“HARGA TRANSFER”
OLEH
KELOMPOK 5 :
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul
“HARGA TRANSFER”
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan
kritik sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kendari, 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................................................
4.1 Kesimpulan...............................................................................................
4.2 Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu perusahaan yang organisasinya telah dibagi-bagi menjadi pusat-pusat laba,
transfer barang atau jasa antar pusat laba tersebut menimbulkan masalah penentuan harga
transfer, karena masing-masing pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan laba, sehingga setiap
transfer barang atau jasa antar pusat laba akan berdampak terhadap laba masing - masing pihak
yang terkait.
Masalah penentuan Harga Transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya disusun
menurut pusat – pusat laba, dan antara pusat laba yang dibentuk terjadi transfer barang atau jasa.
Latar belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan dengan proses diferensiasi
bisnis dan perluna integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kasus harga transfer yang terjadi pada PT. Adora.
BAB II
LANDASAN TEORI
Harga transfer adalah harga produk atau jasa yang ditransfer kepada suatu pusat
pertanggungjawaban di dalam suatu perusahaan yang menggunakan produk atau jasa dari pusat
pertanggungjawaban lainnya dalam suatu perusahaan.jika dua atau lebih pusat laba bertanggung
jawabbersama atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran suatu produk, maka masing-
masing harus membagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual.
Adalah penetapan harga transfer yang sama dengan biaya variabel unit penjualan, Standard +
Laba. Hal ini dilakukan apabila penjual mempunyai kapasitas yang berlebihan. Tujuan
utamanya adalah untuk memuaskan permintaan internal karena harganya cukup rendah.
Adalah penetapan harga transfer berdasarkan pembebanan penuh dan yang paling umum
digunakan karena dapat dipahami dengan baik dan informasinya siap tersedia pada catatan
akuntansi. Kelemahannya adalah termasuk biaya-biaya tetap yang berpengaruh terhadap
keputusan jangka pendek.
Adalah penetapan harga transfer berdasarkan harga pasar, dan metode ini paling disukai.
Keunggulannya bahwa harga transfernya cukup obyektif. Kelemahannya bahwa harga pasar
produk/jasa tertentu tidak tersedia.
(4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)sampai dengan ayat (3d), Pasal 9 ayat (1)
huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25%
(dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan
penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau
hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah
penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus
dan/atau ke samping satu derajat.
2.4 Arm’s-length Standard
Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer dengan mengacu kepada tingkat harga
yang terjadi antara unit yang independen atau antara perusahaan multinasional dengan unit yang
independen. Secara teoritis metode ini termasuk yang paling baik, namun dalam pelaksanaannya
terdapat beberapa kendala, misalnya perbedaan kuantitas, kualitas, kondisi, waktu penjualan,
merek dagang, pangsa pasar, dan geografis pasar.
Metode ini ditetapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota group lainnya untuk dijual
kembali. Kewajaran harga transfer didekati dengan pengurangan harga penjualan kepada pihak
independen dengan suatu mark up yang wajar (sebanyak laba dan biaya si penjual).
Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan markup yang wajar
pada harga pokok pihak yang mentransfer. Pendekatan ini umumnya dipakai dalam hal
penyerahan barang setengah jadi (semifinished product) atau salah satu anggota group sebagai
subkontaktor dari yang lainnya.
4. Other method
Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode diatas perlu diterapkan atau mungkin
menggunakan metode lain, misalnya alokasi laba yang diperoleh grup perusahaan dalam transaksi
tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas pada investasi wajib pajak (Frederick D. S.
Choi dan Genhard G. Mueller, 1985).
2.5 Perusahaan Multinasional dan Aspek Pajaknya
Upaya yang dilakukan dengan pergeseran harga dari negara yang beban pajaknya tinggi
ke negara yang beban pajaknya rendah atau nihil. Selain itu, diadakan pula perjanjian bilateral di
bidang perpajakan, dengan maksud antara lain untuk menghindarkan pengenaan pajak berganda,
sehingga beban pajak dapat ditekan.
Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan asing
mungkin akan mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas internasional,
atau mungkin membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing dengan
mempertahankan biaya anak perusahaan yang rendah. Di sisi lain, membebankan suatu harga
transfer yang tinggi mungkin membantu MNC mengurangi laba pada negeri yang telah
memperketat kendali pengiriman uang asing, atau mungkin memberikan kemudahan bagi MNC
memindahkan pendapatan dari suatu negara yang memiliki tingkat pajak pendapatan yang tinggi
ke suatu negara dengan tingkat pajak rendah (tax haven country).
indikator dari manipulasi harga transfer, yaitu antara lain:
1. SPT Tahunan PPh Badan melaporkan rugi dalam beberapa tahun berturut-turut
2. Peredaran usaha tinggi tapi laba yang diperoleh kecil
3. Transaksi hubungan istimewa yang cukup besar
4. Rugi yang tidak dapat dijelaskan
Untuk meminimalkan atau mengurangi praktik penghindaran pajak, Direktur Jenderal
Pajak mengeluarkan peraturan baru yang dituangkan dalam Peraturan Dirjen Pajak No.
PER32/PJ/2011 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi
antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa sebagai perubahan atas
PER43/PJ/2010.
2.6 Advance Pricing Agreement (APA)
Advanced Pricing Agreement (APA) adalah persetujuan di antara Internal Revenue Service
(IRS) dan perusahaan dengan menggunakan harga-harga transfer, untuk menetapkan harga
transfer yang disepakati. APA biasanya diperoleh sebelum perusahaan terikat dalam transfer.
Maksud dari program APA adalah memecahkan masalah perselisihan harga transfer dengan cara
tepat dan menghindari proses pengadilan yang menghabiskan banyak biaya.
Kesepakatan yang dibuat dalam APA terjadi antara wajib pajak dengan otoritas pajak,
bisa terjadi dengan satu otoritas pajak dan juga dengan dua otoritas pajak dari negara yang
berbeda. Apabila APA dilakukan antara wajib pajak dengan otoritas pajak dalam satu negara
maka disebut unilateral APA, sedangkan apabila APA dibuat oleh wajib pajak dengan dua atau
lebih otoritas pajak dari negara yang berbeda maka disebut multilateral APA.
• Memberikan kepastian kepada wajib pajak atas semua penghitungan mengenai harga
transaksi dengan menggunakan metode yang disetujui.
• Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit, karena selama periode APA berlaku harga
transaksi yang telah disepakati oleh wajib pajak dan otoritas pajak.
• Dapat mencegah praktik harga transfer yang tidak benar dan semata-mata hanya untuk
menghindari pajak.
BAB III
PEMBAHASAN
Adanya kasus transfer pricing antara PT. Adaro Indonesia dengan anak perusahaanya yaitu
Coaltrade services International Pte Ltd, telah menunjukan bahwa adanya indikasi
penyalahgunaan sistem harga transfer yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Sistem harga
transfer sejatinya merupakan suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar
divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli
(buying divison) (Henry Simamora, 1999:272) serta terkadang digunakan untuk mengevaluasi
kinerja divisi dan memotivasi manajer divisi penjual dan divisi pembeli menuju
keputusankeputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. (Joshua Ronen
and George McKinney, 1970:100-101). Namun praktik yang dilakukan oleh perusahaan,
khususnya perusahaan multinasional sering tidak sesuai dengan apa yang seharusnya mereka
lakukan atau tidak sesuai dengan mekanisme sistem harga transfer yang sesungguhnya. Dimana
perusahaan melakukan praktik transfer pricing ini hanya untuk menghindari pungutan pajak
dalam negeri supaya penghasilan perusahaan atau pemegang saham menjadi lebih tinggi.
Menurut Zain (2003:297-298), kebijakan transfer pricing multinasional bertujuan:
1. Memaksimalkan penghasilan global
2. Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi pasar
3. Evaluasi kenerja anak/cabang perusahaan manca negera
4. Penghidaran pengendalian devisa
5. Mengontrol kredibilitas asosiasi
6. Meningkatkan bagian laba joint ventura
7. Reduksi resiko moneter
8. Mengamankan cash flow anak/cabang di luar negeri
Menurut teori diatas seharusnya transfer pricing dilakukan untuk tujuan perusahaan
Namun dalam kasus Adaro ini praktik transfer pricingnya dilakukan untuk memfasilitasi para
pemegang saham untuk mendapatkan keuntungan sebesar besarnya, bukan untuk memfasilitasi
perusahaan mendapatkan keuntungan. Ketika para individu atau pemegang saham ini hanya
memfokuskan pada keuntungan individu tanpa memperhatikan keuntungan perusahaan, maka
tujuan dari dilaksanakanya sistem harga transfer inipun menjadi tidak bisa dicapai serta sistem
harga transfer yang dijalankan pun menjadi disfungsional.
Timpangnya harga transfer yang dilakukan antara Adaro dengan anak perusahaanya
apabila dibandingkan dengan harga pasar batubara secara internasionla sebenarnya juga telah
melanggar UU perpajakan yang berlaku di indonesia. Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Perpajakan No. 11 Tentang Pajak Pertambahan Nilai mengatur tentang transaksi yang
berhubungan dengan transfer pricing. Pasal ini berbunyi : Dalam hal harga jual atau
penggantian dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka harga jual atau penggantian dihitung
atas dasar harga pasar wajar pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak itu
dilakukan. Oleh karena itu, sebenarnya dibutuhkan peran langsung dari pemerintah untuk
mencegah terjadinya kasus Adaro ini di perusahaan-perusahaan besar di indonesia lainya.
Apabila pemerintah kurang tanggap dalam mengantisipasi praktik-praktik penyalahguanaan
sistem harga tranfer ini maka sangat wajar bila kedepanya pendapatan negara dari sektor pajak
akan berkurang karena perusahaan- perusahaan yang lain tentunya juga akan meniru cara yang
dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah seharusnya semakin ketat dalam
melakukan pengawasan terhadap sitem harga transfer yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan di indonesia . Adanya berbagai undang-undang yang mengatur mekanisme harga
tranfer antar anak perusahaan yang masih dalam satu grup perusahaan seharusnya bisa
mempermudah pemerintah unutk mencegah kasus adaro ini terulang. Keberadaan Undang-
Undang Perpajakan No. 10 Tahun 1994 , Surat Edaran Dirjen Pajak N0. SE-04/PJ.7/1993, dan
undang- Undang lainya seharusnya bisa memberikan kekuatan bagi pemerintah untuk melakukan
pengawsan serta koreksi terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang menyalahi aturan. Ketika
seluruh elemen baik itu elemen dari pemerintah, ataupun perusahaan telah berkomitmen
menjalankan kewajibanya masing-masing maka akan sangat mmudah untuk mencegah sistem
harga transfer yang dijalankan oleh perusahaan- perusahaan di dalam negeri menjadi
disfungsional serta mencegah praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan dalam negeri melalu transaksi yang tidak wajar (non arm’s length price).
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Harga transfer adalah harga produk atau jasa yang ditransfer kepada suatu pusat
pertanggungjawaban di dalam suatu perusahaan yang menggunakan produk atau jasa dari pusat
pertanggungjawaban lainnya dalam suatu perusahaan.jika dua atau lebih pusat laba bertanggung
jawabbersama atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran suatu produk, maka masing-
masing harus membagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual.
Transaksi transfer pricing adalah transaksi yang terjadi antara pihak – pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, sehingga harga yang terjadi tidak bersifat arm’s length. Implementasi
transfer pricing cenderung dilakukan oleh perusahaan multinasional dengan tujuan untuk
penghindaran pajak.
Implikasi pajak yang signifikan dari transaksi transfer pricing adalah berkurangnya atau
hilangnya potensi penerimaan pajak yang seharusnya diperoleh .
Dan menurut kelompok kami dengan adanya transfer pricing bisa menghemat dan
meminimalkan beban pajak.
4.2 Saran
1 Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para
pembaca.
2 Mohon dimaklumi, jika dalam makalah kami ini masih terdapat banyak kekeliruan, baik
bahasa maupun pemahaman. Kami berharap kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Hansen D.R dan Maryanne M. Mowen. “Akuntansi Manajemen edisi 4 jilid 1”. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Prof. Drs.H.Lili M. Sadeli, M.Pd. dan Drs. H. Bedjo Siswanto,M.Si., “Akuntansi Manajemen”, (Jakarta:
PT.Bumi Aksara, 2004)