Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH EKSPOR DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI

VIETNAM TAHUN 2010-2019

Andi Triyawan, Hafizah Latifa, Mawardhea Fitri

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian suatu negara.


Karena itu sangat penting bagi suatu negara untuk melakukan upaya menjaga stabilitas
pertumbuhan ekonomi atau bahkan meningkatkannya. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
oleh berbagai faktor, termasuk perdagangan internasional. Vietnam sebagai negara
berkembang cukup banyak melakukan kegiatan ekspor. Banyak sedikitnya ekspor yang
dilakukan tentu mempengaruhi tingkat inflasi di suatu negara. Lalu pada akhirnya inflasi
juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh ekspor dan inflasi terhadap GDP di
Vietnam. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 2010-2019 yang diperoleh
dari World Bank. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa prosentase nilai ekspor dan inflasi di Vietnam pada tahun
2010-2019 tidak ada pengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang
ditinjau dari prosentase nilai PDB-nya. Baik secara bersama-sama maupun parsial, ekspor
dan inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Vietnam pada tahun 2010-
2019.

Kata Kunci: Ekspor, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Vietnam.

LATAR BELAKANG

Negara Vietnam merupakan Negara jajahan Amerika serikat yang berakhir pada
tahun 1975, yang mana penjajahan ini memberikan dampak yang sangat buruk bagi seluruh
rakyat Vietnam. Salah satunya yaitu berupa krisis ekonomi, kerusakan lingkungan, korupsi
pemerintah, bahkan warga Negara yang melarikan diri ke Negara lain. Pada akhirnya Negara
Vietnam mengalami krisis yang yang buruk dalam berbagai aspek. Pada akhirnya krisis
eonomi yang terjadi pasca perang ini masih tetap tidak kunjung selesai dan Vietnam
mengalami kemunduran yang terus meningkat. Sehingga pada tahun 1986 pemerintah
Vietnam yang masih di dominasi oleh partai komunis Vietnam memutuskan untuk membuat
perombakan dan pembaharuan kebijakan yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi.
Melalui keputusan para pembuat kebijakan maka pemerintah sepakat untuk
membuat kebijakan baru, yaitu Doi Moi (reformasi ekonomi). Doi Moi diberlakukan pada
tahun 1987, sejak awal diberlakukan kebijakan Doi Moi pemerintah membuat gebrakan baru
yaitu lebih memfokuskan program pembangunan ekonomi dan fokus utama pemerintah yaitu
dalam sektor pertanian, perdagangan dan sektor industri. Awal keberhasilan kebijakan Doi
Moi pada tahun 1990 di buktikan dengan semakin meningkatnya perekonomian Vietnam
dalam berbagai sektor khususnya dalam pertanian, perdagangan dan industri. Adanya pasar
bebas di Vietnam menyebabkan ekspor impor mulai mengalami peningkatan dan Vietnam
dapat membuktikan pertumbuhan ekonomi yang semakin maju di dunia internasional. Pada
tahun 1990 Vietnam mampu mencapai pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) tahunan
sebesar 7%, hingga tahun 1997 Vietnam naik mencapai angka pertumbuhan GDP sebesar
13% dan mencapai angka pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi yaitu sekitar 27,7%.1

Vietnam merupakan Negara yang mempermudah diri dan mau memebrikan banyak
peluang dan kesempatan abagi para investor asing untuk menanam modal di Vietnam. Awal
diberlakukannya undang-undang tentang kepemilikan property pihak asing oleh Vietnam
dimulai sejak kebijakan Doi Moi diberlakukan. Pada tahun 2008 (satu tahun setelah Vietnam
resmi bergabung dengan WTO) undang-undang tentang kepemilikan properti pihak asing di
Vietnam mulai mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan pemerintah Vietnam
mencanangkan program pertumbuhan ekonomi pada pencapaian target sebesar 280 miliar
dollar AS dalam kurun waktu lima tahun (CIEM dan CIDA. 2006).

Adapun faktor-faktor yang membuat Vietnam menjadi salah satu tujuan utama para
investor asing untuk mau melakukan Penanaman Modal Asing (PMA) di Vietnam antara lain
yang pertama, biaya tenaga kerja yang rendah. Faktor keunggulan komparatif ini hingga saat
ini masih merupakan salah satu penarik PMA di sektor-sektor atau industri-industri
berteknologi menengah dan rendah seperti tekstil dan pakaian jadi, alat-alat elektronik rumah
tangga, alas kaki, makanan dan minuman dan industri-industri lainnya yang sifatnya
footloose. 2

1
ANU E Press Board.2003.“Viet Nam: A Transition Tiger?, The Introduction of Doi Moi (online)
(http://press.anu.edu.au//wp-content/docs/conference/02/ch0611.pdf, diakses pada 20 juni 2015)
2
MPI dan PriceWaterhouse Coopers. 2007. “Vietnam Tax Incentives & Policies” October, Ministry of
Planning and Investment of Vietnam, Hanoi.
Pada tahun pertama Vietnam masuk WTO tahun 2007, total nilai barang ekspor dan
impor meningkat 10% (sama dengan 26,52 miliar dolar Amerika). Sebelumnya pada tahun
2005 nilai ekspor mencapai lebih dari 132 miliar dolar Amerika, meningkat 5% dibanding
dengan tahuntahun sebelumnya, sama dengan 17,6 miliar dolar Amerika dan di tahun-tahun
berikutnya terus menerus mengalami surplus perdagangan sejak masuk WTO. Pada tahun
2008 Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung menuturkan, bahwa pemerintah Vietnam
telah menyusun kebijakan strategi ekspor untuk menciptakan tenaga pendorong guna
membantu badan-badan usaha meningkatkan daya saing di pasar internasional dan
mengembangkan perekonomian negaranya. Adanya nol tarif dan bebas bea masuk dalam
perdagangan internasional, membuat akses kegiatan ekspor Vietnam semakin lancar dan baik.
Vietnam merasa sangat menyambut baik dengan adanya beberapa peraturan yang
mengistimewakan bagi negara-negara anggota yang masih dalam kategori negara
berkembang yang ditetapkan oleh WTO (Erica Smith. 2010).

Negara Vietnam pada saat itu termasuk dalam kategori Negara yang masih
menerapkan standar ekonomi tradisional. Vietnam merubah kea rah kebijakna yang
sebelumnya lebih focus ke ideology berubah menjadi suatu kebijakan reformasi ekonomi
yang mana pemerintah Vietnam berharap perubahan kebijakan dan system pasar Vietnam
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Vietnam. Pemerintah Vietnam merubah system
ekonomi dari terpusat menjadi terbuka dan membuka diri untuk menjalin kerjasama dengan
Negara lain untuk meningkatkan sektor perekonomiannya salah satunya yaitu dengan
perdagangan internasional serta ekspor impor.

Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau
komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai
fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu
komoditas. Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari
jumlah uang yang harus dibayarkan terhadap barang-barang atau komoditas dan jasa. 3

Tingkat inflasi yang tinggi akan membawa permasalahan bagi perekonomian dalam
negeri dan juga dalam hubungannnya dengan perdagangan dengan Negara asing. Hubungan
perdagangan yang dilakukan oleh beberapa Negara meliputi ekspor, impor dan seberapa jauh
ketergangtungan sebuah Negara terhadap ekspor dan impornya. Biaya yang terus menerus
naik menyebankan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan, investasi produktif akan

3
Douglas Greenwald, Ed. Encyclopedia Of Economic (New York: McGraw-Hil, Inc., 1982), h. 510.
berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Kenaikan harga menyebabkan barang-
barang Negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional sehingga ekspor akan
menurun.

Berikut ini adalah grafik perbandingan tingkat ekspor, inflasi, dan PDB di Vietnam
pada tahun 2010-2019.

LANDASAN TEORI

Ekspor

Ekspor ialah kegiatan penjualan barang atau jasa dalam negeri ke pihak yang ada di
luar negeri. Barang yang dijual oleh pihak dalam negeri berupa hasil alam yang melimpah
seperti rempah-rempah, biji kopi, dan bahan lainnya. Secara singkat, ekspor adalah kegiatan
menjual barang ke luar negeri. Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah
pabean. Secara sederhana, ekspor diartikan sebagai kegiatan mengeluarkan barang dari dalam
negeri ke luar negeri dengan memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Dalam ekspor secara langsung ialah kegiatan menjual barang atau jasa melalui
eksportir ke negara lain. Sedangkan ekspor tidak langsung ialah kegiatan menjual melalui
perantara ke negara lain. Menurut Amir M. S, ekspor adalah upaya melakukan penjualan
komoditas dalam negeri kepada negara lain, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta
asing, serta melakukan komoditi dengan memakai bahasa asing.
Sedangkan menurut Bambang Triyoso dan Susilo Utomo, pengertian ekspor adalah
sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam negeri ke luar negeri
dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Kegiatan ekspor mencakup semua barang dan jasa
yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi,
dan jasa-jasa pada periode tertentu.

Inflasi

Dapat diartikan inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus menerus. Namun bukan berarti seluruh harga dari berbagai macam barang
naik dengan persentase yang sama bisa jadi kenaikan harga setiap barang tersebut tidak
bersamaan. Terdapat kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama satu periode
tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dengan persentase yang cukup
besar bukanlah merupakan inflasi. Tingkat inflasi berbeda dari satu period eke periode
lainnya, dan berbeda pula dari satu Negara ke Negara lainnya. Masalah kenaikan harga-harga
yang berlaku diakibatkan oleh banyak factor. Di Negara industry pada umumnya inflasi
bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah yaitu tingkat pengeluaran agregat
yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dan tingkat
pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah.

Secara umum ada tiga komponen dalam inflasi, yaitu: Kenaikan Harga Harga suatu
komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya.
Misalnya, pada musim panceklik harga beras bisa mencapai Rp 10.000,- per kilogram. Sebab
harga gabah telah naik. Tetapi di musim panen harganya dapat lebih murah, karena harga
gabah juga biasanya lebih murah. Demikian dapat dikatakan pada musim panceklik selalu
terjadi kenaikan harga beras. Begitu pula barang-barang atau jasa lainnya. Bersifat Umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak
menyebabkan harga-harga secara umum naik. Misalnya, setiap pemerintah menaikkan harga
BBM, harga-harga komoditas lain tidak turut naik. Namun jika kenaikan harga BBM
mempengaruhi kenaikan harga komoditas lainnya maka hal ini menunjukkan terjadi inflasi.
Berlangsung Terus-Menerus Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan
memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan
dalam rentang waktu minimal bulanan dan berlangsung lama dan terus menerus. 4

4
Idris Parakkasi, Inflasi Dalam Perspektif Islam, Volume 3, No. 1 Juni 2016.
Menurut Friedman, inflasi ini dapat juga dikatakan sebagai fenomena moneter
karena inflasi menyebabkan penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu
komoditas ataupun jasa. Inflasi terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan juga
kelangkaan distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang
meningkat secara signifikan. Munculnya ketidak stabilan aktifitas distribusiini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal yang dapat memicu
kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan penawaran, dan dapat juga
dikarenakan terbentuknya posisi nilai perekonomian yang baru terhadap produk tersebut
akibat pola atau sekala distribusi yang baru.

Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Untoro, pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam


perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang. 5 Sedangkan
menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang
dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya.6 Menurut Arifin & Gina indikator yang digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah tingkat Produksi Domestik Bruto (PDB).

Menurut Rudriger, produk domestik bruto/GDP artinya mengukur nilai pasar dari
barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara
selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.7 PDB juga dapat digunakan untuk
mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa
perekonomian pada suatu saat. Jadi, PDB adalah pendapatan total dan pengeluaran total
nasional atas output barang dan jasa dalam periode tertentu. PDB ini dapat mencerminkan
kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB sebuah negara dapat dikatakan semakin bagus
pula kinerja ekonomi di negara tersebut. Karena begitu pentingnya peran PDB di dalam suatu
perekonomian, maka perlu kiranya untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi PDB.

TINJAUAN PUSTAKA

5
Joko Untoro, Ekonomi Makro, (Jakarta: Kawah Media, 2010), h. 39.
6
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 132.
7
Dornbush Rudriger, Ekonomi Makro, Edisi Kedelapan, (Jakarta: Media Global Edukasi, 2006), h.112.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ekspor, inflasi, maupun
pertumbuhan ekonomi, antara lain:

Berdasarkan jurnal yang ditulis Christine W. Honesty, upaya Vietnam dalam


meningkatkan perekonomiannya melalui sektor perdagangan internasional tahun 2001-2006.
Penelitian ini membahas tentang upaya pemerintah Vietnam dalam meningkatkan
perekonomiannya melalui sektor perdagangan internasional pada tahun 2001-2006. Latar
belakang dari yang sebelumnya focus pada ideology Negara, menjadi kebijakan pemerintah
Vietnam dari yang sebelumnya focus pada ideology Negara, menjadi kebijakan yang
berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang disebut kebijakan Doi Moi. Dari pendekatan
teoritik yang diberikan , jawaban sementara bahwa upaya Vietnam dalam meningkatkan
perekonomiannya melalui perdagangan internasional pada tahun 2001-2006 yang
diimplementasikan melalui adanya perdagangan internasional. 8

Menurut Adrian Sutawijaya dan Zulfahmi pada penelitiannya yang berjudul


pengaruh factor-faktor ekonomi terhadap inflasi di Indonesia. Bahwa stabilitas harga atau
pengendalian inflasi merupakan salah satu isu utama ekonomi makro. Inflasi mendapat
perhatian khusus dalam perekonomian indonesia. Setiap kali ada distorsi di masyarakat,
politik atau ekonomi, orang selalu mengaitkannya dengan inflasi. Tingkat inflasi yang rendah
dan stabil akan menjadi inflasi stimulator pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) antara 1985-2005. Data
penelitian dianalisis dengan menggunakan ordinary least square. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, investasi, dan nilai tukar
secara simultan mempengaruhi inflasi di Indonesia. Tingkat bunga memiliki pengaruh positif
1,289%. Uang beredar akan memiliki pengaruh positif terhadap inflasi 0,001%. Investasi
berdampak negatif inflasi -,0001802%. Kurs memiliki dampak positif pada inflasi
0,00427%.9

Dalam penelitiannya, Muhammad Fuad Anshari, Adib El Khilla, Intan Rissa


Permata dengan judul Analisis pengaruh inflasi dan kurs terhadap ekspor di Negara Asean 5
periode tahun 2012-2016. Setiap negara dengan sistem perekonomian terbuka tidak terlepas
dari aktivitas perdagangan internasional seperti ekspor-impor. Beberapa teori dan penelitian

8
Christine W. Honesty, Upaya Vietnam Dalam Meningkatkan Perekonomiannya Melalui Sektor
Perdagangan Internasional Tahun 2001-2006.
9
Adrian Sutawijaya Zulfahmi, Pengaruh Factor-Faktor Ekonomi Terhadap Inflasi Di Indonesia.
sebelumnya menyatakan bahwa aktifitas ekspor seringkali dipengaruhi oleh nilai tukar dan
tingkat inflasi suatu negara. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat
pengaruh antara nilai tukar dan inflasi terhadap ekspor di Negara ASEAN-5 (Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) dengan menggunakan metode analisis ordinary
least square dan data dari periode tahun 2012 – 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara simultan inflasi dan kurs berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor di Negara
ASEAN-5. Sedangkan secara parsial depresiasi kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap
ekspor Negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura namun berpengaruh positif signifikan di
Filipina. Hasil lainnya menunjukkan bahwa variabel Inflasi hanya berpengaruh secara positif
signifikan di Filipina.10

Reiny Seruni dengan penelitiannya yang berjudul pola inflasi dan pengangguran di
Negara Asean tahun 2003-2012. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
Inflasi dan Pengangguran di negara-negara ASEAN dari tahun 2003 sampai tahun 2012.
Variabel yang digunakan adalah Inflasi dan Pengangguran. Inflasi diukur dari perkembangan
indeks harga konsumen dan pengangguran dalam hal pengangguran terbuka. Penelitian ini
menggunakan Teknik analisis kualitatif dan kuantitatif, analisis kuantitatif yang digunakan
adalah regresi data panel. Hasil menunjukkan bahwa pada variabel statistik Inflasi dan
Pengangguran di negara-negara ASEAN tahun 2003 sampai tahun 2012 signifikan dan
memiliki hubungan negatif. 11

Menurut Ratna Mutia dalam penelitian skripsinya yang berjudul analisis pengaruh
kurs, PDB dan tingkat inflasi terhadap ekspor indonesia ke Negara Asean. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh kurs, PDB dan tingkat inflasi terhadap ekspor
Indonesia ke Negara ASEAN (Studi pada Negara Malaysia, Singapura, Filipina dan
Thailand). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs, PDB riil
negara tujuan ekspor dan tingkat inflasi yang diperoleh dari worldbank tahun 1985-2012.
Adapun variabel dependen yang digunakan adalah nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan,

10
Muhammad Fuad Anshari, Analisis Pengaruh Inflasi Dan Kurs Terhadap Ekspor Di Negara ASEAN
5 Periode, Jurnal Info Artha Vol. 1, No. 2, (2017), h. 121-128.
11
Reiny Seruni, Pola Inflasi Dan Pengangguran Di Negara Negara ASEAN Tahun 2003-2012, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol. 12, No 1, h. 55-56.
Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 1985- 2012.12

Rinaldi Syahputra menulis jurnal yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda, uji t, uji F, dan analisis koefisien
determinasi. Persamaan regresi dalam penelitian ini yaitu Y = 3,170 + 0,024X1 + 0,136X2 +
0,220X3. Maka dapat disimpulkan bahwa ekspor berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dibuktikan dari uji t di mana diperoleh t-hitung > t-
tabel (2,134 > 2,015) dan nilai signifikansi variabel ekspor sebesar 0,022 < 0,05. Penerimaan
pajak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dibuktikan dari
uji t di mana diperoleh t-hitung > t-tabel (2,631 > 2,015) dan nilai signifikansi variabel
penerimaan pajak sebesar 0,026 < 0,05. Nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dibuktikan dari uji t di mana diperoleh t-hitung > t-
tabel (2,113 > 2,015) dan nilai signifikansi variabel nilai tukar sebesar 0,031 < 0,05. Ekspor,
penerimaan pajak, dan nilai tukar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dibuktikan dari uji F di mana diperoleh F-hitung > F-
tabel (6,491 > 4,757) dan nilai signifikansi sebesar 0,023 < 0,05. Dari analisis koefisien
determinasi diketahui bahwa ekspor, penerimaan pajak, dan nilai tukar mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 50,10%, sedangkan sisanya 49,90% dipengaruhi
oleh variabel lain di luar model penelitian ini. 13

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengkaji tentang faktor fundamental ekonomi yaitu ekspor dan impor
terhadap pertumbuhan ekonomi Kanada. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis
kuantitatif untuk mengukur pengaruh antar variabel.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif,
dengan penjelasan sebagai berikut (Kuncoro, 2009:23):

12
Ratna Mutia, Analisis Pengaruh Kurs, Pdb Dan Tingkat Inflasi Terhadap Ekspor Indonesia Ke
Negara ASEAN, Skripsi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Eniversitas Diponegoro Semarang, Tahun 2015.
13
Rinaldi Syahputra, Jurnal Samudra Ekonomika, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”, Vol. 1, No. 2, Oktober 2017, h. 183.
1. Data kualitatif, adalah data yang tidak berbentuk angka seperti gambaran umum
perkembangan ekspor, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi (PDB) di Vietnam.
2. Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka perkembangan ekspor, inflasi, dan
PDB di Vietnam selama 10 tahun terakhir (2010-2019). Sumber data dalam penelitian
ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga
pengumpul data, serta dipublikasi pada masyarakat pengguna data. Data dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi World Bank tentang eskpor, inflasi, dan
PDB di Vietnam selama 10 tahun terakhir (2010-2019).

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Studi Kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan


literatur yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan dengan tujuan untuk
mendapatkan landasan teori dan teknik analisa dalam memecahkan masalah.
2. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari data yang telah
dipublikasikan yaitu data eskpor, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi (PDB) di
Vietnam selama 10 tahun terakhir (2010-2019).

Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda
(multiple regression). Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen
berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila
nilai variabel dependen mengalami kenaikan atau penurunan. Model hubungan variabel akan
dianalisis sesuai dengan persamaan regresi yaitu:

Y = α + b1X1+ b2X2
Dimana:
Y = Pertumbuhan Ekonomi (PDB) (%)
α = Konstanta
b1,b2 = Koefisien regresi
X1 =Ekspor (%)
X2 = Inflasi (%)
Analisis Korelasi Ganda (R)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel
independen (X1, X2,…Xn) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Koefisien ini
menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X 1,
X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). nilai R berkisar antara 0 sampai
1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai
semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah.

Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi


sebagai berikut:

0,00 - 0,199 = sangat rendah


0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat

Uji Signifikansi Koefisien Regresi

Analisis Determinasi (R2)

Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui


prosentase sumbangan pengaruh variabel independen (X 1, X2,……Xn) secara serentak
terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar prosentase variasi
variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel
dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan pengaruh
yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel
independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel
dependen. Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka prosentase sumbangan pengaruh yang
diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi
variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel
dependen.

Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2….Xn) secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk
mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen
atau tidak. Pengujian dilaksanakan dengan pengujian satu arah dengan hipotesis sebagai
berikut:

a. H0 = βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari


variabel independen (ekspor dan inflasi) terhadap variabel dependen (pertumbuhan ekonomi)

b. Ha = βi > 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel
independen (ekspor dan inflasi) terhadap variabel dependen (pertumbuhan ekonomi)

c. Taraf signifikansi (α) = 0,05 (5%)

Kriteria pengujian:

Apabila F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Apabila F hitung < F
tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji Koefisien Secara Parsial Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu pengaruh dari masing-masing
variabel independen. Pengujian dilaksanakan dengan pengujian satu arah dengan hipotesis
sebagai berikut:

a. H0 = βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen


(ekspor dan inflasi) terhadap variabel dependen (pertumbuhan ekonomi)

b. Ha = βi > 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen (ekspor
dan inflasi) terhadap variabel dependen (pertumbuhan ekonomi)

c. Taraf signifikansi (α) = 0,05 (5%)

Kriteria pengujian:

Apabila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima Apabila t hitung < t tabel, maka
H0 diterima dan Ha ditolak.

ANALISIS DATA

Analisis yang dilakukan adalah analisis regresi linear berganda yaitu hubungan secara
linear antara variabel independen (X1 dan X2) yaitu prosentase ekspor dan inflasi dengan
variabel dependen (Y) yaitu PDB. Data yang digunakan untuk regresi adalah data sekunder
yang diambil dari worldbank, yaitu terdiri dari prosentase ekspor, inflasi,dan PDB di Vietnam
selama tahun 2010-2019. Seperti terlihat pada tabel berikut ini:

Prosentase Ekspor, Inflasi, dan PDB Vietnam Tahun 2010-2019

Tahun Ekspor (%) Inflasi (%) PDB (%)


2010 72.002 9.207 6.423
2011 79.391 18.678 6.24
2012 80.029 9.095 5.247
2013 83.626 6.593 5.422
2014 86.405 4.085 5.984
2015 89.779 0.631 6.679
2016 93.624 2.668 6.211
2017 101.593 3.520 6.812
2018 105.832 3.540 7.076
2019 106.796 2.796 7.017
Sumber: world Bank

Tabel Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficients Standard Error t Stat P-value


Intercept 2,699377338 1,858527823 1,452427725 0,189688035
Ekspor (X1) 0,039325033 0,018669194 2,106412992 0,073174983
Inflasi (X2) 0,012513676 0,04233283 0,295602151 0,77611001

Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:


Y = α + b1X1+ b2X2
Y = 2,699 + 0,039 X1 + 0,012 X2

Keterangan:

Y = Pertumbuhan Ekonomi (PDB) (%)


α = Konstanta
b1,b2 = Koefisien regresi
X1 = Ekspor (%)
X2 = Inflasi (%)

Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


a. Konstanta sebesar 2,699; artinya jika prosentase ekspor (X1) dan prosentase inflasi
(X2) adalah 0, maka PDB (Y) prosentasenya adalah 2,699%.
b. Koefisien regresi variabel prosentase ekspor (X1) sebesar 0,039; artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan prosentase ekspor mengalami kenaikan 1%, maka
prosentase PDB (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,039%. Koefisien bernilai
positif artinya terjadi hubungan positif antara prosentase ekspor dengan prosentase
PDB, semakin naik prosentase ekspor maka semakin meningkat pula prosentase PDB.
c. Koefisien regresi variabel prosentase inflasi (X2) sebesar 0,013; artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan prosentase inflasi mengalami kenaikan 1%, maka
prosentase PDB (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,013%. Koefisien bernilai
positif artinya terjadi hubungan positif antara prosentase inflasi dengan prosentase
PDB, semakin naik prosentase inflasi maka semakin meningkat pula prosentase PDB.

A. Analisis Korelasi Ganda (R)

Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang
terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi
semakin lemah. Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien
korelasi sebagai berikut:

0,00 - 0,199 = sangat rendah


0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
Dari hasil analisis regresi, lihat pada output model summary dan disajikan sebagai
berikut:
Tabel Hasil analisis korelasi ganda
Regression Statistics
Multiple R 0,685106336
R Square 0,469370691
Adjusted R Square 0,317762317
Standard Error 0,517071222
Observations 10
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0,685. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi hubungan yang kuat antara prosentase ekspor dan inflasi terhadap prosentase
PDB.

B. Analisis Determinasi (R2)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,469 atau (46,9%).
Hal ini menunjukkan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variabel independen
(prosentase ekspor dan inflasi) terhadap variabel dependen (prosentase PDB) sebesar 46,9%.
Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (prosentase ekspor dan
inflasi) mampu menjelaskan sebesar 46,9% variasi variabel dependen (prosentase PDB).
Sedangkan sisanya sebesar 53,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.

Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih
kecil dari R Square dan angka ini bisa memiliki harga negatif. Menurut Santoso (2001)
bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai
koefisien determinasi.

Standard Error of the Estimate adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan model
regresi dalam memprediksikan nilai Y. Dari hasil regresi di dapat nilai 0,517 atau 0,517%
(satuan PDB), hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam prediksi PDB sebesar 0,517%.
Sebagai pedoman jika Standard error of the estimate kurang dari standar deviasi Y, maka
model regresi semakin baik dalam memprediksi nilai Y.

C. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (ekspor dan inflasi)
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (PDB). Atau
untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen atau tidak. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi
(dapat digeneralisasikan). Dari hasil output analisis regresi dapat diketahui nilai F seperti
pada tabel berikut ini:
Tabel. Hasil Uji F
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 2 1,655478361 0,82773918 3,09594173 0,108835185
Residual 7 1,871538539 0,267362648
Total 9 3,5270169

Berdasarkan tabel diperoleh F hitung sebesar 3,096. Dengan menggunakan tingkat


keyakinan 95%, α = 5%, df 1 (jumlah variabel–1) = 2, dan df 2 (n-k-1) atau 10-2-1 = 7 (n
adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen), hasil diperoleh untuk F tabel
sebesar 4,103. Dapat dianalisis bahwa nilai F hitung < F tabel (3,096 < 4,103), maka H0
diterima. Artinya tidak ada pengaruh secara signifikan antara ekspor dan inflasi secara
bersama-sama terhadap PDB. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa prosentase ekspor
dan prosentase inflasi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap prosentase PDB di
Vietnam.

D. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen
(ekspor dan inflasi) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (PDB).
Dari hasil analisis regresi output dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel. Uji t
Coefficients Standard Error t Stat P-value
Intercept 2,699377338 1,858527823 1,452427725 0,189688035
Ekspor 0,039325033 0,018669194 2,106412992 0,073174983
Inflasi 0,012513676 0,04233283 0,295602151 0,77611001

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh t hitung pada nilai ekspor sebesar 2,106. Tabel
distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau
10-2-1 = 7 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan
pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,228. Dapat
dianalisis bahwa t hitung < t tabel (2,106 < 2,228) maka H0 diterima, artinya secara parsial
tidak ada pengaruh signifikan antara prosentase ekspor dengan prosentase PDB. Jadi dari
kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial ekspor tidak berpengaruh terhadap PDB di
Vietnam.
Sedangkan untuk variabel nilai inflasi, diperoleh t hitung pada nilai inflasi sebesar
0,296. Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan
(df) n-k-1 atau 10-2-1 = 7 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen).
Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,228.
Dapat dianalisis bahwa t hitung < t tabel (0,296 < 2,228) maka H0 diterima, artinya secara
parsial tidak ada pengaruh signifikan antara prosentase inflasi dengan prosentase PDB. Jadi
dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial inflasi tidak berpengaruh terhadap PDB
di Vietnam.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data melalui uji F, penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai F
hitung < F tabel (3,096 < 4,103) , maka H0 diterima. Artinya tidak ada pengaruh secara
signifikan antara prosentase ekspor dan inflasi secara bersama-sama terhadap prosentase
PDB. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa ekspor dan inflasi secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap PDB (pertumbuhan ekonomi) di Vietnam pada tahun 2010-2019.

Kemudian hasil analisis uji t antara nilai ekspor dengan nilai PDB menunjukkan
bahwa t hitung < t tabel (2,106 < 2,228) maka H0 diterima, artinya secara parsial tidak ada
pengaruh signifikan antara prosentase ekspor dengan prosentase PDB. Sedangkan hasil
analisis uji t antara nilai inflasi dengan nilai PDB menunjukkan bahwa t hitung < t tabel
(0,296 < 2,228) maka H0 diterima, artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara
prosentase inflasi dengan nilai PDB. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara
parsial inflasi tidak berpengaruh terhadap PDB di Vietnam.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa prosentase nilai ekspor dan inflasi di
Vietnam pada tahun 2010-2019 tidak ada pengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi yang ditinjau dari prosentase nilai PDB-nya. Baik secara bersama-sama maupun
parsial, ekspor dan inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Vietnam pada
tahun 2010-2019.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lia, “Ekonomi Internasional” Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Amijaya, R. N. F., & Triyawan, A. (2018). Tax Exemption Goods Trade On ASEAN Free
Trade Area (AFTA) According To Islamic Economics. Islamic Economics Journal,
4(1), 47-61.

Anshari, Muhammad Fuad, Analisis Pengaruh Inflasi Dan Kurs Terhadap Ekspor Di Negara
ASEAN 5 Periode, Jurnal Info Artha Vol. 1, No. 2, 2017.
ANU E Press Board.2003.“Viet Nam: A Transition Tiger?, The Introduction of Doi Moi”
(online) (http://press.anu.edu.au//wp-content/docs/conference/02/ch0611.pdf, diakses
pada 20 juni 2015).

Arsyad, Lincolin, Ekonomi Pembangunan, cetakan ke-2, Yogyakarta: Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2004.

Greenwald, Douglas, Ed. Encyclopedia of Economic (New York: McGraw-Hil, Inc., 1982).

Honesty, Christine W., Upaya Vietnam Dalam Meningkatkan Perekonomiannya Melalui


Sektor Perdagangan Internasional Tahun 2001-2006.

International Coffee Organization, “Priceelasticity of Demand and Coffee Consumption in


Importing Countries” International Coffee Organization, London, 2005.

MPI dan PriceWaterhouse Coopers. 2007. “Vietnam Tax Incentives & Policies” October,
Ministry of Planning and Investment of Vietnam, Hanoi.

Mutia, Ratna, Analisis Pengaruh Kurs, Pdb Dan Tingkat Inflasi Terhadap Ekspor Indonesia
Ke Negara ASEAN, Skripsi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Eniversitas Diponegoro
Semarang, Tahun 2015.
Parakkasi, Idris, Inflasi Dalam Perspektif Islam, Vol. 3, No. 1 Juni 2016.

Rudriger, Dornbush, Ekonomi Makro, Edisi Kedelapan, (Jakarta: Media Global Edukasi,
2006).
Seruni, Reiny, Pola Inflasi Dan Pengangguran Di Negara Negara ASEAN Tahun 2003-2012,
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 12, No 1.
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006).

Syahputra, Rinaldi, Jurnal Samudra Ekonomika, “Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”, Vol. 1, No. 2, Oktober 2017.

Triyawan, A., & Novitasari, A. S. (2020). THE INFLUENCE OF ISLAMIC COMMERCIAL


BANK’S LETTER OF CREDIT FINANCING AND EXCHANGE RATE TOWARDS
INDONESIA'S EXPORTS FROM 2014 TO 2018. Ad-Deenar: Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam, 4(02), 263-275.

Triyawan, A., Novita, S. A., Ahmad, N., Haris, A., & Hadi, N. A. (2022). Does
Investment, Zakat, Infak and Shadaqah and Inflation Infuence the Economic
Growth?: Evidence from Indonesia. Iqtishodia: Jurnal Ekonomi Syariah, 7(1),
08-19.

Triyawan, A., Latifa, H., Seriki, L. L., & Alfaqeeh, A. (2021). INFLUENCE OF EXPORT
AND IMPORT TOWARD ECONOMIC GROWTH IN CANADA IN 2010-2019. Fokus
Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ekonomi, 16(2), 341-355.

Triyawan, A., Fajaruddin, A., & Anugrah, M. F. (2022). THE INFLUENCE OF EXPORT
AND IMPORT TOWARD ECONOMIC GROWTH IN THE UNITED STATES OF
AMERICA, PERIODE 2010-2019. Journal of Islamic Economics and Philanthropy,
4(4).

Triyawan, A., & Mutmainnah, M. (2021). PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN INVESTASI
SYARIAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2011-
2018. JOURNAL ANALISIS, 11(1), 36-47.

Triyawan, A., & Mutmainnah, M. (2021). PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN INVESTASI
SYARIAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2011-
2018. JOURNAL ANALISIS, 11(1), 36-47.

Triyawan, A., & Novitasari, A. S. (2020). Analisis pengaruh perdagangan internasional


terhadap GDP Indonesia (2011-2016). Freakonomics, 1(1), 1-9.

Triyawan, A., & Novitasari, A. S. (2020). THE INFLUENCE OF ISLAMIC COMMERCIAL


BANK’S LETTER OF CREDIT FINANCING AND EXCHANGE RATE TOWARDS
INDONESIA'S EXPORTS FROM 2014 TO 2018 PENGARUH SUKUK, NILAI TUKAR
TERHADAP EKPOR INDONESIA TAHUN 2014-2018. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam, 4(2).
Triyawan, A., & Novitasari, A. S. (2020). Analisis Pengaruh Perdagangan Internasional
terhadap GDP (Gross Domestic Product) Indonesia (Periode 2011-2016).
FreakonomicS: Journal of Islamic Economics and Finance, 1(01), 30-36.

Untoro, Joko, Ekonomi Makro, (Jakarta: Kawah Media, 2010).

Zulfahmi, Adrian Sutawijaya, Pengaruh Factor-Faktor Ekonomi Terhadap Inflasi Di


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai