain sering diartikan sebagai sikap yang selalu menggunakan ukuran sama,
bukan ukuran ganda.
3. Keseimbangan (Al-Wustho)
Keseimbangan adalah tidak berat sebelah, baik itu usaha-usaha kita sebagai individu yang terkait
dengan keduniaan dan keakhiratan, maupun yang terkait dengan kepentingan diri dan orang lain,
tentang hak dan kewajiban.
4. Kebenaran (Al-Shidqah)
Sikap benar adalah salah satu yang menentukan status dan kemajuan perseorangan dan
masyarakat.
5. Tolong menolong (Ta’awun)
Umat manusia menginginkan ketersalingan (mutualism) akan rasa tolong menolong (ta’awun)
terutama yang terkait dengan kehidupan ekonomi, tetapi dengan syarat tidak boleh tolong
menolong dalam dosa dan pelanggaran.
6. Kebersamaan dan persamaan (Ukhuwwah)
Umat manusia menginginkan ketersalingan (mutualisme) akan rasa tolong menolong (ta’awun)
terutama yang terkait dengan kehidupan ekonomi, tetapi dengan syarat tidak boleh tolong
menolong dalam dosa dan pelanggaran.
7. Kebebasan (freewill)
Makna kebebasan adalah memperjuangkan apa yang menjadi haknya dan menunaikan apa yang
menjadikewajibannya sesuai perintah islam.
Di dalam prinsip-prinsip dasar ekonomi Konvensional yaitu :
1. Melakukan investasi baik yang halal atau haram menurut hukum islam
2. Memakai perangkat suku bunga
3. Berorientasi keuntungan
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur-debitur
5. Penghimpunan dan penyaluran
6. Dana tdak di atur oleh dewan sejenis
‹
›
Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Foto saya
Ari Sigit