PENGHITUNGAN PRODUK
DOMESTIK BRUTO
KABUPATEN/KOTA
Direktorat Neraca
Pengeluaran, BPS
Jakarta-2014
BAB I
PENDAHULUAN
2 Pedoman Penyusunan PDRB Kab/Kota Tahun Dasar 2010 menurut Pengeluaran
1.1 LATAR BELAKANG
Selama ini, penghitungan PDB didasarkan pada SNNI versi lama1, yaitu SNNI
yang didasarkan pada SNA 1968 dan SNA 1993. Sejalan dengan program perubahan
tahun dasar PDB (dari tahun 2000 menjadi 2010) dan program implementasi SNA
2008, penghitungan PDB menggunakan SNNI versi baru2. Beberapa penyesuaian yang
dilakukan BPS atas SNA 2008, tertuang di dalam sistem baru ini. Penyesuaian tersebut
bersifat menyeluruh, mencakup penyesuaian dalam hal : konsep, definisi, cakupan,
dan klasifikasi; metode penghitungan; dan sumber data yang digunakan. SNNI versi
baru itu disebut sebagai SNNI 2010.
Pada dasarnya, seluruh transaksi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi (unit
rumahtangga, lembaga non-profit, pemerintah, perusahaan, dan luar negeri) harus
dicatat secara konsisten dan sistematis, dengan menggunakan standar aturan dan
akuntansi yang berlaku secara umum. Khusus untuk penghitungan PDB/PDRB,
aturan dan akuntansi yang perlu diperhatikan adalah bahwa :
1
SNNI versi lama menggunakan SNA 1968 dan SNA 1993 sebagai dasar dalam menghitung PDB/PDRB
2 SNNI versi baru (SNNI 2010) menggunakan SNA 2008 sebagai dasar dalam menghitung statistik neraca
nasional (PDB/PDRB dan neraca-neraca lainnya seperti neraca produksi, neraca penggunaan pendapatan,
dan neraca modal)
Dari sisi yang lain, PDB menggambarkan seluruh output perekonomian suatu
negara/wilayah selama kurun waktu tertentu. PDB diukur berdasarkan nilai pasar
dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam batas-batas negara atau wilayah pada
kurun waktu satu tahun atau satu triwulan.
Data PDB dalam konteks di atas, akan berkorelasi positif dengan standar hidup
suatu masyarakat, sehingga sering digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
masyarakat. Sunguhpun demikian, PDB merupakan ukuran kinerja atau aktivitas
ekonomi, sehingga bukan ukuran yang tepat untuk menggambarkan standar hidup
atau kesejahteraan masyarakat. PDB sebagai ukuran standar hidup banyak dikritisi
oleh berbagai pihak. Untuk itu banyak negara melakukan langkah-langkah alternatif
untuk meningkatkan kualitas data PDB, agar lebih akomodatif terhadap pengukuran
standar hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Series PDB/PDRB yang panjang dan konsisten, juga merupakan data yang
dibutuhkan oleh para pengguna data, khususnya para peneliti, statistisi, maupun para
perencana pembangunan. Untuk itu upaya mengkonsistenkan data PDB dengan tahun
dasar yang berbeda, maupun data PDB dengan tiga pendekatan yang berbeda, perlu
dilakukan. Proses konsistensi dan realibilitas series data PDB/PDRB tersebut
dilakukan melalui proses benchmarking dan rebasing. Agar tetap terjaga konsistensinya,
proses ini akan dilakukan oleh BPS secara berkesinambungan.
3 Benchmarking merupakan proses penetapan level PDB/PDRB, dengan menggunakan Tabel SUT sebagai
benchmark (level dasar)
4 Rebasing merupakan proses merubah tahun dasar PDB/PDRB lama (tahun 2000) dengan tahun dasar baru
(tahun 2010)
5 Tahun dasar 2010 adalah tahun dasar baru, dan sistem penghitungan yang digunakan telah berbasis SNA
2008 (SNNI 2010)
Seperti diuraikan di atas, PDB adalah ukuran kinerja atau aktivitas ekonomi di
suatu wilayah atau negara, yang direpresentasikan melalui indikator pertumbuhan
ekonomi. Penghitungan PDB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yang
berbeda, yaitu : pendekatan pendapatan (PDB-I), pendekatan pengeluaran (PDB-E)
dan pendekatan produksi (PDB-P). Secara teoritis, ketiga pendekatan tersebut akan
menghasilkan nilai yang sama. Namun di dalam praktek, ketiga pendekatan tersebut
selalu menghasilkan nilai PDB yang berbeda. Hal ini dimungkinkan, karena ketiga
pendekatan tersebut menggunakan konsep, metode penghitungan, dan sumber data
yang berbeda, sehingga akan terjadi selisih atau diskrepansi6 statistik.
Dari rumusan di atas, maka PDB-I merupakan total pendapatan yang diterima
oleh seluruh pelaku ekonomi yang terlibat di dalam proses produksi. Pendapatan
tersebut diterima sebagai balas jasa atas penggunaan faktor produksi yang dimiliki
para pelaku ekonomi. Pendapatan ini mencakup kompensasi tenaga kerja, surplus
usaha , pajak dan subsidi. Karena total pendapatan itu berasal dari seluruh aktivitas
produksi barang dan jasa, maka bisa diharapkan PDB-I di suatu negara/wilayah akan
sama dengan PDB-E maupun PDB-P.
PDB-P merupakan total nilai tambah yang ditimbulkan dari aktivitas produksi
yang dilakukan produsen barang dan jasa di dalam batas wilayah suatu region selama
6 Diskrepansi statistik merupakan selisih antara PDB (P) dengan PDB (E) dan menjadi bagian dari PDB (E),
sehingga PDB (E) + Diskrepansi Statistik = PDB (P)
7 Neraca Generation of Income merupakan salah satu neraca dari satu set neraca nasional dalam kerangka
SNNI 2010
Dalam menghitung PDB yang tercipta dari aktivitas produksi di suatu industri,
digunakan pendekatan NTB, bukan pendekatan output. Pendekatan NTB digunakan
dengan maksud untuk menghindari penghitungan ganda (double counting). Jika
digunakan pendekatan output, maka akan terjadi double counting karena di dalam
output suatu industri mengandung output industri lain sebagai biaya antara dalam
proses produksi. Contoh, output tanaman pangan (padi), akan digunakan sebagai
bahan baku di dalam industri pengolahan beras. Sehingga jika pendekatan output
digunakan dalam mengukur aktivitas produksi, maka akan terlihat bahwa output padi
dihitung di industri pertanian tanaman pangan maupun di industri pengolahan beras
(huler) sebagai bahan baku (input antara).
PMTB (investasi fisik) mencakup pengeluaran investasi fisik oleh seluruh sektor
ekonomi (rumah tangga, LNPRT, pemerintahan umum, perusahaan, maupun
luar negeri) dalam rangka melakukan aktivitas produksi. Investasi perusahaan
misalnya, mencakup pembelian aset peralatan, tidak termasuk pertukaran aset
yang ada (karena pertukaran aset antar sektor ekonomi di wilayah domestik
tidak menambah investasi domestik). Contoh, pembangunan areal tambang
baru, pembelian perangkat lunak, atau pembelian mesin dan peralatan pabrik.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga (bukan LNPRT atau pemerintah) untuk
pembelian rumah baru termasuk dalam investasi.
Y = FCE + GCF + (X − M)
Selanjutnya FCE dirinci menurut tiga sektor ekonomi yaitu: rumah tangga,
pemerintah dan LNPRt). Demikian pula dengan GCF, dirinci menjadi lima sektor
institusi yang melakukan-nya: perusahaan non-finansial, perusahaan finansial, rumah
tangga, pemerintahan umum, dan LNPRt.
Konsumsi akhir rumah tangga (C) dan konsumsi akhir pemerintah (G) adalah
pengeluaran atas barang dan jasa akhir, tidak termasuk pengeluaran atas barang
setengah jadi yang digunakan untuk usaha/proses produksi (bahan baku, barang
setengah jadi dan barang jadi yang tidak dikonsumsi, dan dikategorikan sebagai
inventori). Barang dan jasa antara (intermediate goods and services) digunakan oleh
perusahaan atau rumah tangga yang melakukan aktivitas memproduksi barang dan
jasa pada periode akuntansi.
Cara lain untuk mengukur PDB adalah dengan menggunakan ukuran total
pendapatan yang tercipta dari aktivitas produksi. Jika PDB dihitung dengan cara ini,
hasilnya disebut sebagai PDB (I). Nilai PDB-I harus sama dengan PDB-E seperti telah
dijelaskan di atas (PDB-I = PDB-E = PDB-P). Namun dalam praktek, ada kesalahan
dalam pengukuran (statistical descrepancy) yang membuat masing-masing pendekatan
akan menghasilkan nilai yang berbeda.
Di dalam PDB (I), pendapatan dibagi lagi menjadi beberapa kategori, yang
mengarah ke berbagai formula. PDB (I) merupakan penjumlahan dari kompensasi
tenaga kerja (buruh/karyawan/pegawai) ; surplus usaha bruto; pendapatan campuran
bruto (mixed income bruto) ; pajak kurang subsidi atas produksi dan impor. Secara
matematis, PDB-I dapat dirumuskan sbb;
Keterangan :
Kompensasi tenaga kerja/compensation of employment (COE) merupakan renumerasi
yang diberikan pada tenaga kerja, sebagai balas jasa atas pekerjaan yang dilakukan,
PDB yang dihitung dengan cara menjumlahkan COE, GOS dan GMI disebut
sebagai Pendapatan total faktor (TPF), yaitu pendapatan seluruh faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi di suatu perekonomian, yang dinilai atas dasar
harga dasar. Perbedaan antara harga dasar dan harga pembeli (PDB-E) adalah bahwa
pajak dan subsidi yang dikenakan pemerintah atas output yang dihasilkan melalui
aktivitas produksi, telah diperhitungkan. Dengan demikian, menambahkan pajak
kurang subsidi atas produksi dan impor akan mengubah PDB atas dasar biaya faktor
menjadi PDB adh pembeli (pasar) atau PDB (E). Pendapatan total faktor terkadang
dinyatakan sebagai : kompensasi tenaga kerja + pendapatan keuntungan /corporate
proprietor + pendapatan sewa dan bunga neto.
PDB = R + I + P + SA + W
Di mana;
Seluruh output pasar mencakup seluruh barang dan jasa yang termasuk ke
dalam batasan produksi. Output pasar didefinisikan sebagai barang dan jasa yang
dijual pada harga yang signifikan secara ekonomi (harga pasar). Tingkat harga ini
punya pengaruh yang signifikan pada jumlah produsen yang bersedia menyediakan,
serta pada jumlah pembeli yang ingin membeli pada tingkat harga pasar tersebut.
Pengecualian berlaku untuk barang/jasa ilegal, meskipun barang dan jasa ini dijual
dengan harga pasar.
Batasan suatu aktivitas apakah termasuk dalam penghitungan PDB atau tidak,
lebih pada "pertimbangan fungsional”. SNNI 2010 terutama dibangun untuk
membantu pemerintah, badan, atau pengguna data lain dalam membuat kebijakan
yang berbasis pasar makro ekonomi, termasuk analisis pasar dan faktor yang
mempengaruhi kinerja pasar, seperti ; inflasi dan pengangguran. Akibatnya, produksi
yang "relatif independen dan terisolasi dari pasar" atau "sulit untuk dinilai secara
ekonomis dan signifikan" tidak masuk dalam batasan produksi, karena sulit di dalam
menentukan harga-nya. Kasus batas seperti ini antara lain adalah jasa yang diberikan
pada anggota keluarga mereka sendiri secara gratis seperti membesarkan anak,
mempersiapkan makan, membersihkan rumah, hiburan untuk anggota keluarga,
dukungan emosional, merawat lansia dsb.
Barang dan jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah dan
LNPRT secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak signifikan secara
ekonomi. Nilai barang dan jasa ini diperkirakan setara dengan biaya
produksi, dengan mengabaikan surplus.
Barang dan jasa yang dihasilkan untuk digunakan sendiri oleh produsennya
(rumah tangga, LNPRT, pemerintah maupun perusahaan) yang termasuk
dalam penghitungan PDB. Contoh, mesin yang dibuat oleh perusahaan
untuk digunakan sendiri.
Perkiraan atau imputasi sewa rumah milik sendiri oleh rumah tangga.
Dalam hal ini rumah tangga seolah-olah berperan sebagai produsen jasa
persewaan rumah (real estate), yang outputnya digunakan atau dikonsumsi
sendiri.
Renovasi dan pemeliharaan oleh individu atas rumah milik-nya sendiri.
Nilai pemeliharaan diperkirakan sebagai nilai yang dikeluarkan untuk biaya
pemeliharaan jika rumah tersebut tidak ditempati sendiri oleh pemiliknya.
PDB dapat dinilai atas dasar harga (adh) dasar (basic price) atau atas dasar harga
(adh) pasar (market price). Secara keseluruhan harga pasar dinilai pada harga
sesungguhnya yang dibayar oleh pembeli, yang berarti bahwa harga tersebut
mencakup seluruh pajak kurang subsidi atas produk, seperti :
PDB adh pasar, juga termasuk pajak kurang subsidi atas faktor produksi, seperti :
pajak properti;
pajak kapital;
pajak upah dan gaji;
subsidi untuk penciptaan lapangan kerja dan pelatihan dst.
Harga produsen adalah harga dasar ditambah pajak atas output (barang dan
jasa) yang dikenakan pada konsumen, kurang subsidi yang diberikan oleh
pemerintah pada produsen
Harga pembeli adalah jumlah uang yang dibayarkan pembeli untuk setiap
barang dan jasa yang dihasilkan produsen kurang setiap pajak invoiced oleh
penjual namun deductible oleh pembeli. Atau sama dengan harga produsen
ditambah biaya transportasi dan marjin perdagangan atas barang dan jasa
yang tidak terpisah dari pembelian barang dan jasa (biaya transportasi yang
terpisah dari pembelian barang dan jasa diperlakukan sebagai pembelian
jasa transportasi)
Konsep penilaian PDB adh pasar dan adh dasar dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan analisis yang berbeda. Penilaian adh pasar digunakan untuk analisis
permintaan akhir, yang fokus pada harga yang benar-benar dibayar oleh pembeli.
Sedangkan penilaian adh dasar lebih tepat untuk analisis alokasi atau penggunaan
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa yang berbeda. Hal ini merupakan
jumlah pendapatan faktor produksi yang diukur dengan biaya faktor tenaga kerja dan
modal, termasuk pajak neto atas faktor produksi yang digunakan di dalam proses
produksi. Dalam istilah ekonomi, konsep harga dasar dianggap konsep yang lebih
bermanfaat di dalam menganalisis produksi dan distribusi relatif sumber daya utama
antar industri.
Dalam SNNI, PDB dihitung adh pasar, yaitu harga yang diterima oleh pembeli.
Harga pasar termasuk intervensi pemerintah dalam pasar berupa pajak atau subsidi.
Terutama terkait dengan pengenaan pajak atas produksi barang dan jasa, pajak barang
dan jasa, subsidi pada produsen untuk mempengaruhi biaya produksi, termasuk
subsidi yang diberikan langsung untuk mempengaruhi harga (operasi pasar dsb).
Pajak atas produksi termasuk pajak bangunan (property tax atau PBB), pajak upah dan
pajak kapital, serta biaya untuk izin usaha. Pajak semacam ini tidak dipengaruhi oleh
jumlah produksi. Pajak atas produk termasuk pajak barang dan jasa serta pajak
penjualan yang dipungut pemerintah daerah, misalnya pajak tembakau, pajak
minuman keras dsb. Pajak ini muncul karena hasil penjualan atau produksi. Subsidi
adalah pembayaran yang diberikan pemerintah pada produsen untuk mempengaruhi
biaya produksi, atau harga barang/jasa, atau pendapatan dari aktivitas produksi.
Istilah subsidi (seperti subsidi untuk raskin yang diberikan ke rumah tangga) yang
tidak mempengaruhi tingkat harga, dianggap sebagai transfer. Subsidi atas produksi
termasuk pembayaran ke produsen untuk mempengaruhi faktor produksi yang
digunakan dalam operasi. Termasuk bantuan pelatihan dan pembayaran untuk
mengurangi biaya tenaga kerja, serta pembayaran kompensasi untuk pengusaha yang
terkait biaya kapital, properti, dan pajak lainnya. Subsidi atas barang, secara langsung
plus Other taxes on production, net Pajak tak langsung (SNA 68) sebagai
taxes on product atau other taxes on
production (SNA 93)
= Harga produsen/Producer
prices
PDB maupun agregat turunannya, disajikan dalam 2 (dua) versi penilaian, yaitu
adh “berlaku” dan adh “konstan”. Disebut harga berlaku karena agregat dinilai
dengan menggunakan harga di tahun berjalan. Sedangkan harga konstan penilaiannya
didasarkan pada harga di tahun dasar tertentu. Dalam publikasi ini digunakan harga
di tahun 2010 sebagai dasar penilaian harga konstan.
Laju pertumbuhan PDB diturunkan dari PDB adh konstan. Hal ini diperoleh
dengan cara mengurangkan PDB tahun ke-n dengan PDB tahun ke n-1 (tahun
sebelumnya), dibagi dengan PDB tahun ke n-1, kemudian dikalikan dengan 100
persen. Laju pertumbuhan ini menunjukkan perkembangan agregat dari satu waktu
tertentu terhadap waktu sebelumnya (perkembangan berantai).
Produk Nasional Bruto (PNB) adalah PDB ditambah pendapatan faktor neto
dari luar negeri. Pendapatan faktor neto adalah pendapatan faktor produksi yang
diterima kurang pendapatan yang dibayarkan dari/ke luar negeri oleh residen pada
non-residen. Pendapatan faktor produksi mencakup upah & gaji, deviden, bunga
modal, royalty, dan pendapatan kepemilikan lainnya
Produk Nasional Neto (PNN) adh biaya faktor adalah PNN adh pasar kurang
pajak tak-langsung kurang subsidi (neto). PNN lebih dikenal dengan Pendapatan
Nasional (NI), yang menggambarkan pendapatan yang benar-benar diterima oleh
residen Indonesia.
consumption
Statistical
- of fixed = NNP - =
discrepancy
net Income capital
GDI
GDE The sum of GDP
The sum of final = income payments = Gross value
expenditures and cost incurred added
production
GROSS
OUTPUT
Less
intermediate
purchase
Gross private
domestic fixed
investment Taxes on
production and
import less
Change in subsidies
inventory
Net operating
surplus
Govt
consumption
expenditure and
gross investment
Net export
Consumption of
fixed capital
Pada dasarnya ada tiga metode yang dapat digunakan untuk menghitung PDB
adh konstan, yaitu metode revaluasi, deflasi, dan volume ekstrapolasi, sbb :
PDB sebagai permintaan akhir neto, sama dengan nilai penggunaan barang dan
jasa akhir (seluruh penggunaan, kecuali untuk konsumsi antara) dan diukur adh
“pembeli”, kurang nilai impor barang dan jasa. Penggunaan atau permintaan akhir
mencakup : permintaan akhir oleh (rumah tangga + LNPRT + pemerintahan umum) +
pembentukan modal tetap bruto + ekspor minus impor (fob). Jika permintaan akhir ini
dikurangi dengan impor, maka disebut sebagai permintaan akhir neto.
8
Metoda ini banyak diterapkan pada penghitungan PDB (P) khususnya untuk produk pertanian dan peternakan
Sistem Neraca Nasional Indonesia Tahun 2010 (SNNI 2010) merupakan sistem
terbaru yang digunakan oleh BPS di dalam menyusun statistik neraca nasional, baik
yang bersifat nasional maupun regional (Provinsi, Kab/Kota). Sistem ini mengikuti
rekomendasi standar internasional yang dikembangkan oleh UNSD/PBB melalui
System of National Accounts terbaru (SNA 2008), yang berlaku secara internasional.
Seluruh perubahan dalam SNA 2008 yang kemudian diimplementasi dalam SNNI
2010, diadopsi oleh BPS secara bertahap. Namun perubahan itu bersifat menyeluruh,
mencakup perubahan dalam hal sistem penghitungan; maupun perubahan dalam
konsep, definisi, cakupan, dan klasifikasi; metode penghitungan; serta sumber data
yang digunakan.
Penyusunan PDB dengan tahun dasar 2010 (2010=100), adalah bagian dari SNNI
2010. Di dalam sistem ini, kerangka kerja neraca nasional dalam bentuk Supply and Use
Table (SUT) dan Full Sequence Accounts (FSA), akan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan level PDB Tahunan. Level ini, selanjutnya digunakan sebagai benchmark
dalam menghitung PDB untuk tahun dan triwulan berikutnya.
Dari sisi periode, PDB Tahunan juga harus konsisten dengan PDB Triwulanan,
dalam arti jumlah PDB Triwulan I s.d Triwulan IV harus sama dengan PDB Tahunan.
Karena tidak ada alternatif yang lebih baik, maka penilaian database yang
dibuat sendiri diestimasi dari biaya yang dikeluarkan. Nilai komponen
database dalam bentuk software atau sistem manajemen database, dicatat
sebagai aset software. Seluruh biaya untuk meng-update database dicatat
sebagai pembentukan modal (bukan biaya perawatan). Namun biaya untuk
mengisi informasi pada data base tidak dikapitalisasi.
Database yang dijual, dinilai adh pasar yang berlaku termasuk nilai dari
informasi yang ada dalam database. Jika nilai komponen software dapat
dipisahkan dari nilai database, maka dicatat sebagai penjualan software.
Penilaian pada barang dan jasa yang diproduksi dan digunakan sendiri oleh
rumah tangga atau perusahaan harus ditambahkan dengan balas jasa kapital (return to
capital): yaitu bagian dari biaya yang dikeluarkan dalam menilai output barang/jasa
yang dihasilkan dan digunakan sendiri (SNA tidak eksplisit memasukkan the return to
capital dalam estimasi output barang/jasa yang dihasilkan dan digunakan sendiri oleh
rumah tangga atau perusahaan).
Pematangan lahan termasuk sebagai produced asset, yang juga mencakup biaya
alih kepemilikan dan diperlakukan sebagai pembentukan modal.
i. Pendahuluan
iii. Cakupan
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu
wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region.
Barang dan jasa yang dikonsumsi, dalam bentuk:
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah
tangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri.
Imputasi sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah
tersebut milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang
dihitung adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh
karena mendapat keringanan biaya (subsidi atau transfer).
1. Sumber data
2. Metode penghitungan
Selama ini, penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Susenas. Akan tetapi,
karena hasil estimasi data pengeluaran rumah tangga yang berasal dari Susenas
cenderung underestimate (terutama untuk kelompok bukan makanan dan kelompok
makanan jadi), maka perlu dilakukan penyesuaian (adjustment). Dalam melakukan
adjustment, digunakan data sekunder dalam bentuk data atau indikator suplay dari
berbagai sumber data di luar Susenas. Setelah diperoleh hasil adjustment, maka yang
dilakukan adalah mengganti (me-replace) hasil Susenas dengan hasil penghitungan
yang didasarkan pada data sekunder. Replacement dilakukan pada level komoditas,
kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Asumsinya, bahwa hasil
penghitungan dari data sekunder lebih mencerminkan PKRT yang sebenarnya.
i Pendahuluan
LNPRT merupakan bagian dari keseluruhan lembaga non profit (LNP). Sesuai
dengan masing-masing fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah
tangga dan LNP yang melayani bukan rumahtangga. LNPRT merupakan lembaga
yang menyediakan barang dan jasa secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak
berarti secara ekonomi bagi anggota atau rumahtangga, serta tidak dikontrol oleh
pemerintah9. Harga yang tak berarti secara ekonomi adalah harga yang tidak punya
pengaruh signifikan pada jumlah produsen yang ingin menyediakan barang dan jasa,
serta pada jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli oleh konsumen.
9
SNA 2008: 4.93
LNP kelompok ini mencakup LNP yang menyediakan jasa bagi korporasi
dengan memungut biaya atau iuran untuk biaya penyediaan jasa-nya. Tingkat biaya
atau harga ini termasuk dalam kriteria harga yang berarti secara ekonomi (economically
significant price). Jasa layanan ini dijual pada anggota (korporasi), dan diperlakukan
sebagai konsumsi antara di korporasi tersebut. LNP semacam ini umumnya berbentuk
asosiasi yang menyediakan jasa khusus bagi anggota. Sebagian besar LNP didirikan
oleh korporasi, dan dirancang untuk kepentingan promosi. Contoh: kamar dagang,
asosiasi produsen pertanian, manufaktur, atau perdagangan, organisasi pengusaha
penelitian dan pengujian laboratorium, atau lembaga lain yang terlibat dalam aktivitas
untuk kepentingan umum atau kelompok yang mengontrol keuangannya.
LNP kelompok ini mencakup LNP yang dikontrol oleh pemerintah, dan menjual
jasanya pada tingkat harga yang berbasis non-market, yaitu tingkat harga yang tidak
didasarkan atas biaya produksi, bahkan diberikan secara cuma-cuma atau gratis.
Kontrol atas LNP didefinisikan sebagai kewenagan dalam menentukan kebijakan dan
program lembaga.
iii Cakupan
LNPRT mencakup LNP yang termasuk kelompok LNP yang melayani rumah
tangga. LNPRT ini dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan,
Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/ kebudayaan/olahraga/
hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan
kemanusiaan/beasiswa.
f. Lembaga Keagamaan
Lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat dengan tujuan membina,
mengembangkan, mensyiarkan agama, dan terdiri dari:
Organisasi Islam, seperti Lembaga Dakwah, Remaja Masjid, Majelis Taklim;
Organisasi Kristen/Protestan, seperti PGI, KWI, HKBP;
Organisasi Hindu/Budha seperti Walubi, Parisadha Hindu Dharma;
Perkumpulan Jamaah Masjid;
Perkumpulan Jemaat Gereja/tempat ibadah lain;
Pondok pesantren tradisional, seminari, dan sejenisnya.
2. Metode penghitungan
x ij
x ij
ni
7 19
X x ij N i
i 1 j 1
Y YQ 1 YQ 2 YQ 3 YQ 4
i. Pendahuluan
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan secara umum, mencakup aktivitas :
1. memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi
oleh perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi
Konsep dan definisi yang terkait dengan aktivitas ekonomi yang dilakukan
pemerintah dari sisi produksi adalah sbb :
- Neraca produksi pemerintah, merupakan suatu tabel yang memuat berbagai
transaksi yang terkait dengan aktivitas produksi yang dilakukan pemerintah.
Neraca produksi terbagi menjadi dua sisi, sisi sumber dan sisi penggunaan.
Sisi sumber menjelaskan output yang dihasilkan oleh pemerintah. Sedangkan
sisi penggunaan menjelaskan biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk
melakukan aktivitas produksi-nya. NTB merupakan item penyeimbang dalam
neraca produksi pemerintah.
- Biaya antara merupakan nilai pemakaian barang tak-tahan lama serta jasa
yang digunakan sebagai input dalam menghasilkan output pemerintahan.
Biaya antara pemerintah terdiri dari : (1) belanja barang (belanja barang, biaya
pemeliharaan, dan perjalanan dinas); (2) belanja bantuan sosial; serta (3)
belanja lain-lain.
iii. Cakupan
1. Sumber Data
2. Metode Penghitungan
Uraian Nilai
1. Pendapatan Daerah 2 069 834
1.1 Pendapatan asli daerah 588 941
1.1.1 Pajak daerah 308 123
1.1.2 Retribusi daerah 212 158
1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang 9 527
dipisahkan
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 59 133
Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan 1 712
Penerimaan Jasa Giro 513
Pendapatan Bunga Deposito 112
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 516
Komisi, Potongan dan Selisih Nilai Tukar Rupiah 50
Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan 2 134
Pekerjaan
Pendapatan Denda Pajak 213
Pendapatan Denda Retribusi 12
Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan 8 873
Pendapatan dari Pengembalian 6 037
Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum 19 133
Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan 10 103
Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan 252
Lain-lain 9 473
1.2 Dana perimbangan 1 287 769
1.2.1 Dana bagi hasil pajak/ bukan pajak 374 027
1.2.2 Dana alokasi umum 846 541
1.2.3 Dana alokasi khusus 67 201
1.2.4 Lain-lain 0
1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang syah 193 123
1.3.1 Hibah -
1.3.2 Dana darurat -
1.3.3 Dana bagi hasil pajak Provinsi dan Pemda lainnya 160 851
1.3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus 450
1.3.5 Bantuan keuangan Provinsi atau Pemda lainnya 31 822
1.3.6 Lain-lain pendapatan daerah yg syah -
2. Belanja Daerah 2 235 196
2.1 Belanja tidak langsung 1 140 032
2.1.1 Belanja pegawai 1 019 149
2.1.2 Belanja bunga 2 427
2.1.3 Belanja subsidi -
50 Pedoman Penyusunan PDRB Kab/Kota Tahun Dasar 2010 menurut Pengeluaran
2.1.4 Belanja hibah 84 605
2.1.5 Belanja bantuan social 32 501
2.1.6 Belanja bagi hasil pd Prov/Kab/Kota dan Desa -
2.1.7 Belanja bantuan keuangan pd Prov/ Kab/Kota -
dan Desa
2.1.8 Belanja tidak terduga 1 350
2.1.9 Lain-lain 0
2.2 Belanja Langsung 1 095 163
2.2.1 Belanja pegawai 202 664
2.2.2 Belanja barang dan jasa 469 056
2.2.3 Belanja modal 423 443
3. Pembiayaan Daerah 554 830
3.1 Penerimaan pembiayaan 564 673
3.2 Pengeluaran pembiayaan 9 844
Uraian Nilai
Belanja Pegawai 3 112
Belanja Barang 2 024
Belanja Modal 5 280
Bantuan Sosial 1 100
Penerimaan dari barang dan jasa -
Uraian Nilai
Belanja Pegawai 163 871
Belanja Barang 101 657
Belanja Modal 98 442
Bantuan Sosial 107 388
Penerimaan dari barang dan jasa 67 204
Uraian Nilai
Belanja Pegawai 579 214
Belanja Barang 203 932
Belanja Modal 197 524
Bantuan Sosial 223 387
Penerimaan dari barang dan jasa 172 843
Social transfer in-kind – purchased market production 50 940
Output Bank Indonesia 20 113
Dari ketiga tabel di atas dapat dihitung PK-P Provinsi X adh Berlaku
Tahun 2010 sbb :
- Biaya Antara = (belanja barang dan jasa + belanja bantuan sosial) kab/kot X
+ ((belanja barang dan jasa + belanja bantuan sosial) desa sekab/kot X +
(belanja barang dan jasa + belanja bantuan sosial)prov bag dr kab/kot X (belanja
barang dan jasa + belanja bantuan sosial)pem pus bag dr kab/kot X= (469 056 +
32 501)kab/kot X + (2 024 + 1 100) desa sekab/kot X + (203 932 + 223 387) pem pus bag
dr kab/kot X + (101 657 + 107 388) prov bag dr kab/kot X = 1 141 045
010
- Penyusutan = 20% x (belanja modal pemerintah Kab/Kot X + belanja
modal desa seluruh Kab/Kota X + belanja modal pemerintah Pusat yang
merupakan bagian dari Kab/Kot X + belanja modal Provinsi yang
merupakan bagian dari Kab/Kot X) = 20% x (423 443 + 5 280 + 197 524 +
98 442) = 144 938
- NTB = belanja pegawai + penyusutan = 1 968 010 + 144 938 = 2 112 948
- Total penggunaan = Biaya Antara + NTB = 1 141 045 + 2 112 948 = 3 253
992
- Total Sumber = Output non-pasar = Total penggunaan = 3 253 992
- Output non-pasar yang dijual = (retribusi daerah + fasilitas social dan
fasilitas umum + pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan) kab/kot X + Penerimaan dari barang dan jasa Pusat yang
menjadi bagian penerimaan dari barang dan jasa Provinsi X +
Penerimaan dari barang dan jasa Provinsi yang menjadi bagian
ii. Appendix
Untuk menghitung PK-P adh Konstan 2010, baik Tahunan maupun Triwulanan,
langkah yang dilakukan adalah sbb :
- Biaya antara adh Konstan 2010 dihitung dengan metode deflasi, yakni
membagi biaya antara adh Berlaku (t) dengan IHPB umum tanpa ekspor (t)
(2010=100) dikalikan 100. Data IHPB umum tanpa ekspor didapatkan dari
Subdit Harga Perdagangan Besar, BPS RI. Data dasar IHPB umum tanpa
ekspor dengan tahun dasar 2007 direferencing untuk mendapatkan IHPB
umum tanpa ekspor tahun dasar 2010.
- NTB adh Konstan dihitung dengan metode deflasi. Untuk Belanja Pegawai
menggunakan indeks upah sedangkan penyusutan menggunakan indeks
implisit PMTB.
- Output adh Konstan = Biaya antara adh Konstan + NTB adh Konstan.
- Output non-pasar barang dan jasa yang dijual adh Konstan dihitung dengan
metode deflasi. Output non-pasar barang dan jasa yang dijual adh Konstan
(2010=100) = (Output non-pasar barang dan jasa yang dijual adh Berlaku
(t)/ihk umum) x 100.
- PK-P adh Konstan = output adh Konstan – output non-pasar barang dan jasa
yang dijual adh Konstan + social transfer in kind – purchased market
production + output Bank Indonesia.
i Pendahuluan
Kegiatan investasi merupakan salah satu faktor utama dalam mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu wilayah melalui peningkatan kapasitas produksi.
Di dalam PDB/PDRB, investasi tercermin dalam bentuk investasi fisik yakni
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan perubahan inventori.
PMTB erat hubungannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dimiliki
oleh suatu unit produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasikan
menurut jenis barang modal seperti: bangunan dan konstruksi, mesin, kendaraan,
ternak, tumbuhan, dan barang modal lainnya.
iii Cakupan
PMTB terdiri dari:
1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) berwujud baik baru
maupun bekas seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat
tinggal, bangunan lainnya, mesin & peralatannya, aset yang dibudidayakan
(cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property products),
alat transportasi dan lainnya;
2. Biaya pemindahan kepemilikan atas aset nonfinansial yang tidak diproduksi,
seperti tanah dan aset yang dipatenkan;
Pedoman Penyusunan PDRB Kab/Kota Tahun Dasar 2010 menurut Pengeluaran 55
3. Perbaikan besar aset yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan
usia pakai aset (antara lain reklamasi pantai, pembukaan hutan, pengeringan
dan pengairan hutan, dan pencegahan banjir dan erosi);
4. Penambahan dapat terjadi karena pembelian, produksi, barter, transfer, sewa
beli (financial leasing), pertumbuhan aset yang dibudidayakan, dan perbaikan
besar aset;
5. Pengurangan dapat terjadi karena penjualan, barter, transfer atau sewa beli
(financial leasing). Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana
alam tidak dicatat sebagai pengurangan.
Nasional
a. Output sektor bangunan dari PDRB Sektoral, BPS.
b. Nilai impor menurut 2 dan 10 digit HS yang merupakan komoditas barang
modal dari KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat.
c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang.
d. Laporan keuangan perusahaan.
e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang.
f. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dari Stat. Perdagangan Besar.
g. Publikasi Statistik Pertambangan & Penggalian (Migas & Non Migas ).
h. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum.
i. Publikasi Statistik Konstruksi.
j. Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM).
k. Statistik Perkebunan, Ditjen Perkebunan dan Kehutanan.
l. Statistik Hortikultura, Ditjen Pertanian dan Tanaman Pangan.
m. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.
n. Realisasi APBN Belanja Modal Pemerintah
Regional
a. Output sektor bangunan dari PDRB Sektoral Kab/Kota, BPS.
b. Nilai impor menurut 2 digit HS yang merupakan komoditas barang modal
dari KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat.
c. Laporan keuangan perusahaan di wilayah setempat.
d. Indeks Produksi Industri Besar Sedang.
e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang regional.
f. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dari Stat. Perdagangan Besar.
g. Publikasi Statistik Pertambangan & Penggalian (Migas & Non Migas ).
h. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum .
Metode penghitungan
Estimasi nilai PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak
langsung, dimana sangat tergantung pada ketersediaan data yang mungkin
diperoleh di wilayah masing-masing. Pendekatan “langsung” adalah dengan cara
menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai
sektor ekonomi produksi (produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan
“tidak langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total
penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal pada berbagai
sektor produksi, atau disebut juga sebagai pendekatan “arus komoditas”.
Penyediaan atau “supply” barang modal tersebut bisa berasal dari produk dalam
negeri maupun produk luar negeri (impor).
Estimasi PMTB berupa mesin, angkutan dan barang modal lainnya dibedakan atas
barang modal yang berasal dari produksi domestik dan yang berasal dari impor.
Bagi barang modal yang berasal dari dalam negeri diperoleh dengan dua cara,
yaitu pertama dengan mengalokasikan output mesin, angkutan serta barang
modal lainnya yang menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus
ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan sehingga diperoleh nilai
PMTB atas dasar harga pembelian (ADHB). Untuk memperoleh nilai atas dasar
harga konstan adalah dengan men-deflate PMTB (ADHB) dengan IHPB yang sesuai
dengan masing-masing jenis barang modal.
Pendekatan kedua yang dapat dilakukan apabila data output tidak tersedia adalah
dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan nilai harga konstan dengan indeks
produksi barang modal yang relevan. Untuk itu estimasi PMTB diawali dengan
menghitung nilai harga konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh
nilai berlakunya, nilai (ADHK) tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan
menggunakan indeks harga masing-masing kelompok jenis barang modal sebagai
inflatornya. Ini mensyaratkan bahwa nilai harga konstan pada tahun-tahun
sebelumnya harus sudah tersedia secara lengkap.
Penghitungan nilai PMTB yang berupa mesin-mesin, alat angkutan dan barang
modal lainnya yang berasal dari impor diperoleh melalui 2 (dua) cara.
Pertama nilai PMTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari nilai total barang
impor. Lalu barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utamanya seperti
mesin-mesin, moda angkutan dan barang modal lainnya. Apabila rician tersebut
tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokatornya (barang modal
impor menurut kode HS 2 digit). Kedua untuk memperoleh nilai PMTB (ADHK)
tersebut adalah dengan cara men“deflate” estimasi PMTB (ADHB) dengan
menggunakan deflator dari indeks harga yang sesuai.
Data Perangkat lunak ADHB diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan
terbuka yang bergerak di kegiatan memproduksi dan menjual software.
sedangkan untuk mendapat ADHKnya dengan mendeflate nilai ADHB dengan
indeks implisit sektor jasa perusahaan.
a. Rasio penggunaan output sektor yang menjadi barang modal cenderung statis.
Untuk memperbaikinya diperlukan survei dalam skala besar.
b. Nilai Perdagangan dan Angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data
publikasi dari sumber data terlalu lama.
1. Konstruksi Gedung
2. Konstruksi Khusus
4. Prasarana Pertanian
Total
*) Rasio dapat menggunakan data APBD atau 92,15
Jika data PMTB bangunan tidak dapat dirinci menurut jenis bangunan maka
dapat menggunakan data total bangunan.
11
Data lain dapat dilihat pada penjelesan sebelumnya tentang sumber data regional.
Pedoman Penyusunan PDRB Kab/Kota Tahun Dasar 2010 menurut Pengeluaran 61
ii. Kendaraan
Sumber data diperoleh dari pengumpulan data sekunder di SAMSAT.
Sedangkan data kendaraan yang diperoleh dari dinas perhubungan digunakan
untuk melengkapi data SAMSAT. Selain itu, penghitungan PMTB kendaraan
diperoleh dari pengumpulan data sekunder kapal yang berasal dari dinas
kelautan dan perikanan dan dinas perhubungan. Kedua data tersebut bersifat
saling melengkapi maka gunakanlah data yang paling lengkap sebagai dasar
penghitungan.
12
Ibid
62 Pedoman Penyusunan PDRB Kab/Kota Tahun Dasar 2010 menurut Pengeluaran
B. Lembar Kerja Regional:
1. Bangunan
Metode penghitungannya sama dengan metode penghitungan PMTB bangunan
dalam lembar kerja Nasional.
2. Non Bangunan
a. Mesin dan Perlengkapan
MI-07B: Kuesioner Realisasi APBD Belanja Modal dan Belanja Non Modal yang
digunakan untuk Belanja Modal (PMTB Mesin dan Perlengkapan Pemerintah)
6. Alat-alat Berat
Alat-alat pengolahan
13.
pertanian & Peternakan
16. Komputer
19. Barang2 elektronik
20. Alat-alat studio
21. Alat Komunikasi
23. Alat Laboratorium
Pengadaan Sarana
Pertanian/Pengadaan Alat-
26.
alat dan Mesin Pertanian
Kecil
Belanja Modal Peralatan
35.
dan Mesin (BLUD)
40. alat ukur
Setelah diperoleh PMTB mesin dan perlengkapan yang dilakukan pemerintah maka
kita harus menambah nilai PMTB tersebut dengan melakukan estimasi nilai PMTB
mesin dan perlengkapan yang dilakukan oleh pelaku usaha lain selain pemerintah.
Sumber data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber termasuk dari kuesioner MIP-
01 dan MIP-02.
Mutasi Kendaraan
Harga
Rincian Jenis Biaya Kendaraan
Jumlah Jumlah PMTB
Kendaraan Pemindahan /unit (Juta
Kendaraan Kendaraan
Kepemilikan Rp)
Baru (unit) Bekas (unit)
(Juta Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(2)x(5)+(4)
Kendaraan
1.
Bermotor Roda 2
Kendaraan
2.
Bermotor Roda 3
Mobil Penumpang
3. (Sedan, SUV,
MPV)
4. Mobil Pick Up
Ambulan
(dengan/tanpa
5. perlengkapan
tindakan
rumahsakit)
Kendaraan
6. Pemadam
Kebakaran
7. LIGHT TRUCK
8. TRUCK
9. DUMP TRUCK
11. BOX
Penambahan
Jumlah Kapal Harga Kapal
Kapal selama
Jenis Kapal pada 1 Januari (Juta PMTB
2013
2013 (unit) Rp/unit)
(unit)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)x(4)
4. Tanker
Kapal Nelayan/Perahu
5.
Penangkap Ikan
6. Speed boat/seat truck
MI-07B: Kuesioner Realisasi APBD Belanja Modal dan Belanja Non Modal yang
digunakan untuk Belanja Modal (PMTB Peralatan Lainnya Pemerintah)
Setelah diperoleh PMTB peralatan lainnya yang dilakukan pemerintah maka kita
harus menambah nilai PMTB tersebut dengan melakukan estimasi nilai PMTB
peralatan lainnya yang dilakukan oleh pelaku usaha lain selain pemerintah. Sumber
data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber termasuk dari kuesioner MIP-02.
1. Karet
2. Kelapa
3. Kelapa Sawit
4. Kopi
5. Kakao
6. Cengkeh
7. Lada
8. Casia Vera
9. Pinang
Biaya
Luas Tanaman Belum
Perawatan/tahun
Menghasilkan (Satuan)
Rincian Barang Satuan (Juta Rp/Satuan) PMTB
Usia ≤ 1 Usia > 1 Usia ≤ 1 Usia > 1
Tahun Tahun Tahun Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(3) x(5)+ (4)x(5)
1. Duku Pohon
2. Durian Pohon
3. Jambu Keprok Pohon
MI-03: Kuesioner Hewan belum Menghasilkan dari Dinas Hortikultura dan Tanaman
Pangan Tahun 2013
MI-04: Kuesioner Eksplorasi dan Evaluasi Mineral dari Dinas Pertambangan Energi
dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013
1. Bijih Emas
Bijih & Pasir
2.
Besi
Barang
Tambang
3.
Mineral Non
Logam
1. Hak Cipta
2. Paten
3. Lisensi
4. Merek
5. Desain Industri
Desain Tata Letak
6.
Sirkuit Terpadu
7. Rahasia Dagang
8. Indikasi Geografis
**) Faktor Pengali digunakan untuk memperoleh estimasi biaya riset dan pengembangan yang akan menjadi
PMTB. Nilai ini dapat diperoleh dari kuesioner MIP-02 Blok VIII.
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi selain tenaga kerja dan
barang modal.
Dalam kerangka PDB ataupun Tabel SUT, inventori disajikan sebagai bagian dari
konsumsi akhir (final demand), tepatnya terletak pada kuadran II di dalam tabel
Use. Selama ini pada kedua kerangka data tersebut, inventori diperlukan sebagai
komponen residual yang di dalamnya termasuk pula perbedaan statistik (statistical
discrepancy). Kondisi ini menyebabkan informasi tentang inventori sulit untuk
dipahami dan dianalisis lebih jauh. Secara konsep, inventori dalam bentuk
persediaan barang menggambarkan bagian dari output domestik dan impor yang
belum digunakan, baik untuk diproses lebih lanjut, dikonsumsi ataupun untuk
tujuan dijual tanpa diproses lebih lanjut. Inventori yang dimaksud dapat
berbentuk bahan baku (raw material), barang setengah jadi (work in progress)
ataupun barang jadi (finished goods).
Inventori merupakan persediaan barang pada unit institusi, yang belum atau tidak
digunakan dalam proses produksi atau belum selesai diproses, atau belum terjual.
Sedangkan perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir
periode akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan
inventori menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat
bermakna pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (tanda negatif).
iii. Cakupan
e. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua
bahan, komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi
barang jadi;
f. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tapi belum terjual atau belum
digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti
pada waktu dibeli;
g. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau
belum selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).
j. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai
bahan bakar atau persediaan; dan
1. Sumber data
Survei Tahunan Industri Besar Sedang. Data inventori dapat diperoleh dari
hasil kuesioner Survei Tahunan IBS Bagian IV (Pendapatan/Penerimaan Lain
Yang Diterima) rincian 19 tentang data stok bahan baku dan bahan penolong,
barang setengah jadi, serta barang jadi.
Survei Khusus Tabungan dan Investasi Rumah Tangga (SKTIR). Blok XII
yang mencatat tentang total nilai stok awal dan stok akhir menurut kode
lapangan usaha pada unit usaha rumah tangga.
Data eksternal lainnya seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen
dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI),
ternak dari Ditjennak Deptan, dan sebagainya.
Pendekatan Langsung
menghitung posisi inventori atas dasar harga konstan dengan mendeflate stok
awal dan akhir persediaan dengan IHPB akhir tahun;
menghitung perubahan inventori atas dasar harga konstan dengan
mengurangkan posisi inventori di tahun berjalan dengan tahun sebelumnya;
dan
menghitung perubahan inventori atas dasar harga berlaku dengan menginflate
perubahan inventori atas dasar harga konstan dengan data IHPB rata-rata
tahunan.
Pendekatan tidak langsung atau sering kali disebut juga dengan pendekatan arus
komoditas (commodity flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan
harga masing-masing barang inventori.
Nilai perubahan barang inventori atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
menghitung perubahan volume stok akhir dan stok awal barang inventori
dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan bila data harga
pembelian tidak tersedia. Perubahan inventori atas dasar harga konstan dihitung
dengan mendeflate nilai perubahan inventori atas dasar harga berlaku dengan
indeks harga yang sesuai, atau mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok
awal dikalikan dengan harga barang di tahun dasar.
3. Contoh penghitungan
A. Metode revaluasi
Tahap 1. Jumlah Inventori Ternak (Qt) Akhir Tahun 2010-2013 (000 ekor)
No. Jenis ternak 2010 2011 2012 2013
1 Sapi potong 6.460 7.051 9.846 10.198
2 Kerbau 951 621 846 911
3 Kambing 7.905 8.061 10.969 11.407
4 Ayam 1.132.077 1.302.835 1.363.710 1.480.905
5 Itik 37.161 36.157 40.553 42.065
Tahap 2. Perubahan Inventori Ternak (Qt - Qt-1) Tahun 2010-2013 (000 ekor)
No. Jenis ternak 2010 2011 2012 2013
1 Sapi potong 1.196 591 2.795 352
2 Kerbau 32 -330 226 65
3 Kambing 383 155 2.908 438
4 Ayam -25.298 170.758 60.875 117.195
5 Itik 3.234 -1.004 4.396 1.512
Tahap 4. Perubahan Inventori Ternak ADHB ((Qt - Qt-1) x Pt) Tahun 2010-2013
(Juta Rp)
No. Jenis ternak 2010 2011 2012 2013
1 Sapi potong 10.559.723 5.345.557 27.125.342 3.871.342
2 Kerbau 186.862 -2.081.646 1.494.538 483.767
3 Kambing 278.273 119.728 2.512.031 451.250
4 Ayam -906.356 6.762.613 2.805.645 6.362.014
5 Itik 85.089 -27.626 131.608 50.817
Tahap 5. Perubahan Inventori Ternak ADHK 2010 ((Qt - Qt-1)xP 2010) (Juta Rp)
No. Jenis ternak 2010 2011 2012 2013
1 Sapi potong 10.559.723 5.219.060 24.674.232 3.103.556
2 Kerbau 186.862 -1.946.405 1.328.631 382.921
3 Kambing 278.273 112.996 2.115.224 318.914
4 Ayam (906.356) 6.117.750 2.180.975 4.198.742
5 Itik 85.089 -26.400 115.642 39.783
Perubahan Inventori Barang Jadi & Barang Setengah Jadi Sektor IBS
Menurut Klasifikasi Komoditi SUT (246) Tahun 2010 (Ribu Rupiah)
Stok awal Stok akhir IHPB Stok awal Stok awal Perubahan Stok
Kode barang jadi & barang jadi & barang jadi & barang jadi & barang jadi &
Keterangan
SUT setengah jadi setengah jadi Desember Desember setengah jadi setengah jadi setengah jadi
ADHB ADHB 2009 2010 ADHK ADHK ADHK=ADHB
77 Jangat, kulit dan kulit berbulu, mentah 389 387 101,01 103,75 385 373 (13)
78 Daging mamalia, segar atau dingin 273.484 272.563 99,95 99,94 273.622 272.733 (1.005)
79 Lemak hewan dan Unggas, belum dicairkan 3.269 3.258 97,94 100,32 3.338 3.248 (102)
80 Daging unggas, segar atau dingin 1.892.483 2.336.618 95,58 106,27 1.979.974 2.198.672 247.215
81 Daging mamalia, beku 53.132.292 65.287.807 97,94 100,32 54.251.043 65.076.695 12.237.257
82 Daging unggas, beku 12.601.890 15.484.929 95,58 106,27 13.184.487 14.570.754 1.567.029
Sisaan yang dapat dimakan dari hewan segar,
dingin atau beku dan pengolahan daging
83 3.065.325 3.766.604 97,72 101,39 3.136.832 3.714.856 653.395
sisaan lainnya kecuali Ekstrak dan jus serta
tepung kasar dare daging
Produk penggaraman/pengiriman ikan dan
84 35.426.224 50.752.046 97,06 104,02 36.499.095 48.788.928 13.892.359
biota air lainnya
Ikan dan biota air yang diolah dan
85 2.992.505.614 3.061.834.452 97,06 104,02 3.083.132.657 2.943.400.968 (157.951.932)
diawetkan lainnya
Pengolahan dan pengawetan sayur-sayuran,
86 kacang-kacangan dan kentang-kentangan 203.612.790 231.419.625 99,10 100,83 205.460.110 229.504.571 27.179.726
belum siap saji
Buah dan kacang-kacangan yang diolah dan
87 280.725.177 310.348.144 99,10 100,83 283.272.116 307.779.938 27.703.508
diawetkan
88 Minyak nabati 14.132.356.006 12.905.122.521 94,37 107,72 14.975.031.675 11.980.073.831 (3.385.483.866)
89 Margarine dan olahan yang sejenis 29.800.960 15.116.681 98,95 100,98 30.117.571 14.970.059 (17.122.664)
91 Kopra 470.676 452.042 90,39 111,05 520.715 407.062 (128.472)
Minyak, lemak dan residunya dari hewani
92 74.740.579 91.287.876 94,37 107,72 79.197.166 84.744.294 6.270.443
dan nabati lainnya, dimurnikan, ytdl
93 Susu dan kepala susu cair yang diolah 132.158.452 108.890.128 97,55 101,15 135.474.360 107.650.747 (31.451.659)
94 Produk susu lainnya 679.120.620 772.999.179 97,55 101,15 696.160.025 764.200.948 76.913.085
Padi-padian dan biji-bijian hasil
95 774.464.142 940.171.079 90,59 107,04 854.885.312 878.311.998 26.481.397
penggilingan, pengolahan dan pembersihan
96 Tepung gandum dan tepung meslin 177.318.051 164.839.394 100,48 100,76 176.475.515 163.593.066 (14.562.250)
Produk padi-padian giling kecuali tepung
97 13.381.644 13.610.113 90,59 107,04 14.771.208 12.714.628 (2.324.747)
gandum dan tepung beras
98 Pati dan produk pati 143.239.354 166.666.892 100,48 100,76 142.558.744 165.406.746 25.827.255
99 Beras, setengah atau seluruhnya digiling 84.052.432 103.691.195 89,83 107,53 93.571.863 96.433.567 3.234.854
100 Tepung Lainnya 141.751.121 147.150.233 100,48 100,76 141.077.583 146.037.650 5.606.833
101 Roti, Biskuit dan Sejenisnya 269.825.972 277.091.929 98,51 100,91 273.920.902 274.589.539 755.824
102 Gula 1.224.792.817 1.587.798.071 93,56 103,81 1.309.168.270 1.529.474.444 249.032.888
103 Kakao, coklat dan kembang gula 647.377.747 593.785.697 99,64 100,65 649.699.131 589.927.095 (67.565.980)
104 Mie, Makaroni dan Sejenisnya 210.093.338 224.619.541 97,96 102,21 214.464.777 219.762.378 5.988.379
105 Makanan dan Masakan Olahan 156.826.906 178.820.753 98,02 101,32 159.999.237 176.483.726 18.633.975
106 Kopi Olahan 253.203.129 315.573.406 97,69 100,38 259.191.860 314.389.719 62.395.356
107 Teh Olahan 1.009.534.895 1.258.208.642 97,35 100,48 1.037.066.040 1.252.194.660 243.180.208
108 Kecap 243.553.086 289.378.117 98,25 101,95 247.894.741 283.853.760 40.647.878
Rempah-rempah dan tanaman aromatik,
109 208.595.178 248.172.607 98,02 101,32 212.814.690 244.929.214 36.302.081
diolah
110 Produk Masak Lainnya 5.582.942 6.029.558 98,02 101,32 5.695.875 5.950.757 288.117
111 Produk Makanan Lainnya 194.531.154 209.795.010 98,02 101,32 198.466.176 207.053.178 9.706.699
112 Makanan hewan yang diolah 941.055.000 1.206.963.993 98,99 101,28 950.613.896 1.191.706.690 272.529.968
Stok awal Stok akhir IHPB Stok awal Stok akhir Perubahan stok
Kode
Keterangan bahan baku bahan baku Desember Desember bahan baku bahan baku bahan baku
SUT
ADHB ADHB 2009 2010 ADHK ADHK ADHK=ADHB
1 Padi 1.602.532.059 2.338.763.124 92,13 106,81 1.739.375.559 2.189.733.954 450.358.396
2 Jagung 904.096.535 1.318.446.986 95,36 106,01 948.120.684 1.243.715.964 295.595.280
3 Ubi jalar 154.625.628 225.652.210 93,17 104,28 165.958.867 216.390.078 50.431.211
4 Ubi kayu 113.681.338 165.900.346 97,11 101,83 117.066.607 162.916.774 45.850.168
5 Umbi-umbian Lainnya 192.746 281.283 100,53 105,19 191.732 267.403 75.671
6 Kacang tanah 88.660.045 129.382.225 94,98 106,56 93.350.322 121.416.886 28.066.564
7 Kacang kedelai 392.765.027 573.178.991 101,02 103,03 388.790.045 556.344.962 167.554.917
9 Gandum dan tanaman serelia lainnya 441.751.154 644.561.888 94,22 105,35 468.850.780 611.815.543 142.964.763
2. Metode penghitungan
Penghitungan Perubahan Inventori triwulanan menggunakan metode
langsung dan metode tidak langsung. Penghitungan dengan metode langsung
menggunakan data laporan keuangan perusahaan. Untuk daerah yang
wilayahnya terdapat perusahaan terbuka, dapat menggunakan data
perusahaan tersebut. Proses penghitungan sama dengan proses penghitungan
tahunan dengan beberapa komponen terkait disesuaikan. Misal IHPB pada
penghitungan tahunan menggunakan IHPB bulan Desember dan pertengahan
tahun, maka pada data triwulanan menggunakan IHPB bulan terakhir periode
tersebut dan IHPB rata-rata triwulanan yang bersangkutan.
i Pendahuluan
1. Sumber data
2. Metode Penghitungan
Asumsi yang digunakan dalam metode commodity balance adalah kelebihan dan
kekurangan supply domestik atas demand, sepenuhnya diselesaikan dengan ekspor dan
impor. Jika kelebihan supply domestik, maka akan melakukan ekspor, sedangkan jika
kekurangan supply domestik, maka akan mengimpor. Hal ini membuat penghitungan
ekspor-impor tersebut belum menangkap aspek lain di dalam transaki ekspor-impor,
karena dalam kenyataannya, baik dalam kondisi kelebihan atau kekurangan supply
domestik, suatu kabupaten/kota dapat melakukan transaksi ekspor/impor secara
bersama. Untuk mengatasi kelemahan ini, penghitungan ekspor-impor
kabupaten/kota perlu untuk disempurnakan dengan menerapkan metode cross
hauling.
1. melakukan langkah (1) s.d (6) seperti pada metode commodity balance;
2. menghitung koefisien heterogenitas13 berdasarkan Tabel I-O data yang tersedia,
yaitu trade volume dikurangi nilai absolut trade balance. Hasilnya dibagi dengan
jumlah output, permintaan antara, dan permintaan akhir domestik;
3. menghitung besarnya volume perdagangan (trade volume), yaitu menjumlahkan
nilai absolut trade balance dengan hasil perkalian antara koefisien heterogenitas
dan jumlah output, permintaan antara, dan permintaan akhir domestik;
4. nilai impor setiap komoditas diperoleh dengan mengurangkan trade volume
dengantrade balance, hasilnya dibagi dua;
5. nilai ekspor setiap komoditas diperoleh dengan menjumlahkan trade balance dan
impor;
6. menjumlahkan nilai ekspor dan impor per komoditas pada langkah (5) untuk
mendapat nilai ekspor dan impor.
13
Semakin heterogen komoditas di suatu sektor mengakibatkan nilai koefisien heterogenitasnya tinggi
dan membuat aktivitas ekspor-impor komoditas secara bersamaan menjadi semakin besar. Contoh
penghitungan koefisien heterogenitas dapat dilihat pada Tabel 2.7.1.
Keterangan:
Pada baris output, seluruh isian harus sama dengan satu.
aij : rasio input antara dari baris ke-i dan kolom ke-j terhadap output sektor ke-j
rntbj : rasio nilai tambah bruto sektor ke-j terhadap output sektor ke-j
Keterangan:
iij : output sektor ke-i yang menjadi input antara sektor ke-j, iij = oj x aij
ii : jumlah output sektor ke-i yang menjadi input antara di seluruh sector, ii = Σj iij
i : jumlah input antara seluruh sektor, i = Σi ii
oj : output sektor ke-j, oj = ntbj/rntbj
Keterangan:
rfih : rasio permintaan akhir baris ke-i dan kolom ke-h, dimana h terdiri dari 301 (konsumsi
rumah tangga dan LNPRT), 203 (konsumsi pemerintah), 303 (PMTB), 304 (perubahan
inventori)
Total struktur permintaan akhir harus sama dengan satu
Total f. 1 f. 2 f. 3 f. 4 f
Keterangan:
fih = permintaan akhir baris ke-i dan kolom ke-h, dimana h terdiri dari 301 (konsumsi rumah
tangga dan LNPRT), 203 (konsumsi pemerintah), 303 (PMTB), 304 (perubahan
inventori), fih = fi x rfih
f.h = total permintaan akhir
Keterangan:
tbi : trade balance, tbi = oi – (ii + fi)
Keterangan:
TVi = Xi + Mi
TBi = Xi - Mi
hi = (TVi – |TBi|)/ (Oi + Ii + Fi)
Keterangan:
tvi1 = |tbi | + hi.(oi + ii + fi)
Jika tvi1 > tbi, maka nilai tvi 1 bisa langsung digunakan, dan
Jika tvi1 < tbi, maka tvi 1 diganti dengan tvi2 yang merupakan nilai absolut dari
tbi (tvi 2 = |tbi 1|) ;
xchi = tbi + mi;
mchi = (tvi – tbi)/2 ;
Keterangan:
Jika oi = 0 maka xi = 0 dan mi = mcbi,
Jika oi ≠ 0, maka xi = xchi dan mi = mchi.
Rincian Deflator
1. Ekspor barang IHPB menurut jenis barang
2. Ekspor jasa IHK jasa
3. Impor barang IHPB menurut jenis barang nasional/provinsi mitra
utama
4. Impor jasa IHK jasa nasional/ provinsi mitra utama
Karena indeks harga sebagai deflator tidak menggunakan tahun dasar 2010,
maka sebelum digunakan, tahun dasar indeks harga tersebut harus digeser terlebih
dahulu menjadi tahun 2010.Metode yang digunakan adalah yang dikenal dengan
istilah referencing, yaitu nilai indeks pada tahun 2010 digeser menjadi 100,00;
sedangkan periode lain digerakkan dengan perubahan indeks yang ada.
3. Contoh Penghitungan14
Sek1 Sek2 Sek3 Sek4 180 301 302 303 304 305 409 600
Sek1 15 16 8 4 43 208 80 40 -5 160 91 435
Sek2 20 14 10 8 52 180 120 142 30 40 69 495
Sek3 12 9 12 14 47 214 60 40 -25 260 42 554
Sek4 8 6 14 12 40 252 42 10 40 200 31 553
190 55 45 44 38 182 854 302 232 40 660 233 2.037
201 120 140 165 175 600
202 210 240 270 260 980
203 60 45 50 60 215
204 40 30 35 40 145
205 -50 -5 -10 -20 -85
209 380 450 510 515 1.855
210 435 495 554 553 2.037
14
Contoh penghitungan dalam format MS Excel juga tersedia dan didistribusikan bersama
dengan materi pembinaan.
Sek1 Sek2 Sek3 Sek4 180 301 302 303 304 305 409
-
Sek1 0,034 0,032 0,014 0,007 0,244 0,265 0,172 0,242 0,391
0,125
Sek2 0,046 0,028 0,018 0,014 0,211 0,397 0,612 0,750 0,061 0,296
-
Sek3 0,028 0,018 0,022 0,025 0,251 0,199 0,172 0,394 0,180
0,625
Sek4 0,018 0,012 0,025 0,022 0,295 0,139 0,043 1,000 0,303 0,133
190 0,126 0,091 0,079 0,069 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
201 0,276 0,283 0,298 0,316
202 0,483 0,485 0,487 0,470
203 0,138 0,091 0,090 0,108
204 0,092 0,061 0,063 0,072
205 -0,115 -0,010 -0,018 -0,036
209 0,874 0,909 0,921 0,931
210 1,000 1,000 1,000 1,000
Karena data yang dihitung adalah kondisi tahun 2010, maka indeks harga
(IHPB dan IHK) bernilai 100 untuk setiap komoditas, sehingga nilai ekspor-impor
antar kabupaten/kota adh Konstan sama dengan adh Berlaku seperti terlihat pada
Tabel 18.