Anda di halaman 1dari 31

PENGANTAR ILMU EKONOMI

PENDAPATAN NASIONAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4
DEWI REZKI RAMDANI
ASTRI ANANDA PUTRI
MARHAENI
MUSDALIFAH
NOVIANTY NOER
RAFIKA AMALIA

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah Pengantar Ilmu Ekonomi tentang Pendapatan Nasional. Makalah
ini membahas tentang segala hal yang berkaitan dengan pendapatan nasional.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat membantu kita untuk memahami
pelajaran Pengantar Ilmu Ekonomi terutama tentang pendapatan nasional dan
manafaat/kegunaannya bagi suatu negara. Dalam penyusunan makalah ini, tidak
sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam peyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan teman-teman,
sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat teratasi. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan datang.

Penyusun

DAFTAR ISI

Sampul.......................................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3. Tujuan................................................................................................ 2
Bab II Pembahasan........................................................................................ 3
2.1. Pengertian Pendapatan Nasional........................................................ 3
2.2. Konsep penting Pendapatan Nasional................................................ 4
2.3. Penghitungan Pendapatan Nasional................................................... 7
2.4. Menentukan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi.................................... 18
2.5. Manfaat / Kegunaan Data Pendapatan Nasional............................... 21
2.6. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia..................................................... 25
Bab III Penutup............................................................................................. 27
3.1 Kesimpulan................................................................................27
Daftar Pustaka ...............................................................................................28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Teori makro ekonomi memusatkan perhatian dan analisisnya kepada
memperhatikan kegiatan ekonomi negara ditinjau secara global, yaitu secara
gambaran yang menyeluruh. Anlisis makro ekonomi antara lain perlu menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut: adakah keseluruhan tingkat kegiatan ekonomi
negara mengalami pertumbuhan dan berapa cepatkah pertumbuhannya? Adakah
tingkat pertumbuhan tersebut lebih baik atau lebih buruk dari masa lalu?
Bagaimanakah prospeknya di masa depan? Sektor-sektor manakah yang menjadi
penggerak pertumbuhan ekonomi yang berlaku?
Sesuatu perekonomian tidak akan dapat memberikan informasi dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu apabila tidak terdapat data mengenai
Produk Nasional Bruto, Produk Domestik Bruto dan komponen-komponen lain
dari konsep produksi nasional atau pendapatan nasional tersebut. Setiap negara
akan mengumpulkan berbagai informasi mengenai kegiatan ekonominya agar
secara kontinu dapat diperhatikan perubahan-perubahan tingkat dan corak
kegiatan ekonomi yang berlaku. Salah satu informasi penting yang akan
dikumpulkan adalah data mengenai pendapatan nasionalnya, yaitu nilai barang
dan jasa yang diwujudkan pada suatu tahun tertentu. Keberhasilan perekonomian
dari suatu bangsa pun dapat dilihat dari hasil perhitungan pendapatan nasional dan
produk nasionalnya. Pendapatan nasional merupakan ukuran penting kinerja
ekonomi baik jangka pendek maupun panjang (Sukirno, Sadono. 2013).
1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Pendapatan Nasional?


2. Jelaskan konsep pendapatan nasional!
3. Jelaskan penghitungan dengan cara pengeluaran,

produksi,

dan

pendapatan!
4. Bagaimana cara menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi?
5. Apa saja manfaat/kegunaan data pendapatan nasional ?
6. Bagaimanakah pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1986-2003?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

Untuk mengetahui pengetian pendapatan nasional


Mengetahui konsep penting pendapatan nasional
Mengetahui perhitungan pendapatan nasional
Mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi
Mengetahui manfaat dan kegunaan pendapatan nasional
Mengetahui pertumbuhan ekonomi Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendapatan Nasional

Pendapatan Nasional adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi


yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa oleh suatu negara dalam
tahun tertentu. Pendapatan Nasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu
Pendapatan Domestik Bruto (Pendapatan Nasional) dan Pendapatan Nasional
Bruto (PNB). Pendapatan domestik bruto adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa
yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalam suatu tahun tertentu.
Sedangkan Pendapatan Nasional bruto adalah nilai dari semua barang jadi dan
jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi domestik dalam negeri dalam
suatu periode tertentu (Ragandhi, Arsad. 2014).
Pendapatan Nasional secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu
negara dalam menghasilkan pendapatan/ balas jasa kepada faktor-faktor produksi
yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi daerah tersebut. Dengan kata lain
Pendapatan Nasional menunjukkan gambaran Production Orginated (Ragandhi,
Arsad. 2014).
Pada tingkat pendapatan nasional yang sama, negara-negara yang jumlah
penduduknya besar akan mempunyai pendapatan per kapita yang lebih rendah
dibandingkan dengan negara-negara yang jumlah penduduknya kecil. Demikian
juga, pada tingkat jumlah penduduk yang sama, negara-negara yang pendapatan
nasionalnya tinggi akan mempunyai tingkat pendapatan per kapita yang tinggi
pula. Negara-negara yang pendapatan nasionalnya rendah sebaliknya, akan
mempunyai tingkat pendapatan per kapita yang rendah. Artinya, besarnya tingkat
pendapatan per kapita suatu negara berbanding lurus dengan besarnya pendapatan
nasional dan berbanding terbalik dengan jumlah penduduk (Armoni, Ni Luh Eka.
2011).

2.2. Konsep Pendapatan Nasional


Sebelum menguraikan mengenai cara-cara penghitungan pendapatan
nasional, sebaiknya terlebih dahulu dijelaskan arti beberapa konsep penting
mengenai pendapatan nasional sebagai berikut (Sukirno, Sadono. 2013) :

1) Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic Product (GDP)


Konsep Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) adalah
nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah suatu negara, baik
yang dilakukan oleh warga negara yang bersangkutan maupun warga negara
asing yang bekerja di wilayah negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
Contohnya, output barang maupun jasa yang dihasilkan oleh para pekerja
asing yang bekerja di Indonesia, menyumbang GDP Indonesia. Sedangkan
para TKI dan TKW yang bekerja di Malaysia akan menyumbang GDP
Malaysia (Pracoyo, Tri Kunawangsih, dan Pracoyo, Antyo. 2005).

2) Produk Nasional Bruto (PNB) / Gross National Product (GNP)


Konsep Produk Nasional Bruto (Groos National Product) adalah nilai
produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara / penduduk, baik
yang dihasilkan di dalam negeri maupun di negara asing. Contoh : bila
Indonesia mengirim TKI ke Malaysia, maka output yang dihasilkan akan
dimasukkan dalam penghitungan GDP Malaysia. Pada saat yang sama output
tersebut akan masuk dalam perhitungan GNP Indonesia. Untuk lebih mudah
dalam membedakan GDP dan GNP, kita mengambil satu huruf yang di tengah
yakni D (Domestic) dan N (National). Domestik menggambarkan wilayah,

sedangkan nasional menggambarkan warga negara. Artinya output apa pun


yang dihasilkan di wilayah suatu negara, akan dihitung dalam GDP negara
tersebut tidak memandang warga negara yang bersangkutan ataupun warga
asing yang menghasilkan. Sebaliknya output yang dihasilkan warga suatu
negara akan dihitung dalam GNP, dimana pun warga negara tersebut berada
baik di dalam ataupun di luar negeri (Pracoyo, Tri Kunawangsih, dan
Pracoyo, Antyo. 2005).
Dengan memperhatikan perbedaan diantara arti PDB dan PNB di atas
dapatlah dirumuskan sifat hubungan diantara Produk Domestik Bruto dan
Produk Nasional Bruto, yaitu seperti dinyatakan oleh persamaan di bawah ini
(Sukirno, Sadono. 2013) :
PDB = PNB PFN dari LN

Dimana PFN dari LN adalah pendapatan faktor neto dari luar negeri. PFN
dari LN adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari luar
negeri dikurangi dengan pendapatan faktor-faktor produksi yang dibayarkan
ke luar negeri (Sukirno, Sadono. 2013).
3) Pendapatan Nasional Neto (PNN) / Net National Income (NNI)
Produk Nasional Neto (Net National Income) adalah jumlah
pendapatan yang diterima oleh masyarakat sebagai faktor produksi yang
digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun
tertentu. Dapat dinyatakan dengan persamaan (Pracoyo, Tri Kunawangsih,
dan Pracoyo, Antyo. 2005) :
4) Pendapatan Pribadi / Personal Income (PI)
NNI = NNP Pajak tidak langsung

Perndapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan,


termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesautu kegiatan apa
pun, yang diterima oleh penduduk semua negara. Dari arti istilah pendapatan
pribadi inilah dapat disimpulkan bahwa dalam pendapatan pribadi telah
termasuk juga pembayaran pindahan. Pembayaran tersebut merupakan
pemberian-pemberian yang dilakukan pemerintah kepada berbagai golongan
masyarakat, dimana para penerimanya tidak perlu memberikan suatu balas
jasa atau usaha apa pun sebagai imbalannya. Contohnya, pembayaran dana
pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, dan
berbagai beasiswa yang diberikan pemerintah. Untuk mendapatkan jumlah
pendapatan pribadi, maka Pendapatan Nasional Neto (NNI) harus dikurangi
dengan keuntungan perusahaan yang tak dibagi, pajak keuntungan
perusahaan, dan kontribusi kepada dana pensiun (kalau ada), kemudian
ditambah pembayaran pindahan, bunga pinjaman konsumen, serta bunga
pinjaman pemerintah (Sukirno, Sadono. 2013).
PI = NNI laba perusahaan yang tak dibagi pajak
keuntungan perusahaan - kontribusi kepada dana
pensiun (kalau ada) + pendapatan bunga pribadi yang
diterima
oleh (DI)
pemrintah dan konsumen pembayaran
5) Pendapatan
Disposable
transfer
kepada
pribadiyang dapat digunakan oleh
Pendapatan Disposable
adalah
pendapatan
para penerimanya, yaitu semua rumah tangga yang ada dalam perekonomian
untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang mereka ingini. Tetapi
biasanya tidak semua pendapatan disposable itu digunakan untuk tujuan
konsumsi, sebagian darinya ditabung dan sebagian lainnya digunakan untuk
membayar bunga untuk pinjaman yang digunakan untuk membeli barangbarang secara mencicil. Pembayaran bunga oleh konsumen ke atas pinjaman

untuk membeli barang-barang secara mencicil, tidak termasuk ke dalam


Pendapatan Nasional karena pinjaman yang dilakukan oleh konsumen itu
bukanlah digunakan untuk menciptakan pendapatan nasional (Sukirno,
Sadono. 2013).
DI = PI Pajak Pribadi
2.3 Penghitungan Pendapatan Nasional
Untuk menghitung nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan oleh
sesuatu perekonomian tiga cara penghitungan dapat digunakan, yaitu (Sukirno,
Sadono. 2013) :
1. Cara pengeluaran. Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan
menjumlahkan nilai pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang
dan jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut.
2. Cara produksi atau cara produk neto. Dengan cara ini pendapatan nasional
dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang
diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian.
3. Cara pendapatan. Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh
dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.

Berikut ini adalah cara untuk menghitung pendapatan nasional :


A. Cara Penghitungan I : Cara Pengeluaran
Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran akan
dapat memberi gambaran tentang: (a) sampai dimana buruknya masalah ekonomi
yang dihadapi atau sampai dimana baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan

tingkat kemakmuran yang sedang dinikmati, dan (b) memberikan informasi dan
data yang dibutuhkan dalam analisis makro ekonomi (Sukirno, Sadono. 2013).
Pendekatan

pengeluaran

menghitung

produksi

wilayah

dari

sisi

pengeluaran masyarakat untuk membeli barang dan jasa bagi memenuhi


kebutuhannya. Jenis-jenis pengeluaran dalam perekonomian terdiri atas konsumsi,
pengeluaran pemerintah, investasi, dan selisih antara ekspor dan impor
(Khoiruroh, Ainul Fatwa, dan Setiawan. 2014).
Komponen-komponen pengeluaran dalam perekonomian :
a) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga untuk membeli
berbagai macam kebutuhan hidupnya selama periode tertentu disebut dengan
pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pengeluaran sektor rumah tangga
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni barang tahan lama, barang habis
pakai (tidak tahan lama), dan jasa. Contoh barang tahan lama adalah perabot
rumah tangga, rumah, kendaraan. Barang yang habis pakai adalah barang yang
kita konsumsi sehari-hari seperti makanan dan minuman, sedangkan contoh
jasa adalah pengeluaran untuk pendidikan (Pracoyo, Tri Kunawangsih, dan
Pracoyo, Antyo. 2005).
Tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga digolongkan
sebagai konsumsi rumah tangga. Kegiatan rumah tangga untuk membeli
rumah digolongkan sebagai investasi (Sukirno, Sadono. 2013).
b) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh pemerintah adalah pembelian
barang-barang untuk kepentingan masyarakat, misalnya membangun sekolah

berikut peralatannya. Pembayaran transfer tidak termasuk dalam pengeluaran


pemerintah karena bukan merupakan pembelian sesuatu yang baru diproduksi
(Sukirno, Sadono. 2013).
Pembelian pemerintah ke atas barang dan jasa dapat diglongkan kepada
dua golongan yang utama : konsumsi pemerintah dan

investasi

pemerintah.
Investasi pemerintah : Dalam neraca anggaran pendapatan dan belanja
negara, pengeluaran pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan
atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pada
dasarnya berunsurkan pos-pos pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan
roda pemerintahan sehari-hari, meliputi belanja pegawai, belanja barang,
berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang); angsuran
dan bunga utang pemerintah; serta sejumlah pengeluaran lain. Sedangkan
pengeluaran pembangunan maksudnya pengeluaran yang bersifat menambah
modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik, dibedakan atas pengeluaran
pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek
(Swamarinda, Darma Rika, dan Indriani, Susi. 2011).
Konsumsi pemerintah : Pengeluaran konsumsi yaitu pengeluaran rutin
negara dalam hal ini belanja pegawai yang mencakup gaji dan pensiun,
tunjangan serta belanja barang-barang dalam negeri, dana rutin daerah dan
pengeluaran rutin lainnya yang berdampak konsumsi pegawai atau masyarakat
terhadap barang-barang meningkat yang kemudian menaikkan fungsi
konsumsi yang menyumbang kontribusi terhadap bruto nasional dan
pertumbuhan ekonomi (Swamarinda, Darma Rika, dan Indriani, Susi. 2011).

c) Pembentukan Modal Tetap Sektor Swasta


Pembentukan modal tetap sektor swasta atau lebih sering dinyatakan
sebagai investasi, pada hakikatnya berarti pengeluaran untuk membeli barang
modal yang dapat menaikkan produksi barang dan jasa di masa akan datang.
Investasi modal total oleh sektor swasta disebut dengan investasi swasta bruto,
contoh pembelian mesin-mesin, peralatan, pabrik, dan lain-lain.
Dalam pengumpulan data mengenai investasi, pengerluaran tersebut
dibedakan kepada tiga jenis perbelanjaan berikut (Pracoyo, Tri Kunawangsih,
dan Pracoyo, Antyo. 2005) :
Pengeluaran atas barang modal dan peralatan produksi
Perubahan-perubahan dalam nilai invertori pada akhir tahun
Pengeluaran-pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal.
d) Ekspor Neto
Nilai ekspor yang dilakukan suatu negara dalam suatu tahun tertentu
dikurangi dengan nilai impor dalam periode yang sama dinamakan ekspor
neto. Ekspor sesuatu negara, seluruh atau sebagian dari nilainya merupakan
barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Angka ekspor neto dapat
positif maupun negatif. Angka positif menunjukkan bahwa nilai ekspor suatu
negara lebih besar dibaning impornya, dan sebaliknya (Pracoyo, Tri
Kunawangsih, dan Pracoyo, Antyo. 2005).
Cara atau metode ini mencoba menghitung pendapatan nasional dengan
cara menjumlahkan semua pengeluaran. Secara sistematis dapat dituliskan
(Putong, Iskandar. 2010) :
Y = AE = C + I + G + (X M),

AE = Aggregat expenditure

Persamaan diatas menunjukkan pengeluaran pada empat pelaku ekonomi,


yang dikategorikan sebagai berikut (Wibowo, Danny. 2014) :
a. C (Consumption) : pengeluaran (konsumsi) rumah tangga untuk barang
konsumen
b. I (Investment) : pengeluaran perusahaan (investasi) untuk modal baru
dalam bentuk persediaan, peralatan, pabrik.
c. G (Government) : pengeluaran dan investasi pemerintah
d. X atau Eksport Kotor. Ekspor disini mencakup produk suatu negara,
termasuk barang dan jasa untuk konsumsi luar negeri.
e. M atau Import Kotor. Impor adalah jumlah dari nilai barang dan jasa luar
negeri yang dikonsumsi oleh penduduk dalam negeri.
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode/pendekatan pengeluaran
dengan sering dinamakan sebagai Produk Nasional Bruto = PNB (Gross National
Product = GNP) (Putong, Iskandar. 2010).
Pada dasarnya metode pengeluaran ini juga memiliki beberapa kelemahan
diantaranya adalah adanya faktor pengeluaran ganda yang tidak dinilai, misalnya
tidak semua pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah untuk menghabiskan
kegunaan nilai akan tetapi banyak juga yang bertujuan untuk investasi., misalnya
menggunakan pendapatannya untuk membangun rumah kontrakan (kos-kosan
istilahnya), membeli tanah, dan lain sebagainya (Putong, Iskandar. 2010).
Akan tetapi perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan
pendekatan pengeluaran relatif lebih mudah terutama dalam pendapatan dan
pencacahannya, alasannya sederhana saja karena biasanya setiap orang akan
dengan mudah memberikan informasi seputar pengeluarannya dari pendapatannya
(Putong, Iskandar. 2010).

B. Cara Penghitungan II : Cara Produksi atau Cara Produk Neto


Produk neto (net output) berarti nilai tambah yang diciptakan dalam suatu
proses produksi. Dengan demikian, cara kedua untuk menghitung pendapatan
nasional ini dengan adalah menjumlahkan nilai barang dan jasa yang akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit-unit ekonomi atau menjumlahkan nilai tambah atas
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu negara dalam
jangka waktu tertentu, yang dikelompokkan menjadi 9 sektor yaitu (Putong,
Iskandar. 2010) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pertanian / Agriculture
Pertambangan dan penggalian / Minning and quarrying
Industri pengolahan / Manufacturing Industries
Listrik, Gas, dan Air bersih / Electric, Gas, and Water Supply
Bangunan / Construction
Perdagangan, Restaurant dan Hotel / Trade, Restaurant and Hotel
Pengangkutan dan Komunikasi / Transportation and Communication
Keuangan, Persewaan bangunan dan Jasa perusahaan / Finance, Rent of

Building and Bussines Service


9. Jasa-jasa / Service
Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional mempunyai
dua tujuan penting (Sukirno, Sadono. 2013) :

Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi

di dalam mewujudkan pendapatan nasional.


Sebagai salah satu cara untuk menghindari penghitungan dua kali,
yaitu dengan hanya menghitung nilai produksi neto yang
diwujudkan pada berbagai tahap proses produksi.

Jadi, untuk menghindari penghitungan ganda (double counting) dapat


dilakukan melalui 2 cara, yakni (Pracoyo, Tri Kunawangsih, dan Pracoyo, Antyo.
2005) :
a. Menghitung nilai akhir (final goods), dan

b. Menghitung nilai tambah (value added).


Secara matematis metode produksi dapat dituliskan dalam suatu persamaan
sebagai berikut (Putong, Iskandar. 2010) :
Y = Pqn.Qin
Dimana :

Y = Pq1.Q1 + Pq2.Q2 + Pq3.Q3 ... + Pq9.Q9

Pqn = harga dari produk sektor n


Q1.Q2.Q3 = jumlah produk dari masing-masing sektor
Untuk menghindari terjadinya perhitungan ganda dalam metode ini, maka
yang dilakukan adalah hanya menjumlahkan nilai tambah dari masing-masing
sektor produksi tersebut/menjumlahkan nilai akhir dari hasil produksi tersebut
sehingga dapat ditulis (Putong, Iskandar. 2010) :
Y = NTB1-9 = NTB1 + NTB2 + NTB3 + ... NTB9

Contoh menghitung nilai tambah bruto adalah sebagai berikut (harga besih) :
Tebu/2,5 Kg dijual Rp 2.500
2,5 Kg diolah menjadi gula/kg dijual Rp 4.000
Gula/Kg diolah menjadi gulali dijual Rp 6.000
Berdasarkan informasi tersebut maka besarnya nilai tambah bruto dari
kegiatan menjual sejak tebu menjadi gulali adalah :
Rp 2.500 + (Rp 4.000 Rp 2.500) + (Rp 6.000 Rp 4.000)
= Rp 2.500 + Rp 1.500 + Rp 2.000
= Rp 6.000
Perhatikan bahwa nilai ini sama dengan nilai gulali. Inilah yang dimaksud
dengan nilai tambah bruto dari suatu produk.

Hasil penghitungan dengan menggunakan pendekatan produksi sering


dinamakan/disebut sebagai Produk Domestik Bruto = PDB (Gross Domestic
Product = GDP) (Putong, Iskandar. 2010) :

C. Cara Penghitungan III : Cara Pendapatan


Dalam buku Mikroekonomi telah diterangkan bahwa, faktor-faktor
produksi dibedakan menjadi 4 golongan : tanah, tenaga kerja, modal, dan keahlian
keusahawanan. Apabila faktor-faktor produksi itu digunakan untuk mewujudkan
barang dan jasa akan diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harga
tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal
memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Dengan
menjumlahkan pendapatan-pendapatan tersebut akan diperoleh suatu nilai
pendapatan nasional lain, yang berbeda dengan yang diperoleh dalam
penghitungan pendapatan nasional dengan kedua cara lainnya. Pendapatan
nasional itu dinamakan Pendapatan Nasional atau Produk Nasional Neto
menurut harga faktor (Sukirno, Sadono. 2013).
Pendekatan pendapatan menghitung produksi/ pendapatan nasional dari
segi pendapatan yang merupkan balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut dalam
kegiatan produksi (Khoiruroh, Ainul Fatwa, dan Setiawan. 2014).
Dalam menghitung GDP dengan pendekatan pendapatan yang dimasukkan
adalah dari sisi yang menerima GDP tersebut sebagai pendapatan, bukan yang
membeli. Untuk menghitungnya ada empat komponen yang diperhatikan, yakni
pendapatan nasional, depresiasi, pajak tidak langsung kurang subsidi dan
pembayaran faktor bersih (neto) kepada luar negeri (Sukirno, Sadono. 2013).

Pendapatan nasional adalah pendapatan total yang diterima oleh warga


negara suatu negara pemilik faktor-faktor produksi, meliputi gaji/upah, bunga,
laba dan sewa. Depresiasi adalah penyusutan/penurunan nilai atas suatu barang.
Pada saat menghitung penjualan akhir pada sisi pengeluaran, pajak tidak langsung
seperti pajak penjualan, bea cukai harus diperhitungkan pada sisi pendapatan.
Subsidi adalah pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat
tanpa imbalan barang dan jasa. GDP dapat diperoleh dengan cara mengurangi
pendapatan nasional dengan subsidi (Pracoyo, Tri Kunawangsih, dan Pracoyo,
Antyo. 2005).
Metode ini menjumlahkan semua pendapatan dari faktor-faktor produksi
dalam perekonomian manusia (TK), modal, tanah, dan skill. Bila tenaga kerja
menghasilkan Upah (Wages = W), modal menghasilkan bunga (Interest = I), tanah
menghasilkan sewa (Rent = R) dan skill atau entrepreneurships menghasilkan
profit (Profite = P), maka secara matematis dapat ditulis (Putong, Iskandar.
2010) :
GDP = S/W + R + I + P

Metode ini juga bila tidak hati-hati dan teliti sangat mudah terjadinya
perhitungan ganda, maksudnya bisa saja pendapatan sewa tanah adalah juga
merupakan pendapatan pribadi dari pemilik tanah, dan pendapatan bunga berasal
dari pendapatan atas sewa dan upah/gaji pemilik tanah dan seterusnya (Putong,
Iskandar. 2010).

Hasil perhitungan dengan menggunakan metode/cara pendapatan sering


dinamakan sebagai Pendapatan Nasional = PN (National Income = NI) (Putong,
Iskandar. 2010).

Penggolongan Pendapatan Faktor Produksi


Pendapatan

Nasional

tidak

ditentukan

dengan

menghitung

dan

menjumlahkan seluruh gaji dan upah, sewa, bunga, dan keuntungan yang diterima
oleh seluruh faktor-faktor produksi dalam suatu tahun tertentu. Sebabnya adalah
karena dalam perekonomian terdapat banyak kegiatan dimana pendapatannya
merupakan gabungan dari gaji atau upah, sewa, bunga, dan keuntungan (Sukirno,
Sadono. 2013).
Contoh dari bentuk pendapatan yang demikian adalah pendapatan yang
diperoleh oleh perusahaan-perusahaan perseorangan. Untuk suatu perusahaan
perseorangan (misalnya restoran yang dikelola anggota keluarga), yang
dimaksudkan keuntungan usahanya adalah gabungan dari gaji, upah, bunga
sewa, dan keuntungan sebenarnya dari usaha yang dilakukan oleh keluarga
tersebut. Oleh karenanya, penghitungan pendapatan nasional dengan cara
pendapatan pada umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima faktorfaktor produksi secara berikut (Sukirno, Sadono. 2013) :
1)
2)
3)
4)

Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah


Pendapatan dari usaha perseorangan (perusahaan perseorangan)
Pendapatan dari sewa
Bunga neto- yaitu seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan
dikurangi bunga atas pinjaman konsumsi dan bunga atas pinjaman

pemerintah
5) Keuntungan perusahaan.

Yang dinyatakan dalam (2) menceriminkan jumlah gaji dan upah, bunga,
sewa, dan keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang dijalankan
oleh pemiliknya sendiri dan keluarganya (Sukirno, Sadono. 2013).
Dalam penghitungan Pendapatan Nasional, salah satu istilah yang perlu
diterangkan secara lebih mendalam adalah bunga neto. Bunga neto adalah jumlah
bunga yang dibayar dalam perekonomian dalam suatu tahun tertentu dikurangi
dengan : (i) bunga atas pinjaman pemerintah, (ii) bunga atas pinjaman konsumen.
Kedua jenis bunga tersebut adalah bunga atas pinjaman yang digunakan buka
untuk membiayai kegiatan yang produktif, dan oleh sebab itu tidak termasuk
dalam Pendapatan Nasional (yang meliputi pendapatan faktor-faktor produksi
yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa dalam perekonomian)
(Sukirno, Sadono. 2013).

2.4. Menentukan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi


Salah satu kegunaan dari data pendapatan nasional adalah untuk
menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dari tahun
ke tahun. Dengan mengamati tingkat pertumbuhan yang tercapai dari tahun ke
tahun dapatlah dinilai prestasi dan kesuksesan negara tersebut dalam
mengendalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek dan usaha
mengembangkan perekonomiannya dalam jangka panjang (Sukirno, Sadono.
2013).
Cara menghitung tingkat pertumbuhan :
Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu
negara perlu dihitung pendapatan nasional riil, yaitu Produk Nasional Bruto riil

atau Produk Domestik Bruto riil. Dalam penghitungan pendapatan nasional di


beberapa negara telah dilakukan penghitungan pendapatan nasional dan
komponen-komponennya menurut harga tetap, yaitu pada harga-harga barang
yang berlaku di tahun dasar yang dipilih (Pracoyo, Tri Kunawangsih, dan
Pracoyo, Antyo. 2005).
Penghitungan pendapatan nasional secara ini memungkinkan tingkat
pertumbuhan ekonomi secara langsung dihitung dari data pendapatan nasional riil
yang tersedia. Formula yang akan digunakan untk menentukan tigkat
pertumbuhan ekonomi ialah (Sukirno, Sadono. 2013) :

g=

PN riilPN riil
100
PN riil

Dimana :

g adalah tingkat pertumbuhan ekonomi dan dinyatakan dalam

persen.
PN-riil1 adalah pendapatan nasional untuk tahun dimana tingkat

pertumbuhan ekonominya dihitung.


PN-riil0 adalah pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.

Dalam keadaan dimana suatu negara tidak melakukan penghitungan


pendapatan nasional menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan
ekonomi penghitungan harus dilakukan secara dua tahap (Sukirno, Sadono. 2013):
(i)

Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan


nasional pada harga masa ini.
(ii) Menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi.
Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan

nasional pada harga masa ini dilakukan dengan menggunakan formula (Sukirno,
Sadono. 2013) :

PNriiln =

100
PN masa ini
HI n

Dimana :
o Pnriiln adalah pendapatan nasional riil tahun n
o HIn adalah indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional pada
harga masa ini, yaitu pada tahun n.
Contoh penghitungan :
Dalam contoh pertama dimisalkan kita dapat memperoleh data Produksi Domestik
Bruto riil dari tahun ke tahun. Misalkan pada data berikut : Pada tahun 2001
pendapatan nasional riil adalah RP 120,2 triliun sedangkan pada tahun 2002
nilainya telah meningkat menjadi RP 128,8 triliun. Dengan demikian tingkat
pertumbuhan yang dicapai negara itu adalah (Sukirno, Sadono. 2013) :

g2002 =

128,8120,2
100=7,0 persen
120,2

Dalam contoh yang kedua digunakan permisalan berikut. Pada tahun 2001 Produk
Domestik Bruto menurut harga yang berlaku bernilai Rp 198,5 triliun dan pada
tahun 2002 nilainya telah menjadi Rp 225,7 triliun. Indeks harga tahun 2001
adalah 152 dan dalam tahun 2002 indeks harganya adalah 160. Dengan data
seperti ini terlebih dahulu harus dihitung pendapatan nasional riil tahun 2002,
yaitu (Sukirno, Sadono. 2013) :
PN-riil2002 =

152
Rp 225,7 triliun=Rp 214,4 triliun
160

Nilai Rp 214,4 triliun tersebut adalah nilai Produk Domestik Bruto tahun 2002
yang dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 2001. Dengan
demikian sekarang kita telah dapat menghitung tingkat pertumbuhan eknomi pada
tahun 2002, yaitu (Sukirno, Sadono. 2013) :

Tingkat pertumbuhan ekonomi =

214,4198,5
100=8,0 persen
198,5

2.5. Manfaat / Kegunaan Data Pendapatan Nasional


Data pendapatan nasional memberikan informasi yang berguna mengenai
berbagai aspek dari kegiatan ekonomi. Data pendapatan nasional pada suatu tahun
tertentu memberi gambaran tentang (Sukirno, Sadono. 2013) :
(i) Tingkat kegiatan ekonomi negara yang dicapai dan nilai output yang
diproduksikan,
(ii) Komposisi dari perbelanjaan agregat,
(iii)
Sumbangan berbagai sektor dalam mewujudkan pendapatan
nasional
(iv)Taraf kemakmuran yang dicapai.
Sebagai indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi dan kinerja
perekonomian nasional setiap tahun, data tentang pendapatan nasional
memberikan banyak manfaat, terutama sebagai dasar pengambilan kebijakan
ekonomi. Manfaat penghitungan pendapatan nasional adalah sebagai berikut
(Pracoyo, Tri Kunawangsih, dan Pracoyo, Antyo. 2005) :
1. PDB (Produk Domestik Bruto) harga berlaku (nominal) menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara.

Nilai PDB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi


yang besar, begitu juga sebaliknya.
2. PNB (Produk Nasional Bruto) harga berlaku menunjukkan pendapatan
yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu negara.
3. PDB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke
tahun.
4. Distribusi PDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur
perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara.
Sektor-sektor ekonomi menunjukkan yang mempunyai peran besar
menunjukkan basis perekonomian suatu negara.
5. PDB harga berlaku menurut penggunaan / pengeluaran menunjukkan
produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi, dan
diperdagangkan dengan pihak luar negeri.
6. Distribusi PDB menurut penggunaan menunjukkan peran kelembagaan
dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor
ekonomi.
7. PDB penggunaan atas dasar harga konstan (riil) bermanfaat untuk
mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi, dan perdagangan luar
negeri.
8. PDB dan PNB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB
dan PNB per kepala atau per satu orang penduduk.
9. PDB dan PNB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu negara.

Selain itu adapun kegunaan data pendapatan nasional menurut Sadono Sukirno
yaitu :
Menilai Prestasi Kegiatan Ekonomi

Pendapatan nasional pada hakikatnya merupakan ukuran dari sejauh mana


perusahaan-peusahaan beroperasi dan mengeluarkan barang-barang dan jasa.
Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin besar jumlah output yang yang
diciptakan dalam suatu negara dan semakin tinggi kapasitas barang-barang
modal yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan. Kenaikan pendapatan
nasional juga berkaitan rapat dengan kenaikan kesempatan kerja (Sukirno,
Sadono. 2013).
Menentukan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi yang Dicapai
Dengan membandingkan data pendapatan nasional riil pada suatu tahun
tertentu dengan pendapatan nasional riil pada masa lalu akan dapat ditentukan
tingkat pertumbuhan ekonomi (Sukirno, Sadono. 2013).
Memberi Informasi Mengenai Struktur Kegiatan Ekonomi
Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara perbelanjaan dapat
menunjukkan nilai dan komposisi perbelanjaan agregat. Dengan menggunakan
data ini, akan diketahui persentasi konsumsi rumah tangga, perbelanjaan
pemerintah, investasi, ekspor dan impor. Maka dari data ini dapat diketahui
kepentingan relatif dari berbagai jenis perbelanjaan ini kepada pendapatan
nasional. Sebagai contoh : dari data pendapatan nasional Indonesia dapat
dilihat bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga sangat penting peranannya
dalam perbelanjaan agregat Inonesia (Sukirno, Sadono. 2013).
Memberi Gambaran Mengenai Taraf Kemakmuran
Pendapatan per kapita penduduk berbagai negara selalu digunakan sebagai
ukuran kasar untuk menentukan tingkat kemakmuran penduduknya. Data itu
memberikan gambaran kasar tentang berapa banyak uang yang tersedia

kepada seorang individu untuk dibelanjakan dalam satu tahun (Sukirno,


Sadono. 2013).
Pendapatan per kapita adalah besarnya tingkat pendapatan rata-rata
penduduk atau masyarakat di suatu Negara. Pendapatan per kapita didapatkan
dari hasil pembagian pendapatan nasional (Produk Domestik Bruto) suatu
negara dengan jumlah penduduk negara tersebut pada periode tertentu. Pada
tingkat pendapatan nasional yang sama, negara-negara yang jumlah
penduduknya besar akan mempunyai pendapatan per kapita yang lebih rendah
dibandingkan dengan negara-negara yang jumlah penduduknya kecil (Sukirno,
Sadono. 2013).
Dalam jangka panjang, apabila data pendapatan per kapita menurut harga
tetap dibandingkan, dapat pula diperoleh gambaran tentang peningkatan taraf
hidup kemakmuran yang dicapai penduduk suatu negara. Seterusnya data
pendapatan per kapita di berbagai negara dalam satu periode tertentu dapat
digunakan untuk membandingkan kesuksesan berbagai negara dalam usaha
untuk meningkatkan taraf kemakmuran masyarakatnya (Sukirno, Sadono.
2013).
Data Asas untuk Membuat Ramalan dan Perencanaan
Data pendapatan nasional pada masa ini dan masa lalu dapat memberi
informasi penting mengenai ciri-ciri dari kegiatan ekonomi, seperti dapat
menunjukkan tingkat pertumbuhan yang dicapai dan sektor-sektor yang
mewujudkan pertumbuhan tersebut, perkembangan sektor manufaktur
(industri) dan sektor ekspor, dan berbagai informasi lain. Data seperti itu dapat
digunakan untuk landasan dalam membuat ramalan mengenai keadaan

ekonomi di masa datang. Ramalan tersebut dapat digunakan oleh perusahaanperusahaan untuk merencanakan kegiatan ekonominya di masa depan. Data
tersebut juga berguna kepada pemerintah untuk merumuskan perencanaan
ekonomi untuk mewujudkan pembangunan di masa mendatang, seperti
meramalkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai, membuat
ramalan mengenai perkembangan investasi dan ekspor, dan pertambahan
kesempatan kerja yang akan berlaku (Sukirno, Sadono. 2013).

2.6. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Data mengenai tingkat pertumbuhan eknomi yang dihitung dapat
digunakan untuk membandingkan : (i) tingkat pertumbuhan yang dicapai suatu
negara dalam suatu periode tertentu, dan (ii) tingkat pertumbuhan ekonomi yang
dicapai berbagai negara. Pada tabel yang ditunjukkan tingkat pertumbuhan
ekonomi Indonesia diantara tahun 1986-2003. Data tersebut menunjukkan
gambaran sebagai berikut (Sukirno, Sadono. 2013) :
1. Dalam periode 1986-1996 perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan
yang relatif pesat. Hanya pada tahun1987 tingkat pertumbuhannya di bawah 5
persen, secara kasar dapat dibuat kesimpulan berikut : dalam periode19861996 secara rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai hampir 7 persen.
2. Krisis moneter yang mulai berlaku pada tahun 1997 ternyata menimbulkan
efek buruk atas pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pada tahun 1997
tingkat pertumbuhan berada di bawah 5 persen, dan pada tahun berikutnya
perekonomian mengalami kemunduran yang sangat tajam yaitu output negara
merosot sebesar 13,1 persen pada tahun 1998 dan dalam tahun1999 tingkat

pertumbuhan hanya mencapai 0,9 persen. Diantara tahun 2000-2003


pertumbuhan rata-rata mencapai kurang lebih 4 persen.
Tabel : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 1986-2003
Tahun
%
Tahun
1986
5,9
1995
1987
4,9
1996
1988
6,9
1997
1989
7,5
1998
1990
7,0
1999
1991
7,0
2000
1992
6,2
2001
1993
5,8
2002
1994
7,2
2003

%
6,8
5,8
4,7
-13,1
0,9
4,9
3,4
3,6
4,1

Penilaian mengenai cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi suatu


negara haruslah dibandingkan dengan : (i) pertumbuhan di masa lalu, dan (ii)
pertumbuhan yang dicapai negara-negara lain. Dibandingkan dengan masa lalu,
data dalam tabel diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan yang dicapai dalam
tahun 1989 dan 1996 lebih baik dari tahun 1986 hingga 1988. Tetapi, semenjak
tahun 1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat lambat. Dibandingkan dengan
negara lain, kesimpulan yang dapat dibuat adalah : dalam periode 1986-1996 yang
dicapai Indonesia adalah lebih cepat dari negara-negara lain, tetapi semenjak tahn
1997 tingkatnya tak banyak berbeda dengan banyak negara berkembang (Sukirno,
Sadono. 2013).

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pendapatan Nasional adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi
yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa oleh suatu negara dalam
tahun tertentu. Pendapatan Nasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu
Pendapatan Domestik Bruto (Pendapatan Nasional) dan Pendapatan Nasional
Bruto (PNB). Pendapatan domestik bruto adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa
yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalam suatu tahun tertentu.
Sedangkan Pendapatan Nasional bruto adalah nilai dari semua barang jadi dan
jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi domestik dalam negeri dalam
suatu periode tertentu. Konsep penting dari pendapatan nasional yaitu Produk
Domestik Bruto (PDB), Produk Nasional Bruto (PNB), Pendapatan Nasional Neto
(PNN), Pendapatan Pribadi, dan Pendapatan Disposable.
Untuk menghitung Untuk menghitung nilai barang-barang dan jasa-jasa
yang diciptakan oleh sesuatu perekonomian tiga cara penghitungan dapat
digunakan, yaitu : Cara pengeluaran, Cara produksi atau cara produk neto, Cara
pendapatan.
Manfaat / kegunaan dari data pendpatan nasional yaitu menilai prestasi
kegiatan ekonomi, menentukan tingkat harga pertumbuhan ekonomi yang dicapai,
memberi informasi mengenai struktur kegiatan ekonomi, dan memberi gambaran
mengenai taraf kemakmuran, serta data asas untuk membuat ramalan dan
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Armoni, Ni Luh Eka. 2011. Pengaruh Pendapatan Per Kapita, Nilai Tukar, dan
Keamanan Terhadap Jumlah Kunjungan Wisatawan Korea

Selatan
ke
Bali.
(Online).
Vol.1
No.1,
(http://www.triatmajaya.triatmamapindo.ac.id/files/journals/2/articles/15/public/15-58-1PB.pdf. Diakses 26 April 2015 pukul 19.00 WITA)
Khoiruroh, Ainul Fatwa, dan Setiawan. 2014. Jurnal Sains dan Seni Pomits :
Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional
Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan.
(Online).
Vol.
3,
No.
2.
(http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/viewFile
/8135/2027Diakses 26 April 2015 pukul 22.00 WITA)
Pracoyo, Tri Kunawangsih, dan Pracoyo, Antyo. 2005. Aspek Ekonomi Makro di
Indonesia. Jakarta : PT.Grasindo
Putong, Iskandar. 2010. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Mitra Wacana
Media
Ragandhi, Arsad. 2014. Jurnal Studi Ekonomi Indonesia :Pengaruh Pendapatan
Nasional, Inflasi, dan Suku Bunga Deposito Terhadap
Konsumsi
Masyarakat
di
Indonesia.
(Online).
(http://eprints.uns.ac.id/1803/1/3-3-1-PB.pdf. Diakses 25
April 2015 pukul 22.00 WITA)
Sukirno, Sadono. 2013. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers
Swamarinda, Darma Rika, dan Indriani, Susi. 2011. Pengaruh Pengeluaran
Konsumsi
dan
Investasi
Pemerintah
Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. (Online). Volume IX,
Nomor
2.
(http://www.econosains.com/attachments/article/13/Darma
%20Rika.pdf. Diakses 25 April 2015 pukul 22.00 WITA)
Wibowo, Danny. 2014. Jurnal Akuntansi Universitas Jember : Pengaruh
Pendapatan Per Kapita, Economic Growth Rate, Economic
Structure, dan Tax Rate Terhadap Tax Ratio Pada NegaraNegara
OECD
dan
Indonesia.
(Online).
(http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JAUJ/article/download/1
260/1022. Diakses 26 April 2015 pukul 22.00 WITA)

Anda mungkin juga menyukai