Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rika Wulandari

NPM : 2021510099
Prodi : Manajemen
MK : Perekonomian Indonesia

TUGAS 10

Buatlah rangkuman kebijakan ekonomi Indonesia selama era Presiden Joko Widodo !
Jawab :
Masa pemerintahan Joko Widodo selama tujuh tahun diwarnai dengan berbagai peristiwa
penting global yang mengiringi perjalanan ekonomi -khususnya sektor industri manufaktur-
Indonesia. Beberapa peristiwa dimaksud antara lain penurunan harga beberapa komoditas yang
berakibat pada adanya tekanan terhadap ekspor Indonesia, pelambatan ekonomi Tiongkok
sebagai entitas ekonomi terbesar dunia yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
secara global, perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang menciptakan kembali
high cost economy dan mengganggu sisi supply, serta tentunya pandemi Covid-19 yang
memberikan tekanan hebat –utamanya kepada sektor industri- baik dari sisi supply dan maupun
sisi demand. Dengan latar belakang kondisi global yang penuh dengan gejolak dan
ketidakpastian tersebut, perjuangan bangsa Indonesia dalam membangun sektor industri
manufaktur yang berdaulat, mandiri, berdaya saing, dan inklusif menghadapi tantangan yang
tidak mudah.

Meski dihadapkan pada sekian tantangan global tersebut, sektor industri manufaktur Indonesia
selama tujuh tahun pemerintahan Joko Widodo tetap memainkan peranan penting –bahkan
sebagai penggerak dan penopang utama- bagi perekonomian nasional. Pentingnya peranan
sektor industri antara lain dapat dilihat dari realisasi investasi sektor industri manufaktur,yang
pada periode pertama menembus total nilai sebesar Rp1.280 Triliun dengan nilai rata-rata
investasi tahunan sebesar Rp250 Triliun. Total nilai investasi selama periode lima tahun
pertama ini bahkan lebih besar dari nilai investasi yang terakumulasi selama 10 tahun pada
kurun waktu 2005-2014. Pada periode kedua, realisasi investasi di sektor manufaktur tahun
2020 tercatat di angka Rp270 Triliun, lebih tinggi dari nilai rata-rata periode sebelumnya meski
sektor industri mendapat hantaman keras dari pandemi Covid-19. Sementara pada Semester I
tahun 2021, realisasi investasi di sektor manufaktur telah terhitung sebesar Rp170 Triliun dan
diperkirakan terus meningkat seiring dengan perbaikan beberapa indikator ekonomi lain.
Dari sisi ekspor, kontribusi sektor industri manufaktur terhadap ekspor nasional terus
meningkat dari USD108,6 Miliar pada tahun 2015 ke USD127,4 Miliar pada tahun
2019. Dalam kurun waktu tersebut, rata-rata nilai kontribusi ekspor sektor manufaktur berkisar
pada angka 75 persen dari total ekspor nasional per tahun. Nilai kontribusi ini jauh lebih besar
dari kontribusi ekspor manufaktur pada periode pemerintahan sebelumnya yang hanya
menyentuh angka di bawah 70 persen dari total ekspor nasional. Kontribusi ekspor sektor
industri manufaktur pada tahun pertama pemerintahan Jokowi jilid II justru naik menjadi
sebesar USD131,1 Miliar di tengah himpitan pandemi Covid-19. Nilai ekspor manufaktur ini
merepresentasikan 80,3 persen ekspor nasional tahun 2020 dan menghasilkan surplus neraca
perdagangan sebesar USD21,7 Miliar. Surplus neraca perdagangan sendiri terus berlanjut
hingga bulan September 2021 sebesar USD4,37 Miliar yang merupakan surplus selama 17
bulan secara berturut-turut sejak bulan Mei 2020. Pada periode Januari-Agustus 2021, nilai
ekspor sektor manufaktur telah mencapai sekitar USD115,13 Miliar.

Capaian sektor industri manufaktur di bidang investasi dan ekspor mengiringi kontribusi sektor
industri manufaktur terhadap penerimaan negara dan kontribusi terhadap pembentukan PDB
Nasional yang terus meningkat dan merupakan tertinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi
lainnya. Pajak sektor industri pengolahan secara rerata berkontribusi sebesar 28 persen
sepanjang tahun 2014 hingga 2020. Sementara penerimaan cukai sektor industri menyumbang
95 persen dari total penerimaan cukai nasional. Adapun laju pertumbuhan PDB manufaktur
pada periode 2015-2019 secara konsisten berada di kisaran mendekati angka 5 persen per
tahun.Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB nasional pada tahun 2015 menyentuh nilai
Rp2.100 Triliun dan terus naik ke Rp2.783 Triliun di tahun 2019.

Pada periode kedua pemerintahan, kontribusi sektor manufaktur sedikit turun ke angka Rp2.760
Triliun di tahun 2020 akibat dampak pandemi Covid-19 yang tidak saja menerpa Indonesia
tetapi juga seluruh negara di dunia. Akibat tekanan pandemi, sektor industri manufaktur tumbuh
minus 2.52 persen di tahun 2020. Ini merupakan kali kedua dalam sejarah sektor industri
manufaktur Indonesia mengalami pertumbuhan negatif setelah sempat minus 11,5 persen akibat
krisis 1997. Pertumbuhan sektor industri manufaktur kembali bergairah pada tahun
2021, dengan peningkatan angka pertumbuhan yang signifikan di Triwulan II sebesar 6,91
persen , sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang juga bangkit sebesar 7,07 persen .
Dinamika serupa juga terjadi pada Purchasing Manager’s Index Manufaktur Indonesia. Di awal
periode pertama pemerintahan Jokowi, PMI manufaktur Indonesia berada di bawah 50 poin
sepanjang tahun 2015 yang menunjukkan kurang bergairahnya aktivitas di sektor industri
sebagai dampak dari tertekannya kinerja ekspor akibat kondisi ekonomi global.
Berbagai Upaya Mewujudkan Nawacita

Kehendak dan tekad untuk membangun industri manufaktur yang berdaulat, mandiri, berdaya
saing, dan inklusif telah tertuang dalam visi dan misi Pemerintahan Jokowi periode I yang
terkenal dengan Nawacita. Dalam Nawacita, setidaknya ada 4 poin yang relevan dengan upaya
pembangunan sektor industri manufaktur yakni: poin membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; poin
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan
pelatihan; poin meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, dan;
poin mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik. Sementara pada awal masa pemerintahan periode II, Presiden Jokowi kembali
menegaskan pentingnya pembangunan SDM dan transformasi ekonomi berbasis pada
peningkatan industri bernilai tambah.

Aspek penting dari upaya membangun Indonesia dari pinggiran dalam konteks pembangunan
industri manufaktur adalah aspek keadilan yang mencakup pemerataan dan
inklusivitas. Pembangunan Industri didorong untuk meningkatkan industri di luar pulau
jawa. Berdasarkan data BPS, ada peningkatan jumlah industri besar dan sedang di luar Jawa
pada masa pemerintahan Jokowi. Sebagai gambaran, jumlah IBS naik dari 4,273 unit pada
tahun 2014 ke 6.621 unit pada tahun 2016. Pertambahan jumlah IBS luar Jawa ini terbilang
cukup signifikan bila dibandingkan dengan perkembangan IBS pada periode 2009-2014. Meski
jumlah ini sedikit menyusut menjadi 5,626 unit pada tahun 2018, namun jumlah IBS luar Jawa
yang bertahan masih lebih tinggi dari angka baseline tahun 2014.

Upaya pemerataan industri juga ditempuh melalui pengembangan kawasan industri di luar
Jawa. Pada 7 tahun masa pemerintahan Jokowi, 8 kawasan industri baru di luar Jawa telah
berhasil dibangun dan beroperasi. Ini belum termasuk 4 kawasan industri yang sedang dalam
tahap konstruksi dan 2 KI lainnya yang masih dalam tahap perencanaan. Sebagai dampak
positif dari pembangunan kawasan industri di luar Jawa, kinerja ekspor pada wilayah-wilayah
tersebut meningkat sangat pesat. Sebagai contoh, kinerja ekspor Provinsi Sulawesi Tengah naik
5 kali lipat kinerja ekspornya pada periode 2016-2020. Pada tahun 2016 ekspor provinsi ini
hanya tercatat sebesar USD 1,5 Miliar, sedangkan pada tahun 2020 telah mencapai USD 7,5
Miliar. Pemerintah juga melakukan pengembangan kawasan industri prioritas.

Anda mungkin juga menyukai