Anda di halaman 1dari 3

Grafik diatas menunjukkan bahwa ekspor barang dan jasa sebagai persentase dari PDB

Indonesia selalu lebih rendah daripada Jepang selama periode tersebut. Namun, pada tahun
2021, ekspor barang dan jasa sebagai persentase dari PDB Indonesia meningkat secara
signifikan, melebihi Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mengalami peningkatan
kinerja ekspor barang dan jasa pada tahun 2021, yang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti permintaan global, nilai tukar mata uang, kebijakan perdagangan, dan
diversifikasi produk ekspor. Sementara itu, Jepang mengalami fluktuasi kinerja ekspor barang
dan jasa selama periode tersebut, yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
permintaan global, nilai tukar mata uang, kebijakan perdagangan, dan kompetisi produk
ekspor. Dalam rentang waktu 2012-2021, Jepang dan Indonesia mengalami perjalanan yang
berbeda dalam hal ekspor. Jepang, sebuah kekuatan ekonomi global dengan fokus pada
teknologi, otomotif, dan elektronik, mengalami fluktuasi nilai ekspor yang mencerminkan
ketidakstabilan dalam ekonomi ekspor mereka. Sebaliknya, Indonesia, yang dikenal karena
ekspor komoditas seperti minyak, gas, batubara, dan kelapa sawit, menunjukkan peningkatan
ekspor yang stabil selama periode yang sama. Meskipun keduanya memiliki tantangan yang
unik, mereka mengakui pentingnya memahami permintaan global, memantau nilai tukar mata
uang, dan merespons kebijakan perdagangan baik yang diterapkan oleh pemerintah mereka
maupun oleh negara-negara tujuan ekspor. Terlebih lagi, keduanya memahami bahwa ekspor
memainkan peran krusial dalam kontribusi terhadap pertumbuhan PDB, penciptaan lapangan
kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran, mendorong mereka untuk terus
mengembangkan strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing produk
ekspor mereka. Dengan demikian, Jepang dan Indonesia berkomitmen untuk menjaga
pertumbuhan ekspor yang sehat di masa depan.

Grafik diatas menunjukkan bahwa Imports of goods and services (% of GDP) Indonesia
selalu lebih tinggi daripada Jepang selama periode tersebut. Nilai tertinggi dicapai oleh
Indonesia pada tahun 2012, yaitu sebesar 25%, sedangkan nilai terendah dicapai oleh Jepang
pada tahun 2016, yaitu sebesar 15.3%. Selain itu dari grafik yang ada juga menunjukkan
bahwa kedua negara mengalami penurunan Imports of goods and services (% of GDP) pada
tahun 2020, yang dapat dipengaruhi oleh dampak pandemi COVID-19 terhadap aktivitas
ekonomi dan perdagangan global. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat
ketergantungan yang lebih tinggi terhadap impor barang dan jasa daripada Jepang, yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti struktur ekonomi, sumber daya, dan kebijakan
perdagangan. Indonesia masih membutuhkan impor barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dan produksi domestik, terutama di bidang energi, bahan baku, dan
barang modal. Jepang, di sisi lain, memiliki ekonomi yang lebih maju dan terdiversifikasi,
sehingga lebih mampu memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan secara domestik, serta
mengurangi ketergantungan terhadap impor. Selama periode 2012-2022, Indonesia dan
Jepang mengalami fluktuasi nilai impor barang dan jasa yang memengaruhi persentase
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Di Indonesia, nilai impor berfluktuasi, mencapai
puncak pada tahun 2012 dan terendah pada tahun 2020. Demikian juga, persentase impor
terhadap PDB mengalami fluktuasi serupa, mencapai titik tertinggi pada tahun 2012. Faktor-
faktor yang memengaruhi fluktuasi ini meliputi permintaan domestik, terutama untuk energi,
bahan baku, dan barang modal, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, dan
sosial di dalam negeri, serta nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara asal impor dan
kebijakan perdagangan. Demikian pula, Jepang mengalami fluktuasi nilai impor selama
periode ini, dengan puncak impor pada tahun 2014 dan nilai terendah pada tahun 2016,
sementara persentase impor terhadap PDB juga berfluktuasi. Faktor-faktor yang
memengaruhi fluktuasi impor di Jepang mirip dengan Indonesia. Meskipun terdapat fluktuasi
nilai impor di kedua negara, keduanya memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan
konsumsi dan produksi domestik serta dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Memahami
faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi impor dan mengelolanya dengan bijak adalah
kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi dan hubungan perdagangan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai