EKONOMI MAKRO
Disusun Oleh:
Melani Permata Kasih
B1C1 18 196
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB 7
PERTUMBUHAN EKONOMI
1. Pertumbuhan Ekonomi : Konsep dan Pengukuran
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah
produksi barang dan jasanya meningkat. Dalam dunia nyata, amat sulit untuk mencatat
jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu. Kesulitan itu muncul
bukan saja karena jenis barang dan jasa yang dihasilkan sangat beragam, tetapi satuan
ukurannya pun berbeda.
Karena itu angka yang digunakan untuk menaksir perubahan output adalah nilai
moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah PDB berdasarkan harga
konstan. Sebab, dengan menggunakan harga konstan, pengaruh perubahan harga telah
dihilangkan, sehingga sekalipun angka yang mincul adalah nilai uang dari total output barang
dan jasa, perubahan nilai PDB sekaligus menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang
dan jasa yang dihasilkan selama periode pengamatan.
(PDBR t − PDBRt-1 )
𝐺t = × 100%
PDBRt-1
Di mana :
Jika interval waktunya lebih dari satu periode, penghitungan tingkat pertumbuhan
ekonomi dapat menggunakan persamaan eksponensial :
Di mana :
Rakyat dikatakan makin sejahtera jika setidak-tidaknya output per kapita meningkat.
Dalam literature ekonomi makro, tingkat kesejahteraan tersebut diukur dengan PDB per
kapita. Makin tinggi PDB per kapita, makin sejahtera rakyat. Agar PDB per kapita terus
meningkat, maka perekonomian harus terus bertumbuh dan harus lebih tinggi dari pada
tingkat pertambahan penduduk. Jika pertambahan penduduk suatu Negara adalah 2% per
tahun, maka pertumbuhan PDB harus lebih besar dari 2% per tahun.
Hubungan antara kesempatan kerja dan output dapat dilihat berdasarkan rasio
kesempatan kerja output dan angka elastisitas kesempatan kerja.
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja telah dibahas oleh
ekonom bernama Arthur Okun. Menurutnya, tingkat pengangguran yang minimal (4% per
tahun) akan tercapai bila seluruh kapasitas produksi terpakai (kesempatan kerja penuh atau
full employment). Konsekuensi pemikiran Okun adalah pentingnya menjaga perekonomian
agar berada dalam keadaan kesempatan kerja penuh.
Alat analisis lain yang digunakan untuk melihat hubungan antara kesempatan kerja
dan pertumbuhan ekonomi adlah angka elastisitas kesempatan kerja. Angka ini menunjukkan
berapa persen kesempatan kerja akan bertambah, untuk setiap 1% pertumbuhan ekonomi.
(∂L⁄L) 𝜕L Q
𝜂L = (𝜕Q⁄𝑄)
= L
× ∂Q
Di mana :
L = kesempatan kerja
Q = output
Tingkat efisiensi juga mempunyai dampak mendua terhadap kesempatab kerja, seperti
pada penjelasan tentang rasio kesempatan kerja output.
Distribusi pendapatan yang baik adalah yang makin merata. Tetapi tanpa adanya
pertumbuhan ekonomi, yang terjadi adalah pemerataan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi
hanya akan menghasilkan perbaikan distribusi pendapatan bila memenuhi setidak-tidaknya
dua syarat, yaitu memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan produktivitas. Dengan
meluasnya kesempatan kerja, maka akses rakyat untul memperoleh penghasilan makin besar.
Q = f(K, L, T, U, M, W, I)
di mana :
K = barang modal
L = tenaga kerja
T = teknologi
U = uang
M = manajemen
W = kewirausahaan (entrepreneurship)
I = informasi
a. Barang Modal
Agar ekonomi bertumbuh, stok barang modal harus ditambah. Penambahan stok
barang modal dilakukan lewat investasi. Jika penambahan kuantitas barang modal juga
disertai peningkatan kualitas.
b. Tenaga Kerja
Tenaga kerja masih merupakan faktor produksi yang sangat dominan. Penambahan
tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Yang menjadi
persoalan adalah sampai berapa banyak penambahan TK akan terus meningkatkan output.
c. Teknologi
Beberapa ekonom telah mencoba mencari jalan bukan untuk mengatasi, melainkan
untuk mengurangi keterpisahan antara kesempatan kerja dengan teknologi. Salah satu konsep
yang diajukan adalah penggunaan teknologi media atau tepat guna di NSB. Dengan
penggunaa teknologi ini, manusia dapat memanfaatkan secara optimal apa yang ada dalam
diri dan lingkungannya. Bahkan kelebihan penggunaan teknologi tepat guna adalah
ditekannya pemborosan penggunaan SDA atau energi dalam proses produksi.
d. Uang
Dalam perekonomian modern, uang memegang peranan dan fungsi sentral. Uang akan
sangat memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, selama penggunaannya sangat
efisien. Tingkat efisiensi penggunaan uang juga sangat ditentukan oleh tingkat efisiensi
sistem perbankan.
e. Manajemen
f. Kewirausahaan (Entrepreneurship)
g. Informasi
Syarat agar pasar berfungsi sebagai alat alokasi sumber daya ekonomi yang efisien
adalah adanya informasi yang sempurna dan seimbang (perfect and simetric information).
Kegagalan pasar merupakan akibat tidak terpenuhinya asumsi ini.
Teori ini telah sangat lama dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut teori ini,
berlakunya TLDR menyebabkan tidak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses
produksi. Jika dipaksakan, justru akan menurunkan tingkat output perekonomian.
Teori ini dikembangkan oleh Solow ( 1956) dan merupakan penyempurnaan teori-
teori Klasik sebelumnya.Fokus pembahasan teori pertumbuhan Neo Klasik adalah akumulasi
stok barang modal dan keterkaitannya denfan keputusan masyarakat untuk menabung atau
melakukan investasi. Asumsi-asumsi penting dari model Solow antara lain adalah:
Teori yang dikembangkan oleh Romer (1986) ini merupakan pengembangan mutakhir
teori pertumbuhan Klasik-Neo Klasik. Kelemahan model Klasik maupun Neo Klasik terletak
pada asumsi bahwa teknologi bersifat eksojenus. Konsekuensi asumsi ini adalah terjadinya
The Law of Diminishing Return, karena teknologi dianggap sebagai faktor produksi tetap
(fixed input). Konsekuensi lebih serius dari memperlakukan teknologi sebagai faktor eksogen
dan konstan adalah perekonomian yang telah lebih dahulu maju, dalam jangka panjang akan
terkejar perekonomian yang lebih terkebelakang selama tingkat pertambahan penduduk,
tingkat tabungan, dan akses terhadapa teknologi adalah sama.
d. Teori Schumpeter
e. Teori Harrod-Domar
1) Investasi
Y = αK
Di mana α adalah rasio output barang modal (capital output ratio, disingkat COR),
yaitu angka yang menunjukkan berapa jumlah output yang dapat dihasilkan dari stok barang
modal tersedia.
2) Tabungan
S = σY
Nilai σ adalah positif namun lebih kecil daripada satu (0 < σ < 1).
3) Pertumbuhan Ekonomi
S = σY = ΔK = σΔY = I
σy = σΔY
∆Y 𝜎
=
Y 𝛼
di mana :
∆Y
= pertumbuhan ekonomi
Y
BAB 15
KEBIJAKAN EKONOMI DALAM KONTEKS GLOBAL
Yang sering dipersoalkan oleh mereka yang meragukan manfaat optimal perdagangan
internasional (kaum pesimistis) adalah distribusi manfaat perdagangan internasional. NSB
menganggap bahwa manfaat perdagangan internasinal sebagian besar dinikmati oleh Negara-
negara maju.
Ada juga yang tetap yakin akan manfaat perdagangan internasional (kaum optimistis).
Mereka memandang pasar internasional selain dapat memperluas pasar produk domestic,
juga merupakan ajang melatinh diri agar menjadi lebih efisien dan produktif karena harus
bersaing.
Terlepas dari sikap pesimis atau optimis, ada tiga kebijakan perdagangan
internasional yang bisa ditempuh, khususnya oleh NSB, yaitu subtitusi impor (import
substitution), promosi ekspor (ekspor promotion), dan proteksi (protection).
Ada beberapa manfaat positif yang diperoleh dari kebijakan substitusi impor (SI):
Promosi ekspoer (PE) merupakan salah satu alternative mengatasi cepat jenuhnya
pasar domestic, sebab pasar luar negeri relative juah lebih besar daripada pasar domestic.
Kebijakan PE merupakan kebijakan di bidang industri yang mengutamakan pengembangan
jenis-jenis industri yang menghasilkan produk-produk untuk ekspor.
Ada empat faktor yang dapat menjelaskan bahwa kebijakan PE mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat dibandingkan kebijakan SI, yaitu:
Tahap kebijakan subtitusi impor (SI) dan promosi ekspor (PE) dijembatani oleh
proteksi. Bagi NSB, alasan proteksi adalah perlindungan sementara industry-industri yang
masih dalam tahap awal perkembangan (infant industries argument). Dengan proteksi,
industry domestik dilindungi dari sisi harga produk dan skala produksi, sehingga dapat
menjalani tahap pembelajaran (learning process). Dua kebijakan proteksi yang dibahas dalam
bagian ini adalah tarif (tariff) dan kuota (quota).
1) Tarif (Tariff)
Tarif adalah pajak untuk komoditas impor. Tarif akan diberlakukan bila harga pasar
internasional lebih rendah daripada hari domestik. Dengan tarif harga barng impor menjadi
lebih mahal, sehingga produsen lokal dapat meningkatkan daya saing harga.
Tarif nominal adalah tariff yang dihitung berdasarkan perbedaan harga domestic
dengan harga internasional.
Cara penghitungan tarif nominalnya adalah sebagai berikut :
(Pd − P𝑤 )
TN = × 100%
P𝑤
di mana :
TN = tariff nominal
Pd = harga domestic
Tarif nominal hanya memberikan informasi tentang perubahan harga barang jadi.
Padahal yang lebih penting lagi adalah perubahan nilai tambah karena adanya proteksi.
Perubahan nilai tambah karena proteksi inilah yang disebut sebagai tariff perlindungan efektif
(effective rate of protection).
(NTP – NT)
TPE = × 100%
NT
di mana :
Karena tujuan penetapan TPE adalah peningkatan nilai tambah faktor produksi
domestik, maka yang perlu diperhatikan adalah berapa besar komponen impor dari setiap unit
produk domestik. Untuk lebih memahaminya kita kembangkan kasus industry mobil di muka
dengan lebih rinci.
2) Kuota (Quota)
Kebijakan kuota adalah kebijakan pembatasan jumlah barang impor yang boleh
masuk ke pasar domestik. Pengaruh kuota terhadap permintaan dan penawaran domestik
adalah sama persis dengan pengaruh tariff. Perbedaanya, dengan kuota pemerintah tidak
memperoleh penerimaan pajak. karena itu menganalisis pengaruh kuota dapat menggunakan
diagram untuk analisis tariff nominal, dengan arah yang berbeda. Maksudnya, bila dalam
kebijakan tariff pemerintah memengaruhi harga sehingga memengaruhi jumlah permintaan
dan penawaran, maka dengan kebijakan kuota pemerintah menetapkan terlebih dahulu jumlah
impor, yang dapat memengaruhi harga jual domestik, sehingga akhirnya memengaruhi
permintaan dan penawaran domestik.
d. Kebijakan Entreporte
Entreporte Produksi untuk Tujuan Ekspor (ETPE) adalah suatu tempat atau bangunan
dari suatu perusahaan industry dengan batasan-batas tertentu yang di dalamnya diberlakukan
ketentuan khusus di bidang pabean, perpajakan dan tata niaga impor, yang diperuntukkan
bagi pengolahan bahan dan atau bahan dalam daerah pabean lainnya, yang hasilnya terutama
untuk tujuan ekspor. Dengan demikian terdapat kombinasi antara PE dan entreporte.
Tingkat bunga : rd = rw
c. Keseimbangan Ekonomi
Dilihat dari komponen pembentuknya, model Mundell-Fleming menggunakan
model IS-LM sebagai alat analisisnya. Namun ada dua perbedaan antara kondisi
keseimbangan dalam perekonomian tertutup dengan perekonomian terbuka
1) Kurva IS dalam perekonomian terbuka dipengaruhi oleh nilai tukar, sehingga kurva
digambarkan dengan memberikan informasi asumsi nilai tukar.
2) perekonomian akan berada dalam keseimbangan bila ketiga kurava (IS, LM dan rd =
rw) berpotongan di satu titik.
2. Penyederhanaan Model Keseimbangan Mudell-Fleming
Persamaan IS dan LM :