NIM :
Kelas : 3SK4
Kode : V8DVN
Inflasi IHK atau inflasi umum (head line inflaton): inflasi seluruh barang/jasa yg dimonitor harganya
secara periodic
Inflasi umum adalah komposit dari:
INFLASI INTI (CORE INFLATION) adalah inflasi brg/jasa yg perkembangan harganya dipengaruhi oleh
perkembangan ekonomi secara umum, spt ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan
permintaan dan penawaran, yg sifatnya cenderung permanen, persistent, dan bersifat umum.
Contoh komoditasnya: kontrak rumah, upah buruh, tepung terigu, daging babi, mobil, sepeda motor,
dsb.
INFLASI ADMINISTERED PRICES adalah inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya secara
umum dapat diatur pemerintah. Contoh komoditasnya: bensin, tarif listrik, rokok, dsb.
INFLASI VOLATILE GOODS adalah inflasi brg/jasa yg perkembangan harganya sangat bergejolak.
Inflasi volatile goods masih didominasi bahan makanan, sehingga sering disebut juga sebagai inflasi
volatile foods. Contoh komoditasnya: beras, minyak goreng, cabe, daging ayam ras, dsb.
Jenis-jenis Inflasi
MENURUT FAKTOR PENYEBAB INFLASI
1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-Pull Inflation) terjadi akibat ketidakseimbangan antara
jumlah permintaan dan penawaran
2. Inflasi Desakan Biaya (Cost-Push- Inflation) terjadi akibat kenaikan biaya produksi
MENURUT SIFAT INFLASI
1. Creeping Inflation (inflasi merayap) ditandai dengan laju inflasi rendah (< dari 10% per
tahun).
2. Galloping Inflation ditandai dengan kenaikan harga yg cukup besar (double digit atau triple
digit), waktu relatif pendek.
3. Hyper Inflation (inflasi tinggi) yang paling parah sampai lima atau enam kali. Perputaran uang
semakin cepat, harga naik secara akselerasi.
MENURUT ASAL INFLASI
1. Inflasi berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation) disebabkan kebijakan menambah
jumlah uang beredar, gagal panen dan sebagainya.
2. Inflasi berasal dari luar negeri (Imported-Inflation) disebabkan kenaikan harga-harga (inflasi)
di luar negeri atau negaranegara partner dagang.
MENURUT STRUKTUR INFLASI
1. Bersifat tetap (persisten) yaitu inflasi inti, merupakan komponen inflasi yang dapat
mempengaruhi kebijakan moneter dan merupakan trend inflasi jangka panjang.
2. Bersifat sesaat (noise) merupakan komponen inflasi yang dapat mempengaruhi kebijakan
pemerintah bidang harga (administered price) dan kelompok bahan makanan (volatile food)
Penyebab Inflasi/Deflasi di Indonesia
1. Pengaruh musiman
Panen: padi-padian, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, dsb
Pendidikan: uang sekolah/kuliah
Hari raya: bumbu-bumbuan, daging, gula, sandang, angkutan, dsb
2. Pengaruh distribusi:
Bencana alam: banjir, tanah longsor, badai besar, dsb
Infrastruktur: ferry antar pulau, jalan/jembatan rusak, dsb
Keamanan: konflik di beberapa daerah
3. Administered prices: BBM, tarif dasar listrik, tarif air minum, dsb
4. Perubahan nilai tukar rupiah, tingkat bunga, dsb
5. Suhu politik/rumor
6. Abnormal profit: menahan stok barang dan menaikkan harga
Konsep Dasar Harga Konsumen
IHK merupakan indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. Perubahan IHK dari
waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
rumah tangga.
Inflasi adalah angka yang menunjukkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat secara umum. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan
diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
IHK dihitung berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) dan Survei Harga Konsumen (SHK)
Survei Biaya Hidup
IHK -> sebagai dasar penentuan kebijakan pemerintah
Bahan dasar penghitungan IHK -> SBH
SBH -> th 1977/1978, 1988/1989, 1996, 2002, 2007, 2012, dan 2018
Mengapa dilakukan pemutakhiran tahun dasar?
Perubahan pola konsumsi masyarakat
Pemutakhiran paket komoditas
Pemutakhiran diagram timbang
Perubahan struktur sektor pertanian
Penyempuranaan metodologi sesuai standar internasional
Survei Biaya Hidup (SBH) 2018
-> survei SBH ke-7
-> outcome dari SBH 2018 : meningkatnya kualitas data harga konsumen dan inflasi sesuai kondisi
terkini
SBH 2018-> penyusunan IHK mengacu pada pola dan jenis barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat
sesuai kondisi sekarang
SBH sebelumnya (2012) -> mengacu pola konsumsi
Paket komoditas IHK: sekeranjang/sejumlah barang dan jasa yang secara umum dominan
dikonsumsi masyarakat di suatu kota
Paket komoditas akan dipantau harganya secara berkala si pasar tradisional dan modern/swalayan
Diagram Timbang: diagram yang menunjukkan distribusi persentase nilai konsumsi tiap jenis
barang/jasa terhadap total rata-rata pengeluaran rumah tangga di suatu kota
Data pengeluaran ruta yang dipantau di setiap ruta terpilih selama tahun dasar diperoleh dari SBH.
Dari data tsb dapat diketahui pola konsumsi masyarakat di 90 kota/kabupaten, yang digunakan
sebagai bobot/penimbang (weight) setiap barang dan jasa terhadap total pengeluaran ruta.
Diagram timbang kemudian dipakai untuk menghitung IHK masing-masing komoditas, kota dan IHK
gabungan 90 kota untuk menentukan tingkat inflasi nasional
Maksud SBH 2018: untuk mendapatkan pola konsumsi masyarakat sebagai bahan penyusunan
diagram timbang dan paket komoditas yang baru dalam penghitungan IHK.
Tujuan SBH 2018:
Memperoleh paket komoditas dan diagram timbang untuk memperbaharui IHK tahun dasar
2012.
Mendapatkan data nilai konsumsi dasar (NK0 ).
Mendapatkan keterangan tentang profil sosial ekonomi rumah tangga perkotaan.
Melengkapi data yang diperlukan untuk penghitungan pendapatan regional dan nasional.
Digunakan sebagai bahan penelitian dan analisis perekonomian
Target SBH 2018:
1. Paket komoditas barang dan jasa yang lebih luas dan beragam sehingga memenuhi standard
Classification of Individual Consumption According to Purpose (COICOP).
2. Tercakupnya lebih banyak jasa yang dikonsumsi masyarakat seperti: jasa telekomunikasi,
transportasi, keuangan, rekreasi, dan kesehatan.
3. Diagram timbang yang akurat menurut geografis/kota, ciri demografis, dan kegiatan
ekonomi penduduk.
4. Pola konsumsi barang dan jasa dari kelompok masyarakat menurut pendapatan, kegiatan
ekonomi dan ciri demografis lainnya.
5. Lebih banyak cakupan (coverage) barang-barang tahan lama (durable goods) seperti produk
elektronik dan otomotif.
Cakupan SBH
SBH 2102 SBH 2018
Dilaksanakan di 82 kota, terdiri dari 33 ibukota Dilaksanakan di 90 kota (34 ibukota provinsi
provinsi dan 49 kab/kota (66 kab/kota lama dan dan 56 Kab/Kota) dengan jumlah sampel
16 kab/kota baru) 141.600 ruta yang tersebar di 14.160 blok
sensus. Dengan demikian, setiap triwulan
terdapat sampel sebanyak 3.540 blok sensus
dengan total sampel 35.400 ruta.
Dilakukan di daerah perkotaan (urban area) Kriteria sampel terpilih -> ruta biasa dengan jml
dengan sampel sebanyak 13.608 blok sensus anggota 2-10 orang, min 1 anggota ruta
yang meliputi 136.080 ruta (setiap blok dipilih bekerja, serta tidak berencana pindah selama
10 ruta) periode pencacahan
Dasar pemilihan kota SBH
Kota-kota dimana terdapat Kantor Bank Indonesia.
Seluruh ibukota provinsi.
Kota yang menjadi barometer ekonomi bagi kabupaten-kabupaten di sekitarnya.
Kota yang diusulkan Pemerintah Daerah (PEMDA).
Kota yang memenuhi syarat kontinuitas penyusunan IHK (pasar, fasilitas kota, dsb).
Dasar pemilihan kota IHK yang baru: berdasarkan PDRB, pengeluaran per kapita, letak geografis,
serta mempertimbangkan usulan BPS Provinsi, BPS Kab/Kota, dan walikota/bupati setempat
SBH 2018 terdapat tambahan 8 kota -> Sumut (Kota Gunungsitoli), NTT (Kab Sumba Timur), Kalbar
(Kab Sintang), Kalsel (Kab Kotabaru), Kalut (Kab Balungan), Sulut (Kota Kotamobagu), Sulteng (Kab
Banggai) dan Papua (Kab Mimika)
Perubahan IHK
Klasifikasi Internasional -> COICOP 1999 Modified (2012) menjadi COICOP 2018
Penghitungan -> Aritmatika (2012) menjadi Geometri (2018)
Kerangka Sampel
Tahap I: daftar wilcah SP2010 yg disertai banyaknya ruta hasil listing SP2010 (Daftar RBL1), muatan
blok dominan (pemukiman biasa, pemukiman mewah, pemukiman kumuh), daerah sulit/tidak sulit,
klasifikasi desa (rural/urban);
Tahap II: Daftar Blok Sensus pada Wilayah terpilih;
Tahap III: Daftar rumah tangga biasa termasuk institusional haousehold (panti asuhan, barak polisi,
penjara, dsb) dalam setiap BS sampel hasil pencacahan lengkap SP2010.
Klasifikasi Pengeluaran Rumah Tangga
Pengeluaran Ruta -> pengeluaran konsumsi (makanan dan bukan makanan) dan pengeluaran bahan
konsudmi (usaha dan bukan usaha)
Penghitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga dibedakan atas dasar:
Konsep Pemakaian: jumlah nilai seluruh barang/jasa yang telah benar-benar dikonsumsi/
dipakai oleh rumah tangga selama periode referensi survei. Konsep ini dipergunakan untuk
konsumsi bahan makanan dan konsumsi makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada
Daftar VBH18-LK.
Konsep Akuisisi: jumlah nilai seluruh barang/jasa yang diperoleh rumah tangga selama
periode referensi survei tanpa memperhatikan apakah barang/jasa tersebut sudah dibayar,
belum dibayar/kredit, atau pemberian dari orang lain. Konsep ini dipergunakan untuk
VBH18-S blok VI (pengeluaran konsumsi bukan makanan) dan blok VII (pengeluaran bukan
konsumsi)
Referensi waktu -> satu tahun penuh yang dibagi empat triwulan
Referensi waktu survei dalam mengumpulkan data, dibedakan menurut sifat dan jenis barang dan
jasa yang diteliti sebagai konsumsi rumah tangga
Referensi waktu survei 1 minggu -> bahan makanan, makanan jadi, minumam, rokok dan tembakau
Referensi waktu survei 3 bulan -> perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; sandang; kesehatan;
pendidikan, rekreasi dan olahraga; transpor, komunikasi & jasa keuangan serta kebutuhan rumah
tangga lainnya serta barang-barang tahan lama
Referensi waktu survei 3 bulan -> pengeluaran bukan konsumsi dan lain-lain kebutuhan rumah
tangga yang biasanyan berkaitan dengan jasa