Anda di halaman 1dari 21

1.

1 PRINSIP EKONOMI

1. Trade off = Merelakan suatu hal untuk hal lain, contoh, harus kuliah atau bekerja karena tidak mungkin kerja
sambal kuliah diwaktu yang sama.
2. Biaya adalah apa yang harus dikorbankan untuk memperoleh sesuatu, Semua upaya baik biaya maupun non
biaya adalah biaya.
3. Konsep Marginal = Tebing, perubahan marginal kecil terhadap suatu rencana tindakan, secara rasional akan
memilih rencana yang menguntungkan.
4. insentif = membandingkan keuntungan dan biaya.
5. Perdagangan menguntungkan.
6. Pasar adalah tempat yang baik untuk mengorganisasikan kegiatan ekonomi. Interaksi antara rumah tangga dan
produsen.
7. Intervensi Pemerintah dapat memperbaiki hasil mekanisme pasar.
8. Standar hidup negara bergantung pada kemampuan memproduksi Barang/Jasa
9. Inflasi Harga meningkat apabila pemerintah mencetak uang terlalu banyak.
10. Inflasi dan Penggangguran masyarakat menghadapi Trade Off jangka pendek antara.
1.2 MAKRO MIKRO CIRCULAR FLOW

Pembelian Brg/Jasa
(4)
Pembelian Brg/Jasa Pajak
(5) (3)

Perusahaan Pemerintah RT
(6) (2)
Pajak Gaji, Pembayaran Bunga,
Penghasilan Non Balas Jasa
(Transfer Payment)
(1)
Gaji, Upah, Bunga, Deviden, Sewa

(7) (8)
Dunia Internasional
Ekspor Impor
RUMAH TANGGA (RT) adalah Masyarakat yang menjalankan dunia usaha dan pemerintah dengan mendapatkan
pendapatan, kemudian membelanjakan pendapatannya.
PERUSAHAAN Adalah faktor produksi untuk menghasilkan Brg/Jasa yang dijual kepada perusahaan lain, rumah tangga
atau pemerintah.
PEMERINTAH Pajak yang dipungut ditujukan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
kegiatan ekonomi yang diantaranya adalah pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air, dan kebutuhan lainnnya
yang menunjang kegiatan perekonomian.
DUNIA INTERNASIONAL
Adalah semua negara lain diluar Indonesia yang membeli barang atau jasa yang kita ekspor dan menjual barang/jasa
yang kita impor.
Interaksi kegiatan ekonomi antar pelaku ekonomi berlangsung dalam pasar yang dapat dibagi menjadi pasar produk
(barang/jasa) dan pasar faktor produksi.
Pasar produk adalah kegiatan antara penjual dan pembeli antar pelaku ekonomi yang melakukan jual beli barang/jasa
untuk dikonsumsi atau digunakan. Contohnya adalah seorang ibu (RT) dari pengusaha tempe (perusahaan) yang
membeli tempe di pasar untuk dikonsumsi dalam keluarga.
Sedangkan pasar faktor produksi adalah kegiatan antara penjual dan pembeli antar pelaku ekonomi yang melakukan
jual beli factor-faktor produksi yang selanjutnya digunakan untuk melakukan kegiatan produksi oleh setiap pelaku
ekonomi. Contohnya adalah pengusaha (perusahaan) produk tempe yang membeli kacang kedelai dari petani
(RT/perusahaan) yang digunakan sebagai bahan membuat tempe.
1.3 VARIABEL UTAMA EKONOMI

1. GDP riil PDB riil merupakan ukuran pertumbuhan ekonomi (PDB) suatu negara yang telah disesuaikan dengan
inflasi.
2. Tingkat pengangguran adalah persentase jumlah Pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.
3. Tingkat inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu
tertentu. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi.
4. Tingkat bunga adalah biaya dana yang dikeluarkan oleh institusi keuangan, khususnya bank, untuk dana yang
dipercayakan kepada mereka atau biaya dana yang dibebankan institusi keuangan kepada peminjam seperti bunga
pinjaman.
5. Tingkat pasar
6. Nilai tukar (Kurs) sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua
mata uang masing-masing negara atau wilayah.
2.1 PBD PENGERTIAN, PERTUMBUHAN DAN DAMPAK MULTIPILER EFFEK DAN SHIFT SHARE

Produk domestik bruto (PDB) atau dalam bahasa Inggris gross domestic product (GDP) adalah nilai pasar semua
barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk
menghitung pendapatan nasional. Teknik ini paling sering digunakan.

PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor)

Pertumbuhan ekonomi negara dapat diukur dengan cara membandingkan PDB-nya. Untuk ukuran nasional, produk
domestik bruto (PDB) tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya.

2018 : 5.17

2019 : 5.02

2020 : 2.07

2021 : 5.02

2022 : 5.31

Tingkat pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dari pertambahan PDB riil dari tahun ke tahun. Jika PDB bertambah, maka
pertumbuhan ekonomi semakin baik. Jika rata-rata laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun semakin tinggi,
maka akan semakin tinggi juga pendapatan per-kapita masyarakat.

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pernah mengalami kontraksi yang sangat besar mencapai 13,6% pada tahun
1998, dimana pada saat itu Indonesia mengalami krisis moneter yang menyebabkan tingginya harga barang
dipasaran, tingginya tingkat inflasi dan berkurangnya investasi dari pihak luar dikarenakan kondisi politik Indonesia
yang saat itu sedang tidak stabil.

Kondisi seperti itu membuat dampak negatif pada perekonomian Indonesia dan pada tahun 2000-2004 Indonesia
mencoba bangkit dan memulihkan kembali perekonomiannya salah satunya dengan meningkatkan konsumsi rumah
tangga, karena konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator dalam penghitungan PDB. Dengan adanya
peningkatan konsumsi rumah tangga akan menyebabkan perputaran uang di pasaran tinggi yang nantinya akan
berakibat pada pertambahan PDB nasional dan perlahan mendorong perekonomian Indonesia.

Pengertian multiplier effect adalah proses yang memeprlihatkan sejauh mana pendapatan nasional akan berubah,
dengan efek dari perubahan dalam pengeluaran agregat. Jadi, bisa diakatakan efek berganda ini berskala besar, satu
kegiatan akan berpengaruh terhadap hasil dari kegiatan lain dan kegiatan tersebut juga akan berpengaruh pada
kegiatan yang lain lagi.

Analisis shift-share merupakan metode analisis untuk mengetahui struktur perekonomian pada suatu wilayah,
pergeseran sektor-sektor unggulan pada dua kurun waktu, dan mengetahui posisi sektor perekonomian suatu
wilayah terhadap wilayah yang lebih luas. Kabupaten Bogor sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan kota-
kota besar seperti Jakarta dan Bogor, mempunyai fungsi sebagai wilayah penyangga kedua kota tersebut. Namun
pada masa kini mengalami perubahan yang sangat pesat di berbagai bidang, sehingga fungsinya sebagai wilayah
penyangga menjadi berkurang. Studi ini bertujuan mengetahui perubahan sektor ekonomi di Kabupaten Bogor
dengan menggunakan analisis shift-share pada kurun waktu 2013 dan 2016.

Dari hasil analisis shift-share di Kabupaten Bogor menunjukkan sektor konstruksi, real estat mengalami
perkembangan pesat, hal ini sesuai dengan kondisi Kabupaten Bogor pada masa kini yang merupakan wilayah sebagai
limpahan perkembangan dari kota besar di sekitarnya, di pihak lain pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami
kemunduran. Terkait dengan fungsinya sebagai penyangga kota-kota besar di sekitarnya serta sebagai daerah resapan
air, maka perkembangan pembangunan ini perlu diwaspadai. Dimana pada wilayah tertentu perlu tetap
dipertahankan sebagai kawasan pertanian, kehutanan dan perikanan. Sedang dalam hal konstruksi dan real estat
dimulai dengan pembangunan vertikal sehingga mengurangi daerah terbangun.
2.2 INFLASI: PENGERTIAN, Indeks Harga Konsumen (IHK)

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa yang berlangsung secara terus menerus, Jika inflasi
meningkat, hal tersebut menunjukan harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami kenaikan. Metode yang
dapat digunakan untuk mengukur inflasi yaitu melalui Indeks Harga Konsumen.

Indeks harga konsumen (IHK) adalah Indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu kelompok
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke
waktu menggambarkan tingkat kenaikan harga (inflasi) atau tingkat penurunan harga (deflasi) dari barang dan jasa.
Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the
Classification of individual consumption by purpose – COICOP), yaitu Kelompok bahan makanan, kelompok makanan
jadi, minuman, dan tembakau, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok
pendidikan dan olah raga dan kelompok transportasi dan komunikasi.
2.3 PENGANGGURAN

Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif
mencari pekerjaan (https://www.academia.edu). Kategori orang yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak
memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja.

Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara
pelamar dengan pembuka lamaran pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang
dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.

Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya siklus ekonomi.

Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi
dalam jangka panjang.

Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi ekonomi jangka pendek yang
menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.

Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga
permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.

Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi
resesi .

Akibat Pengangguran Bagi perekonomian Indonesia:

1. Penurunan pendapatan perkapita.

2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.

3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.


2.4 KAITAN PENDAPATAN NASIONAL, INFLASI DAN PENGANGGURAN
3.1 PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Supply atau penawaran adalah kesediaan penjual untuk menyerahkan berbagai barang pada tingkat harga dalam
waktu tertentu dan keadaan tertentu. Hukum penawaran menyatakan bahwa ketika harga suatu barang meningkat
dan ceteris paribus (faktor-faktor lain dianggap tidak ada perubahan), maka jumlah penawaran barang tersebut juga
akan meningkat. Artinya antara harga dengan penawaran berbanding lurus atau positif.

Faktor yang Mempengaruhi Penawaran (Supply)

1. Harga Barang Itu Sendiri, Produsen atau perusahaan akan menawarkan lebih banyak barang jika harga
barang tersebut naik.
2. Harga Barang Lain yang Terkait(Produk subtitusi).
3. Biaya Produksi Produsen.
4. Tingkat Teknologi
5. Jumlah Produsen
6. Kebijakan Pemerintah (Pajak, Subsidi)
7. Faktor Alam.
8. Prediksi Produsen tentang Kondisi Masa Datang.

Demand atau permintaan adalah jumlah keseluruhan barang dan jasa yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai
tingkat harga. Hukum permintaan menyatakan bahwa ketika harga suatu barang meningkat, maka jumlah permintaan
barang tersebut akan menurun. Begitu pula sebaliknya. Ketika harga suatu barang menurun, maka jumlah permintaan
barang tersebut akan meningkat.

Faktor yang Mempengaruhi Demand atau permintaan

1. Harga Barang Itu Sendiri,


2. Harga Barang Lain yang Terkait (Produk subtitusi).
3. Tingkat Pendapatan.
4. Selera Masyarakat
5. Jumlah Penduduk
6. Prediksi Konsumen tentang Kondisi pada Masa Mendatang
3.2 PENGERTIAN ELASTISITAS DAN APLIKASINYA

konsep elastisitas dalam ilmu ekonomi bertujuan untuk mengukur respons atau kepekaan sebuah variabel sebagai
akibat adanya perubahan variabel lainnya.

Elastisitas erat kaitannya dengan teori permintaan dan penawaran, khususnya dalam aspek pengambilan keputusan.
Pide menyebutkan bahwa dalam pengambilan keputusan, suatu hal yang perlu diketahui adalah jumlah kenaikan dan
penurunan dalam permintaan serta penawaran sebagai akibat dari perubahan harga.

Misalnya, ketika harga sebuah barang meningkat sebesar 10 persen, perlu diketahui besar perubahan jumlah
permintaan terhadap barang tersebut. Untuk mengetahui perubahan pada tiap variabel, diperlukan konsep elastisitas.

Jenis-jenis Elastisitas

1. Elastisitas permintaan. elastisitas permintaan merupakan persentase perubahan jumlah barang yang diminta
akibat terjadinya perubahan harga dari barang tersebut.
a. Elastisitas permintaan terhadap harga.
b. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan.
c. Elastisitas permintaan silang.

2. Elastisitas penawaran. bilangan yang menunjukkan persentase perubahan yang terjadi pada jumlah yang
ditawarkan, sebagai akibat dari perubahan variabel lain yang memengaruhi penawaran.

3. Elastisitas silang. mengukur besarnya kepekaan atas perubahan permintaan suatu barang jika harga barang
lain berubah. Adapun yang dimaksud dengan harga barang lain adalah harga barang yang berkaitan dengan
barang yang diminta.

4. Elastisitas pendapatan untuk mengukur besarnya jumlah perubahan jumlah barang yang diminta akibat
adanya perubahan pendapatan.

Contoh soal 1

Harga buah apel di pasar, turun dari Rp 30.000 per kilogram menjadi Rp 20.000 per kilogram. Jumlah permintaan di
pasar meningkat dari 200 kilogram menjadi 300 kilogram. Berapakah tingkat elastisitas permintaannya?
Diketahui: ΔQ = 300 kilogram - 200 kilogram = 100 kilogram
ΔP = Rp 30.000 - Rp 20.000 = Rp 10.000
P = 30.000
Q = 200
Jawab : 100/10.000 X 30.000/200 = 1,5
Ini menunjukkan bahwa permintaan apel di pasar bersifat elastis, di mana persentase perubahan harganya jauh lebih
kecil dibanding persentase perubahan jumlah barang yang diminta.
Contoh soal 2
Permintaan daging sapi mengalami kenaikan, yang semula hanya 20 kilogram, kini menjadi 50 kilogram. Walau begitu,
harga daging sapi di pasar stabil pada harga Rp 60.000 per kilogram. Berapakah tingkat elastisitas permintaannya?
Diketahui: ΔQ = 50 kilogram - 20 kilogram = 30 kilogram
ΔP = 0 (nol, karena tidak ada kenaikan harga)
P = 60.000
Q = 20
Jawab : 30/0 x 60.000/20 = ~ (Tak Terhingga)
Ini menunjukkan bahwa permintaan harga daging di pasar bersifat elastis sempurna, di mana permintaannya bisa
mencapai jumlah tak terhingga, walau harga barangnya tak mengalami kenaikan.
3.3 ASPEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN DALAM ANALISIS DAERAH
3.4 KARAKTERISTIK DAERAH
4.1 SUMBER DAYA TERBARU DAN TIDAK TERBARUKAN

Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari "proses alam yang berkelanjutan", seperti tenaga surya, tenaga
angin, arus air, proses biologi, dan panas bumi.
Contoh Sumber daya terbarukan :
1. Energi panas bumi,
2. Energi Surya
3. Tenaga angin
4. Tenaga air
5. Biomassa, bahan bakar bio cair biasanya berbentuk bioalkohol seperti metanol, etanol dan biodiesel.
6. Bahan Bakar bio cair,
7. Biomassa padat, limbah hasil pengolahan yang bisa dibakar dijadikan bahan bakar.
8. Biogas, Limbah dari industry seperti industry kertas, gula, kotoran hewan dan sesuatu yang menghasilkan gas
mentana.
Energi tak terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber daya alam yang waktu pembentukannya sampai
jutaan tahun. Energi ini dikatakan tak terbarukan karena, apabila sumber daya tersebut sudah digunakan, akan
memerlukan waktu yang sangat lama untuk menggantikannya.
Contoh dari Energi tak terbarukan yang sangat dikenal, yaitu bahan bakar fosil seperti batu bara, gas alam, dan
minyak bumi. Batu bara sendiri terbentuk dari proses pengendapan serta perubahan kayu-kayu besar yang
tertimbun didalam rawa-rawa. Proses ini memakan waktu jutaan tahun dan memerlukan kondisi lingkungan yang
spesifik, yaitu pengendapan dan penimbunan kayu-kayu pepohonan dalam suatu kawasan rawa-rawa. Sedangkan,
minyak bumi atau minyak mentah merupakan senyawa hidrokarbon yang berasal dari sisa-sisa kehidupan purbakala
(fosil), baik berupa hewan, maupun tumbuhan. Umumnya, sisa-sisa fosil hewan dan tumbuhan tersebut akan berubah
menjadi senyawa minyak setelah terkubur di perut bumi selama jutaan tahun.
4.2 KONSUMSI SEKARANG DAN YANG AKAN DATANG

Potensi Sumber Daya Alam Indonesia Berikut ini adalah potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia :

1. Potensi Sumber Daya Udara, Di Indonesia sendiri, pembangkit listrik tenaga angin dikenal dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan telah resmi dibangun untuk komersil pada tahun 2018 di Sulawesi
Selatan.
2. Potensi Sumber Daya Tanah, Tanah sangat dibutuhkan oleh manusia untuk bercocok tanam hingga
pembangunan rumah dan jalan.
3. Potensi Sumber Daya Air, Air dapat digunakan sebagai pembangkit listrik dan juga berguna sebagai air minum
bagi manusia. Selain itu, dengan adanya siklus pendek, sedang dan panjang yang terjadi pada siklus hidrologi
air danau dan air sungai yang dapat menjadi perkembangan hewan air yang nantinya dapat menjadi pangan
untuk masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
4. Potensi Sumber Daya Tambang,
5. Potensi Sumber Daya Laut,
6. Potensi Sumber Daya Hutan,
7. Potensi Sumber Daya Hutan,
4.3 EKONOMI VS LINGKUNGAN

1. Sumber daya alam terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya sumber daya abadi(Prepetual), terbarukan,
sumber daya tak terbarukan, dan sumber daya potensial .
a. Abadi (Prepetual), Sumber daya yang selalu ada dan keberadaannya relatif konstan meskipun sumber
daya tersebut dieksploitasi secara besar-besaran.
b. Terbarukan, Sumber daya yang dalam waktu singkat dapat berkurang, tetapi dalam jangka panjang akan
pulih kembali karena proses alam. Sumber daya yang termasuk dalam kategori ini diantaranya ada hutan,
perikanan, dan peternakan.
c. Tak Terbarukan, Sumber daya alam yang tidak dapat diproduksi karena proses pembentukannya
memerlukan waktu jutaan tahun. Bahan bakar fosil termasuk sumber daya alam yang tidak dapat
diperbesar, maka harus dipergunakan sebijaksana mungkin untuk pembangunan nasional tanpa
menimbulkan pencemaran lingkungan.
d. Sumber Daya Potensial, Sumber daya ini berasal dari pengetahuan manusia, tetapi belum
dimanfaatkan. Akan tetapi, suatu saat akan menjadi SDA karena kemampuan manusia untuk
memanfaatkannya.
2. Sumber Daya Buatan, Merupakan sumber daya yang sengaja dibuat manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Beberapa sumber daya buatan yang ada di Indonesia yaitu sawah, waduk, perkebunan, dan tegalan.

3. Sumber Daya Manusia,


4. Konservasi Sumber Daya Non-Hayati.

Konsep ekonomi menyebut masalah pilihan dalam kondisi keterbatasan itu sebagai prinsip “trade off”. Secara harfiah,
trade off berarti “pertukaran”, dimana sesuatu yang kita pilih harus ditukar dan diganti dengan sesuatu hal lain yang
kita korbankan. Kerelaan kita mengorbankan “sesuatu hal yang lain” itu dalam prinsip ekonomi disebut sebagai
“opportunity cost”, yang artinya “biaya kesempatan” yang hilang dan harus dibayar, karena sudah memilih
kesempatan atau peluang yang lain. Tentu kesempatan yang dipilih itu mempunyai nilai dan manfaat yang sebanding,
bahkan dianggap punya manfaat lebih banyak, lebih besar daripada kesempatan yang dikorbankan.

Dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, masalah trade off muncul pada area kebijakan dimana ada masalah
konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya alam. Karena menurut konsep ekonomi, tujuan utama
pembangunan adalah memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Sumber Daya alam
diperlukan sebagai bahan baku, sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan produksi nasional. Karena hanya
berfungsi sebagai sarana, bukan tujuan pembangunan, dalam hal terjadi pertentangan antara kepentingan
“pembangunan” dengan “kelestarian alam dan lingkungan” maka kelestarian sumberdaya alam termasuk yang harus
“dikorbankan”. Sumber Daya alam itu justru dieksploitasi dan dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk akumulasi
modal dan demi pertumbuhan ekonomi. Kelestarian sumberdaya alam merupakan trade off dari pembangunan
ekonomi. Bahwa eksploitasi dan pemanfaatan kekayaan alam itu menimbulkan dampak kerusakan ekosistem dan
bencana lingkungan, hal itu dianggap konsekuensi masalah yang tidak bisa dihindari. Kerusakan lingkungan dianggap
sebagai “biaya” yang harus dibayar untuk “manfaat” pembangunan ekonomi yang diperoleh masyarakat.

Konsep tentang perlunya faktor non-ekonomi – khususnya faktor sosial dan lingkungan – dalam pembangunan baru
dianggap penting untuk diperhatikan setelah konsep “pembangunan berkelanjutan (sustainable development)” ramai
menjadi wacana global. Sebagai antithesis dari konsep “pembangunan ekonomi” (menilai pembangunan dari
pertumbuhan ekonomi semata) yang menimbulkan berbagai masalah keadilan sosial dan bencana lingkungan itu,
konsep “pembangunan berkelanjutan” menolak prinsip trade off dan menawarkan prinsip “sinergi” dalam proses dan
pola pembangunan yang kompleks dan multidimensional.

Dalam pola “pembangunan berkelanjutan”, negara harus menjalankan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan
secara seimbang, simultan, selaras dan berlanjutan dalam jangka panjang. Tidak ada trade off antara pembangunan
ekonomi dengan pelestarian lingkungan ataupun dengan keadilan sosial.

Semuanya merupakan unsur dan faktor yang penting dan diperlukan dalam pembangunan. Meskipun masing-masing
unsur ekonomi, sosial dan lingkungan mempunyai fungsi dan kontribusi yang berbeda-beda, tapi karena sama-sama
diperlukan untuk mencapai tujuan bersama, maka perlu ada “sinergi” dari ketiga unsur tsb sehingga bisa terjadi proses
pembangunan yang bersifat saling mengisi dan saling menunjang. Bukan berkompetisi untuk saling meniadakan fungsi
dan manfaat masing-masing unsurnya. Sinergi merupakan bentuk dari proses atau interaksi beberapa pihak untuk
bekerjasama secara produktif dan membangun kemitraan yang harmonis untuk menghasilkan suatu karya
pembangunan yang optimum dan bermanfaat bagi publik.

Tantangan Pembangunan Tanpa Deforestasi


Pembangunan memang berhasil menaikkan status Indonesia dari negara berpendapatan rendah ke pendapatan
menengah (middle-income country) berkat keberhasilan mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,
sekitar 5,2% per tahun. Juga kemiskinan ekstrim berhasil kita turunkan dari sekitar 70% (1984) menjadi tinggal
7% di tahun 2016. Tapi coba lihat mengapa masih ada begitu banyak kantong-kantong kemiskinan di lokasi-lokasi
yang tak jauh dari kota-kota dengan pertumbuhan ekonomi tinggi? Laporan Bank Dunia (2018) menunjukkan
bahwa hanya 32% rakyat Indonesia masuk kategori “sejahtera”, sementara mayoritasnya (68%) justru masuk
kategori miskin dan rentan. Selain itu, sejak tahun 2000 tingkat ketimpangan pendapatan antara rakyat yang kaya
dengan yang miskin, mengalami kenaikan ketimpangan yang cukup tinggi. Ketika sebagian besar negara di dunia
tingkat ketimpangannya menurun atau stabil, Indonesia justru mengalami kenaikan ketimpangan lebih dari 30%.
Angka rasio pengukur tingkat ketimpangan penghasilan penduduk menunjukkan bahwa rasio Gini Indonesia
berada pada kisaran 0.46 – 0.48 yang menempatkan Indonesia kedalam kelompok 25% negara-negara dengan
tingkat ketimpangan yang tertinggi di dunia.
Yang lebih memprihatinkan adalah kinerja kita di sektor energi, kehutanan dan lingkungan. Walaupun sejak era
1990-an ketergantungan perekonomian Indonesia terhadap minyak dan gas bumi (migas) berkurang, tapi
pemanfaatan energi bersumber fossil untuk pembangunan ekonomi itu justru meningkat karena kian
membesarnya penggunaan batubara. Sebagai bahan energi, batubara lebih buruk dari migas dalam hal
pencemaran lingkungan dan emisi gas-gas karbon yang menyebabkan perubahan iklim dan pemanasan global.
Kondisi lingkungan ini semakin parah karena pertumbuhan ekonomi kita berbasis ekstraksi dan eksploitasi sumber
daya alam (SDA) berupa bahan tambang dan hasil hutan yang sangat rentan terhadap fluktuasi harga-harga
komoditas SDA di pasar internasional. Pesatnya kenaikan harga dan permintaan pasar akan komoditas kayu,
hasil hutan, hasil tambang dan SDA lainnya, telah mendorong terjadinya deforestasi, pembabatan dan
penggundulan hutan secara massal di Indonesia. Deforestasi bukan hanya menyumbang emisi karbon yang
menimbulkan krisis iklim global, juga dampak negatifnya harus dibayar dengan penderitaan masyarakat oleh
bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, gagal-panen dan berbagai bencana alam dan lingkungan lainnya.
4.4 METODE PENGUKURAN

Pengukuran Ketersediaan Sumber Daya Alam

PENGUKURAN KETERSEDIAAN SDA

1. SDA Stok ( Tidak Terbarukan)


a. Sd Hipotetical
b. Sd Spekulatif
c. Cadangan Kondisional (Conditional Reserve)
d. Cadangan Terbukti (Proven Resource)
i. Sumber daya hipotetikal Adalah konsep pengukuran deposit yang belum diketahui namun
diharapkan ditemukan pada masa mendatang berdasarkan survei yang dilakukan saat ini.
Pengukuran sumber daya ini biasanya dilakukan dengan mengekstrapolasi laju pertumbuhan
produksi dan cadangan terbukti (proven reserve) pada periode sebelumnya.
ii. Sumber daya spekulatif Konsep pengukuran ini digunakan untuk mengukur deposit yang mungkin
ditemukan pada daerah yang sedikit atau belum dieksplorasi, dimana kondisi geologi
memungkinkan ditemukan deposit.
iii. Cadangan kondisional (conditional reserves) Adalah deposit yang sudah diketahui atau ditemukan
namun dengan kondisi harga output dan teknologi yang ada saat ini belum bisa dimanfaatkan
secara ekonomis.
iv. Cadangan terbukti (proven resource) Adalah sumber daya alam yang sudah diketahui dan secara
ekonomis dapat dimanfaatkan dengan teknologi, harga, dan permintaan yang ada saat ini.
2. Flow Resource (Yang Dapat Diperbaharui)
a. Potensi Maksimum Sumber Daya
b. Kapasitas Lestari
c. Kapasitas Penyerapan
d. Kapasitas Daya Dukung
i. Potensi Maksimum Sumber Daya Potensi Maksimum Sumber Daya Konsep ini didasarkan pada
pemahaman untuk mengetahui potensi atau kapasitas sumberdaya guna menghasilkan barang dan
jasa dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran ini biasanya didasarkan pada perkiraan-perkiraan
ilmiah atau teoretis. Misalnya diperkirakan bahwa bumi mempunyai kapasitas untuk memproduksi
sekitar 40 ton pangan per orang per tahun (Rees, 1990). Pengukuran potensial maksimum lebih
didasarkan pada kemampuan biofisik alam tanpa mempertimbangkan kendala sosial ekonomi yang
ada.
ii. Kapasitas Lestarai Adalah konsep pengukuran berkelanjutan dimana ketersediaan sumberdaya
diukur berdasarkan kemampuannya untuk menyediakan kebutuhan bagi generasi kini dan juga
generasi mendatang. Berkaitan dengan sumber daya ikan misalmnya, karena konsep ini sering
dikenal sebagai sustainable yield, dimana secara teoritis, alokasi produksi dapat dilakukan
sepanjang waktu jika tingkat ekspoitasi dikendalikan. Demikian juga pada sumber daya air, produksi
lestari secara teoritis bisa dicapai jika laju pengambilan tidak melebihi rata-rata penurunan debit
air tahunan.
iii. Kapasitas Penyerapan Adalah kemampuan sumber daya alam dapat pulih (misalnya air, udara)
untuk menyerap limbah akibat aktivitas manusia. Kapasitas ini bervariasi akibat faktor eksternal
seperti cuaca dan intervensi manusia.
iv. Kapasitas Daya Dukung Pengukuran kapasitas yang didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan
memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan organisme. Misalnya, ikan di
kolam tumbuh secara positif jika daya dukung lingkungan masih lebih besar. Namun, pertumbuhan
yang terus menerus akan menimbulkan kompetisi terhadap ruang dan makanan sampai daya
dukung lingkungan tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan.
5.1 PERDAGANGAN INTRA DAN ANTAR DAERAH

Perdagangan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa yang dilakukan atas dasar kesepakatan bersama dan
juga memiliki sifat saling menguntungkan. Maka dari itu, suatu kegiatan perdagangan akan dilakukan tanpa paksaan.
Berdasarkan jangkauan wilayahnya, kegiatan perdagangan ini bisa dibedakan menjadi kegiatan perdagangan dalam
negeri dan juga perdagangan internasional. Salah satu bentuk dari kegiatan perdagangan dalam negeri adalah
perdagangan antardaerah.

Perdagangan antardaerah adalah jenis kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh penduduk di suatu daerah dengan
penduduk yang berada di daerah lain. Pada dasarnya, salah satu faktor utama yang mendorong terjadinya
perdagangan antardaerah adalah adanya perbedaan kekayaan sumber daya alam yang ada di setiap daerah karena
adanya perbedaan kondisi geografis.

Berikut adalah beberapa faktor yang mendorong terjadinya perdagangan antardaerah:

Perbedaan faktor produksi: perdagangan antardaerah bisa terjadi karena adanya perbedaan kekayaan sumber daya
alam, kualitas sumber daya manusia, dan teknologi. Perbedaan faktor produksi ini akan membuat suatu daerah
memiliki barang atau jasa yang tidak dimiliki oleh daerah lain sehingga mendorong daerah lain untuk melakukan
kegiatan perdagangan antardaerah untuk mendapatkan barang tersebut.

Perbedaan biaya: perdagangan antardaerah yang terjadi karena keinginan suatu daerah untuk memenuhi kebutuhan
daerahnya dengan harga yang lebih rendah. Perbedaan biaya ini bisa terjadi karena adanya perbedaan kualitas sumber
daya manusia dan perbedaan teknologi yang bisa meningkatkan efisiensi dari kegiatan produksi di suatu daerah.

Keinginan untuk memperluas pasar: perdagangan antardaerah bisa terjadi karena adanya keinginan dari produsen di
suatu daerah untuk memperluas pasar dari produk yang dihasilkannya.

Keinginan untuk meningkatkan keuntungan: perdagangan antardaerah bisa terjadi karena keinginan suatu daerah
untuk mendapatkan keuntungan dengan cara menawarkan potensi daerahnya ke daerah lain sehingga bisa
meningkatkan permintaan terhadap potensi daerah tersebut.
5.2 PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN KERJASAMA REGIONAL

Perjanjian atau kerjasama regional adalah perjanjian dari beberapa negara di suatu kawasan yang bertujuan untuk
mengurangi hambatan perdagangan. Hampir seluruh negara di dunia paling tidak bergabung dalam satu kerjasama
regional, bahkan ada negara yang tergabung dalam beberapa perjanjian atau perdagangan regional.

Tingkat atau bentuk dari kerjasama regional adalah sebagai berikut :

Preferential Tariff Arrangements, Ikatan ini akan membuat hambatan perdagangan diturunkan secara berangsur-
angsur khusus berlaku di antara negara anggota pembuat kesepakatan kerjasama ekonomi itu.

Free Trade Area, Pada bentuk ini, hambatan perdagangan di antara negara anggota dihilangkan sama sekali.

Custom Union, Yaitu perdagangan antar negara anggota dan perdagangan antara negara anggota dengan negara non
anggota ditentukan bersama melalui bentuk ini.

Common Market, Perjanjian bahwa sumber daya dapat berpindah dari satu negara anggota ke negara anggota lain
tanpa dikenai hambatan.

Economic Union, Bentuk integrasi ekonominya mirip dengan satu kesatuan negara yang utuh, dimana telah dimiliki
kesepakatan penetapan kebijakan fiskal dan moneter.

Supranatural Union, Dalam bentuk ini, sesama negara anggota sepakat menyerahkan kedaulatan kepada otoritas
tunggal yang dipilih.

Contoh Kerjasama Regional

ASEAN Free Trade Area, dengan anggota Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam,
Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Laos.

ASEAN + 3 (ASEAN + Jepang, Korea Selatan, dan China).

ASEAN - Korea Free Trade Area.

ASEAN - Australia - New Zealand Free Trade Area.

Asia Pasific Economic Cooperation (APEC).

Adanya kerjasama regional bukan hanya meningkatkan perekonomian dan perdagangan negara, tetapi juga di bidang
lain seperti sosial budaya, inovasi, teknologi dan ilmu pengetahuan. Kerjasama regional juga memunculkan persaingan
regional yang dapat mendorong efisiensi dan produktivitas.(DK)
6.1 ANALISIS BASIS EKONOMI

1. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh
besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.
2. Kegiatan ekonomi dikelompokan atas kegiatan Basis dan Nonbasis, hanya kegiatan basis yang dapat mendorong
kegiatan ekonomi wilayah.
3. Ekspor adalah semua kegiatan baik produksi dan jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah disebut
kegiatan basis.
4. Lapangan kerja dan pendapatan disektor basis dalah fungsi dari permintaan yang bersifat exogenous (tidak
tergantung pada kekuatan intern/permintaan local).
5. Sektor nonbasis (service) adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi local, dimana permintaan
sector ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian, sector ini terikat
terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah, atas
dasar tersebut, satu satunya sector yang bisa mengingkatan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan
alamiah adalah sector basis.

Rasio basis adalah perbandingan antara banyaknya lapangan kerja nonbasis yang tersedia untuk setiap satu lapangan
kerja basis.

CONTOH :

Misal, dalam satu wilayah terdapat 3.000 lapangan kerja yang terdiri dari 1.000 lapangan kerja basis dan 2.000
lapangan kerja nonbasis.

Dengan demikian rasio basisnya adalah 1 :2, artinya setiap satu lapangan kerja basis, tersedia dua lapangan kerja
nonbasis.

Misal, pada periode berikutnya ekspor bisa ditingkatkan dan menambah lapangan kerja basis, missal 100 orang
pertambahan disektor ekspor makan diharapakan tercipta tambahan 200 orang lapangan kerja baru disektor nonbasis.
Dengan kata lain peningkatan ekspor dapat menciptakan tambahan 300 lapang kerja baru.

Kenaikan dan penurunan ekspor, lapang kerja yang langsung bertambah atau berkurang adalah disektor basis,
sedangkan kenaikan atau penurunan disektor nonbasis akan menyusul secara bertahap sampai seluruhnya terjadi.

Waktu yang diperlukan antara berubahnya lapangan pekerjaan disektor basis dan nonbasis disebut masa tenggang
(time-lag)

CARA MEMILIH KEGIATAN BASIS DAN NONBASIS

1. Metode Langsung, Survei langsung kepada pelaku usaha (Kemana pesaran produk, dimana beli bahan)
2. Metode Tidak Langsung, Berdasarkan oleh asumsi (Contoh, Kegiatan pertambangan, kegiatan pariwisata)
kegiatan yang mayoritas produknya dijual keluar wilayah, atau mayoritas uang berasal dari luar wilayah.
3. Metode Campuran, gabungan antara metode langsung dan metode asumsi.
4. Metode Location Qoutient (LQ), membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sector tertentu
diwilayah tertentu dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sector yang sama secara
nasional.
6.2 INDEK GINI, INDEKS WILLIAMSON, ENTROPY

INDEK GINI :

1. Indeks Gini, ukuran ketidakmerataan (disparitas) pendapatan agregat. Ketimpangan pendapatan


merupakan suatu kondisi dimana distribusi pendapatan yang diterima masyarakat tidak merata. emakin
tinggi Indeks Gini, semakin besar pula ketimpangan yang ditunjukkan. Ini artinya, penduduk dengan
income tinggi akan menerima angka persentase yang jauh lebih tinggi pula dari total income seluruh
penduduk.
2. Ketimpangan Distribusi Pendapatan menyebabkan melebarnya jurang pendapatan antara masyarakat
kaya dan masyarakat miskin sehingga kemiskinan akan sulit diatasi dan akan menghambat pertumbuhan
ekonomi. Ketimpangan distribusi pendapatan terjadi karena pembangunan yang lebih mengutamakan
pertumbuhan dari pada pemerataan.

INDEKS WILLIAMSON :

1. Indeks Williamson merupakan satu instrumen dalam pengukuran pembangunan wilayah di suatu daerah
dengan membandingkannya dengan wilayah yang lebih tinggi. Dengan kata lain, Indeks Williamson secara
garis besar mengukur seberapa kesenjangan yang ada pada suatu pembangunan pada suatu wilayah.
2. Masalah disparitas ekonomi adalah suatu ukuran atas pendapatan yang diterima oleh setiap masyarakat.
Salah satu cara dalam meningkatkan distribusi pendapatan adalah dengan adanya pelaksanaan
pembangunan ekonomi.

ENTROPY :

1. Konsep ini pada dasarnya merupakan aplikasi konsep teori informasi dalam mengukur kesenjangan
ekonomi dan konsentrasi industri. Pengukuran menggunakan indeks ini memiliki kelebihan dimana
pengukuran ini memungkinkan peneliti untuk membuat perbandingan selama waktu tertentu secara rinci
dalam subunit geografis yang lebih kecil. Penghitungan indeks ini memiliki kegunaan menganalisis
kecenderungan konsentrasi geografis selama periode tertentu dan dapat mengkaji gambaran yang lebih
rinci mengenai kesenjangan spasial.
6.3 INDIKATOR PEMBANGUNAN LAINNYA: RCA, IKP, DAN SEBAGAINYA

1. RCA : RCA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kinerja ekspor suatu
komoditi dari suatu negara dengan mengevaluasi peranan ekspor komoditi tertentu dalam ekspor total
suatu negara dibandingkan dengan pangsa komoditi tersebut dalam perdagangan dunia.
2. IKP : Indeks Ketahanan Pangan (IKP) adalah ukuran dari beberapa indikator yang digunakan untuk
menghasilkan skor komposit kondisi ketahanan pangan di suatu wilayah

Anda mungkin juga menyukai