Anda di halaman 1dari 5

Andi Ikhwan Pallawagau R

2210323016
S1 Akuntasi
Universitas Fajar – Makassar

BAB 3
Tantangan Ekonomi Sirkular

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi menjadi aspirasi/ambisi


bagi setiap individu, oroganisasi, industri dan negara. Mengejar
kesejahteraan dan pembangunan ekonomi itu sendiri bukan tanpa manfaat,
melainkan sebuah usaha yang telah dilakukan dan menimbulkan perhatian
bagi para praktisi dan peneliti. Cakupan dari dampak negatif tidak hanya
sebatas pada planet dan populasi manusia sekarang, melainkan juga
berdampak pada generasi mendatang. Majunya teknologi telah membantu
lonjakan tingkat produksi dan telah berdampak pada perilaku konsumen,
menghasilkan tingkat konsumsi lebih tinggi, masa manfaat produk yang
lebih singkat secara global.
Di saat konsep tentang ekonomi sirkular telah muncul sekitar 5 dekade
lalu dan telah mendapat popularitas, akar dari permasalahan tersebut
dipercaya tidak dapat di lacak kembali pada titik spesifik tertentu. Akar
permasalahan yang mendorong konsep eknomi sirkular adalah kelangkaan
sumber daya, meningkatnya ekstraksi, kenaikan harga sumber daya,
perubahan iklim, dan perubahan sikap atau perilaku dalam menghadapi isu
tersebut. Konsep ekonomi sirkular dipercaya muncul dari gagasan
‘Ecological and Environtmental Economics’ (Ghisellini et al. 2016) dan ‘Eco-
Industrial Development (EID)’, yang mana menyarankan antara kesehatan
ekonomi dan kesehatan lingkungan bisa hidup berdampingan.
Apa yang dimaksud dengan ekonomi sirkular? Konsep ekonomi
sirkular berbeda dari konsep ‘Green’ dan/atau ‘Recycling’ dan menawarkan
pendekatan proaktif yang kontras pada sistem linier ‘ambil-buat-buang’ saat
ini dan mengenalkan konsep dari ‘roundput’ dari pada ‘throughput’ yang
mana resource/bahan digunakan tetapi tidak terbuang. Berikut gambaran
pola linear dan sirkular:

Halaman |1
Andi Ikhwan Pallawagau R
2210323016
S1 Akuntasi
Universitas Fajar – Makassar

Ekonomi sirkular bukan hanya sekadar nama lain dari daur ulang.
Meskipun mendaur-ulang salah satu elemen kunci, konsepnya mencakup
perpektif dan pendekatan yang lebih luas, mencakup pemulihan sumber
daya, efisiensi dan efektifitas sumber daya, konsumsi dan produksi yang
berkelanjutan, sistem penyediaan, simbiosis industri, metabolisme urban,
zero waste, eco-design, kekritisan material, model daur-ulang, model daur-
atas/daur-bawah dan atas ke bawah, manufaktur ulang, meminimalisir dan
pencegahan limbah.
Menurut Ellen MacArthur Foundation (2015a,p. 19) ekonomi sirkular
adalah salah satu hal yang bersifat restorasi dan regenerasi pada model
dan menyasar produk, komponen, juga material pada tingkat tertinggi untuk
kegunaan dan nilai suatu produk, yang membedakan antara siklus technical
dan biological.
Dalam hal untuk mendesain dan mengarahkan sistem ekonomi
sirkular harus memperhatikan kegunaan dari sumber daya/resource dan
kontribusi balik pada sistem dimana kita bergantung, karakteristik dan
kerangka arsitektur yang telah dikembangkan oleh para akademisi.
Karakteristik dan rangka arsitektur pada ekonomi sirkular, salah satu
karakteristik esensialnya adalah ‘the boundaries of circular economy are not
defined, nor are they ever likely to be’ atau ‘batasan pada ekonomi sirkular
tidak ditentukan dan tidak akan pernah ada’ (Webster 2015). Hal ini bisa
saja benar dengan melihat perkembangan kemajuan teknologi yang
menciptakan solusi baru untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya, dan dengan model sirkular yang bersifat repetitif tanpa adanya
batas/akhir, batasan dari ekonomi sirkular sulit untuk ditemukan/ditarik.
Berikut pola rangka arsitektur dari eknomi sirkular menurut Webster
(2015).

Halaman |2
Andi Ikhwan Pallawagau R
2210323016
S1 Akuntasi
Universitas Fajar – Makassar

The Ellen MacArthur Foundation menciptakan arsitektur/kerangka


ekonomi sirkular yang disebut dengan ‘the ReSOLVE’, terdapat enam
bidang aksi/tindakan untuk entitas bisnis dan negara yang ingin berpindah
pada ekonomi sirkular, dibawah ini penjelasan dari enam aksi tersebut.
1. Regenerasi/Regenerate : Berpindah ke energi dan sumber daya
yang terbarukan untuk menciptakan ekosistem yang baik dengan
mengambalikan sumber daya hayati ke biosfer.
2. Berbagi/Share : Mempromosikan ekonomi berbagi
dimana konsumer dan entitas bisnis dapat membagi asset mereka
seperti kendaraan, bangunan, perlengkapan, perlatan, dan
sebagainya. Faktor penting lainnya adalah pemanfaat kembali
produk dengan membeli maupun menjual barang second.
3. Optimasi/Optimize : Memaksimalkan manfaat dari sumber
daya untuk dipekerjakan dengan mendesain suatu sistem
manajemen yang efektif dan efisien melalui adopsi dan
penggunaan teknologi untuk meningkatkan kinerja.
4. Lingkaran/Loop : Siklus penggunaan bahan baku
sangatlah penting dalam ekonomi sirkular dan hal itu dapat diraih
dengan memperpanjang siklus masa penggunaan bahan baku
dalam lingkaran tertutup.
5. Virtualisasi/Virtualize : Pemanfaatan teknologi untuk
membantu dematerialisasi, sebagai contoh penggunaan buku
elektronik ketimbang menggunakan buku konvensional/buku yang
terbuat dari kertas, menjual barang di pasar elektronik/e-
commerce dan membuat kantor virtual untuk membantu
mengurangi penggunaan ruang yang bisa dijadikan ruang terbuka
hijau
6. Bertukar/Exchange : Mengganti teknologi lama dengan
teknologi yang terbarukan, seperti penggunaan energi yang
bersumber dari sinar matahari/tenaga surya dan pencetak 3D.

Kerangka kerja dan langkah aksi atau model tindakan yang di buat
oleh The Ellen MacArthur Foundation sangat mirip dengan kerangka kerja
yang jelaskan oleh Ken Webster. Perbedaan diantaranya keduanya adalah
pola yang dirancang oleh Webster memberikan prinsip dasar yang
diperlukan untuk eksistensi dari konsep ekonomi sirkular, sedangkan pola
yang disampaikan oleh Ellen MacArthur Foundation memberikan
metodologi melalui suatu gagasan di mana ekonomi sirkular dapat
direalisasikan dan dioptimasikan. Contohnya, pada poin/elemen share dan
virtualize tidak secara langsung disorot dalam kerangka kerja oleh Webster
tetapi merupakan inti dari elemen ‘thinking in systems’.

Halaman |3
Andi Ikhwan Pallawagau R
2210323016
S1 Akuntasi
Universitas Fajar – Makassar

Faktor pendukung dan penghalang dalam penerapan ekonomi sirkular


sebagian besar dapat menjadi faktor pendorong asalkan ditangani dan
dikelola dengan cara yang benar. Menurut Geng dan Doberstein (2008)
terdapat tiga faktor utama yang di identifikasi oleh para akademisi antara
lain, polis, teknologi, dan partisipasi publik.

Kurang kebijakan terstruktur dapat menghambat atau tidak ada adopsi


untuk ekonomi sirkular pada tingkat industri maupun konsumen. Banyak
negara-negara seperti Belanda dan Inggris telah menciptakan peraturan
guna untuk menerapkan ekonomi sirkular pada skala besar, kecil, dan
menengah. Usaha kolaborasi yang dilakukan oleh pemerintah bersama
dengan sektor privat merupakan persyaratan yang utama untuk
menciptakan peraturan dan hasil yang baik.
Implementasi dan implikasi ekonomi sirkular untuk terhadap profesi
akuntansi, pada semua tingkat implementasi, mulai dari pembentukan
kebijakan hingga desain dan implementasi sistem informasi menjadi peran
penting dalam hal peralihan ekonomi model liniar ke model sirkular.
Akuntan perlu turut mengikutsertakan konsep ekonomi sirkular dan
mempertimbangkan implikasi terhadap sistem informasi. Peranan dari
akuntansi sosial dan lingkungan pada ekonomi sirkular juga turut merubah
beberapa metode akuntansi untuk kegiatan sosial dan lingkungan pada
organisasi.
Persyaratan penerapan akuntansi ekonomi sirkular pada tingkat
organisasi, idealnya berfokus pada sistem informasi akuntansi manajemen
internal dimana polis dan pengambilan keputusan dalam bisnis disediakan
dengan informasi keuangan yang berguna untuk membantu dalam
pengambilan keputusan. Akuntan dalam organisasi individual akan dapat
memberikan bantuan berbasi praktik, menyediakan informasi yang sangat
berguna dalam hal mengakselerasikan transisi menuju ekonomi sirkular.

Halaman |4
Andi Ikhwan Pallawagau R
2210323016
S1 Akuntasi
Universitas Fajar – Makassar

Dalam hal elemen ekonomi sirkular kepada konsumen akhir, perlu


memperhatikan bagaimana suatu produk tersebut bisa didapatkan baik
harga maupun skema pembelian. Membebankan semua biaya full-cost
kepada pelanggan adalah hal yang berbeda. Perlu regulasi yang tepat
antara memahami pelanggan dan persetujuan kompetitor/pasar agar
transisi menuju ekonomi sirkular tidak terhambat.
Sebagai contoh skema penjualan/perolehan produk secara
leasing/sewa, pihak perusahaan/entitas bisnis menyewakan produk nya
dengan harga dan durasi yang telah ditetapkan yang kemudian pada akhir
masa pakai/masa manfaat produk tersebut dikembalikan kepada
perusahaan untuk diperbaiki atau di rekondisi dan akan terus seperti itu
untuk menghindari pembuatan produk baru yang mana sudah pasti akan
meningkatkan penggunaan bahan baku dan sumber daya.
Peran akuntan terhadap ekonomi sirkular adalah dalam hal
penentuan/keputusan harga produk dan pendapatan, penentuan garansi
dan biaya jasa. Perlu diperhatikan dalam hal pembiayaannya dikarenakan
dapat menyebabkan komplikasi substansial yang berkaitan dengan
pengakuan pendapatan, persediaan dan penilaian leasing serta arus
keuangan.
Salah satu contoh perusahaan yang telah merubah model dalam
menjalankan bisnis nya yang menyasar sustainability’ dalam jangka
panjang adalah Unilever (sebuah perusahaan Fast-Moving Consumer
Goods), mereka berkolaborasi bersama dengan The Ellen MacArthur
Foundation dalam program CE100. Platform ini adalah suatu kolaborasi
yang sangat penting dalam membangun pengetahuan dan kesempatan
untuk perkembangan organisasi yang bergerak pada bidang penerapan
ideologi ‘sustainability’ dan ekonomi sirkular. Strategi yang mereka jalankan
adalah seperti mendaur-ulang kemasan plastik yang mereka produksi,
melatih semua staff dengan memberikan bahan ajar berupa modul
elektronik (paper-less), dan sebagainya. Bahkan pihak Unilever pun
menggunakan akuntan yang independen dari pihak eksternal untuk
mengawasi dan pelaporan terhadap progress indeks performansi
’sustainability’ yang mereka jalankan.

Halaman |5

Anda mungkin juga menyukai