Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :


PEREKONOMIAN INDONESIA

Dosen Pengampu :
AYU PRADANING RATRI SE

Disusun oleh:

Nurul Aisyah (2021610032)


3E MANAJEMEN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BALIKPAPAN
2022/2023
PEREKONOMIAN DI SAMARINDA 5 TAHUN TERAKHIR

 PEREKONOMIAN DI SAMARINDA TAHUN 2017


Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur pada triwulan II-2017 masih
melambat dan hanya tumbuh 0,04 persen ketimbang triwulan sebelumnya,
dengan andil tertinggi dicapai oleh lapangan usaha administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial wajib. Lapangan usaha administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial wajib pada triwulan II tumbuh sebesar 14,86
persen, lapangan usaha yang juga tumbuh positif adalah usaha penyediaan
akomodasi dan makan minum dengan pertumbuhan 6,56 persen, diikuti lapangan
usaha jasa lain 5,14 persen.
Tingginya laju pertumbuhan pada beberapa kategori lapangan usaha
tersebut, salah satunya dipicu oleh bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, yang
disambung libur panjang. Namun demikian, masih ada dua kategori lapangan
usaha yang mengalami kontraksi, sehingga menyebabkan laju pertumbuhan
ekonomi pada triwulan II tidak secepat triwulan sebelumnya.
Dua lapangan usaha yang terkontraksi adalah usaha industri pengolahan
yang terkoreksi hingga minus 2,02 persen, kemudian lapangan usaha
pertambangan dan penggalian yang minus 1,32 persen. Dari sisi pengeluaran,
tambah Habibullah, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi hingga semester I-
2017 tumbuh hingga mencapai 3,73 persen (c-to-c), karena dipengaruhi oleh
membaiknya kinerja perekonomian.
Membaiknya kinerja perekonomian ini dapat dilihat dari hampir seluruh
komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sisi pengeluaran yang
pertumbuhannya mengalami percepatan.
"Komponen net ekspor antardaerah mengalami pertumbuhan tertinggi
hingga 12,41 persen, diikuti oleh komponen konsumsi lembaga nonprofit rumah
tangga yang tumbuh sebesar 5,26 persen," katanya.
Berikutnya komponen ekspor luar negeri tumbuh cukup tinggi yang
mencapai 2,53 persen, konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap
bruto (PMTB) atau yang sering disebut investasi fisik, masing-masing mengalami
percepatan hingga 1,87 persen dan 0,39 persen. Untuk pengeluaran konsumsi
pemerintah juga tumbuh positif walau besarannya relatif kecil, yakni tumbuh 0,12
persen.
"Apabila dilihat dari kontribusi terhadap total PDRB Kaltim yang mencapai
Rp290,4 triliun berdasarakan harga berlaku, maka komponen ekspor luar negeri
mendominasi perekonomian Kaltim pada semester I-2017 yang memiliki andil
40,83 persen, diikuti net ekspor antardaerah sebesar 25,81 persen,"

Data triwulan ketiga tumbuh membaik. Jika tahun 2015 dan 2016 itu minus,
2017 sudah positif. Bahkan positifnya besar, 3,54 persen,” kata Harry di
Samarinda, Jumat, 8 Desember 2017.
Keyakinan itu dia sampaikan karena BI Kaltim memprediksi pertumbuhan
ekonomi pada triwulan keempat akan mencapai 3 persen. Angka itu diakui
merupakan pertumbuhan yang baik.
Factor harga komoditas batu bara masih menjadi yang utama dalam
pengaruh pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur. Adapun pengaruh sektor
pertambangan secara menyeluruh mencapai 46 persen. Tapi, yang perlu dicatat,
yang menggerakkan positif tadi masih harga komoditas, masih batu bara, jika kita
hitung berdasarkan PDRB pertumbuhan ekonomi dihitung dari PDRB. PDRB
merupakan hasil kali jumlah produksi (volume barang-barang yang diproduksi di
Kalimantan Timur), dalam satuan tonase, dengan harga (price), kuantitas barang
produksi yang kita hasilkan pada 2017 dengan 2016 itu sama, tapi harganya naik.
Jadi meningkatlah PDRB-nya.

PEREKONOMIAN DI SAMARINDA TAHUN 2018


Asumsi makro ekonomi Kaltim untuk rencana anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBD) tahun 2018 terjadi pertumbuhan ekonomi mencapai 5,8
persen. Hal tersebut diungkapkan Asisten Perekonomian dan Administrasi
Pembangunan Setdaprov Kaltim H Ichwansyah pada acara Pertemuan Tahunan
Bank Indonesia Kaltim Tahun 2017 di Aula Gedung Bank Indonesia Samarinda,
Kamis (21/12).
Selain itu, asumsi makro ekonomi atau pertumbuhan positif ekonomi
Kaltim lainnnya adalah inflasi sebesar 3,5 persen. “Perlu saya informasikan bahwa
pertumbuhan ekonomi Kaltim belakangan ini cenderung membaik,” katanya. Jika
periode sebelumnya tumbuh minus, lanjutnya maka perekonomian pada triwulan
III diukur PDRB atas dasar harga berlaku capai Rp148,39 triliun dan atas dasar
harga konstan 2010 Rp113,14 triliun. Kinerja ekonomi triwulan III terhadap
triwulan III tahun 2016 tumbuh sebesar 3,54 persen (year on year). Dari sisi
produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha penyediaan akomodasi
dan makan minum sebesar 14,32 persen.
Sedangkan dari sisi pengeluaran dipengaruhi net ekspor antar daerah yang
tumbuh sebesar 12,12 persen. “Ekonomi kita triwulan III ini tumbuh sebesar 0,23
persen atau mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 0,05 persen,” sebutnya. Diungkapkan bahwa percepatan
disebabkan peningkatan kinerja pada lapangan usaha yang cukup dominan
terhadap PDRB Kaltim. Yaitu lapangan usaha industri pengolahan yang tumbuh
sebesar 2,12 persen dan lapangan usaha konstruksi yang tumbuh sebesar 4,16
persen.
Ichwansyah menjelaskan dari sisi pengeluaran dipengaruhi komponen
pembentukkan modal tetap bruto yang mengalami pertumbuhan sebesar 8,92
persen. “Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Kaltim triwulan I hingga III
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 tumbuh sebesar 3,68
persen,” ujarnya. Pertemuan dihadiri Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan
Kaltim Muhammad Nur dan kepala daerah serta ketua lembaga legislatif
kabupaten dan kota se-Kaltim.

PEREKONOMIAN DI SAMARINDA TAHUN 2019


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Perekonomian Kaltim triwulan I-2019
terhadap triwulan I-2018 tumbuh sebesar 5,36 persen (year-on-year). Kepala BPS
Kaltim Atqo Mardiyanto mengatakan angka tersebut lebih tinggi dari
pertumbuhan pada triwulan I-2018. "Pada 2018, tumbuhnya hanya 1,77 persen,"
ujarnya di Kantor BPS Kaltim Jl Kemakmuran Samarinda Senin (06/05/2019) siang
tadi.
Sayang, pertumbuhan sebesar itu masih didominasi oleh sektor
pertambangan. Lebih dari setengah pertumbuhan ekonomi Kaltim disumbang
oleh sektor pertambangan dan ekstraksi. Dimana di Kaltim, pertambangan batu
bara adalah yang paling besar. "Pertambangan sumbangan terhadap
perekonomian 46,25 persen. Sumbangsih kepada pertumbuhan ekonomi nya 3,38
dari total pertumbuhan sebesar 5,36 persen.
Hal sebaliknya terjadi kepada sektor industri. Pasalnya, sektor industri
justru tumbuh negatif sebesar minus (-) 1,84 persen. "Industri tumbuh negatif,
sumbangsih kepada pertumbuhannya minus 0,40 persen. Kaltim masih sangat
bergantung sektor pertambangan.
Provinsi Kalimantan Timur atau Kaltim pada triwulan II 2019 mengalami
pertumbuhan ekonomi 5,43 persen (yoy). Namun angka ini turun dibanding
triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,46 persen. Pertumbuhan ekonomi Kaltim
triwulan II tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 5,05 persen
Kinerja lapangan usaha utama yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi
Kaltim pada triwulan II adalah pertambangan dan industri pengolahan. Keduanya
tumbuh lebih tinggi ketimbang periode sebelumnya.
Akselerasi lapangan usaha pertambangan dipengaruhi oleh faktor pasokan
dan permintaan. Cuaca pada paruh pertama 2019 yang lebih kering memberikan
dukungan bagi peningkatan produksi di open pit batu bara.Sedangkan di sisi
permintaan, peningkatan permintaan batu bara yang cukup tinggi dari Cina
mampu mendorong kinerja ekspor Kaltim. Peningkatan permintaan batu bara
tersebut sejalan dengan aksi frontloading importer batu bara dari Tiongkok,
menyusul rencana kebijakan restriksi impor oleh Pemerintah Cina.
Sementara itu, lanjut dia, akselerasi kinerja lapangan usaha industri
pengolahan bersumber dari beroperasinya kembali secara normal kilang minyak
di Balikpapan, setelah adanya perawatan rutin di triwulan sebelumnya.
Di sisi industri pengolahan nonmigas, kinerja industri minyak kelapa sawit
(CPO) terus membaik yang didorong oleh optimalisasi penggunaan B20, termasuk
upaya pengembangan B30 serta permintaan dari eksternal yang cukup tinggi.
Namun ia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2019
Provinsi Kaltim mengalami perlambatan, yakni tetap tumbuh positif namun lebih
rendah ketimbang triwulan II yang tumbuh 5,43 persen.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kaltim akibat permintaan
eksternal untuk komoditas batu bara yang mulai menurun, padahal pendongkrak
utama ekonomi Kaltim adalah batu bara.
Pemerintah Cina, lanjut dia, mulai menerapkan restriksi impor per Juli 2019
untuk menjaga target impor batu bara sesuai target akhir tahun 2019. “Langkah
ini juga diambil untuk mendukung penjualan batu bara domestik Tiongkok yang
mulai kehilangan daya saingnya karena harga di pasar internasional terus turun.
PEREKONOMIAN DI SAMARINDA TAHUN 2020
Indeks Harga Konsumen/Inflasi Menurut Kelompok
Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang
digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (Inflasi/Deflasi) di tingkat
konsumen. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga
dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga.
Provinsi Kalimantan Timur pada bulan Mei 2020 mengalami inflasi sebesar
0,21 persen, atau terjadi perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 103,52
pada bulan April 2020 menjadi 103,74 pad bulan Mei 2020. Inflasi tahun kalender
pada bulan Mei 2020 sebesar 0,63 persen dan Inflasi tahun ke tahun sebesar 1,54
persen.

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh


naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan,
minuman, dan tembakau sebesar 0,54 persen; diikuti kelompok transportasi
sebesar 0,68 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar
0,32 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,16 persen;
kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,11 persen; kelompok
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,09 persen; kelompok
kesehatan sebesar 0,08 persen; dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan
pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,03 persen. Kelompok yang
mengalami penurunan indeks yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar -0,79
persen dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga
sebesar -0,10 persen. Kelompok yang cenderung stabil adalah kelompok
pendidikan yaitu sebesar 0,00 persen.
Inflasi Komponen dan Bahan Energi
Pada Mei 2020 inflasi komponen energi di Kota Balikpapan cenderung stabil
yaitu sebesar 0,00 persen dengan IHK sebesar 100,98 dan Kota Samarinda
mengalami deflasi sebesar -0,37 persen dengan IHK sebesar 101,09.
Komponen bahan makanan pada Mei 2020 di Kota Balikpapan mengalami
inflasi sebesar 0,71 persen dengan IHK sebesar 104,27. Semantara di Kota
Samarinda bahan makan mengalami inflasi sebesar 0,98 persen dengan IHK
sebesar 102,56
Perbandingan Inflasi Antar Kota (Pulau Kalimantan)
Pada Bulan Mei 2020 dari 12 kota IHK di wilayah Pulau Kalimantan 11 kota
mengalami inflasi dan 1 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi Sintang
sebesar 0,62 persen dengan IHK 110,01 dan inflasi terendah terjadi di Tanjung
sebesar 0,10 persen dengan IHK 105,72. Sedangkan deflasi terjadi di Tarakan
sebesar -0,27 persen dengan IHK sebesar 103,08

Indeks Harga Konsumen/Inflasi Menurut Kelompok


Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang
digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (Inflasi/Deflasi) di tingkat
konsumen. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga
dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga.
Provinsi Kalimantan Timur pada bulan Juni 2020 mengalami inflasi sebesar 0,22
persen, atau terjadi perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 103,74 pada
bulan Mei 2020 menjadi 103,97 pada bulan Juni 2020. Inflasi tahun kalender pada
bulan Juni 2020 sebesar 0,85 persen dan Inflasi tahun ke tahun sebesar 1,52
persen.
Perbandingan Inflasi Tahunan
Pada Bulan Juni 2020 Kalimantan Timur mengalami inflasi sebesar 0,22
persen. Sedangkan pada periode yang sama dua tahun sebelumnya, yaitu pada
Juni 2018 Kalimantan Timur mengalami inflasi sebesar 0,82 persen dan pada Juni
2019 mengalami inflasi sebesar 0,50 persen. Inflasi tahun kalender pada Bulan
Juni 2020 tercatat sebesar 0,85 persen, pada Juni 2018 mengalami inflasi sebesar
2,10 persen dan pada Juni 2019 mengalami inflasi sebesar 1,57 persen. Inflasi
tahun ke tahun pada Juni 2020 sebesar 1,52 persen, pada Juni 2018 tercatat
sebesar 2,60 persen dan pada Juni 2019 dengan inflasi sebesar 2,71 persen.
Inflasi Komponen dan Bahan Energi
Pada Juni 2020 inflasi komponen energi di Kota Balikpapan cenderung stabil
yaitu sebesar 0,00 persen dengan IHK sebesar 100,98 dan Kota Samarinda
mengalami deflasi sebesar -0,61 persen dengan IHK sebesar 100,47.
Komponen bahan makanan pada Juni 2020 di Kota Balikpapan mengalami inflasi
sebesar 1,84 persen dengan IHK sebesar 106,19. Semantara di Kota Samarinda
bahan makan mengalami inflasi sebesar 1,61 persen dengan IHK sebesar 104,21.
Perbandingan Inflasi Antar Kota (Pulau Kalimantan)
Pada Bulan Juni 2020 dari 12 kota IHK di wilayah Pulau Kalimantan
semuanya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi Tarakan sebesar 0,99 persen
dengan IHK 114,10 dan inflasi terendah terjadi di Kotabaru sebesar 0,12 persen
dengan IHK 106,69

PEREKONOMIAN DI SAMARINDA TAHUN 2021


Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda Triwulan I – 2021
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda baik secara year-on-year (y-on-y)
atau perbandingan antara Triwulan 1-2021 dan Triwulan 1-2020 maupun secara
quarter-to-quarter (q-to-q) atau perbandingan antara Triwulan 1-2021 dan
Triwulan IV-2020 sama-sama menunjukkan adanya kontraksi ekonomi atau arah
pertumbuhan ekonomi negatif. Kontraksi ekonomi ini disebabkan oleh
terkontraksinya beberapa Lapangan Usaha (sektor ekonomi) yang ada di Kota
Samarinda. Angka laju pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda baik secara q-to-q
maupun y-on-y dapat dilihat pada tabel berikut.
Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda Triwulan I - 2021 Terhadap Triwulan I-
2020 (y-on-y)
Perekonomian Kota Samarinda pada awal tahun 2021 ini mengalami penurunan
sebesar
0,39 persen jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y).
Sejalan dengan Kota Samarinda, pada Triwulan 1-2021 ini laju pertumbuhan
ekonomi Provinsi Kalimantan Timur mengalami penurunan sebesar 2,96 persen
(y-on-y). Pertumbuhan ekonomi Kota
Samarinda pada Triwulan I-2021 masih terkontraksi dan belum sepenuhnya pulih.
Secara year on year (y-on-y), turunnya pertumbuhan Triwulan 1-2021 ini dipicu
oleh kontraksi yang terjadi pada beberapa sektor jika dibandingkan dengan
kondisi Triwulan 1-2020.
Pada Triwulan 1-2021 secara y-on-y, kontraksi terdalam terjadi pada Sektor
Industri Pengolahan sebesar 4,85 persen; lalu Sektor Konstruksi sebesar 1,77
persen; kemudian Sektor Pertanian sebesar 0,85 persen; dan Sektor Jasa-jasa
terkontraksi sebesar 0,17 persen.
Meskipun demikian, masih terdapat sektor yang tumbuh positif. Sektor dengan
pertumbuhan y-on-y tertinggi yaitu Sektor Listrik & Air Bersih yang tumbuh
sebesar 9,34 persen. Sektor Pertambangan & Penggalian dan Sektor Perdagangan,
Hotel & Restoran juga tumbuh positif walaupun tidak besar, masing-masing
sebesar 1,34 persen dan 1,18 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda Triwulan I - 2021 Terhadap Triwulan IV-
2020 (9-to-q)
Kinerja ekonomi Kota Samarinda pada Triwulan 1-2021 mengalami laju
pertumbuhan negatif (kontraksi) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 2,12 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda
Triwulan 1-2021 (q-to-q) tercatat terkontraksi hingga sebesar 0,34 persen. Hal
yang sama juga terjadi dengan laju pertumbuhan ekonomi triwulanan Provinsi
Kalimantan Timur, dimana pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur yang
tumbuh sebesar 2,06 persen pada triwulan IV-2020 (q-to-q), namun kemudian
pada Triwulan I-2021 terkontraksi sebesar 0,61 persen (q-to-q).
Jika diamati menurut lapangan usaha (sektor ekonomi), kontraksi
pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda pada Triwulan 1-2021 sangat dipengaruhi
oleh Sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami kontraksi sebesar
0,19 persen dan Sektor Jasa-Jasa yang
terkontraksi sebesar 1,34 persen. Sedangkan sektor lainnya tetap mengalami
pertumbuhan.
Sektor Pertanian menmberikan andil positif tertinggi dan merupakan satu-
satunya sektor yang laju pertumbuhannya di atas 1 persen yaitu sebesar 2,34
persen. Sektor ekonomi lainnya hanya mengalami pertumbuhan di bawah 1
persen.
Inflasi merupakan indikator ekonomi yang dihitung berdasarkan persentase
perubahan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) atau dengan kata lain inflasi/deflasi
menunjukkan perubahan harga di tingkat konsumen. Perubahan IHK dari waktu
ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi
oleh rumah tangga.

Tingkat Inflasi Tahun Kalender Kota Samarinda pada Maret-2021 sebesar


0,58 persen, meningkat dibandingkan Januari dan Februari 2021 yang masing-
masing sebesar 0,24 persen dan 0,35 persen. Sedangkan untuk tingkat inflasi
tahun ke tahun Kota Samarinda pada Maret-2021 sebesar 0,87 persen dan pada
tahun yang sama untuk Januari dan Maret masing-masing sebesar 0,73 persen
dan 0,47 persen.

Anda mungkin juga menyukai