Anda di halaman 1dari 15

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kelompok 2
1. 02411942000003 , Harun Yudhistira Siswanto Putra
2. 04211940000024 , Aditya Rahmat Nur Husain
3. 04211940000078 , Abid Ghanim
4. 04211940000095 , Muhammad Raffi Adhitama
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual,


tetapi merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus, yaitu gangguan-gangguan
terahadap keseimbangan yang telah ada. Pertumbuhan ekonomi sedikit banyak telah
merubah struktur perekonomian. Transformasi struktural merupak proses merubah
struktur perekonomian baik dari sektor primer maupun sekunder, sama halnya yang
terjadi di Indonesia. Perubahan struktural ini, dari tradisional menjadi modern, secara
umum dapat diperlihatkan sebagai suatu perubahan yang berkaitan dengan komposisi
pergeseran penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi ini merupakan sebuah fenomena, apalagi pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sekarang sangat pesat semenjak dua abad belakangan ini. Dalam
periode tersebut dunia telah mengalami perubahan yang sangat nyata apabila
dibandingkan dengan periode yang sudah ada sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat ini juga dipengaruhi oleh adanya faktor
dari berkembangnya industri transportasi laut. Transportasi laut juga berpengaruh
terhadap ekonomi tiap negara, dikarenakan transportasi laut berperan penting terhadap
berjalannya arus perdagangan yang otomatis akan mempengaruhi naik turunnya
ekonomi.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Ekonomi Mikro

Secara umum, pengertian ekonomi mikro adalah ilmu yang mempelajari kegiatan
ekonomi dari produsen dan konsumen dalam penentuan kuantitas, kualitas, dan harga
barang atau jasa di pasar. Menurut beberapa ahli, ekonomi mikro merupakan sebuah
penjelasan mengenai suatu proses ekonomi terkait pada pengamatan individu, rumah
tangga, dan perusahaan dalam mengambil sebuah keputusan. Ekonomi mikro dapat
menganalisis perilaku kegiatan ekonomi menjadi sebuah keputusan yang nantinya
memengaruhi penawaran dan permintaan barang atau jasa tertentu. Faktor permintaan
dan penawaran barang atau jasa ini yang menjadi penentu harga, kuantitas, dan kualitas
barang atau jasa yang dijual (Himma, 2022).

Terdapat beberapa tujuan dalam ekonomi mikro seperti, mengkaji mekanisme pasar dari
beberapa faktor yang ada. Hasil mekanisme ini nantinya akan dapat memengaruhi harga
relatif barang atau jasa, menganalisis setiap kegagalan suatu pasar dan mampu
memproduksi hasil yang realistis, dan menjelaskan keadaan teoretis yang diperlukan
pasar terhadap persaingan pasar sempurna (Iswardono, 1994).

2.2 Ekonomi Makro

Ilmu makro ekonomi merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi. Makro ekonomi
berfokus pada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat
konsumsi dan investasi, neraca perdagangan dan pembayaran suatu negara, faktor-faktor
penting yang mempengaruhi perubahan harga dan upah, kebijakan fiskal dan moneter,
jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga dan jumlah utang negara (Falianty, 2015).

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa makro ekonomi sangat memperhatikan interaksi
antara tenaga kerja, perputaran barang, dan asset-aset ekonomi yang mengakibatkan
terjadinya kegiatan perdagangan tiap individu atau negara. Kondisi makro perekonomian
suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut (Wijayanti, 2020).

2.3 Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk domestik bruto (PDB) adalah total produksi (output) yang dihasilkan oleh
pemerintah. PDB merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksikan di dalam suatu
negara pada suatu periode tertentu. Produk domestik bruto merupakan konsep dalam
perhitungan pendapatan nasional (Sukirno,2015).
Dalam analisis makro ekonomi selalu digunakan istilah “pendapatan nasional” atau
“national income” dan biasanya istilah itu dimaksudkan untuk menyatakan nilai barang
dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara. Dengan demikian dalam konsep tersebut
istilah pendapatan nasional adalah mewakili arti produk domestik bruto (PDB) atau
produk nasional bruto (PNB).

2.3.1 Perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)

Salah satu metode perhitungan produk domestik bruto, yaitu dengan metode
pengeluaran (expenditure method). Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan
nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Metode
perhitungan PDB berdasarkan pengeluaran adalah nilai total lima jenis pengeluaran
tersebut: (Rahardja,2008)

Dimana:
C = konsumsi rumah tangga
G = konsumsi / pengeluaran pemerintah
I = PMTDB
X = ekspor
M = impor
a. konsumsi Rumah Tangga/ Household Consumption (C)
Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa
yang habis pakai dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang
dapat dipakai lebih dari setahun/ barang tahan lama (non-durable goods).
b. Konsumsi Pemerintah/ Government Consumption (G)
Konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk
membeli barang dan jasa akhir (government expenditure). Sedangkan pengeluaran-
pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi
pemerintah. Itulah sebabnya dalam data statistik PDB, pengeluaran konsumsi
pemerintah nilainya lebih kecil daripada pengeluaran yang tertera dalam anggaran
pemerintah (sisi pengeluaran anggaran negara).
c. Pengeluaran Investasi/ Investment Expenditure (I)
Konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk
membeli barang dan jasa akhir (government expenditure). Sedangkan pengeluaran-
pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi
pemerintah. Itulah sebabnya dalam data statistik PDB, pengeluaran konsumsi
pemerintah nilainya lebih kecil daripada pengeluaran yang tertera dalam anggaran
pemerintah (sisi pengeluaran anggaran negara).
d. Ekspor Neto/ Net Export (X – M)
Ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor neto yang positif
menunjukkan bahwa ekspor lebih besar dari pada impor. Begitu juga sebaliknya.
Perhitunganekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan
perekonomian lain.

2.4 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data ekonomi
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah
(provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula digunakan untuk
kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan model-model ekonomi
dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang beredar (velocity
of money), pendalaman sektor keuangan (financial deepening), penetapan pajak, kajian
ekspor dan impor dan sebagainya.
2.4.1 Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Gambar 2.4.1 Rumus Perhitungan dan Penjelasan PDRB.

Persamaan di atas menunjukkan pendapatan atau nilai tambah bruto dari hasil
penghitungan PDRB Produksi akan “identik” dengan PDRB Pengeluaran. Jika Y adalah
pendapatan, C adalah konsumsi akhir, dan GFCF serta Δ Inventori merupakan bentuk
investasi fisik, maka selisih antara ekspor dengan impor menggambarkan surplus atau
defisit dari aktivitas perdagangan barang dan jasa antar wilayah, baik dengan wilayah
lain ataupun dengan luar negeri.
2.4.2 Pendekatan Produksi
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian ini dikelompokkan
dalam 17 lapangan usaha (sektor), yaitu:
(1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;
(2) Pertambangan dan Penggalian, (3)
Industri Pengolahan,
(4) Pengadaan Listrik dan Gas;
(5) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang;
(6) Konstruksi;
(7) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
(8) Transportasi dan Pergudangan;
(9) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;
(10) Informasi dan Komunikasi;
(11) Jasa Keuangan dan Asuransi;
(12) Real Estat;
(13) Jasa Perusahaan;
(14) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib;
(15) Jasa Pendidikan;
(16) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial;
(17) Jasa Lainnya.
2.4.3 Pendekatan Pengeluaran
Produk Domestik Regional Bruto adalah besaran nilai produk barang dan jasa (output)
yang dihasilkan di dalam suatu daerah untuk digunakan sebagai konsumsi akhir oleh
rumah tangga, Lembaga Non-profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT), dan
pemerintah ditambah dengan investasi (pembentukan modal tetap bruto dan perubahan
inventori), serta ekspor neto (merupakan ekspor dikurang impor).
2.4.4 Pendekatan Pendapatan
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga
penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
Bab III
Pembahasan

3.1 Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (PDB)


Untuk menilai pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat dilihat dari Produk
Domestik Bruto (PDB) negara tersebut yang mana nantinya PDB ini akan dipengaruhi oleh
beberapa aspek yaitu laju pertumbuhan penduduk, perkembangan produktivitas
masyarakat, pertumbuhan struktural, tingkat urbanisasi yang tinggi, ekspansi dari negara
maju, dan terjadi arus barang. (Kuznets, 1957)
3.1.1 Trend Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2010-2021
Data pertumbuhan ekonomi negara dapat dilihat dari pertumbuhan PDB dari
negara tersebut dan dengan data yang tersedia dari berbagai sumber kredibel seperti
World Bank, dapat dijadikan dalam bentuk tabel data pertumbuhan PDB Indonesia dalam
10 tahun terakhir yaitu sebagai berikut:

Pertumbuhan PDB Indonesia

Year PDB Per Capita Growth Annual Change

2021 $1,186.09B $4,292 3.69% 5.76%

2020 $1,058.69B $3,871 -2.07% -7.08%

2019 $1,119.10B $4,135 5.02% -0.15%

2018 $1,042.27B $3,894 5.17% 0.10%

2017 $1,015.62B $3,838 5.07% 0.04%

2016 $931.88B $3,563 5.03% 0.16%

2015 $860.85B $3,332 4.88% -0.13%


2014 $890.81B $3,492 5.01% -0.55%

2013 $912.52B $3,624 5.56% -0.47%

2012 $917.87B $3,694 6.03% -0.14%

2011 $892.97B $3,643 6.17% -0.05%

2010 $755.09B $3,122 6.22% 1.60%

Tabel 3.1 Pertumbuhan PDB Indonesia 2010-2021


(Sumber: World Bank,2022)

Dari tabel yang telah disajikan, dapat dilakukan Analisa tren yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung stagnan dan sempat terjun pada saat
pandemi Covid-19, pertumbuhan 10 tahun terakhir dapat di kategorikan sebagai berikut:
(1) perlambatan perekonomian yang terjadi di periode 2010-2015 setelah berakhirnya
era boom komoditas;
(2) periode proses akselerasi pertumbuhan ekonomi (yang sederhana) yang terjadi di
periode 2015-2019;
(3) terjunnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 akibat krisis global yang
disebabkan virus COVID-19.
3.1.2 Perekonomian Global dan Benchmark Pada Indonesia
Cina yang melampaui Jepang sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia pada tahun 2010,
telah menjadi motor terpenting pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2000-an dan
awal 2010-an (dengan angka pertumbuhan PDB tahunan di atas 10 persen). Namun, pada
tahun 2010-an Cina mulai menggantikan model pertumbuhan ekonominya (yang
sebelumnya mengandalkan investasi dan ekspor) dengan model ekonomi yang
mengandalkan konsumsi swasta, layanan, dan inovasi. Ini sebuah proses yang
membutuhkan waktu lama sebelum tercapai.
Setelah rebound yang kuat pada tahun 2010 (dari resesi global yang melanda 2007-2009),
laju pertumbuhan ekonomi global melambat kemudian menjadi stabil di kisaran 3.5
persen tahun-ke-tahun di antara tahun 2012 dan 2016.
Gambar 3.1 Perbandingan GDP Indonesia dan Global
(Sumber: World Bank, 2022)
Ekonomi Indonesia terus kena dampak negatif dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di
Tiongkok dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global pada periode 2015-2019. Dan,
sebagai konsekuensi dari pertumbuhan yang lambat di seluruh dunia (dan khususnya di
China), harga komoditas terus menunjukkan tren menurun. Ini adalah konteks yang
sangat sulit bagi pemerintahan Joko Widodo, yang dilantik pada akhir 2014, untuk
mencapai percepatan pertumbuhan ekonomi.
Presiden Widodo telah berjanji (selama kampanye presidennya) untuk membawa
Indonesia kembali ke tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 7 persen, namun
dikarenakan terjadinya pandemi yang menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi
drastis secara global dan nasional.
3.2 Kondisi Perekonomian Regional (PDRB) Papua

Gambar 3.2.1 Lapangan Usaha dan Output Papua


Dapat dilihat pada tabel diatas lapangan usaha yang terdapat pada provinsi papua dan
kontribusinya terhadap PDRB Papua.

3.2.1 Pertumbuhan PDRB Papua Dengan Pendekatan Produksi


Gambar 3.2.2 Grafik Pertumbuhan PDRB Papua Dengan Pendekatan Produksi Dengan Harga
Berlaku

Gambar 3.2.3 Grafik Pertumbuhan PDRB Papua Dengan Pendekatan Produksi Dengan Harga
Konstan

Dapat kita lihat bahwa pertumbuhan PDRB Papua cenderung naik dari tahun ke tahun. Hal ini
tentunya terjadi dikarenakan meningkatnya sektor industri di Papua yang membuat produksi
meningkat.

3.2.2 Pertumbuhan PDRB Papua Dengan Pendekatan Pengeluaran


Gambar 3.2.4 Grafik Pertumbuhan PDRB Papua Dengan Pendekatan Produksi Dengan Harga
Berlaku

Dapat kita lihat jik


3.3 Peranan Sektor Transportasi dalam Perekonomian
Transportasi memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan
ekonomi masyarakat dan merupakan urat nadi dalam pembangunan ekonomi suatu
negara. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi harus ditunjang
dengan pengembangan sistim transportasi yang baik, sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman.
Manfaat transportasi secara ekonomi meliputi :
1. Perpindahan Orang
Transportasi menjadikan orang lebih mudah dan cepat berpindah tempat dari satu
tujuan ke tujuan lainnya, apalagi jika dihubungkan dengan kondisi Indonesia
sebagai negara kepulauan.
2. Pemindahan Barang
Transportasi menjadikan barang – barang dapat dikirim dari tempat produksi ke
tempat – tempat lainnya yang membutuhkan barang – barang tesebut.
Transportasi khususnya laut juga menjadi pendukung pemindahan barang dari satu
tempat ke tempat lainnya.
3. Menjaga stabilitas harga Barang
Transportasi menjadikan supply barang lebih mudah dan terjamin sehingga harga
barang akan tetap stabil.
4. Meningkatkan Nilai ekonomi suatu kawasan/wilayah
Transportasi meningkatkan produktivitas dan nilai jual suatu kawasan, misal hasil
industri, hasil pertanian, tanah dll
5. Perkembangan Wilayah
Transportasi dapat mempercepat perkembangan suatu wilayah, keterbatasan
transportasi menghambat perkembangan wilayah.
Bab IV
Kesimpulan

4.1 Kesimpulan Kondisi Perekonomian Indonesia


Produk Domestik Bruto bisa mejadi acuan perekonomian negara, di Indonesia, PDB
ini dipengaruhi oleh beberapa aspek. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat
juga menyebabkan PDB di Indonesia juga ikut berubah. PDB Indonesia tergolong
fluktuatif naik dan turun tiap tahunnya. Perlambatan ekonomi ini terjadi karena banyak
sekali faktor, seperti Covid-19, kemudian akselerasi pertumbuhan ekonomi, dan lainnya.
Pertumbuhan PDB tertinggi terjadi pada tahun 2021 kemarin, yakni sebesar 5,76%, dan
yang terendah dalam 10 tahun terakhir adalah –7,08% yaitu pada tahun 2020.
Poin yang dapat ditarik dalam pertumbuhan PDB Indonesia dalam 10 tahun terakhir
adalah sebagai berikut:
(1) Perlambatan perekonomian yang terjadi di periode 2010-2015 setelah berakhirnya
era boom komoditas;
(2) Periode proses akselerasi pertumbuhan ekonomi (yang sederhana) yang terjadi di
periode 2015-2019;
(3) Terjunnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 akibat krisis global yang
disebabkan virus COVID-19.
PDB ini juga dipengaruhi oleh sektor transportasi laut. Manfaat dari transportasi
laut ada beberapa hal, meliputi memudahkan untuk perpindahan orang, pemindahan
barang, stabilitas harga yang lebih terjaga, peningkatan nilai ekonomi suatu kawasan,
dan mendukung perkembangan wilayah.
Daftar Pusaka

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2015), 34.
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar, 36.
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi &
Makroekonomi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), 234.
Lampiran

Tabel Kontribusi
NRP Nama Kontribusi
02411942000003 Harun Yudhistira Siswanto 2.1, 2.2 dan Formatting
Putra
04211940000024 Aditya Rahmat Nur Husain 1.1, 3.3, 4.1
04211940000078 Abid Ghanim 2.4;2.4.1;2.4.2;2.4.3;.2.4.4;3.2
04211940000095 Muhammad Raffi Adhitama 2.3;2.3.1;3.1;3.1.1;3.1.2

Anda mungkin juga menyukai