Anda di halaman 1dari 2

Nama : Raisya Maulana

NPM : 170110210063

Berikut merupakan point of view dari pada bab dua:

● Model ekonomi sirkuler merupakan kebalikan dari model ekonomi linear, model ini
didefinisikan sebagai model dan pola produksi pada sistem ekonomi, bisnis, serta
industri yang dirancang untuk mencegah, memulihkan, dan menghilangkan dampak
lingkungan dari keseluruhan prosesnya. Hal-hal seperti menghemat sumber daya
alam, penggunaan clean energy, zero waste, dan teknologi ramah lingkungan adalah
sasaran dari model ekonomi sirkular.
● Model ini memiliki beberapa prinsip dasar, yaitu
 Proses produksi pada model ini dirancang untuk tidak menghasilkan sampah,
artinya komponen biologisnya dirancang untuk hancur di alam dan komponen
teknisnya dirancang untuk penggunaan yang berkelanjutan. Adanya konsep
traceability untuk melacak rantai bahan baku agar dapat dipastikan berasal
dari proses yang ramah lingkungan.
 Proses produksi pada model ini dirancang agar dapat menghemat sumber
daya alam sebagai bahan baku, artinya mengambil bahan seminimal
mungkin dan menghasilkan produk sebanyak mungkin agar produktivitas
sumber daya alamnya dapat meningkat. Mekanisme baku dalam rancangan
produksinya berdasarkan prinsip 5R, serta ketentuan Extended Producer
Responsibility (EPR) diberlakukan agar sampah dari produk menjadi
tanggung jawab produsen.
 Produk yang dihasilkan dalam model ini dirancang untuk digunakan dan
dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, artinya tidak mudah rusak seperti
pada model ekonomi linear. Mempertahankan nilai tambah produknya dalam
waktu yang lama menjadi salah satu sasaran utama model ekonomi ini.
 Model ekonomi sirkular menggunakan energi terbarukan, artinya penggunaan
fosil dalam berbagai produksi dihilangkan untuk menghindari dampak krisis
dan bencana lingkungan.
 Berpikir dalam sistem, artinya model ekonomi ini dirancang dengan
berdasarkan cara kerja alam atau biomimicry.
 Memberikan dampak positif pada pemulihan sumber daya alam dan
rehabilitasi, artinya model ini berfungsi sebagai sistem yang meregenerasi,
memulihkan, dan merehabilitasi alam.
● Model ekonomi sirkular memberikan keuntungan yang lebih besar (circular
advantage) karena adanya penghematan dan produktivitas yang tinggi dalam
prosesnya. Konsumen dilibatkan dalam keseluruhan proses pada model ini, seperti
memboikot produk yang tidak menggunakan model ekonomi sirkuler.
● Ecodesign didefinisikan sebagai proses yang dirancang dengan mengaitkan dan
mengikuti pola-pola, arus energi, dan materi yang ada di alam. Diartikan juga dalam
wujud pendekatan yang disebut cleaner production.
● Diberlakukan prinsip ekoefektif, yaitu model kerja alam dalam produk, jasa, dan
sistem. Mengganti pola cradle to grave menjadi cradle to cradle. Model bisnis yang
more good, artinya dapat berkontribusi lebih dalam hal yang positif. Mewujudkan
more value from fewer resources dengan mengkombinasikan ekofisien dan
ekoefektif.
● Dampak negatif bagi lingkungan harus dijadikan beban utang atau biaya (liability)
untuk mendorong terwujudnya paradigma pembangunan. Industri dan perusahaan
produsen skala menengah dan besar lebih didorong untuk beralih ke model ekonomi
sirkuler dibandingkan kelompok usaha mikro atau kecil.
Berikut merupakan point of view dari pada bab sembilan:

● Dalam transisi menuju ekonomi sekuler dibutuhkan dua pendekatan yang saling
bersinergi, yaitu pendekatan wajib (command and control atau compulsory, atau
mandatory) dari pemerintah, dan pendekatan sukarela (voluntary) melalui pasar.
● Pendekatan compulsory (wajib) dilakukan melalui kebijakan pemerintah melalui
kerangka legal formal, seperti peraturan perundang-undangan. Bahkan dilakukan
dalam level global yang melibatkan negara-negara, seperti Perjanjian Paris tahun
2015 dan United Nations conference on the Human Environment tahun 1972. Namun
terdapat kekurangan, yaitu lemahnya penegakkan hukum dan model linear yang
masih digunakan dalam model ekonomi dan bisnis.
● Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan mengenai pengendalian polusi dan
pencemaran lingkungan, seperti adanya insentif (keringanan pajak) ataupun
disinsentif (beban pajak yang besar) bagi pelaku bisnis, aturan pengendalian
sampah dimana produsen bertanggung jawab atas pengendalian sampah produknya
(EPR), penerapan sanksi administratif (masuk daftar hitam, atau pencabutan izin
edar dan produksi), ketentuan spesifik mengenai lama pakai produk sesuai dengan
daur alamiahnya, penerapan kebijakan hak konsumen untuk mendapatkan jaminan
perbaikan produk (right to repair policy), penerapan 5R pada pengendalian sampah
rumah tangga dan sektor komersial, pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
di berbagai lokasi tertentu, dan peraturan tentang limbah B3.
● Kebijakan penggunaan energi terbarukan dan konservasi (penghematan energi)
melalui peraturan spesifik dan konkret dalam bidang atau kegiatan yang terkait
pemakaian energi (zero emission), peraturan agar produsen melakukan efisiensi
energi pada produk elektronik, dan kewajiban untuk beralih ke transportasi ramah
lingkungan. Namun penerapan kebijakan tersebut di Indonesia masih lemah dalam
hal konsistensi dan keseriusan dari pemerintah.
● Pengadaan barang publik seperti membeli barang dan jasa yang diwajibkan berasal
dari proses produksi model bisnis sirkuler (green procurement). Pengurasan dan
deplesi sumber daya alam harus dikurangi melalui peraturan bagi produsen untuk
menggunakan bahan baku dari SDA yang terbarukan, menghemat penggunaan SDA
(rancangan ekologis), dan menerapkan pajak deplesi sumber daya alam.
● Kebijakan untuk membiayai model bisnis dan produksi sirkuler melalui lembaga jasa
keuangan dan para investor seperti peraturan Green Bond di Indonesia. Perlu
adanya peraturan mengenai perlindungan hukum untuk beralih ke model bisnis
sirkuler, sehingga dibutuhkan kemauan politik yang kuat untuk berubah.
● Terdapat hambatan internal dan eksternal (dari konsumen) dalam pendekatan
sukarela. Faktor-faktor yang memengaruhi peralihan yaitu sinyal kuat dari
kecenderungan global (pasar), strategi perusahaan, dan perubahan kondisi sosial
serta ekonomi.
● Transisi menuju ekonomi sekuler membutuhkan kolaborasi dari akademisi, yaitu
berperan dalam mengembangkan diseminasi model ini, lalu media massa, yaitu
untuk mengawal kebijakan pemerintah, dan LSM, yaitu untuk mengkritisi, mengawal
dan mengawasi implementasi pada kebijakan ekonomi sekuler.

Anda mungkin juga menyukai